Anda di halaman 1dari 6

Nama : Isnaini Qodriyatul Jannah

NIM : 11190130000060

Mata Kuliah : UTS Kajian Puisi Semester Genap

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas : IV B

Dosen Pengampu : Jamal D. Rahman

Menurut Pradopo dalam Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)
menyatakan bahwa, puisi ialah karya sastra yang dapat dianalisis dari berbagai aspek atau
sudut pandang yang berupa struktur dan unsur-unsur puisi, jenis-jenis dan ragamnya ataupun
dari aspek sudut kesejarahannya yang di dalamnya terdapat sarana kepuitisan. 1 Dari segi
bentuk, puisi didefinisikan sebagai kumupulan larik yang ditata indah dalam alunan rima dan
irama serta mengusung satu makna yang diselipkan oleh penyair. Menganalisis puisi dapat
dilakukan dengan empat langkah yaitu memahami kata-kata atau ungkapan dalam puisi (kata-
kata yang asing dicari terlebih dahulu), memparafrasekan puisi, mengungkapkan makna,
kaitan puisi dengan kenyataan (puisi tersebut ada kaitannya dengan kenyataan atau kehidupan
pengarang). 2

Aku (aku/-ku) dan engkau (-mu, tuan, engkau) dalam puisi Senyum Hatiku Senyum
adalah si penyairnya atau Amir Hamzah. Ia memiliki rasa kecewa, merana akan nasibnya, tak
pernah bahagia, merasa tidak adil dengan alam, dan tak beruntung dengan kisah cintanya.
Kekecewaan dan kesakitan yang dialaminya merasa tersiksa, tak berdaya, pasrah, sunyi.
Namun, ia harus mengikhlaskan cintanya dan berusaha tetap tersenyum dan bahagia. Karena
baginya tidak berguna terus menerus mengalami keterpurukan atau kegagalan cintanya. Dari
rasa sakit tersebut, segala sesuatu si Penyair menuangkan perasaannya kepada Tuhan. Pada
puisi ada kata melur ialah bunga melati, fakir ialah orang yang tidak mampu atau kekurangan,
sulang-menyulang ialah berganti-ganti, dagang ialah orang yang mengembara atau merantau,
segara ialah lautan, kelana ialah pengembara, selampai ialah kain yang berbetuk persegi
panjang, biasanya bermotif kotak-kotak.

Tema ialah gagasan pokok yang dikemukakan penyair dan ide sebuah cerita. Tema
tidak perlu selalu berwujud moral atau ajaran moral. Tema bisa hanya berwujud pegamatan
pengarang terhadap kehidupan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi
objektif (bagi semua penafsir) dan lugas (tidak dibuat-buat). 3 Gagasan inti atau tema dari
puisi Senyum Hatiku Senyum karya Amir Hamzah adalah seorang penyair yang telah
mengalami kegagalan cinta dari pasangannya, sehingga kisah cinta tersebut tidak terwujud.
1
Puji, Tiana, dan Indra, “Analisis Puisi Heri Isnaini “Prangko” dengan Pendekatan Semiotika”, (IKIP
Siliwangi: Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 2019), h. 366.
2
Mukhlis, Teknik Penulisan Puisi Teori Aplikasi dan Pendekatan, (Jakarta: PT Metaforma Internusa,
2020), h. 95-96.
3
Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008), h. 65.
Pembukaan puisi ini diawali oleh gagasan penyair yang berusaha bahagia dan tegar
setelah mengalami pahitnya cinta seperti empedu. Puisi ini menimbulkan simpulan yang
disampaikan oleh penyair yaitu mengulaskan tindakan yang sangat dalam tentang perasaann
yang sudah lama digenggam. Intinya, penyair telah mengikhlaskan seseorang yang
dicintainya karena telah mengalami kegagalan cinta. Puisi ini memiliki karakteristik yang
sederhana, apa adanya, tidak mengandung berlebihan. Jadi, penyair membuat pembaca itu
mengetahui isi hati penyair ang pernah sakit dan dituangkannya tidak dilebihkan ataupun
dikurangkan. Selain itu, penyair membuat pembaca itu terhibur dan tidak memberatkan
problema penyair.

