Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“ TATA KATA DAN DIKSI ”

Dosen Pengampu
Karmila Wahyuni, S. Hum, M. Pd

Disusun Oleh :

Nurul Anggraini 2184024


Steven Franjaya 2183034

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA DAN SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER (STMIK) DUMAI
Jl. Utama Karya, Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang
dinanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia pada Program Studi Teknik Informatika
dan Sistem Informasi di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
Dumai Semester V dengan judul “TATA KATA DAN DIKSI”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Dumai, 26 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Tata Kata (Morfologi)..........................................................................3
2.1.1 Konsep dasar morfologi.............................................................4
2.1.2 Proses morfologi........................................................................4
2.1.3 Macam-macam proses morfologi...............................................5
2.2 DIKSI..................................................................................................11
2.2.1 Pengertian diksi........................................................................11
2.2.2 Fungsi diksi (pemilihan kata)...................................................12
2.2.3 Syarat-syarat diksi....................................................................12
2.2.4 Ciri-ciri diksi............................................................................12
2.2.5 Jenis-jenis diksi........................................................................13
2.2.6 Syarat pemilihan kata dalam diksi...........................................20
2.2.7 Pembentukan kata dalam diksi.................................................23
2.2.8 Pemilihan kata dan penggunaan diksi......................................26

BAB III PENUTUP..............................................................................................27


3.1 Kesimpulan.........................................................................................27
3.2 Saran...................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda
menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan
ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami
dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik.
Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks
alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata sesuka hati,
tetapi yang harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman
yang baik ihwal penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat
penting, bahkan mungkin  vital, terutama  untuk  menghindari  
kesalapahaman  dalam berkomunikasi.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata
untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengarnya.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal
pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut
terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak
hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa
tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan kata (diksi) mempengaruhi
pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan
relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata sapaan dan kata
serapan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Diksi ( Pilihan Kata ) ?
2. Apa Fungsi dari Diksi atau ( Pilihan Kata ) ?
3. Apa saja Syarat Pemilihan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata ) ?
4. Bagaimana Pembentukan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata ) ?
5. Bagaimana penjelasan tentang  Kata Ilmiah , Kata Populer, Kata Jargon
Dan Slang ?
6. Bagaimana Pilihan Kata dan Penggunaan Diksi ?
7. Bagaimana pembagian makna kata ?
8. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ?
9. Apa yang di maksud dengan gaya bahasa dan idiom ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca sama-
sama mengerti apa itu Tata Kata dan Diksi sesusai dengan rumusan masalah
diatas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TATA KATA (Morfologi)


Tata kata atau morfologi adalah materi kata dan pembentukan kata.
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk
dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti
ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti cabang
ilmu bahasa yang seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak
dari perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata. Menurut Ramlan
pengertian morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk
beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata
terhadap arti dan golongan kata. Bentuk kata yaitu ;
 Kata dasar, contohnya sepeda
 Kata berimbuhan, contoh berepeda
 Kata majemuk, contohnya sapu tangan
 Kata ulang, contohnya berbondong-bondong

Pembagaian bentuk kata menurut C.A. Mees yang berkebangsaan


Belanda terdiri dari:
 Kata benda  Kata benda
 Kata kerja  Kata kerja
 Kata sifat  Kata sifat
 Kata ganti  Kata ganti
 Kata bilangan  Kata bilangan
 Kata depan  Kata depan

Perbedaan golongan arti kata – kata tidak lain disebabkan oleh


perubahan bentuk kata. Karena itu, maka morfologi, disamping bidangnya
yang utama menyelidiki seluk beluk bentuk kata, juga menyelidiki
kemungkinan adanya perubahan golongan arti kata yang timbul sebagai akibat
perubahan bentuk kata.

