Anda di halaman 1dari 3

Nama : Intan Cahyani

Nim. : 030200027

Sesi. : 1(Satu)

MK. : Pengantar Bahasa Indonesia

Dosen. : Asdarina, M.Pd


SURAT UNTUK DIRIKU DI MASA DEPAN
Hai diriku,

Apa kabarmu saat ini?semoga dalam keadaan baik-baik saja. Selamat usia yang membawamu
mengenal banyak hal. Jangan lupa tentang masa kecilmu yang berjalan-jalan di pematang
sawah untuk menangkap ikan, mencari kayu bakar bersama ibu dan berenang di sungai
bersama kawan. Perlu ku ingatkan hal ini padamu, supaya kamu tidak menjadi angkuh. Masa
kecilmu bahagia diriku. Jadi jangan pernah sakiti orang lain. Semua cinta yang kau dapatkan
melalui celotehan ibu dan nasehat bapak, ku harap kau bagi untuk orang-orang di sekitarmu.
Semoga engkau bersedia rendah hati agar cinta selalu mengelilingimu.

Diriku, apakah saat ini kau sedang merindukan ibu dan bapak?ketika surat ini ku tulis, aku
sedang bersama mereka. Baru saja aku membuatkannya kopi hangat. Aku tidak tau kau sedang
apa ketika membaca surat ini kembali. Namun ku pastikan kau sedang merindukan
mereka. Beberapa hari yang lalu bapak berpesan agar kelak anak-anaknya tidak lupa berdoa
dan bersyukur setiap waktu. Sudahkah kau ikuti nasehat bapak hari ini?jika tidak, maka ingat-
ingat lagi pesan bapak yang lalu, ku harap kau mengharu biru. Kau pasti sudah kenal betul
karakter ibumu diriku. Ibu yang selalu sabar dalam berbagai hal. Mengapa tidak mencontoh
rasa sabar ibu?mungkin saat kau membaca surat ini kembali, kau sedang dalam keadaan putus
asa. Ingatlah sosok ibu, semoga hatimu sekuat hati ibu.

Aku sedikit bercerita tentang keadaan saat ini. Kakak pertama sudah lama menikah dan telah
dikaruniai seorang anak, kakak kedua sedang asyik dengan aktivitasnya di rumah saja, adik
masih sekolah dasar, ibu osedang tidur nyenyak dikamar, dan bapak sedang menonton berita di
televisi. Tadi pagi kita berkumpul di dapur dan bercerita beberapa hal. Kau pasti rindu suasana
hari ini kan?namun waktu tidak pernah berjalan mundur. Keadaan hari ini tidak akan pernah
terulang persis sama. Ku harap nasib baiklah yang bersamamu. Seperti doa-doa bapak dan ibu
disetiap sujudnya, agar anaknya menjadi kebanggaan dan berguna bagi orang lain. Ketika
membaca surat ini kembali, ku harap kau kenang setiap masa-masa sulit yang telah kau hadapi,
agar semangatmu tidak pernah padam dibunuh jenuh.

Ketika menulis surat ini, aku sedang membayangkan diriku berdiri di depan kelas, membagi
setiap hal yang bisa ku bagi kepada siswa-siswa beruntung. Kau sendiri paham, cita-citaku
adalah menjadi seorang guru. Aku tidak tau takdir seperti apa yang disuratkan Tuhan padaku.
Saat ini aku bermimpi tentang itu. Aku sedang berpikir keras untuk mewujudkan cita-citaku
melalui beasiswa di kampus STKIP Mutiara Banten. Mungkin nanti, ketika membaca surat ini
kau berucap dalam hati. Ini diriku, dengan gelar sarjana. Aku telah menaklukkan mimpiku. 

Hai diriku, yang sedang berjuang untuk menggapai cita-citamu. Membekali diri dengan
wawasan baru dan memantaskan diri demi sang pelengkap hidup. Menikmati setiap detiknya,
namun jangan sampai terlena karena cobaan hidup bisa mengintai dari mana saja. Satu pesan
untukku, sekecil apapun kesuksesanmu, syukurilah. Dan satu kata yang tidak pernah
kadaluwarsa, yang harus menjadi peganganmu sepanjang masa "Berbahagialah!berbahagialah
karena hal sederhana, berbahagialah dengan cara sederhana". Aku tahu jalan yang kau lalui
tidaklah mudah, bisa jadi jalanmu lebih berbatu dan berliku. Namun jangan pernah sekalipun
merasa lelah dan memutuskan untuk menyerah. Dulu kita pernah melewati ini, kita hanya perlu
melakukannya sekali lagi. Jadilah putri ibu dan bapak yang kuat!yang bisa membanggakan
keluarga, nusa dan bangsa.

Ini surat pertama yang ku buat untukmu di masa depan. Sebagai pengingat agar kau tidak
menjadi sombong ketika impianmu telah terwujudkan.

Intan Cahyani

Pandeglang, 24 September 2020

Anda mungkin juga menyukai