Dosen Pengampu:
Arifudin Soleh, M.Pd
Oleh:
Putri Syahira 2301080604033
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Arifudin Soleh, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah linguistik yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Putri Syahira
2
DAFTAR ISI
MORFOLOGI ............................................................................................................. 1
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
BAB II .......................................................................................................................... 5
MORFOLOGI ............................................................................................................. 5
PENUTUP .................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
MORFOLOGI
6
mengubah, c) ada bentuk baru hasil pengubahan. Proses morfologis dalam suatu
bahasa pada dasarnya terdiri atas : afiksasi, reduplikasi, dan komponisasi.
1. Afiksasi (affixation)
Proses penmbahan afiks (imbuhan). Penambahan diawal disebut prefiksasi
(contoh: belajar, pengurus, dibeli), ditengah disebut infiksasi (contoh:
gemetar, telunjuk, semungih ‘berlagak kaya’), dan diakhir dinamakan
sufiksasi (contoh: tulisan, wartawan). Penambahan diawal dan diakhir
dinamakan konfiksasi (contoh: melakukan, kelurahan).
2. Reduplikasi (reduplication)
Proses pengulangan bentuk. Reduplikasi banyak dijumpai pada bahasa-
bahasa di Asia Tenggara. Khusus dalam bahasa jawa reduplikasi memiliki
sejumlah pola. Sebagai berikut:
a) Dwilingga (pengulangan morfem asal), contoh: mlaku-mlaku
b) Swilingga salin suara (pengulangan morfem asal dengan perubahan
fonem), contoh: bola-bali, wira-wiri ‘ke sana- ke mari’
c) Dwipurwa (pengulangan pada silabe pertama), contoh: lelaki, lelembut
d) Dwiwasana (pengulangan pada bagian akhir), contoh: cengenges
e) Trilingga (pengulangan morfem asal dua kali), contoh: dag-dig-dug
3. Komponisasi, kompositum
Proses pembentukan morfem asal + morfem asal (bisa dengan imbuhan
atau tidak). Proses itu menghasilkan jenis kata baru dan bermaksa baru,
yaitu majemuk (compound word/composite word). Contoh: mata hari,
rumah sakit, semar medem (Bj) ‘nama makanan’. Salah satu ciri khas kata
majemuk adalah tidak dapat disisipi oleh satuan lain ditengahnya.
Misalnya:
Mata dan hari – bukan kata majemuk.
Semar sing medem – bukan kata majemuk.
7
Mofofonemik berasal dari dua satuan bentukan, yaitu morfem dan fonem.
Proses ini membahas perubahahan fonem akibat proses morfologis yang terjadi dalam
kontruksi tertentu. Poedjosoedarmo (1978:186) mengatakan proses mofofonemik ada
lima kategori, yaitu: muncul, hilang, luluh, berubah, dan geser. Berikut beberapa yang
penting diuraikan:
1. Asimilasi (assimilation)
Proses penyesuain bunyi, fonem mengalami peluluhan, baik regresid
maupun profresif, sebagian / keseluruhan. Biasanya terjadi pada bunyi-
bunyi yang homorgan (sejenis). Contoh:
a) Sat+jana (sanakerta), sajjana ‘orang duduk’ (sarjana)
b) Min+walad (arab), miwwalad ‘dari anak’
c) Me+pukul, memukul
2. Disimilasi (disimilation)
Proses hilangnya salah satu fonem. Contoh:
a) Ber+kerja, bekerja
3. Adisi (addition)
Proses penambahan fonem baru, misalnya nasalisasi. Penambahan ini
berjutuan antara lain untuk memudahkan pengucapan. Contoh:
a) Pe+jual, penjual
b) Pe+balap, pembalap
c) Nuku+ake, nukokake
8
merupakan morfem. Dalam studi morfologi satuan bentuk yang merupakan morfem
diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.
9
gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut sufiks yakni yang
disisipkan di tengah morfem dasar.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Morfologi dikaji untuk mengetahui bagaimana pembentukan sebuah morfem
atau kata, dan bagaimana pula kedua bentuk satuan bahasa itu mengalami perubahan.
Morfologi juga sebagai cabang linguistik yang mempelajari morfem, dalam
morfologi menganalisis struktur, bentuk, dan klarifikasi kata-kata. Dlam fonologi
bunyi [b] dan [s] pada kata bunyi dan sunyi disimpulkan sebagai fonem karena
membedakan makna. Jika didalam kajian morfologi kata-kata tersebut tidak lagi
dianalisis dengan cara demikian, kata tersebut mungkin akan dianalisis dalam
hubungannya dengan penambahan afiks ke-an.
Sebagai suatu satuan gramatikal, morfem memiliki makna. Istilah terkecil
mengisyaratkan bahwa satuan gramatikal (morfem) itu tidak dapat dibagi lagi
menjadi satuan yang lebih kecil.
Aturan yang difahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau
keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan
bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi dapat disimpulkan
bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata
dalam bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan
penutur bahasa tersebut.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12