Anda di halaman 1dari 4

UNSUR SUPRASEGMENTAL

Terjadinya Bunyi
Setiap hari tentu kita melakukan komunikasi, entah komunikasi lisan atau tertulis. Komunikasi
lisan diwujudkan dalam bentuk dialog, baik yang dilakukan dua orang atau lebih, seperti
bermusyawarah, berdiskusi, bertelepon, atau rapat. Sedangkan komunikasi tertulis diwujudkan
dengan tulisan, seperti surat kabar, majalah, atau telegram. Informasi yang kita simak
disampaikan melalui sejumlah bunyi bahsa dan unsur-unsur lain yang menyertainya.

Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari paru-paru.
Udara dih isap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang
bernafas. Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu
kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga
terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya: batang
tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut; rongga hidung; atau baik rongga
hidung bersama dengan alat yang lain. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara dalam
keadaan terbka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak
akan terjadi, seperti dalam bernafas (Marsono 1999:4). Menurut Ladefoged dalam Marsono
(1999:4), bahwa syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi
empat, yaitu: proses mengalirnya udara, proses fonasi, proses artikulai, dan proses oro-nasal.

Unsur Suprasegmental
Dalam arus ujaran itu, ada bunyi yang dapat disegmentasikan, sehingga disebut bunyi segmental;
tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi tidak dapat
disegmentasikan. Bagian dari bunyi tersebut disebut bunyi suprasegmental atau prosodi (Abdul
Chaer 2003:120). Bagian bunyi tersebut memiliki unsur-unsur bunyi bahasa yang menyertai
pengucapan. Unsur-unsur bunyi bahasa itu antara lain:
1. lafal,
2. tekanan,
3. intonasi, dan
4. jeda.
Penjelasan hal di atas sebagai berikut:
1. Lafal
Lafal ialah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan
bunyi bahasa (Kridalaksana 1993:124). Dalam bahasa tulis, lafal tidak terlihat dengan jelas.
Lafal lebih tercermin dalam bahasa lisan. Misalnya kata tepat berbeda dengan cepat, guna
berbeda dengan tuna, kerak berbeda dengan gerak.

Tidak ada pedoman khusus untuk mengatur lafal atau ucapan. Berbeda dengan sistem tata tulis
yang di atur dalam Pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap
pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Karena lafal sering dipengaruhi
oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia merupakan masyarakat dwilingual
yang dimana mereka masih sulit untuk meninggalkan bahasa ibu sehingga hal ini mewarnai
penggunaan lafal bahasa Indonesia. Contoh: kata kenapa diucapkan oleh orang Betawi menjadi
kenape. Pada masyarakat Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf d sering
diiringi dengan bunyi /n/, huruf b sering diiringi dengan bunyi /m/, misalnya Demak menjadi
[ndemak], Blora menjadi [mblora] dan sebagainya.

2. Tekanan
Tekanan ialah ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian tersebut tampak
lebih keras atau menonjol dari suku kata atau kata yang lain. Ketika mengucapkan suatu kalimat
yang didalamnya terdapat kata yang penting biasanya kita akan menekan suku kata atau kata
tersebut agar lawan tutur memahaminya dengan benar. Tekanan biasa juga di sebut aksen.

Perhatika contoh tekanan kalimat yang ditandai kata bercetak tebal miring di bawah ini!
1. Ternyata Rizki berhasil menjadi juara I lomba KIR kemarin, Din. (bukan Anton)
2. Ternyata Rizki berhasil menjadi juara I lomba KIR kemarin, Din. (bukan juara II)
3. Ternyata Rizki berhasil menjadi juara I lomba KIR kemarin, Din. (bukan lomba baca puisi)

3. Intonasi
Intonasi ialah perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau
bagian-bagiannya (Kridalaksana 1993:85). Intonasi biasa dikenal dengan lagu kalimat atau
ketetapan penyajian tinggi rendahnya nada kalimat. Kalimat, jika diucakan dengan nada datar
dapat mengandung maksud pemberitahuan. Akan tetapi jika diucapkan dengan nada tinggi dapat
mengandung maksud kekaguman, keheranan, ataupun rasa ketidakpercayaan. hal ini tergantung
pada situasi pembicara. Maka dari itu, dalam bahasa Indonesia terdapat tiga jenis intonasi di lihat
dari maksudnya, yaitu:
a. Intonasi berita, digunakan untuk mengungkapkan pembicaraan yag berisi pemberitahuan
tentang sesuatu. Dalam penulisan ditandai penggunaan tanda titik (.).
Contoh: Budi akan mengikuti olimpiade Fisika.
b. Intonasi pertanyaan, digunakan untuk bertanya tentang sesuatu (yang mengungkapkan maksud
pembicara untuk memnita keterangan dari lawan tutur). Dalam penulisan ditandai penggunaan
tanda tanya (?).
Contoh: Mengapa datang terlambat?
c. Intonasi perintah, digunakan untuk mengungkapkan maksud pembicara agar lawan bicara
melakukan suatu perbuatan. Dalam penulisan ditandai penggunaan tanda seru (!).
Contoh: Belajarlah dengan tekun!

Sedangkan dilihat dari lagu kalimatnya, yaitu:


a. Intonasi naik. Contoh: Apa maksudnya?
b. Intonasi datar. Contoh: Kita harus bekerja keras.
c. Intonasi menurun. Contoh: "Besok pagi pekerjaan ini seharusnya selesai,"kata ibu.

4. Jeda
Jeda ialah hentian dalam ujaran yang sering terjadi di depan unsur yang memunyai isi informasi
yang tinggi atau kemungkinan yang rendah (Kridalaksana 1993:88). Biasa dikenal yang lebih
ringkas yaitu hentian sebentar dalam ujaran. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan
kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring
(/), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), atautanda hubung (-). Jeda sangat
berpengaruh terhadap perubahan makna. Perhatikan contoh di bawah ini!
1. Kata adik, ibu Ani itu guru yang pandai.
2. Kata adik ibu, Ani itu guru yang pandai.
3. Kata adik ibu Ani, itu guru yang pandai.

Ketiga kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda. Perbedaan itu dapat kita deskripsikan
sebagai berikut:
Kalimat Yang berkata Yang pandai
1 Adik Ibu Ani
2 Adik ibu (Bibi/Paman) Ani
3 Adik ibu Ani (adik dari Ibu Ani) Seseorang (guru)

Semoga bermanfaat.
Artikel: http://na2ng-ismail.blogspot.com/
Selesai di tulis ketika Si Kecil sudah terlelap bersama Umminya.
Jurangjero Banjarejo Blora, 12 Rabi'ul Akhir 1432H/17 Maret 2011M
Penulis:
Abu Syifa' Nanang Ismail, S.Pd.

***
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Lingusitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia

Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

http://www.na2ngismail.net/2011/03/unsur-suprasegmental.html

Anda mungkin juga menyukai