Anda di halaman 1dari 12

MORFOLOGI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


linguistik

Dosen Pengampu:
Arifudin Soleh, M.Pd

Oleh:
Putri Syahira 2301080604033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH INTERNASIONAL
MUHAMMADIYAH BATAM 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Arifudin Soleh, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah linguistik yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Batam, 31 Oktober 2023

Putri Syahira

2
DAFTAR ISI

MORFOLOGI ............................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I ............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 4

BAB II .......................................................................................................................... 5

MORFOLOGI ............................................................................................................. 5

BAB III ....................................................................................................................... 11

PENUTUP .................................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengetahui bagaimana pembentukan sebuah morfem atau kata dan bagaimana
pula kedua bentuk satuan bahasa itu mengalami perubahan-perubahan, dan
penggabungan morfem satu dengan morfem lain untuk mendapatkan bentukan baru
yang lebih kompleks.
Bagian dari kompetensi linguistik seseorang termasuk pengetahuan mengetahui
morfologi bahasa, yang meliputi kata, pengucapan kata tersebut, maknanya, dan
bagaimana unsur-unsur tersebut digabungkan (Fromkin & Rodman 1998;96)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi kata?
b. Apa perbedaan proses morfologis dengan proses morfofonemik?
c. Apa itu identifikasi morfem?
d. Penjelasan macam-macam klasifikasi morfem lainnya

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah linguistik
dengan tujuan untuk memahami, menganalisis, dan menggali lebih dalam
mengenai morfologi. Penulis berharap bahwa tulisan ini dapat memberikan
kontribusi kecil dalam pemahaman tentang morfologi kepada pembaca.

4
BAB II

MORFOLOGI

Jika fonologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai bunyi, morfologi


mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi
merupakan cabang linguistik yang mengkhususkan perhatiannya pada morfem dan
kata. Morfem (morfheme) dianggap sebagai satuan gramatikal terpenting yang
mendasari terjadinya proses pembentukan suatu kata.
Morfem pada umumnya terbagi atas dua bagian utama, yaitu morfem bebas
dan morfem terikat. Beberapa ahli morfologi mengusulkan penambahan klasifikasi
morfem menjadi: morfem segmental dan suprasegmental, morfem bermakna leksikal
dan tak bermakna leksikal, morfem utuh dan terbelah, morfem monofonemis dan
polifonemis, morfem aditif, replasif, substraktif (OKA, 1994:153-158). Pada
dasarnya klarifikasi tersebut dikembangkan dari dua jenis morfem pertama.
1. Morfem bebas (free morfheme) yaitu morfem yang tidak terikat oleh satuan
lain. Morfem ini mampu berdiri sendiri dan memiliki arti yang lengkap dan
utuh. Oleh karena itu, morfem ini juga dikatakan sebagai kata asal/dasar.
Contoh, pergi,makan
2. Morfem terikat (bound morfheme) dimaknai sebagai satuan yang tidak
mampu berdiri sendiri. Kehadirannya selalu melekat pada kontruksi lain yang
lebih, misalnya kata dasar. Pola perekatan antara morfem terikat dengan kata
dasar inilah yang dinamakan proses afiksasi. Contoh morfem terikat
diantaranya: prefiks (ke,pe), sufiks (an,wan), dan infiks (er,el, in (BJ), dan
konfiks (per-an, ke-an).