Hal ini selaras dengan kisah cinta penyair yaitu beberapa kali “kegagalan” cinta dan
asmara kepada pujaan hatinya. Yang pertama adalah cinta seorang gadis Belanda yang
bernama Rina Neynhoff kepadanya, namun Amir Hamzah tidak menaruh hati pada gadis ini.
Kemudian berdasarkan perjodohan yang dilakukan oleh para orang tua, ia menjalin asmara
dengan Aja Bun. la pun sangat mencintai Aja Bun. Namun nasib berkata lain. Sewaktu ia
belajar di pulau Jawa, kekasih hatinya ini dilamar oleh abangnda kandungnya sendiri. la pun
patah arang dalam asmara ¡ni. untuk mengobati luka-luka asmaranya ia pun mencoba
membina asmara dengan gadis Solo, teman sekelasnya saat AMS yaitu Ilik Sundari. Berbagai
kecocokan dan keserasian tampak dalam diri keduanya. Dua sejoli ini adalah sama-sama
sekolah di bidang kebudayaan, sama-sama sebagai aktivis kemerdekaan bangsa Indonesia,
dan wawasan keilmuan yang sama. la pun berkeinginan menjadikan Ilik Sundari menjadi
suntingan hati dan ibu suri rumah tangganya kelak. Namun di tengah-tengah asmara cintanya,
ia harus makan buah simalakama.” la harus kawin dengan putri Sultan Langkat. agar semua
dapat “selamat” dan jebakan politik dan sosial. la pun pastilah amat menderita akan keadaan
asmara yang seperti ini. Namun sebagai hamba Allah yang taat, ja pun tetap ikhlas menerima
takdir asmaranya yang seperti ini. la pun sadar itu telah terukir di dalam garisan hidupnya
(sebagaimana tertulis di lawhul mahfudz), yang ia kembalikan kepada Tuhan, sebagai
kekasihnya. 4

(“Senyum Hatiku, Senyum”)

Senyum hatiku, senyum

Senyum hatiku, gelak

Dukamu tuan, aduhai kulum

Walaupun hatimu, rasakan retak

Bait pertama menunjukkan penyair berusaha tetap tersenyum, bahagia dengan


perasaan cintanya meskipun itu terpaksa dan tidak sesuai dengan suasana dihatinya. Ia
meredam duka cintanya yang tak terbalas padahal hatinya seperti pecahan beling. Sebenarnya
sakit, ingin meluapkan dengan emosi, amarah, tetapi ia sadar itu tidak ada gunanya. Lebih
baik dipendam dan berusaha tegar. Sikap tersebut menggambarkan kedewasaan penyair yang
4
Muhammad Takari, Zaidan, Fadlin, Tengku Amir Hamzah: Wira Dunia Melayu Bersenjatakan Pena di
dalam Makalah Seminar, (Kuala Lumpur: Dewan Pustaka, 2016), h. 23.
mengikhlaskan, mengubur, dan melupakan perasaannya dalam menghadapi kisah cinta yang
begitu dalam.

Benar mawar kembang

Melur mengirai kelopak

Anak dara duduk berdendang

Tetapi, engkau, aduhai fakir, dikenang orang sekali pun tidak

Bait kedua menunjukkan penyair membandingkan dirinya dengan alam yang di


sekitarnya. Bahwa, bunga mawar, melati bisa tumbuh dan mekar dengan indah dan anak
perempuan yang duduk bersantai ria. Mereka sangat berguna akann kehadirannya yang
berbahagia, tetapi penyair justru tidak ada gunanya dalam hidup, ia serba miskin, kekurangan,
dan tidak akan dikenang sekalipun dengan orang yang di sekitarnya terutama orang yang
dicintainya.

