PENGANTAR LINGUISTIK
Dosen pengampu:
Anggota kelompok:
Puji syukur Alhamdulillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Linguistik, dengan judul “Morfologi”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik dan membangun dari berbagai
pihak. Artinya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Tim penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PETA KONSEP
4
BAB II
RINGKASAN MATERI
1. Morfologi
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi
perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik
(Ramlan, 1987:21). Morfologi adalah bidang Linguistik yang mempelajari morfem
dan kombinasi-kombinasinya; bagian struktur bahasa yang mencakup kata dan
bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana 1993:5). Morfologi adalah bagian
dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984:51). Morfologi adalah
struktur kata suatu bahasa atau cabang linguistik yang mempelajari struktur kata
suatu bahasa (Trask, 2007:178; Crystal, 2008: 314). Definisi itu didasarkan pada
anggapan bahwa kata-kata secara khas memiliki struktur internal yang terdiri atas
unit-unit yang lebih kecil yang menjadi unsur pembangunnya, yang biasa disebut
dengan istilah morfem. Melalui pendapat itu, dapat dipahami bahwa morfologi, di
satu sisi, bisa dianggap sebagai bagian bahasa dan, di sisi lain, juga bisa dianggap
sebagai bagian ilmu bahasa – di samping fonologi, sintaksis, dan semantik. Sebagai
bagian bahasa, morfologi berkenaan dengan variasi bentuk kata dan kesan intuitif
pemakai atau calon pemakai bahasa terhadap ciri bentuk dan korelasinya terhadap
ciri makna kata dalam perspektif komunikatif, yaitu penciptaan (produksi) dan
pemahaman (persepsi) kata dalam pemakaian bahasa. Dengan demikian, morfologi
tidak dianggap atau tidak dilihat sebagai ilmu atau cabang ilmu bahasa. Pernyataan
orang awam (yaitu orang yang tidak mengenal ilmu bahasa) bahwa morfologi
bahasa Jawa lebih rumit daripada morfologi bahasa Indonesia atau morfologi
bahasa Indonesia lebih rumit daripada morfologi bahasa Inggris dapat dipahami
sesuai dengan anggapan pertama di atas.
Sebagai cabang ilmu bahasa, morfologi adalah salah satu bagian ilmu bahasa—
di samping fonologi, sintaksis, dan semantik—yang mengkhususkan diri untuk
mempelajari, menganalisis, atau menerangjelaskan bentuk atau struktur kata yang
menampakkan unit-unit lebih kecil yang merupakan unsur-unsur atau bagiannya.
5
Melalui studi struktur kata, morfologi bertugas untuk menjelaskan hubungan
antara perubahan bentuk kata dan perubahan makna yang biasanya terjadi secara
berulang dan sistematis yang pada umumnya juga berkorelasi dengan fungsi
sintaktis yang berbeda-beda. Sebagai cabang ilmu bahasa, morfologi berusaha
menjawab berbagai pertanyaan seputar bentuk, makna, dan fungsi kata dalam
korelasinya dengan pemakaiannya. Simpulan bahwa morfologi adalah bidang
linguistik, ilmu bahasa, bagian dari tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata
beserta fungsi perubahan-perubahan gramatikal dan semantik-semantiknya.
6
1.1.1.5 Morfem segmental, yaitu morfem yang dibentukoleh fonem-fonem
segmental, seperti morfem (lihat), (lah) dan semua morfem yang
berujud bunyi.
1.1.1.6 Morfem supragsegmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh unsur-
unsur supragsegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
Contohnya, seperti dalam bahasa Cina, Burma, dan Tha.
1.1.1.7 Morfem berkamna leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher
telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses
dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda),
(pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal.
Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan
mempunyai kedudukan yang otonom dalam petuturan.
1.1.1.8 Morfem tidak bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak
mempunyai makna apa0apa pada dirinya sendiri sebelum bergabung
dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-
morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.
1.1.2 Alomorf
Alomorf adalah anggota morfom yang telah ditentukan posisinya.
Misalnya /ber/, /be/, dan /bel/ adalah alomorf dari ber- seperti pada
kata bernyanyi, bekerja, dan belajar, men- mempunyai alomorf meng-
, men-, mem-, meny-, dan menge-, seperti pada kata-kata mengajak,
menulis, membawa, menyapu, dan mengecat.
8
Lebih dari itu, frasa yang merupakan gabungan kata, bukan sekedar gabungan
leksem, melainkan bisa mengalami proses pembentukan kata. Singkatnya, proses
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia merupakan sistem terpadu walaupun
terdapat rumpang di sana-sini.
9
BAB III
KESIMPULAN
Simpulan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, bagian dari
tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata beserta fungsi perubahan-perubahan
gramatikal dan semantik-semantiknya dan morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau
gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan ataupun kata.
10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
11