2.1 Apa Yang Dimaksud Dengan Klasifikasi Kata?


5
Yaitu sesuatu yang didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan
sebagainya. Kata yang dianggap sebagai satuan bahasa yang lebih mandiri, kata bisa
terdiri atas satu mofem, bisa juga lebih. Kata yang berujud satu mofem disebut
sebagai kata dasar atau mofem sederhana (simple morfhem), sedangkan yang lebih
disebut kata berimbuhan atau mofem komplek (complex morfheme).
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk asal.
Kontruksinya dihitung hanya mempunyai satu morfem saja. Contoh: satu, lurah,
tidur dsb. Sementara kata berimbuhan, jadian dianggap memiliki lebih dari satu
morfem (morfem bebas dan morfem terikat). Contoh: persatuan (punya 2 morfem,
yaitu satu sebagai morfem asal dan per-an sebagai morfem konfik).
Sementara itu, menurut Aristoteles kata dapat dikategorikan kedalam 10 kelas
jenis (kelas kata); yaitu verba, nomina, pronomina, numeralia, adjektiva, adverbia,
interjeksi, preposisi, konjungsi, dan partikel.
1. Verba (kata kerja), contoh: menulis, makan, berlari.
2. Nomina (kata benda), contoh: rumah, motor, departemen.
3. Pronomina (kata ganti), contoh: saya, engkau, mereka.
4. Numeralia (kata bilangan), contoh: satu, sejuta, setengah.
5. Adjektiva (kata sifat), contoh: cantik, dalam, pandai.
6. Adverbia (kata keterangan), contoh: agak, hanya, sebenarnya.
7. Interjeksi (kata seru), contoh: aduh, lho, hore.
8. Preposisi (kata depan), contoh: di, ke.
9. Konjungsi (kata sambung), contoh: dan, dengan.
10. Partikel (kata sandang), contoh: sang, si, hyang.

2.2 Apa Perbedaan Proses Morfologis dan Proses Mofofonemik


Proses morfologis yaitu penggabungan dari morfem satu dengan morfem yang
lain untuk mendapatkan bentuk baru yang lebih kompleks. Proses pengubahan itu
bermakna: a) ada bentuk dasar yang diubah, b) ada cara /sistem tertentu untuk

6
mengubah, c) ada bentuk baru hasil pengubahan. Proses morfologis dalam suatu
bahasa pada dasarnya terdiri atas : afiksasi, reduplikasi, dan komponisasi.
1. Afiksasi (affixation)
Proses penmbahan afiks (imbuhan). Penambahan diawal disebut prefiksasi
(contoh: belajar, pengurus, dibeli), ditengah disebut infiksasi (contoh:
gemetar, telunjuk, semungih ‘berlagak kaya’), dan diakhir dinamakan
sufiksasi (contoh: tulisan, wartawan). Penambahan diawal dan diakhir
dinamakan konfiksasi (contoh: melakukan, kelurahan).
2. Reduplikasi (reduplication)
Proses pengulangan bentuk. Reduplikasi banyak dijumpai pada bahasa-
bahasa di Asia Tenggara. Khusus dalam bahasa jawa reduplikasi memiliki
sejumlah pola. Sebagai berikut:
a) Dwilingga (pengulangan morfem asal), contoh: mlaku-mlaku
b) Swilingga salin suara (pengulangan morfem asal dengan perubahan
fonem), contoh: bola-bali, wira-wiri ‘ke sana- ke mari’
c) Dwipurwa (pengulangan pada silabe pertama), contoh: lelaki, lelembut
d) Dwiwasana (pengulangan pada bagian akhir), contoh: cengenges
e) Trilingga (pengulangan morfem asal dua kali), contoh: dag-dig-dug
3. Komponisasi, kompositum
Proses pembentukan morfem asal + morfem asal (bisa dengan imbuhan
atau tidak). Proses itu menghasilkan jenis kata baru dan bermaksa baru,
yaitu majemuk (compound word/composite word). Contoh: mata hari,
rumah sakit, semar medem (Bj) ‘nama makanan’. Salah satu ciri khas kata
majemuk adalah tidak dapat disisipi oleh satuan lain ditengahnya.
Misalnya:
Mata dan hari – bukan kata majemuk.
Semar sing medem – bukan kata majemuk.

