Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah morfologi
Dosen Pengampu:
Dona Aji Karunia Putra, M.A.
Disusun oleh:
Kelompok 1
Siti Hafifah 11190130000037
Azru Hafizul Wahdi 11190130000045
Isnaini Qodriyatul Jannah 11190130000060
Maya Mardiana 11190130000066
3 B/PBSI
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Proses Morfologis” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Morfologi yang diampu oleh Bapak
Dona Aji Karunia Putra, M.A.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dona Aji Karunia Putra, M.A.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Morfologi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan tugas ini dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
proses penyusunan makalah ini, baik dari segi materil maupun spiritual sehingga makalah ini
dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tak ada gading yang tak retak, mungkin ungkapan itu pantas untuk makalah ini. Di
sisi lain menyadari bahwa apa yang kami tuangkan dalam makalah ini masih banyak
kekurangan. Permohonan maaf kami sampaikan seandainya ada kekurangan, kesalahan, atau
kekhilafan pada makalah ini. Penulis juga berharap dengan dituliskan makalah ini dapat
menjadi salah satu satu pijakan pembaca untuk membuka wawasan tentang Morfologi yang
lebih luas lagi. Demikian yang kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembaca sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Simpulan..............................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses morfologis?
2. Apa yang dimaksud dengan afiksasi?
3. Apa yang dimaksud dengan reduplikasi?
4. Apa yang dimaksud dengan komposisi?
5. Apa yang dimaksud dengan proses pemajemukan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tentang
pengertian dan contoh proses morfologis, afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan proses
pemajemukan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Morfologis
Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya.1 Disebut proses morfologis karena proses ini bermakna dan
berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. 2
Bentuk dasarnya mungkin dapat berupa kata, seperti3:
1. Kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh dan mendapat bubuhan ter-, serta kata
menggergaji yang dibentuk dari kata gergaja yang mendapat bubuhan meN-.
2. Kata berjalan-jalan, bentuk dasarnya adalah kata berjalan, yang mendapatkan
pengulangan bukan seperti kata sebelumnya yang mendapat bubuhan. Seperti halnya
pada kata-kata berlari-lari, terbatuk-batuk, berdekat-dekatan, rumah-rumah, dan lain
sebagainya. Proses pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasarnya disebut
proses pengulangan atau reduplikasi. Sementara kata yang dibentuk dengan proses
pengulangan disebut kata ulang.
3. Pada kata rumah sakit, kata rumah dan kata sakit yang merupakan bentuk dasarnya
digabungkan sehingga kedua kata tersebut menjadi satu kata. Contoh lainnya seperti
pada kata meja makan, rumah makan, kepala batu, dan lain sebagainya. Proses
pembentukan kata dengan penggabungan seperti itu disebut proses pemajemukan,
dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata majemuk.
B. Proses Afiksasi
Afiks ialah suatu bentuk linguistik yang keberadaannya hanya untuk melekatkan diri
pada bentuk-bentuk lain sehingga mampu menimbulkan makna baru pada bentuk-bentuk
yang dilekatinya tadi. Bentuk-bentuk yang melekat pada afiks terdiri atas pokok kata,
kata dasar, atau bentuk kompleks. Afiks harus diuji mampu melekat pada bentuk lain
atau tidak. 4
1
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: CV Karyono, 1987), hlm. 51.
2
Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 18.
3
M. Ramlan, op. cit, hlm. 51-52.
4
Ika Setiyaningsih, Inti Sari Morfologi Afiksasi, Reduplikasi, dan Komposisi, (Bandung: Pakar Raya,
2018), hlm. 9.
2
Contoh :
Unsur -an harus mampu melekat pada bentuk-bentuk lain. Jika unsur an tidak dapat
melekat pada bentuk lain, maka unsur tersebut bukan afiks. Pada intinya, afiks dapat
melekat pada berbagai ciri berikut:
5
Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, (Jakarta: Gramedia Utama, 2007), hlm. 18.
3
Perubahan ini terjadi apabila diikuti bentuk dasar yang berasal dari fonem /p,
b, f/. Pada proses penggabungan tersebut fonem /p/ hilang. Fonem /P/ akan
tetap ada pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih
mempertahankan keasingannya.