3
2.1.1 Konsep Dasar Morfologi
1. Morfem
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung
makna yang sudah tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian bermakna
yang lebih kecil (Zaenal Arifin, 2008:2). Morfem terbagi dua, yaitu :
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai
kata. Morfem bebas {di}, {lari}, {lihat}, {pandang}, dan {orang},
dapat berdiri sendiri sebagai kata.
b. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kata. Morfem terikat baru  memiliki makna setelah
bergabung dengan morfem yang lain yang biasanya berupa morfem
bebas. Morfem {ber-}, {di-}, atau {me-}, sebagai morfem terikat
baru bermakna apabila muncul bersama morfem lainnya, seperti
pada kata  berlari, dilihat, memandang.
2. Alomorf
Alomorf adalah  anggota  satu  morfem yang  wujudnya
berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama (Hasan Alwi,
2003: 29). Alomorf adalah  variasi bentuk  atau  variasi bunyi  dari
sebuah morfem. Variasi bentuk atau variasi bunyi itu terjadi karena
dipengaruhi oleh bunyi-bunyi yang berada di lingkungan yang
dimasukinya (Gorys Keraf, 1991: 43).
Morfem {ber-}, misalnya, dalam  realisasi  pemakaiannya pada
lingkungan tertentu bisa memiliki variasi bentuk atau variasi bunyi
/ber-/, /be-/, dan /bel-/. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
variasi bunyi /ber-/, /be-/, dan /bel-/ yang dimiliki oleh morfem {ber}
tersebut hanya merupakan alomorf atau variasi bunyi.

2.1.2 Proses Morfologi

4
Proses morfologi ialah proses pembentukan kata – kata dari satuan
lain yang merupakan bentuk dasarnya atau menghubungkan morfem yang
satu dengan morfem yang lainnya.. Dalam Bahasa Indonesia terdapat tiga
proses morfologik, ialah proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses
pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (pemajemukan).
Disamping tiga proses morfologik tersebut di atas, dalam bahasa Indonesia
sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disini disebut zero. Proses ini
hanya meliputi sejumlah kata tertentu, ialah kata – kata makan, minum,
minta, dan mohon, yang semuanya teramsuk golongan kata verbal yang
transitif. Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem
menjadi kata.

2.1.3 Macam-Macam Proses Morfologi


1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembentukan kata kompleks dengan cara
penambahan afiks pada bentuk dasar. Afiks terbagi empat, yaitu:
a. Prefiks (Awalan)
1) Prefiks be(R)-
Prefiks be(R)- memiliki beberapa variasi. Be(R)- bisa berubah
menjadi be- dan bel-. Be(R)- berubah menjadi be- jika kata
yang dilekatinya diawali dengan huruf r dan suku kata pertama
diakhiri dengan er yang di depannya konsonan.
be(R) + renang → berenang
be(R) + ternak → beternak
be(R) +kerja → bekerja

2) Prefiks me (N)-
Prefiks me(N)- mempunyai beberapa variasi, yaitu me(N)- yaitu
mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-.
 Prefiks me(N)- berubah menjadi mem- jika bergabung
dengan kata yang diawali huruf /b/, /f/, /p/, dan /v/.
Misalnya,

5
me(N)- + baca → membaca
me(N)- + pukul → memukul.
 Prefiks me(N)- berubah menjadi men- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /d/, /t/, /j/, dan /c/.
Misalnya,
me(N)- + data → mendata,
me(N)- + tulis → menulis,
me(N)- + jadi → menjadi, dan
me(N)- + cuci → mencuci.
 Prefiks me(N)- berubah menjadi meny- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /s/. Misalnya,
me(N)- + sapu → menyapu.
 Prefiks me(N)- berubah menjadi meng- jika bergabung
dengan kata yang diawali dengan huruf /k/ dan /g/.
Misalnya,
me(N)- + kupas → mengupas
me(N)- + goreng → menggoreng
 Prefiks me(N)- berubah menjadi menge- jika bergabung
dengan kata yang terdiri dari satu suku kata. Misalnya,
me(N)- + lap → mengelap,
me(N)- + bom→ mengebom,dan
me(N)- + bor → mengebor.