Kuketahui, tekukur sulang-menyulang

Murai berkicau melagukan cinta

Tetapi engkau aduhai dagang

Umpama pungguk merayukan purnama

Bait ketiga menunjukkan penyair membandingkan dirinya dengan burung tekukur


yang hidup saling bahu-membahu, beradu paruh, berpasangan dan burung murai yang
menyanyikan lagu cinta dengan kicauan yang merdu. Mereka sangat berarti dengan keadaan
di sekitarnya. Namun, penyair seperti seorang pengembara/merantau jauh yang tidak akan
bisa meraih keindahan yang didapatnya terutama orang yang dicintainya.

Sungguh matahari dirangkum segara

Purnama raya dilingkung bintang

Tetapi engkau wahai kelana

Siapa mengusap hatimu bimbang?

Bait keempat menunjukkan penyair memiliki iri hati terhadap alam yang di sekitar
seperti matahari yang dipeluk oleh lautan dan bulan yang dikelilingi oleh bintang. Mereka
memiliki kehangatan yang berarti, tetapi penyair justru merasakan kesendirian, tidak ada
seorang pun yang bisa mengobati luka hatinya, melindungi, menghangati, dan menghiburnya.
Tidak ada seorang peduli dan perhatian terhadap apa yang dirasakan oleh penyair.

Diam hatiku, diam

Cobakan ria, hatiku ria


Sedih tuan, cobalah pendam

Umpama di sekam, api menyala

Bait kelima menunjukkan penyair berusaha mendamaikan hatinya dengan diam dan
bahagia dalam menahan penderitaan cintanya dan segala rasa yang dialaminya. Walaupun
telah dipendam itu menyakitkan dan tersiksa seperti api menyala tinggi, tetapi ia tidak ingin
dilihat sedih oleh orang lain.

Mengapakah rama-rama boleh bersenda

Alun boleh mencium pantai

Tetapi beta makhluk utama

Duka dan cinta menjadi selampai?

Bait keenam menunjukkan penyair merasa tidak adil dengan semua ini, sehingga ia
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak hatinya. Ia tidak adil dengan kupu-
kupu yang bersenda gurau dan ombak mencium pantai yang memiliki kebahagiaan, padahal
mereka bukan makhluk utama atau makhluk yang tidak memiliki akal pikiran. Sedangkan, ia
adalah manusia tidak merasakan kebahagiaan terutama kisah cintanya. Bahkan, kisah
cintanya menjadi masalah pada dirinya.

Senyap, hatiku senyap

Adakah boleh engkau merana

Sudahlah ini nasib yang tetap

Engkau terima di pangkuan bunda.

Bait ketujuh menunjukkan penyair yang memiliki kesunyian hatinya dan apakah
pantas merana dengan takdirnya. Ia pasrah denngan nasib yang diterimanya dan segala
sesuatu semua akan diserahkan kepada Tuhan. Tuhan lah satu-satunya penyelamat hati.