Contoh: meN + paksa = memaksa (fonem /p/ hilang)
meN + propaganda = mempropaganda (fonem /p/ masih ada karena
bentuk propaganda masih mempertahankan keasingannya)
meN+ Buka = membuka
b) meN- menjadi men-
Awalan meN- berubah menjadi men- apabila diikuti bentuk dasar yang
berawalan fonem /t/ dan /d/. Pada proses penggabungan tersebut fonem /t/
hilang. Fonem /t/ akan tetap ada pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa
asing yang masih mempertahankan keasingannya dan pada bentuk yang
awalannya ter-. 6
Contoh:
meN-+ tangkap = menangkap ( fonem /t/ hilang)
meN-+ tiup = meniup ( fonem /t/ hilang)
meN - + didik = mendidik
meN- + Tolerir = mentolerir (fonem /t/ tetap ada karena berasal dari
bahasa asing)
c) meN- menjadi meny-
Awalan meN- berubah menjadi meny- apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /s, c, j/ pada proses penggabungan tersebut fonem /s/
hilang. Contoh : meN- + sapu = menyapu
6
Ika Setiyaningsih, Op. Cit, hlm. 10.
4
meN- + gali = menggali
meN- + injak = menginjak
meN - + ajak = mengajak
2. Awalan di-
Awalan di- akan memiliki arti jika bergabung dengan morfem lain. Proses
penggabungan awalan di- dan morfem lain tidak mengalami perubahan bentuk
sehingga awalan di- hanya memiliki satu bentuk saja.Setelah bergabung dengan
morfem lain awalan di- memiliki fungsi membentuk kata kerja bentuk pasif. Selain
fungsi, awalan di juga memiliki makna.
Makna awalan di- sebagai berikut:
‘dikenai dengan’
Contoh: lantai itu sedang disapu oleh Ibu.
‘disapu = ‘dikenai’ sapu.
‘dijadikan’ atau dibuat menjadi
Contoh : Daging sapi itu akan direndang agar bisa dinikmati makan malam.
‘direndang’ = ‘dijadikan rendang atau dibuat menjadi rendang’
3. Awalan ke-
Proses penggabungan awalan ke- dan morfem lain tidak mengalami perubahan
bentuk sehingga awalan ke- hanya memiliki satu bentuk saja.
Makna awalan ke- adalah sebagai berikut:
a. ‘menyatakan jumlah atau kumpulan’
Contoh:
kedua orang itu merupakan relawan banjir
‘kedua’= ‘menyatakan jumlah dua orang’
b. menyatakan urutan atau tingkatan
Contoh: Dinda merupakan anak ketiga
4. Awalan ber-
Awalan ber- bisa memiliki arti jika bergabung dengan morfem lain. Proses
penggabungan mengalami perubahan bentuk
Contoh :
ber- menjadi be- = ber- + kerja menjadi bekerja
ber- menjadi bel- = ber- + ajar menjadi belajar
5
5. Awalan ter-
Proses penggabungan ter dengan bentuk lain tidak mengalami perubahan.
Contoh : ter- + cantik = tercantik (menyatakan paling)
ter- + bakar = terbakar (menyatakan ketidaksengajaan)
ter- + bagi = terbagi (menyatakan bahwa peristiwa telah terjadi)
6. Awalan se-
Setelah bergabung dengan morfem lain, awalan se- memilih fungsi atau makna.
Contoh : se- + tinggi = setinggi (menyatakan menyerupai)
Sebelum, sesudah, dan sehari = menyatakan waktu
b. Akhiran (sufiks)
1. Akhiran -an
Akhiran -an memiliki fungsi dan makna. Fungsi akhiran -an adalah membentuk
kata benda. Makna akhiran -an adalah sebagai berikut.
a. ‘menyatakan makna alat’
Contoh: hapusan, garisan, dan gantungan.
b. ‘menyatakan makna beberapa
Contoh: ratusan, ribuan, jutaan, dll.
c. ‘menyatakan tempat’
Contoh: pangkalan, tumpuan, sandaran, dll.
d. ‘menyatakan makna sekitar’
Contoh: kejadian itu sekitar tahun 1980-an
2. Akhiran -I
Akhiran -I memiliki fungsi dan makna. Fungsi akhiran -I membentuk kata kerja
perintah atau imperatif. Makna akhiran -I adalah sebagai berikut
a. ‘menyatakan pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang’
Contoh: Adhi, tolong sirami bunga di halaman belakang!
Sirami = menyiram secara berulang
b. ‘ membuat jadi atau kausatif’
Contoh: Maya, tolong panasi sayur itu!
panasi sayur= membuat sayur menjadi panas.
c. ‘merasakan sesuatu pada..”
6
Contoh: hormati kedua orang tuamu.
Sayangi semua makhluk hidup
3. Akhiran -kan
Akhiran -kan memiliki fungsi membentuk kata kerja imperatif dan transitif. Selain
itu, akhiran -kan juga memiliki makna yaitu:
a. Menyatakan makna melakukan pekerjaan untuk orang lain
Contoh: ambilkan, tuliskan, rapikan, dll.
b. Mendapatkan makna “membawa masuk ke-“
Contohkan : sebaiknya dia di pesantrenkan saja
Umurn dia sudah cukup untuk di sekolahkan.
c. Menyatakan kesungguhan
Contoh : tolong dengarkan aku,
sepertinya yang dia butuhkan hanya tidur untuk bisa sembuh.
Hanya Adi yang kamu rindukan.
4. Akhiran -nya
Fungsi akhiran -nya adalah sebagai berikut :
a. Membentuk keterangan
Contoh: sebenarnya dia baik hati
b. Membentuk penunjuk waktu
Contoh : malamnya dia kembali ke rumah.
c. Membentuk kata benda
Contohnya : kereta itu datangnya cepat
c. Sisipan (infiks)
7
Tapak menjadi telapak Kilau menjadi Sambung menjadi Gigi menjadi gerigi
kemilau sinambung
Laki menjadi lelaki Getar menjadi Tambah menjadi Suling menjadi
gemetar tinambah seruling
C. Reduplikasi
Reduplikasi atau proses pengulangan ialah pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk
dasar. Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Misalnya rumah-rumah dari
bentuk dasar rumah, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik, dan lain
sebagainya. Proses pengulangan digolongkan menjadi:
1. Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan
fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya:
a. Kursi = kursi-kursi
b. Sepeda = sepeda-sepeda
c. Meja = meja-meja
d. Buku = buku-buku
e. Kelas = kelas-kelas
f. Sekolah = sekolah-sekolah
g. Kebaikan = kebaikan-kebaikan
h. Pembangunan = pembangunan-pembangunan
i. Pertemuan = pertemuan-pertemuan
j. Pengertian = pengertian-pengertian
2. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasar dan bentuk
dasar tidak diulang seluruhnya. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa
pengulangan sebagian banyak terdapat dalam bahasa Indonesia dibanding dengan
pengulangan seluruh. Yang termasuk ke dalam pengulangan sebagian, sebagai
berikut:
a. Bentuk tunggal.
8
Contoh: lelaki (dari bentuk dasar laki)
tetamu (dari bentuk dasar tamu)
tetangga (dari bentuk dasar tangga)
beberapa (dari bentuk dasar berapa)
pertama-tama (dari bentuk dasar pertama)
segala-gala (dari bentuk dasar segala)
b. Bentuk kompleks yang dibentuk dengan afiks meN-, di-, ber-, ter-, ber-an, -an,
ke-. Contoh:
1. Membaca-baca
membaca (bentuk dasar) + reduplikasi
meN- + baca (bentuk asal) + reduplikasi
2. Mengemas-ngemas
mengemas (bentuk dasar) + reduplikasi
meN- + kemas (bentuk asal) + reduplikasi
3. Melambai-lambaikan
melambai (bentuk dasar) + reduplikasi
meN- + lambai (bentuk asal) + reduplikasi
4. Ditanam-tanami
ditanam (bentuk dasar) + reduplikasi + i
di- + tanam (bentuk asal) + reduplikasi + i
5. Ditarik-tarik
ditarik (bentuk dasar) + reduplikasi
di- + tarik (bentuk asal) + reduplikasi
6. Bermain-main
bermain (bentuk dasar) + reduplikasi
ber- + main (bentuk asal) + reduplikasi
7. Berlarut-larut
berlarut (bentuk dasar) + reduplikasi
ber- + larut (bentuk asal) + reduplikasi
8. Terbatuk-batuk
terbatuk (bentuk dasar) + reduplikasi
ter- + batuk (bentuk asal) + reduplikasi
9. Tersenyum-senyum
tersenyum (bentuk dasar) + reduplikasi
9
ter- + senyum (bentuk asal) + reduplikasi
10. Berjauh-jauhan
berjauhan (bentuk dasar) + reduplikasi
ber-an + jauh (bentuk asal) + reduplikasi
11. Berpukul-pukulan
berpukulan (bentuk dasar) + reduplikasi
ber-an + pukul (bentuk asal) + reduplikasi
12. Tumbuh-tumbuhan
tumbuhan (bentuk dasar) + reduplikasi
tumbuh (bentuk asal) + -an + reduplikasi
13. Sayur-sayuran
sayuran (bentuk dasar) + reduplikasi
sayur (bentuk asal) + -an + reduplikasi
14. Kedua-dua
kedua (bentuk dasar) + reduplikasi
ke- + dua (bentuk asal) + reduplikasi
15. Keempat-empat
keempat (bentuk dasar) + reduplikasi
ke- + empat (bentuk asal) + reduplikasi
D. Komposisi
I. Pengantar
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk
dasar, sehingga menimbulkan makna yang relative baru. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelususri dari unsur yang membentuknya,
ada yang maknanya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, da nada yang
mempunyai makna unik.8 Komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar
(biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep”
yang belum tertampung dalam sebuah kata.
Proses komposisi dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang
cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Contoh dalam bahasa
7
Ibid., hlm. 63-76.
8
Sarmadan dan La Alu, Buku Ajar Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah, (Yoyakarta: CV. Budi
Utama, 2012), h. 66.
12
Indonesia kita sudah punya kata merah, yaitu salah satu jenis warna. Namun, dalam
kehidupan kita warna merah itu tidak semacam, ada warna merah seperti warna darah;
ada warna merah seperti warna jambu; ada warna merah seperti warna delima, dan
sebagainya. Maka untuk membedakan semuanya itu kita buatlah gabungan kata
merah darah, merah jambu, merah delima, dan sebagainya.
Konsep yang diwadahinya adalah 'merah seperti warna darah merah seperti
warna jambu', merah seperti warna delima'.9 Menurut Kridalaksana (1989)
menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu
proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Hasil proses itu
disebut paduan leksem atau kompositum, yang menjadi calon kata majemuk.10
9
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 209.
10
Ibid., h. 211.
11
Ibid., h. 210-215.
13
Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal
(kata kerja). Misalnya komposisi menyanyi menari. Komposisi verbal dapat
dibentuk dari dasar:
1) Verba + verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan minum.
2) Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
3) Verba + adjektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
4) Adverbia + verba, seperti sudah makan, belum ketemu, masih tidur.
Komposisi verbal terbagi menjadi:
komposisi verbal bermakna gramatikal adalah proses pembentukan
komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, antara lain adalah
makna yang menyatakan: a) ‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata dan. b) ‘gabungan mempertentangkan’,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. c) ‘sambil’,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil.
komposis verbal bermakna idiomatikal adalah komposisi yang maknanya
tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun
gramatikal. Misalnya makan garam dalam arti ‘pengalaman’, makan
kerawat dalam arti ‘sangat miskin’, gigit jari dalam arti ‘tidak
mendapatkan apa-apa’.
Komposisi verbal dengan adverbial adalah sebagai pengisi fungsi predikat
dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbial atau
lebih. Adverbia pendamping adalah: a) adverbia negasi: tidak, tak tanpa. b)
adverbia kala: sudah, sedang, tengah lagi, akan. c) adverbia keselesaian:
sudah , sedang , tengah, belum. d) adverbia aspectual: boleh wajib, harus,
dapat, ingin , mau. e) adverbial frekuensi : sering , jarang, pernah,
acapkali. f) adverbial kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, boleh
jadi.12
b. Komposisi Nomina
Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina
(kata benda). Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar
1) Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu, sate kambing
2) Nomina + verba, seperti meja makan,, buku ajar, ruang tunggu.
12
Ibid., h. 225-231.
14
3) Nomina + adjektifa, seperti guru muda, mobil kecil, meja hijau.
4) Adverbial + nomina, seperti bukan uang, banyak serigala, beberapa guru
Komposisi nominal terbagi menjadi:
Komposisi nominal bermakna gramatikal adalah komposisi yang makna
gramatikalnya muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar
dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna gramatikal yang muncul
dalam proses pembentukan komposisi nominal, antara lain adalah makana
yang meyatakan: a) ‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata dan. b) ‘bagian’ , sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata dari. c) ‘kepunyaan atau pemiliki’. Sehingga di
antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik.