3) Prefiks pe(R)-
Prefiks pe(R)- merupakan nominalisasi dari prefiks be(R).
Perhatikan contoh berikut!
Berawat → perawat
Bekerja → pekerja.
Prefiks pe(R)- mempunyai variasi pe- dan pel-.
 Prefiks pe(R)- berubah menjadi pe- jika bergabung dengan
kata yang diawali huruf r dan kata yang suku katanya
berakhiran er, Misalnya,

6
pe(R)- + rawat → perawat
pe(R)- + kerja → pekerja
 Prefiks pe(R)- berubah menjadi pel- jika bergabung dengan
kata ajar. Misalnya, pe(R)- + ajar → pelajar.
4) Prefiks pe(N)-
 Prefiks pe(N)- mempunyai beberapa variasi. Prefiks pe-(N)-
sejajar dengan prefiks me(N)-. Variasi pe(N)- memiliki
variasi pem-, pen-, peny-, peng-, pe-, dan penge-.
 Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan
kata yang diawali oleh huruf /t/, /d/, /c/, dan /j/. Misalnya,
penuduh, pendorong, pencuci, dan penjudi.
 Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan
kata yang diawali oleh huruf /b/ dan /p/. Misalnya, pebaca
dan pemukul.
 Prefiks pe(N)- berubah menjadi peny- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /s/. Misalnya, penyaji.
 Prefiks pe(N)- menjadi peng- jika bergabung dengan kata
yang diawali oleh huruf /g/ dan /k/ Misalnya, penggaris dan
pengupas.
 Prefiks pe(N)- berubah menjadi penge- jika bergabung
dengan kata yang terdiri atas satu suku kata. Misalnya,
pengebom, pengepel, dan pengecor.
 Prefiks pe(N)- menjadi pe- jika bergabung dengan kata yang
diawali oleh huruf /m/, /l/, dan /r/. Misalnya, pemarah,
pelupa, dan perasa.

5) Prefiks te(R)-
Prefiks te(R)- mempunyai beberapa variasi, yaitu ter- dan tel-.
Misalnya, terbaca, ternilai, tertinggi, dan telanjur.

b. Infiks (Sisipan)

7
Infiks termasuk afiks yang penggunaannya kurang produktif. Infiks
dalam bahasa Indonesia terdiri dari tiga macam: -el-, -em-, dan
-er-.
1) Infiks -el-, misalnya, geletar;
2) Infiks -er-, misalnya, gerigi, seruling; dan
3) Infiks -em-, misalnya, gemuruh, gemetar.
c. Sufiks (Akhiran)
Sufiks dalam bahasa Indonesia mendapatkan serapan asing seperti
wan, wati, man. Adapun akhiran yang asli terdiri dari –an, -kan,
dan –i.
1) Sufiks -an, misalnya, dalam ayunan, pegangan, makanan;
2) Sufiks -i, misalnya, dalam memagari memukuli, meninjui;
3) Sufiks -kan, misalnya, dalam memerikan, melemparkan; dan
4) Sufiks -nya, misalnya, dalam susahnya, berdirinya.

d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan
sufiks (akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-
pisah. Artinya, afiks gabungan itu muncul secara serempak pada
morfem dasar dan bersama-sama membentuk satu makna
gramatikal pada kata bentukan itu.
Berikut ini konfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
1) konfiks pe(R)-an misalnya, perbaikan, perkembangan,
2) konfiks pe(N)-an misalnya, penjagaan, pencurian,
3) konfiks ke-an misalnya, kedutaan, kesatuan,
4) konfiks be(R)-an misalnya, berciuman.

2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pengulangan kata dasar baik
keseluruhan maupun sebagian. Reduplikasi terbagi menjadi 4, yaitu:
a. Pengulangan seluruh

8
Dalam bahasa Indonesia perulangan seluruh adalah perulangan
bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Misalnya:
orang → orang-orang
cantik → cantik-cantik

b. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar,
baik bagian awal maupun bagian akhir morfem. Misalnya:
tamu → tetamu
berapa → beberapa

c. Pengulangan dengan perubahan fenom


Pengulangan dengan perubahan fonem adalah morfem dasar yang
diulang mengalami perubahan fonem. Misalnya:
lauk → lauk-pauk
gerak → gerak-gerik

d. Pengulangan berimbuhan
Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang
secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks.
Afiks yang dibubuhkan bisa berupa prefiks, sufiks, atau konfiks.
Misalnya,
batu → batu-batuan
hijau → kehijau-hijauan
tolong → tolong-menolong

3. Komposisi (Kata Majemuk)


Komposisi atau pemajemukan adalah proses morfologi atau
proses pembentukan kata melalui penggabungan dua morfem yang

9
membentuk satu kesatuan. Hasil dari proses morfologi ini adalah kata
majemuk. Bagan arus komposisi atau pemajemukan adalah :
Morfem + → morfem → komposisi →kata majemuk

Berdasarkan bagan arus di atas, bahwa kata majemuk harus


selalu terdiri atas dua unsur. Dua unsur pembentukannya itu harus
merupakan satu kesatuan. Ciri-ciri bentuk majemuk adalah sebagai
berikut.
a. Hubungan unsur-unsur pembentukannya rapat atau sudah menjadi
satu senyawa.
b. Struktur unsur-unsur pembentukannya tidak dapat dipertukarkan.
c. Salah satu atau semua unsurnya adalah pokok kata.

Berikut ini adalah contoh-contoh bentuk majemuk dalam bahasa


Indonesia.
mata + gelap → mata gelap
kursi + goyang → kursi goyang
kamar + mandi → kamar mandi
mata + uang → mata uang
daun + pintu → daun pintu
bola + lampu → bola lampu
anak + timbangan → timbangan anak

10
2.2 DIKSI
2.2.1 Pengertian Diksi
Ada beberapa pengertian diksi diantaranya ialah :
- Merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan
dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar
dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
- Membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan
gaya.  Harimurti (1984) dalam kamus linguistic,  menyatakan bahwa
diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.

Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata


yanng tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi,
diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang,
hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan
kata   dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan
sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan
secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada
pembaca atau pendengarnya.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti
sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak
bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam
memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai
contoh, kata mati bersinonim dengan mampus ,wafat, tewas, gugur,
berpulang, kembali ke haribaan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-
kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan
nuansa makna yang membedakannya.

11
2.2.2 Fungsi Diksi (Pemilihan Kata)

Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh


keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan
lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Dalam karangan
ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil
pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara
lain :
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Mencegah perbedaan penafsiran.
5. Mencagah salah pemahaman.
6. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.2.3 Syarat-Syarat Diksi


Untuk dapat menghasilkan cerita yang menarik dengan pilihan kata, maka
diksi yang baik itu harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini merupakan
diantarnya:
1. Ketepatan dalam melakukan pemilihan kata dalam menyampaikan
suatu gagasan.
2. Pengarang tersebut harus memiliki kemampuan untuk dapat
membedakan secara tepat nuansa makna sesuai dengan gagasan yang
ingin diutarakan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi serta nilai bagi pembaca
3. Menguasai berbagai kosakata serta mampu untuk dapat memanfaatkan
kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif serta mudah
untuk dipahami atau dimengerti.

2.2.4 Ciri-Ciri Diksi


Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri
diksi tersebut, dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara lain:

12
1. Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau
juga hal-hal yang diamanatkan
2. Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna
serta bentuk yang sesuai dengan gagasan serta juga situasi serta nilai
rasa pembaca.
3. Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat
bahasanya serta dapat menggerakan dan juga memberdayakan
kekayaan itu menjadi jaring kata yang jelas.

2.2.5 Jenis-Jenis Diksi


1. Kata – kata yang memiliki persamaan di beberapa bagian
a. Sinonim
Sinonim merupakan kata yang mempunyai makna yang sama.
Dengan kata lain, sinonim merupakan sebuah persamaan kata.
Dibawah ini merupakan beberapa contoh sinonim:
Bahagia → Senang
Matahari → Mentari
Cantik → Elok
Lezat → Enak
Pintar → Pandai

b. Antonim
Antonim merupakan kata yang mempunyai makna yang
berlawanan. artinya dalam kata lain, antonim ini merupakan lawan
kata. Dibawah ini merupakan beberapa contoh antonim:
Naik → Turun Gelap → Terang
Besar → Kecil Cepat → Lambat
Banyak → Sediki Ganteng → Cantik
Tinggi → Pendek Mahal → Murah

c. Polisemi

13
Polisemi merupakan kata yang mempunyai banyak arti atau juga
pengertian. Dibawah ini merupakan beberapa contoh polisemi:

1) Menabung di bank, maka kita akan mendapatkan Bunga.


