BAHASA INDONESIA
Dosen Pengampu
Karmila Wahyuni, S. Hum, M. Pd
Disusun Oleh :
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Tata Kata (Morfologi)..........................................................................3
2.1.1 Konsep dasar morfologi.............................................................4
2.1.2 Proses morfologi........................................................................4
2.1.3 Macam-macam proses morfologi...............................................5
2.2 DIKSI..................................................................................................11
2.2.1 Pengertian diksi........................................................................11
2.2.2 Fungsi diksi (pemilihan kata)...................................................12
2.2.3 Syarat-syarat diksi....................................................................12
2.2.4 Ciri-ciri diksi............................................................................12
2.2.5 Jenis-jenis diksi........................................................................13
2.2.6 Syarat pemilihan kata dalam diksi...........................................20
2.2.7 Pembentukan kata dalam diksi.................................................23
2.2.8 Pemilihan kata dan penggunaan diksi......................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Diksi ( Pilihan Kata ) ?
2. Apa Fungsi dari Diksi atau ( Pilihan Kata ) ?
3. Apa saja Syarat Pemilihan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata ) ?
4. Bagaimana Pembentukan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata ) ?
5. Bagaimana penjelasan tentang Kata Ilmiah , Kata Populer, Kata Jargon
Dan Slang ?
6. Bagaimana Pilihan Kata dan Penggunaan Diksi ?
7. Bagaimana pembagian makna kata ?
8. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ?
9. Apa yang di maksud dengan gaya bahasa dan idiom ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Konsep Dasar Morfologi
1. Morfem
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung
makna yang sudah tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian bermakna
yang lebih kecil (Zaenal Arifin, 2008:2). Morfem terbagi dua, yaitu :
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai
kata. Morfem bebas {di}, {lari}, {lihat}, {pandang}, dan {orang},
dapat berdiri sendiri sebagai kata.
b. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kata. Morfem terikat baru memiliki makna setelah
bergabung dengan morfem yang lain yang biasanya berupa morfem
bebas. Morfem {ber-}, {di-}, atau {me-}, sebagai morfem terikat
baru bermakna apabila muncul bersama morfem lainnya, seperti
pada kata berlari, dilihat, memandang.
2. Alomorf
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya
berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama (Hasan Alwi,
2003: 29). Alomorf adalah variasi bentuk atau variasi bunyi dari
sebuah morfem. Variasi bentuk atau variasi bunyi itu terjadi karena
dipengaruhi oleh bunyi-bunyi yang berada di lingkungan yang
dimasukinya (Gorys Keraf, 1991: 43).
Morfem {ber-}, misalnya, dalam realisasi pemakaiannya pada
lingkungan tertentu bisa memiliki variasi bentuk atau variasi bunyi
/ber-/, /be-/, dan /bel-/. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
variasi bunyi /ber-/, /be-/, dan /bel-/ yang dimiliki oleh morfem {ber}
tersebut hanya merupakan alomorf atau variasi bunyi.
4
Proses morfologi ialah proses pembentukan kata – kata dari satuan
lain yang merupakan bentuk dasarnya atau menghubungkan morfem yang
satu dengan morfem yang lainnya.. Dalam Bahasa Indonesia terdapat tiga
proses morfologik, ialah proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses
pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (pemajemukan).
Disamping tiga proses morfologik tersebut di atas, dalam bahasa Indonesia
sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disini disebut zero. Proses ini
hanya meliputi sejumlah kata tertentu, ialah kata – kata makan, minum,
minta, dan mohon, yang semuanya teramsuk golongan kata verbal yang
transitif. Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem
menjadi kata.
2) Prefiks me (N)-
Prefiks me(N)- mempunyai beberapa variasi, yaitu me(N)- yaitu
mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-.
Prefiks me(N)- berubah menjadi mem- jika bergabung
dengan kata yang diawali huruf /b/, /f/, /p/, dan /v/.
Misalnya,
5
me(N)- + baca → membaca
me(N)- + pukul → memukul.
Prefiks me(N)- berubah menjadi men- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /d/, /t/, /j/, dan /c/.
Misalnya,
me(N)- + data → mendata,
me(N)- + tulis → menulis,
me(N)- + jadi → menjadi, dan
me(N)- + cuci → mencuci.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meny- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /s/. Misalnya,
me(N)- + sapu → menyapu.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meng- jika bergabung
dengan kata yang diawali dengan huruf /k/ dan /g/.
Misalnya,
me(N)- + kupas → mengupas
me(N)- + goreng → menggoreng
Prefiks me(N)- berubah menjadi menge- jika bergabung
dengan kata yang terdiri dari satu suku kata. Misalnya,
me(N)- + lap → mengelap,
me(N)- + bom→ mengebom,dan
me(N)- + bor → mengebor.
3) Prefiks pe(R)-
Prefiks pe(R)- merupakan nominalisasi dari prefiks be(R).
Perhatikan contoh berikut!
Berawat → perawat
Bekerja → pekerja.
Prefiks pe(R)- mempunyai variasi pe- dan pel-.
Prefiks pe(R)- berubah menjadi pe- jika bergabung dengan
kata yang diawali huruf r dan kata yang suku katanya
berakhiran er, Misalnya,
6
pe(R)- + rawat → perawat
pe(R)- + kerja → pekerja
Prefiks pe(R)- berubah menjadi pel- jika bergabung dengan
kata ajar. Misalnya, pe(R)- + ajar → pelajar.