7
Mofofonemik berasal dari dua satuan bentukan, yaitu morfem dan fonem.
Proses ini membahas perubahahan fonem akibat proses morfologis yang terjadi dalam
kontruksi tertentu. Poedjosoedarmo (1978:186) mengatakan proses mofofonemik ada
lima kategori, yaitu: muncul, hilang, luluh, berubah, dan geser. Berikut beberapa yang
penting diuraikan:
1. Asimilasi (assimilation)
Proses penyesuain bunyi, fonem mengalami peluluhan, baik regresid
maupun profresif, sebagian / keseluruhan. Biasanya terjadi pada bunyi-
bunyi yang homorgan (sejenis). Contoh:
a) Sat+jana (sanakerta), sajjana ‘orang duduk’ (sarjana)
b) Min+walad (arab), miwwalad ‘dari anak’
c) Me+pukul, memukul
2. Disimilasi (disimilation)
Proses hilangnya salah satu fonem. Contoh:
a) Ber+kerja, bekerja
3. Adisi (addition)
Proses penambahan fonem baru, misalnya nasalisasi. Penambahan ini
berjutuan antara lain untuk memudahkan pengucapan. Contoh:
a) Pe+jual, penjual
b) Pe+balap, pembalap
c) Nuku+ake, nukokake

2.3 Apa Itu Identifikasi Morfem


Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan
kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk
tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut

8
merupakan morfem. Dalam studi morfologi satuan bentuk yang merupakan morfem
diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.

2.4 Penjelasan Macam-Macam Klasifikasi Mofem Lainnya


Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas dan Morfem terikat Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa
kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Sedangkan yang dimaksud
dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain
tidak dapat muncul dalam pertuturan. Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan. Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan ,
baur termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul
dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk lazim
tersebut disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga
termasuk prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal kata, sehingga
baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga bentuk
seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang), hanya dapat muncul dalam
pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat, bentuk seperti ke,
daripada, dan kalau secara morfologis termasuk morfem bebas. Tetapi secara
sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut klitika. Klitka adalah bentuk
singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan,
kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak dipisahkan.

Morfem Utuh dan Morfem Terbagi


Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi
adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah. Catatan yang perlu
diperhatikan dalam morfem terbagi. Pertama, semua afiks disebut konfiks termasuk
morfem terbagi. Untuk menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna

9
gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut sufiks yakni yang
disisipkan di tengah morfem dasar.

Morfem Segmental dan Suprasegmental


Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental.
Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental
seperti tekanan, nada, durasi.

Morfem Belamorf Zero


Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan.

Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal


Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna
pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem
yang tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya
sendiri.

Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar (root)


Morfem dasar bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang
dalam suatu reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses
komposisi. Pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dari proses infleksi.
Akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Morfologi dikaji untuk mengetahui bagaimana pembentukan sebuah morfem
atau kata, dan bagaimana pula kedua bentuk satuan bahasa itu mengalami perubahan.
Morfologi juga sebagai cabang linguistik yang mempelajari morfem, dalam
morfologi menganalisis struktur, bentuk, dan klarifikasi kata-kata. Dlam fonologi
bunyi [b] dan [s] pada kata bunyi dan sunyi disimpulkan sebagai fonem karena
membedakan makna. Jika didalam kajian morfologi kata-kata tersebut tidak lagi
dianalisis dengan cara demikian, kata tersebut mungkin akan dianalisis dalam
hubungannya dengan penambahan afiks ke-an.
Sebagai suatu satuan gramatikal, morfem memiliki makna. Istilah terkecil
mengisyaratkan bahwa satuan gramatikal (morfem) itu tidak dapat dibagi lagi
menjadi satuan yang lebih kecil.
Aturan yang difahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau
keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan
bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi dapat disimpulkan
bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata
dalam bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan
penutur bahasa tersebut.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
11
DAFTAR PUSTAKA

(Alek. 2018 Morfologi)


(Kurtanto,Eko. 2017 Morfologi)
(Muliastuti,Liliana. Morfo;ogi)

12

Anda mungkin juga menyukai