Selain menganalisis makna puisi di atas, adapun menganalisis bentuk puisi ini yaitu
denga tipografi. Tata wajah atau tipografi adalah pengungkapan puisi secara grafis. Tipografi
merupakan cara penulisan puisi yang khas. Sebuah puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan.
Cara penulisan puisi yang berupa larik-larik yang disusun secara khas dapat menciptakan
makna tambahan. Makna tambahan itu diperkuat oleh penyajian tipografi puisi. Selain
dipengaruhi oleh struktur lahir seperti yang diungkapkan di atas, pembentukan puisi juga
dipengaruhi oleh struktur batin. 5 Tipografi pada puisi Senyum Hatiku Senyum adalah
memiliki tujuh bait. Setiap baitnya terdiri dari empat larik/baris. Bentuk tipografi rimanya
adalah a-b-a-a-b. Struktur penulisan dalam puisi ini hampir mirip dengan pantun.
Berdasarkan letak rimanya, seluruh bait pada puisi ini menggunakan rima yang silang yaitu
larik pertama bersajak dengan ketiga dan larik kedua bersajak dengan keempat.
5
Eneng Sri Supriyatin, Kajian Makna Puisi Keagamaan (Metode Hermeneutika), (Tasikmalaya:
Guepedia, 2020), h. 35.
Tidak hanya tipografi, di dalam puisi ini ada gaya bahasa di antaranya majas alusio,
metafora, dan repetisi. Majas alusio adalah gaya bahasa berusaha menyugestikan kesamaan
antara orang, tempat, atau peristiwa. Majas metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan
dua hal benda secara singkat dan padat. Majas repetisi adalah pengulangan kata, frasa, atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penekanan. 6 Pada kutipan “Tetapi
engkau aduhai dagang // Umpama pungguk merayukan purnama” dan “Sedih tuan, cobalah
pendam // Umpama di sekam, api menyala” merupakan majas alusio. Pada kutipan “Anak
dara duduk berdendang // Tetapi, engkau, aduhai fakir, dikenang orang sekali pun tidak”,
“Murai berkicau melagukan cinta // Tetapi engkau aduhai dagan”, “Sudahlah ini nasib
yang tetap // Engkau terima di pangkuan bunda” merupakan majas metafora. Pada kutipan
“Diam hatiku, diam”, “Cobakan ria, hatiku ria”, “Senyap, hatiku senyap”, “Senyum hatiku,
senyum”, “Kuketahui, tekukur sulang-menyulang” merupakann majas repetisi.

Tidak hanya majas, di dalam puisi ini terdapat citraan. Dalam puisi, untuk memberi
gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus,untuk membuat hidup
gambaran dalam pikiran dan pengideraan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga
menggunakan sebelas gambaran-gambaran angan dalam sajak. Gambaran-gambaran angan
dalam sajak disebut juga citraan (imagery). Citraan ini ialah gambar-gambar dalam pikiran
dan bahasa menggambarkannya. 7 Puisi ini memiliki citraan penglihatan dan pendengaran.
Pada kutipan “Murai berkicau melagukan cinta” merupakan citraan pendengaran. Pada
kutipan “Kuketahui, tekukur sulang-menyulang”, “Sungguh matahari dirangkum segara”,
“Purnama raya dilingkung bintang” merupakan citraan penglihatan.

DAFTAR PUSTAKA

Febiyanti, Astri Retno. 2014. Citraan Pada Puisi “Das Gottliche” karya Johan Wolgang
Von Goethe, Tugas Akhir Bukan Skripsi (Fakultas Bahasa dan Seni: Universitas Negeri
Yogyakarta).

6
E. Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa untuk SD, SMP, SMA, (Jakarta: PT Kawan
Pustaka, 2010), h. 3-19.
7
Astri Retno Febiyanti, Citraan Pada Puisi “Das Gottliche” karya Johan Wolgang Von Goethe, Tugas
Akhir Bukan Skripsi (Fakultas Bahasa dan Seni: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), h. 14.
Kusmayadi, Ismail . 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media
Pratama.

Mukhlis. 2020. Teknik Penulisan Puisi Teori Aplikasi dan Pendekatan. Jakarta: PT
Metaforma Internusa.

Puji, Tiana, dan Indra. 2019. “Analisis Puisi Heri Isnaini “Prangko” dengan Pendekatan
Semiotika”, (IKIP Siliwangi: Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia).

Supriyatin, Eneng Sri. 2020. Kajian Makna Puisi Keagamaan (Metode Hermeneutika).
Tasikmalaya: Guepedia.

Takari, Muhammad , Zaidan, Fadlin. 2016. Tengku Amir Hamzah: Wira Dunia Melayu
Bersenjatakan Pena di dalam Makalah Seminar. Kuala Lumpur: Dewan Pustaka.

Waridah, E. 2010. Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa untuk SD, SMP, SMA. Jakarta:
PT Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai