Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MORFOLOGI

Dosen Pembimbing : Jupri,M.Pd.

Disusun Oleh :

Class 1B

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN

LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, rahmat
dan Inayah-Nya kepada kami , sehingga dengan izin dan Kekuatan dari-Nya untuk kami, kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai
bentuk tugas kelompok dari mata kuliah Bahasa Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan juga semua unsur yang telah banyak
membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri pribadi penulis sendiri maupun
bagi pembaca pada umumnya, baik sebagai bahan bacaan ataupun sebagai bahan referensi
dalam penyusunan suatu tulisan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Jupri,M.Pd, Sebagai Dosen Pembimbing Mata Kuliah yang telah banyak memberikan arahan
dan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini dengan baik dan benar.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 6 Desember 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Morfologi....................................................................................................... 3
2.2 Proses Pembentukan Kata Dalam Morfologi .............................................................. 4
2.2.1 Proses ................................................................................................................... 5
2.2.2 Sistem Bentuk Kata.............................................................................................. 5
2.3 Perbedaan Afiksasi, Reduplikasi, dan Konversi dalam Pembentukan Kata .............. 6
2.4 Morfem dan jenis-jenisnya .......................................................................................... 6
2.4.1 Morfem bebas dan Morfem terikat ...................................................................... 7
2.4.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi ..................................................................... 7
2.4.3 Morfem Segmental dan Suprasegmental ............................................................. 7
2.4.4 Morfem beralomorf zero ...................................................................................... 8
2.4.5 Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal ................... 8
2.4.6 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar(root) ........................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 10
PENUTUP............................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10
3.2 Saran .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Morfologi secara etimologi berasal dari kata morf yang berarti “ilmu”. Secara harfiahnya, kata
morfologi mempunyai makna ilmu yang berkaitan dengan bentuk. Dalam kajian linguistic,
morfologi artinya ilmu yang mempelajari dan mebahasa tentang bentuk-bentuk- dan
pembentukan kata. Mengutip ungkapan Tarigan bahwa “morfologi ialah bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk kata serta pengaruh perubahanperubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata”.

Di samping itu Ramlan, menyatakan bahwa morfologi merupakan sebuah bagian kelilmuan
bahasa yang membahas tentang bentuk kata secara mendalam dan hal-hal yang mempengaruhi
bentuk kata terhadap suatu golongan dan makna kata.1 Pada bab mengenai morfologi, akan
dibahas tuntas secara mendalam tentang morferm, bagaimana morfem tersebut berproses
sehingga menjadi suatu kata, yang merupakan satuan paling kecil dalam sintaksis.2 Morfologi
mengkaji unsur atau satuan terkecil dari suatu bahasa. Satuan gramatikal yang paling kecil itu
disebut morfem. Sebagai suatu satuan gramatikal, morfem mempunyai makna. Istilah yang
paling kecil menunjukkan bahwa satuan gramatikal (morfem) itu tidak bisa dibagi lagi menjadi
satuan yang lebih kecil.

Definisi morfologi dalam kamus lingusitik adalah bagian keahlian linguistik yang
memperlajari morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang
meliputi kata dan bagian-bagian kata yaitu morfem. Dipaparkan oleh Nurhayati dan Siti
Mulyani tentang definisi morfologi yaitu ilmu yang membahas tentang kata dan cara
pengubahannya. Dari beberapa pengertian morfologi yang dikemukakan tersebut menjadi
acuan para peneliti dalam mendefinisikan arti morfologi yaitu sebagai bagian dari ilmu bahasa
yang mempelajari seluk-beluk kata meliputi pembentukan perubanahannya, yang mencakup
kata dan bagian-bagian kata atau morfem. Sedangkan morfem dan kata, pakar linguistik asal
Amerika menyatakan “morfem adalah unsur terkecil yang secara indivual mengandung
pengertian dalam ujaran suatu bahasa”.

Selain itu, Surana juga mengungkapkan tentang suatu konsep morfem bahwa setiap morfem
bebas merupakan sebuah kata. Namun, kata tidak hanya meliputi morfem bebas, tetapi meliputi

1
semua gabungan antara morfem bebas dan morfem terikat, morfem dasar dengan morfem
dasar.4 Sejalan dengan hal tersebut, Keraf membedakan morfem menjadi dua bagian, yaitu
pertama morfem bebas yang langsung membina suatu kalimat atau morfem yang dapat berdiri
sendiri dan morfem terikat yang tidak langsung membina sebuah kalimat. Melainkan selalu
terikat dengan morfem lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa devinisi morfologi


2. Bagaimana proses pembentukan kata dalam morfologi?
3. Apa perbedaan antara afiksasi, reduplikasi, dan konversi dalam pembentukan kata?
4. Apa saja jenis-jenis morfem?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian morfologi


2. Untuk mengetahui proses pembentukan kata dalam morfologi.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara afiksasi, reduplikasi, dan konversi dalam
pembentukan kata.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis morfem

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Morfologi

Ramlan (1979) dalam bukunya mengatakan bahwa “Morfologi adalah bagian dari ilmu yang
mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata
terhadap golongan dari arti kata.” Eugene A. Nida mengatakan Morphology is the study of
Morphenes and their arrangements in forming words. Morphemes are the minimal meaningful
units which may constitute words or parts of words e.g.,re-,de-,un-,-ish,ly-, ceive-, mand, tie,
boy, and like in the combinations receive, demand, untie, boyish, likely. (Morfology 1970:1).

Dari kedua definisi itu dapat kita ketahui bahwa bukan saja terdiri dari kata-kata lepas tetapi
juga kumpulan bunyi-bunyi lain yang dapat digabungkan dengan kata-kata itu. Oleh sebab itu
maka gabungan bunyi atau sebuah bunyi yang kita gabungkan dengan kata itu juga termasuk
morfem, seperti awalan, sisipan dan akhiran. Sedangkan iimu yang mempelajari bagaimana
struktur morfem serta seluk beluk strukturnya itu termasuk bidang morfologi. Morfologi atau
morfemik adalah telaah morfem. Pada dasarnya dan yang paling bermanfaat bagi kita di sini,
morfologi dapat dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu :

1. Morfologi sinkronik
2. Morfologi diakronik

Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan dalam waktu tertentu, baik
waktu lalu ataupun waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik adalah suatu analisis
linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal dan komponen
sintaksis kata-kata, dan bagaimana caranya komponen-komponen tersebut menambahkan,
mengurangi, atau mengatur kembali dirinya didalam berbagai ragam konteks. Morfologi
sinkronik tidak ada sangkut pautnya atau tidak manaruh perhatian pada sejarah atau asal usul
kata dalam bahasa kita. Morfologi diakronik menelaah sejarah atau asal kata, dan
mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata kini berbada dengan pemakaian kata
pada masa lalu. Setiap orang yang menaruh perhatian besar terhadap masalah kata dan morfem
beserta maknanya, maka tak mau harus menelusuri masalah sinkronik ini. Secara singkat yang
menjadi paparan morfologi sinkronik adalah:

3
1. Morfologi leksikal dan morfem sintaktik
2. Morfem bebas dan morfem terikat
3. Morfem dasar dan morfem imbuhan

Pada garis besarnya hal-hal yang dibicarakan dalam morfologi mencakup:

1. Morfem-morfem yang terdapat dalam bahasa,

2. Proses pembentukan kata

3. Fungsi proses pembentukan kata

4. Makna proses pembentukan kata

5. Jenis kata.

Morfologi sebagai cabang atau bagian ilmu bahasa mengandung persamaan, disamping
perbedaan, dengan cabang atau bagian ilmu bahasa yang lain: diantaranya leksikologi,
etimologi, dan sintaksis. Morfologi dan leksikologi keduanya sama-sama mempelajari arti
kata: morfologi mempelajari arti leksikal. Morfologi dan etimologi mempelajari perubahan
kata,baik bentuknya maupun maknanya. Morfologi mempelajari perubahan-perubahan yang
umum yang merupakan suatu system dalam bahasa yang bersangkutan, sedangkan Etimologi
mempelajari perubahan-perubahan yang khusus yang berlaku pada kata-kata yang
bersangkutan saja. Morfologi mempelajari kata sebagai satuan terbesar sebagai hasil
pembentukan suatu proses, sedangkan sintaksis mempelajari kata sebagai satuan terkecil dalam
hubungannya dengan pembentukan frasa, kalausa dan kalimat.

2.2 Proses Pembentukan Kata Dalam Morfologi

Pembentukan kata dalam morfologi dapat terjadi melalui beberapa proses, antara lain:

1. Afiksasi: proses penambahan afiks (awalan, akhiran, atau sisipan) pada sebuah kata dasar
untuk membentuk kata baru. Contoh: "ber-" + "lari" = "berlari", "ke-" + "cil" = "kecil".
2. Reduplikasi: proses pengulangan suku kata atau seluruh kata untuk membentuk kata baru.
Contoh: "rumah" + "rumah" = "rumah-rumah", "makan" + "makan" = "makan-makan".
3. Konversi: proses perubahan kelas kata tanpa perubahan bentuk. Contoh: "makan" (verba)
menjadi "makanan" (nomina), "besar" (adjektiva) menjadi "besar-besaran" (adverbia).

4
4. Komposisi: proses penggabungan dua atau lebih kata dasar untuk membentuk kata baru.
Contoh: "buah" + "tangan" = "buatan", "mata" + "hari" = "matahari".
5. Derivasi: proses pembentukan kata baru melalui perubahan bentuk dan makna dari kata
dasar. Contoh: "cantik" (adjektiva) menjadi "mencantikkan" (verba), "pintu" (nomina)
menjadi "memperluas" (verba).

Dengan berbagai proses di atas, morfologi mempelajari bagaimana kata-kata baru dapat
terbentuk dari kata dasar melalui berbagai mekanisme pembentukan kata.

Dalam bahasa Indonesia terdapat 3 proses morfologis, yaitu :

1. Proses Pembubuhan (Afikasi)


2. Proses Pengulangan (Reduplikasi)
3. Proses Pemajemukan

Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk
tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Misalnya pembubuhan afik ber-
pada kata jalan menjadi berjalan.

Bentuk Afiksasi

Fonem /N/ (nasal) pada morfem meN berubah menjadi fonem /m/ apabila kata dasar yang
mengikutiya berawal /p,b,f/.

Misalnya : meN + pesan => memesan.

2.2.1 Proses

Dalam bahasa Indonesia kerap sekali ditemukan gabungan dua kata yang membentuk makna
baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua kata tersebut lazim disebut dengan kata mejemuk.

Contoh : Rumah sakit, terima kasih, tanggung jawab.

2.2.2 Sistem Bentuk Kata

Pertama merupakan bentuk tanpa nasal dan bentuk yang kedua adalah bentuk dengan nasal
(men-, meng-, dan meny-). Awalan me- atau pe- tanpa nasal muncul jika dilekatkan pada
bentuk dasar yang diawali huruf y, l, w, r, m, n, ny, dan ng. Misalnya:

me- + laris + kan = melariskan

me- + nasihat + i = menasihati

5
me- + mandi + kan = memandikan

me- + nyanyi + kan = menyanyikan

me- + raya + kan = merayakan

me- + yakin + kan = meyakinkan

2.3 Perbedaan Afiksasi, Reduplikasi, dan Konversi dalam Pembentukan Kata

1. Afiksasi Afiksasi adalah metode pembubuhan afiks ke bentuk dasar atau dasar. Unsur-
unsuryang terlibat dalam proses ini, (1) bentuk dasar atau dasar (2) afiks. Bentuk
dasar,atau dasar, merupakan bentuk terkecil yang tidak dapat dipecah-pecah lagi.
Sementaraitu afiks adalah suatu bentuk, biasanya berupa morfem pembentuk
kata, yangditambahkan ke akar dalam proses leksikal. afiks dibedakan menjadi dua
jenis, yaituafiks infleksi dan afiks derivatif. Afiks infleksi mengacu pada afiks yang
digunakanuntuk membentuk kata infleksi atau paradigma infleksional.
sementara itu afiksderivatif adalah afiks yang digunakan untuk membentuk kata baru,
yaitu kata yangidentitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasar.
2. Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemik yang mengulang bentuk dasar
baik secarakeseluruhan, sebagian atau dengan mengubah bunyi. Pengulangan
ini biasanyadisertai dengan perubahan fonologis kecil. seperti: Sayur-mayur.
3. KonversiKonversi adalah proses pembentukan kata dari satu kata ke kata yang
lain tanpamengubah unsur segmentalnya. Modifikasi internal (sering disebut
penjumlahaninternal atau modifikasi internal) adalah proses pembentukan kata
denganmenambahkan unsur (biasanya berupa vokal) pada morfem kerangka tetap
(biasanya berupa konsonan). Ada jenis modifikasi internal lain yang disebut dengan
suplesi.suplesi merupakan jenis modifikasi internal yang proses perubahannya sangat
ekstrim,karena ciri-ciri bentuk dasarnya tidak lagi atau hampir tidak terlihat.

2.4 Morfem dan jenis-jenisnya

Morfem dari kata morphe dan ema (sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema
berarti yang mengandung arti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem ialah kesatuan
bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsur
pembentuknya.

6
Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian bagian
yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu tidak dapat
lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal ataupun makna
gramatikal. Demikian juga me- dan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil
(Badudu,1985:66). Jadi, morfem adalah satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi
dan mempunyai makna gramatikal dan makna leksikal.
Jenis-jenis morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.

2.4.1 Morfem bebas dan Morfem terikat

Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam
pertuturan. Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang
tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.

Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemu kakan.
Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan , baur termasuk morfem terikat.
Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam petuturan tanpa terlebih dahulu
mengalami proses morfologi. Bentuk tersebut lazim disebut prakategorial. Kedua,
bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk prakategorial karena bentuk
tersebut merupakan pangkal kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah
mengalami proses morfologi. Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering
kerontang), hanya dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem
terikat. Keempat, bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara morfologis termasuk
morfem bebas. Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut
klitika. Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak
mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak
dipisahkan .

2.4.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi adalah
sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah, catatan perlu diperhatikan dalam
morfem terbagi. Pertama, semua afiks disebut konfiks termasuk morfem terbagi. Untuk
menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna gramatikal yang disandang.
Kedua, ada afiks yang disebut infiks yakni yang disisipkan di tengah morfem dasar.

2.4.3 Morfem Segmental dan Suprasegmental

7
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti
tekanan, nada, durasi.

Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem
yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-
fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua
morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti
tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngabaka di Kongo
Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang
berupa nada

2.4.4 Morfem beralomorf zero

Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud
bunyi segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan.

Misal :
Bentuk tunggal:
I have a book

I have a sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep

Kita lihat, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books;
bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga.
Karena bentuk jamak books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan {-
s}, maka dapat dipastikan bentuk jamak unutk sheep adalah morfem {sheep} dan
morfem {0}.

2.4.5 Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal

8
Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna pada
dirinya sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem yang
tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari},


dan {merah} adalah morfem bermakna leksikal. Sedangkan morfem tak bermakna
leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru
mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses
morfologi. Misalnya, morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.

2.4.6 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar(root)

Morfem dasar, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam suatu
reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Pangkal
digunakan untuk menyebut bentuk dasar dari proses infleksi. Akar digunakan untuk
menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi dan beserta pokok bahasan lain yang
terkandung dalam pengertian Morfologi,dapat ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut
1. Pengertian Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara
morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
2. Di dalam ilmu morfologi kita bisa membahas pengertian morfem dan jenis-jenisnya,
morf, alomorf, serta hal-hal yang terkait dengan morfologi

3.2 Saran

Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil yang
optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian morfologi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, M., & Ma’ruf, A. (2014). Morfem-morfem Pembentuk Verba Dasar Triliteral Bahasa
Arab. Gadjah Mada University. ([studocu])

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka ([jejak
Pustaka])

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta : RINEKA CIPTA. ([scrib])

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia ([Quiper])

Gani, S. (2019). Kajian teoritis struktur internal bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20. ([google scolar])

Putri, M. A., Rahayu, M. J., & Putri, R. A. (2017). Bentuk Morfologi Kawasan Permukiman
Urban Fringe Selatan Kota Surakarta. Jurnal Pengembangan Kota, 4(2), 120-128.
([google scolar])

11

Anda mungkin juga menyukai