Komposisi nominal bermakna idiomatikal komposisi yang maknanya tidak
dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatika,
baik itu idiom penuh maupun idiom sebagian. Misalnya: a) Orang tua,
dalam arti ‘ayah ibu’. b) Kambing hitam, dalam arti ‘orang yang
dipersalahkan dalam perkara’. c) Kumis kucing, dalam arti ‘sejenis
tanaman obat’, d) Meja hijau, dalam arti ‘pengadilan’
Komposisi nominal nama dan istilah adalah komposisi yang tidak
bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, dan juga tidak bermakna
metaforis.
Komposisi nominal dengan adverbia adalah komposisi yang dibentuk dari
kelas adverbia dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan
oleh makna leksikal dari kata adverbial itu. Adverbial yang mendampingi
nomina adalah, adverbial yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada,
tanpa; dan adverbial yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak,
sedikit, sejumlah, jarang, kurang. Berikut diberikan sejumlah contoh: a)
Bukan anjing. b) Tiada air. c) Tanpa uang. d) Beberapa siswa.
Komposisi nomina dengan metaforis adalah sejumlah komposisi nominal
yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis yakni dengan
mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut.
Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna
metaforis dari komponen makna kaki, yaitu (+ terletak pada bagian
15
bawah). Sedangkan pada komposisi kaki meja diberi makna metaforis dari
komponen makna kaki (+penunjang berdirinya tubuh).13
c. Komposisi Adjektiva
Komposisi adjektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori
adjektiva (kata sifat). Komposisi adjektiva dapat dibentuk dari dasar:
1) Adjektiva + adjektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
2) Adjektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
3) Adjektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
4) Adverbia + adjektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan.
Komposisi adjektival terbagi menjadi:
Komposisi adjektival bermakna gramatikal yaitu dalam proses
penbentukannya muncul sejumlah makna gramatikal. a) ‘gabungan biasa’,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. b) ‘alternatif
atau pilihan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata
atau. c) ‘seperti’ , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata
seperti. d) ‘serba’, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua
unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang
sama. e) ‘untuk’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata
untuk. f) ‘kalau’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata
kalau.
Komposisi adjektival bermakna idiomatikal yaitu makna yang tidak dapat
diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya panjang usus
dalam arti sabar, tinggi hati dalam arti angkuh.
Komposisi adjektival dengan adverbia adalah hanya ada dua macam
adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi
adjektival, yaitu: a) Adverbial negasi: tidak. b) Adverbia derajat: agak,
sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.14
E. Proses Pemajemukan
a. Pengertian Pemajemukan Kata
13
Ibid., h. 216-224.
14
Ibid., h. 231-234.
16
Pengertian pemajemukan kata menurut beberapa ahli yaitu :
(1). Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua buah
kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 2007 ).
b. Kata Majemuk
Para ahli linguistik tradisional, seperti Sutan Takdir Alisjahbana (1953), yang
berpendapat bahwa kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru
15
TBBI, 1988 : 168
16
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994). hal.186.
17
yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya. Misalkan kata kumis
kucing yang bermakna ‘sejenis tumbuhan’ dan mata sapi dengan makna ‘telur yang
digoreng tanpa dihancurkan’ adalah kata majemuk. Berbeda dengan kumis
kucing dengan arti ‘kumis dari binatang kucing’ dan mata sapi dalam arti ‘mata dari
binatang sapi’ bukanlah kata majemuk.
18
(2). Para tata bahasa struktural menitikberatkan kajian pada struktur, datang dengan
konsep bahwa kedua unsur kata majemuk tidak bisa dipisahkan dengan unsur lain dan
tidak bisa dibalik susunannya. Umpamanya bentuk mata sapi dalam arti telur yang
digoreng tanpa dihancurkan adalah sebuah kata majemuk sebab tidak bisa dipisah
misalnya menjadi matanya sapi atau mata dari sapi atau tidak bisa dibalikkan menjadi
sapi mata.
(3). Formula untuk bisa membedakan antara kata majemuk dengan idiom yaitu :
Idiom : A + B bermakna C
Misalnya, terjun payung adalah sebuah kata majemuk karena maknanya yaitu
melakukan terjun dengan memakai alat semacam payung. Jadi,masih ada
hubungannya dengan makna terjun dan kata payung. Sedangkan bentuk naik darah
dalam arti menjadi sangat marah adalah sebuah idiom sebab maknanya tidak bisa
ditelusuri dari kata naik dan kata darah.