2) Anita merupakan bunga desa di kampung ini.
3) Bunga mawar putih itu sangat indah.
4) Nama sahabatku adalah Bunga.
Pada kalimat 1 kata “bunga” itu menunjukan bahwa keuntungan
dalam menabung di bank, pada kalimat 2 itu mengarah pada
perempuan paling cantik yang ada dikampung, dan kalimat 3 itu
menunjukan bunga mengarah padatanaman, dan yang ke 4 itu
menunjukan bunga sebagai nama manusia.

d. Homograf
Homograf merupakan kata yang mempunyai makna serta lafal
yang berbeda, namun mempunyai cara ejaan yang sama.
Contohnya:
1. Anita suka makan Tahu goreng di ujung jalan.
2. Anita tidak Tahu bahwa kalau hari ini hari rabu
Kata “Tahu” pada kedua kalimat yang dituliskan diatas memiliki
cara ejaannya sama. Pada kalimat 1  menunjukan ke arah makanan
sedangkan pada kalimat 2 menunjukan lupa pada hari.

e. Homonim
Homonim merupakan kata yang mempunyai makna berbeda,
namun pada lafal atau ejaannya sama. Contoh homonim :
1. Pada pertengahan Bulan, ibu selalu menerima upah kerja.
2. Bulan purnama tersebut terlihat sangat jelas dan banyak
bintang yang menemaninya.
Kata “Bulan” pada contoh kalimat diatas memiliki lafal dan ejaan
yang sama tetapi mempunyai arti atau makna yang berbeda.

14
Apabila pada kalimat 1 kata bulan menunjukan tanggal, sedangkan
pada kalimat 2 itu menunjukan bulan yang ada di langit.

f. Homofon
Homofon merupakan kata yang mempunyai makna serta ejaan
berbeda, namun mempunyai lafal yang sama. Dibawah ini
merupakan contoh homofon:
1. Anita sedang mentrasfer uang di Bank.
2. Bang Dimas merupakan kakak Anita
Kata “Bank” serta “Bang”, mempunyai lafal yang sama namun
mempunyai ejaan serta juga makna yang berbeda. Pada kalimat 1
itu menunjukan tempat, sedangkan kalimat 2 itu menunjukan arti
saudara.

2. Denotasi dan Konotasi


a. Denotasi
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara
eksplisit. Makna wajar ini ialah makna yang sesuai dengan apa
adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung dalam
sebuah kata secara objektif. Makna denotatif lazim disebut:
1) Konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi
(pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran,
atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data)
faktual dan objektif.
2) Sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang
berkaki empat (makna sebenarnya).
3) Lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya.
Contoh:
“Wanita dan perempuan secara konseptual sama; gadis dan
perawan secara denotatif sama makananya, kumpulan,

15
rombongan, gerombolan, secara konseptual sama maknanya. Istri
dan bini secara konseptual sama.”

b. Konotasi
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang
timbul sebagai akibat dari sikap social, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif atau
konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata
dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain, sesuai
dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna
konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Contoh:
“Prabowo Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.”
Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Prabowo dan
Jokowi Kalla tarik-menarik kursi. Karena kata kursi berarti jabatan
presiden.

Makna konotatif dan denotatif berhubungan erat dengan


kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu
kata tanpa ada suatu makna yang menyertainya, sedangkan makna
konotatif adalah makna yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan
lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain,
makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus, sedangkan denotatif
maknanya umum. Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu.
Dia adalah wanita manis (konotatif).
Dia adalah wanita cantik (denotatif).
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan
memberikan gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata
manis terkandung suatu maksud yang bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat
jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata

16
tolol (lebih jelek daripada bodoh ), mampus (lebih jelek daripada
mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata
itu dapat mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotative
referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya
akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal
ini. Perhatikan contoh dibawah ini:
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk
memperoleh kepercayaan masyarakat. Kata membanting tulang (yang
mengambil suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang)
mengandung makna “bekerja keras” yang mengandung sebuah kiasan.
Kata membanting tulang dapat kita masukan dalam golongan kata
yang bermakna konotatif.