Jika diperhatikan secara sepintas, satuan tersebut terdiri dari dua kata yang
termasuk golongan kata nominal dan kata sifat. Kata nominal yang dimaksud adalah
kata kursi dan adik, sedangkan kata sifat yang dimaksud adalah kata malas.
Apabila satuan terdiri dari kata nominal dan kata sifat, maka satuan tersebut
mempunya dua kemungkina. Kemungkinan yang pertama yang disebut satuan kalusa,
dan kemungkinan kedua yang disebut satuan frase. Klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri dari predikat, baik disertai subyek, obyek, pelengkap, dan keterangan
ataupun tidak (Ramlan, 2007). Sedangkan frase yang dimaksud kemungkinan disini
adalah sebagai frase endosentrik yang atribut, ialah frase yang terdiri dari unsur yang
tidak setara.
19
1. Kemungkinan sebagai klausa
Jika kursi malas merupakan klausa, tentu kursi itu dapat diikuti menjadi “Kursi
itu malas” Kata malas dapat pula didahului kata tidak,
sangat, atau agak. Sehingga menjadi kursi itu tidak malas, kursi itu sangat
malas, dan kursi itu agak malas. tetapi semuanya sangat tidak mungkin. Ini
berbeda halnya dengan adik itu tidak malas, adik itu sangat malas dan adik
itu agak malas.
2. Kemungkinan sebagai fras
Jika kursi malas itu merupakan frase, tentu dapat disela dengan kata
“yang” menjadi “Kursi yang malas” atau “Adik yang malas” Sama halnya
dengan kemungkinan sebagai klausa, kalimat kursi yang malas sangat tidak
mungkin ada maknanya. Berbeda halnya dengan kalimat adik yang malas.
Dengan memerhatikan ciri-ciri tersebut, dan dapat ditentukan satuan mana yang
disebut kata majemuk dan satuan mana yang tidak merupakan satuan majemuk.
20
B. Berupa kata dan kata tetapi tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah
strukturnya.
Satuan kamar mandi kelihatannya sama dengan orang mandi, keduanya sama-
sama terdiri dari kata nominal dan kata kerja. Kata nominal yang dimaksud yaitu
kata kamar dan orang, sedangkan kata kerja yang dimaksud yaitu kata mandi.
Tetapi apabila diteliti secara mendalam, keduanya itu berbeda.
Pada kata orang mandi , kata orang dapat diikuti dengan kata itu sehingga
menjadi “orang itu mandi”. Sedangkan pada kata kamar mandi, kata kamar tidak
dapat diikuti dengan kata itu dan menjadi Kamar itu mandi Kata orang juga dapat
diikuti dengan kata sedang, sehingga menjadi orang itu sedang mandi. Tetapi kata
pada kata kamar mandi tidak dapat diikuti dan menjadi kamar itu sedang mandi.
Begitupun bisa diikuti dengan kata sudah, telah atau belum.
Kata-kata kamar itu sedang mandi, kmar itu belum mandi, kamar itu telah
mandi dan kamar itu mandi satuan-satuan tersebut dalam bahasa Indoneisa tidak
ada. Berdasarkan ciri ini, kata kamar mandi disebut kata majemuk sedangkan kata
orang mandi disebut klausa.
Satuan kaki tangan berbeda dengan satuan meja kursi meskipun unsur-
unsurnya sama, yaitu berupa kata nominal keseluruhannya. Di antara
kata meja dan kursi dapat disisipkan kata dan menjadi meja dan kursi. sebaliknya
di antara kata kaki dan tangan dalam kaki tangan tidak dapat disisipkan
kata dan, Kalau disisipkan maka artinya berbeda, misalnya
21
Berikut ini merupakan satuan gramatik, yang berdasarkan ciri kedua dan
merupakan kata majemuk18 :
BAB III
18
http://dedeheripramono.blogspot.com/2015/10/proses-morfologis-pemajemukan-kata.html
22
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
23
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
http://dedeheripramono.blogspot.com/2015/10/proses-morfologis-pemajemukan-kata.html.
Moeliono. 1984.
Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sarmadan dan La Alu. 2012. Buku Ajar Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Setiyaningsih, Ika. 2018. Inti Sari Morfologi Afiksasi, Reduplikasi, dan Komposisi. Bandung:
Pakar Raya.
TBBI. 1988 .
24