3. Abstrak dan Konkret


Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra
disebut kata konkret seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika
suatu kata tidak mudah dicerap panca indra maka kata itu disebut kata
abstrak , seperti gagasan dan saran.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit.
Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat
teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu
karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.

4. Umum dan Khusus


Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang
lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum
sifatnya. Sebaliknya, makna kata menjadi sempit ruang lingkupnya
makin khusus sifatnya.
Semakin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi
salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin
sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi salah paham. Dengan

17
kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata
semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:

N
KATA UMUM KATA KHUSUS
O
Melotot, Melirik, Mengintip, Menatap,
1. Melihat
Memandang
Tertatih-tatih, Ngesot, Terseok-seok,
2. Berjalan
Langkah tegap
Terpeleset, Terjengkang, Tergelincir,
3. Jatuh Tersungkur, Terjerembab, Terperosok
dan Terjungkal.

5. Populer dan Kajian


Kata populer yaitu kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan kata kajian
adalah kata yang hanya dipakai atau dikenal oleh para ilmuan dan
kaum terpelajar. Kata ini biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah.
Kebanyakan dari kata-kata kajian ini merupakan kata serapan dari
bahasa asing. Misalnya,
Populer : Ketua adalah salah satu bagian penting dari sebuah
organisasi
Kajian : Ayah adalah unsur yang dominan dalam sebuah keluarga

Populer : Isi botol-botol ini dengan air mineral


Kajian : Volume perdagangan Indonesia-Malaysia cukup
menggembirakan

Kata Populer Kata Kajian


Batas Batasan, Defenisi
Keluar Keluaran (Output)
Kelesuan Resesi
Contoh Sampel
Petunjuk, Tanda Indikasi
Rancangan Desain
Pembaharuan Inovasi
Penyatupaduan Integrasi

18
Bayaran Profesional
Waktu Momentum
6. Kata dalam percakapan
a. Jargon
Kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek,
atau tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata
sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu (dokter, militer,
perkumpulan rahasia, ilmuwan dsb). Contohnya populasi, volume,
abses, H2O, dan sebagainya.
b. Slang
Dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang
berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang
makna yang lain. Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras
usang hilang atau menjadi kata-kata biasa. Contohnya asoy,  mana
tahan  dan sesuatu ya.

7. Perubahan kata
a. Berdasarkan cakupan maknanya
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada
sebelumnya. Misalnya:
Kata Dulu Sekarang
Mengarungi laut dengan Mengarungi lautan
Berlayar
memakai kapal layar dengan alat apa saja
Sebutan untuk semua
Dipakai untuk sebutan
Putera-puteri anak laki-laki dan
anak-anak raja
perempuan

2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit daripada


makna dahulu,
Kata Dulu Sekarang
Sebutan untuk
Gelar untuk orang yang sudah
Sekarang semua orang
lulus dari perguruan tinggi
cendikiawan
Sekolah yang mempelajari
Madrasah Sekolah
ilmu agama Islam

19
b. Berdasarkan pergeseran nilai
Perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi.
Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti
sebelumnya. Contoh:
Ameliorasi - Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya
daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik
daripada kata bini
Perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah.
Arti baru dirasakan lebih rendh nilainya dari arti
sebelumnya. Contoh:
Peyorasi
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih
rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar

c. Berdasarkan pergeseran makna


Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi
karena adanya persamaan sifat.Contoh:
Asosiasi - Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang
berhatga dirumah itu
Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya
pertukaran tanggapan antara dua indra yang
Sinestesia berbeda. Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.

2.2.6 Syarat Pemilihan Kata Dalam Diksi


Persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih
itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di
samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat,
artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis.
Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan
kata, perlu diperhatikan:
1) Kaidah kelompok kata/ frase 3) Kaidah lingkungan sosial
2) Kaidah makna kata 4) Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
1) Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase

20
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok
kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan
benar.
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang  biasanya
Tepat
bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak
dapat digantikan  dengan lihatan mata.
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk
kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan
hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah
Seksama
mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi.
Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau
pun jaksa tinggi  karena kata tersebut tidak seksama.
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa
Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa
Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja. Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak
Lazim dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim
anjing makan.  Kemudian kata santapan rohani tidak
dapat pula digantikan dengan makanan rohani.  Kedua
kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak
seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakaian-nya.

2) Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.


1. Berdasarkan bentuknya
Makna leksikal adalah makna kamus atau makna
Makna yang terdapat di dalam kamus. Makna ini dimiliki
Leksikal
oleh kata dasar.
Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki
kata setelah mengalami proses gramatikal, seperti
proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Contoh :
Makna - Proses afiksasi awalan me- pada kata
Gramatikal dasar kotor  ; Adik mengotori lantai itu.
- Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-
kacangan merupakan salah satu sumber protein
nabati.
- Proses komposisi pada kata rumah sakit
bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit bersalin

21
2. Berdasarkan sifatnya
Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai
dengan hasil observasi panca indra dan tidak
Makna menimbulkan penafsiran lain yang disebut juga
Denotasi sebagai makna sebenarnya. Contoh:   
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
Makna konotasi adalah makna kata yang tidak
sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan
menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi
Makna disebut juga sebagai makna kias atau makna
Konotasi kontekstual. Contoh :   
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil

3. Berdasarkan wujudnya
Makna Makna referensial adalah makna kata yang
Referensia mempunyai rujukan yang konkret. Contoh :
l - meja, baju, membaca, menulis
Makna inferensial adalah makna kata yang tidak
Makna
mempunyai rujukan yang konkret. Contoh :
Inferensial
- baik, indah, sedih, gembira

4. Perubahan Kata
- Berdasarkan pergeseran cakupan maknanya (meluas, menyempit)
- Berdasarkan pergeseran nilai (ameliorasi dan peyorasi)
- Berdasarkan pergeseran makna (asosiasi dan sinestesia)

22
2.2.7 Pembentukan Kata Dalam Diksi
Pembentukan kata dalam diksi memiliki dua cara, yaitu :
1. Dari dalam Bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar
kata yang sudah ada
2. Dari luar Bahasa Indonesia terbentuk kata baru dari unsur serapan.

Berikut penjelasan mengenai defenisi dan kata serapan.


1) Defenisi
Suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau
konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di
perhatikan ialah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang
didefinisikan. Contoh :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang,
tumbuhan, dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia,
seolah punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia.
Pembagian defenisi :

Menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih


Defenisi umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan
Nominali suatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada
s enam macam, yaitu definisi sinonim, simbolik, etimologik,
semantik, stipulatif, dan denotative.
Penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah
istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi
realis ada tiga macam, yaitu :
- Definisi esensial,
Penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan antara
penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian
Defenisi
suatu benda (definisi analitik) dengan penjelasan
Realis
dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang
terdiri atas genus dan diferensia (definisi konotatif).
- Definisi diskriptif
Penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus
yang menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan
cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi
Defenisi Penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari segi
Praktis kegunaan atau tujuan. Definisi praktis terbagi tiga, yaitu:
- Definisi operasional : Penjelasan dengan cara
menegaskan langkah-langkah pengujian serta
menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati. 

23
- Definisi fungsional : Penjelasan sesuatu hal dengan cara
menunjukkan kegunaan dan tujuannya. 
- Definisi persuasive : Penjelasan dengan cara
merumuskan suatu pernyataan yang dapat
mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang
lain

2) Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang
sudah sesuai dengan EYD. Bahasa asing yang masuk dan memberi
pengaruh pada kosa kata bahasa Indonesia diantaranya bahasa
Sansekerta, Belanda, Arab, Inggris dan bahasa Tionghoa. Penyerapan
kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu: 
a. Keteraturan Bahasa (Analogi)
Dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi
yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya. Karena analogi
adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan
dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi,
sistem ejaan atau struktur bahasa. Contoh :
Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa
asing dapat dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur
seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua
unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.
b. Penyimpangan atau ketidakteraturan Bahasa (Anomali)
Dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara
ejaan dan pelafalannya.
Indonesia Asli
Bank Bank (Inggris)
Intern Intern (Inggris)
Qur’an Qur’an (Arab)
Jum’at Jum’at (Arab)

24
Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan
dengan unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di
simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan
ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’).

Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara


utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan
untuk di baca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam
fonologi. Contoh : 
Indonesia Asli
Expose Expose
Export Export
Exodus Exodus

Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada


juga yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya
dilakukan secara utuh. Misalnya :

Indonesia Asli
Federalisme Federalism (Inggris)
Bilingual Bilingual (Inggris)
Dedikasi Dedication (Inggris)
Edukasi Education (Inggris)

2.2.8 Pemilihan Kata Dan Penggunaan Diksi


1. Kata dari dan daripada
Contoh :
- Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
- Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (ket. sebab)
- Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (alasan)

2. Kata pada dan kepada


Contoh :

25
- Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
- Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)

3. Kata di dan ke
Contoh :
- Atika sedang berada di luar kota  (fungsi kata depan di)
- Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar
(keterangan waktu)

4. Kata dan dan dengan


Contoh :
- Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
- Ibu memotong kue dengan pisau

5. Kata antar dan antara


Contoh :
- Kabar ibu belum pasti, antara benar dan tidak (pemilihan)
- Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa


Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Diksi berfungsi untuk memperoleh
keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Diksi memiliki beberapa
syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi yang sesuai antara
pembicara dan pendengar.
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang
dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata
juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat
dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa
yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan.
Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat
penggunaan kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu.

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari
pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi
diharapkan  bisa memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun
suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Retni, Nur. 2016. MAKALAH BAHASA INDONESIA (DIKSI ATAU PILIHAN


KATA). Diakses dari
https://www.academia.edu/22941448/MAKALAH_BAHASA_INDON
ESIA_DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA, pada 26 Oktober 2020

Aminahnur. 2016. MAKALAH : Diksi atau Pemilihan Kata. Diakses dari


http://dewijannati208.blogspot.com/2016/04/makalah-diksi-atau-
pemilihan-kata.html pada 26 Oktober 2020.

K, Selekta. _____. MORFOLOGI. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/KD-


SUMEDANG/197212262005011002-
PRANA_DWIJA_ISWARA/Tugas%20Kuliah/Kapita%20Selekta
%20Bahasa%20Indonesia/2011/Morfologi.pdf pada 12 November 2020.

______, 2019. Konsep Dasar Morfologi : Morfem dan Alomorf. Diakses dari
https://lle.web.id/morfologi-morfem-alomorf/ pada 12 November 2020.

Sites, Google. _____. Tatabahasaindonesia Morfologi dan Nonmorfologi. Diakses


dari https://sites.google.com/site/tatabahasaindonesia/morfologi-dan-
nonmorfologi pada 12 November 2020.

Unpad, Pustaka. 2011. PROSES MORFOLOGI DALAM BAHASA


INDONESIA. Diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/04/proses_morfologis_dlm_bhs_indonesia.pdf
pada 12 November 2020.

Munirah. _____. Unit 4 MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Diakses dari


https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/33024/mod_resource/c
ontent/1/Unit%204_Morfologi.pdf pada 12 November 2020.

28
Faqeer, Eibd. ______. Pembahasan DIKSI. Diakses dari
https://www.academia.edu/35527427/Pembahasan_DIKSI_pdf pada 14
November 2020.

Ardhiani, Ocvita. _______. Pilihan Kata (DIKSI). Diakses dari


http://fitridwilestari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/52081/BAB+
3.+DIKSI+-+PILIHAN+KATA.pdf pada 14 November 2020

Lestari, Fitri Dwi. _______. Pilihan Kata. Diakses dari


http://fitridwilestari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/52081/BAB+
3.+DIKSI+-+PILIHAN+KATA.pdf pada 14 November 2020.

Pendi, AN. ______. BAB II Kajian Teori. Diakses dari


http://eprints.uny.ac.id/8353/3/BAB%202-07205244065.pdf pada 14
November 2020.

Ibeng, Parta. 2020. √ Diksi : Pengertian, Syarat, Ciri, Fungsi, Manfaat, Jenis dan
Contoh. Diakses dari https://pendidikan.co.id/diksi/ pada 14 November
2020.

29

Anda mungkin juga menyukai