4) Prefiks pe(N)-
Prefiks pe(N)- mempunyai beberapa variasi. Prefiks pe-(N)-
sejajar dengan prefiks me(N)-. Variasi pe(N)- memiliki
variasi pem-, pen-, peny-, peng-, pe-, dan penge-.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan
kata yang diawali oleh huruf /t/, /d/, /c/, dan /j/. Misalnya,
penuduh, pendorong, pencuci, dan penjudi.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan
kata yang diawali oleh huruf /b/ dan /p/. Misalnya, pebaca
dan pemukul.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi peny- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /s/. Misalnya, penyaji.
Prefiks pe(N)- menjadi peng- jika bergabung dengan kata
yang diawali oleh huruf /g/ dan /k/ Misalnya, penggaris dan
pengupas.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi penge- jika bergabung
dengan kata yang terdiri atas satu suku kata. Misalnya,
pengebom, pengepel, dan pengecor.
Prefiks pe(N)- menjadi pe- jika bergabung dengan kata yang
diawali oleh huruf /m/, /l/, dan /r/. Misalnya, pemarah,
pelupa, dan perasa.
5) Prefiks te(R)-
Prefiks te(R)- mempunyai beberapa variasi, yaitu ter- dan tel-.
Misalnya, terbaca, ternilai, tertinggi, dan telanjur.
b. Infiks (Sisipan)
7
Infiks termasuk afiks yang penggunaannya kurang produktif. Infiks
dalam bahasa Indonesia terdiri dari tiga macam: -el-, -em-, dan
-er-.
1) Infiks -el-, misalnya, geletar;
2) Infiks -er-, misalnya, gerigi, seruling; dan
3) Infiks -em-, misalnya, gemuruh, gemetar.
c. Sufiks (Akhiran)
Sufiks dalam bahasa Indonesia mendapatkan serapan asing seperti
wan, wati, man. Adapun akhiran yang asli terdiri dari –an, -kan,
dan –i.
1) Sufiks -an, misalnya, dalam ayunan, pegangan, makanan;
2) Sufiks -i, misalnya, dalam memagari memukuli, meninjui;
3) Sufiks -kan, misalnya, dalam memerikan, melemparkan; dan
4) Sufiks -nya, misalnya, dalam susahnya, berdirinya.
d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan
sufiks (akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-
pisah. Artinya, afiks gabungan itu muncul secara serempak pada
morfem dasar dan bersama-sama membentuk satu makna
gramatikal pada kata bentukan itu.
Berikut ini konfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
1) konfiks pe(R)-an misalnya, perbaikan, perkembangan,
2) konfiks pe(N)-an misalnya, penjagaan, pencurian,
3) konfiks ke-an misalnya, kedutaan, kesatuan,
4) konfiks be(R)-an misalnya, berciuman.
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pengulangan kata dasar baik
keseluruhan maupun sebagian. Reduplikasi terbagi menjadi 4, yaitu:
a. Pengulangan seluruh
8
Dalam bahasa Indonesia perulangan seluruh adalah perulangan
bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Misalnya:
orang → orang-orang
cantik → cantik-cantik
b. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar,
baik bagian awal maupun bagian akhir morfem. Misalnya:
tamu → tetamu
berapa → beberapa
d. Pengulangan berimbuhan
Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang
secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks.
Afiks yang dibubuhkan bisa berupa prefiks, sufiks, atau konfiks.
Misalnya,
batu → batu-batuan
hijau → kehijau-hijauan
tolong → tolong-menolong
9
membentuk satu kesatuan. Hasil dari proses morfologi ini adalah kata
majemuk. Bagan arus komposisi atau pemajemukan adalah :
Morfem + → morfem → komposisi →kata majemuk
10
2.2 DIKSI
2.2.1 Pengertian Diksi
Ada beberapa pengertian diksi diantaranya ialah :
- Merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan
dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar
dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
- Membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan
gaya. Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa
diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.
11
2.2.2 Fungsi Diksi (Pemilihan Kata)
12
1. Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau
juga hal-hal yang diamanatkan
2. Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna
serta bentuk yang sesuai dengan gagasan serta juga situasi serta nilai
rasa pembaca.
3. Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat
bahasanya serta dapat menggerakan dan juga memberdayakan
kekayaan itu menjadi jaring kata yang jelas.
b. Antonim
Antonim merupakan kata yang mempunyai makna yang
berlawanan. artinya dalam kata lain, antonim ini merupakan lawan
kata. Dibawah ini merupakan beberapa contoh antonim:
Naik → Turun Gelap → Terang
Besar → Kecil Cepat → Lambat
Banyak → Sediki Ganteng → Cantik
Tinggi → Pendek Mahal → Murah
c. Polisemi
13
Polisemi merupakan kata yang mempunyai banyak arti atau juga
pengertian. Dibawah ini merupakan beberapa contoh polisemi:
d. Homograf
Homograf merupakan kata yang mempunyai makna serta lafal
yang berbeda, namun mempunyai cara ejaan yang sama.
Contohnya:
1. Anita suka makan Tahu goreng di ujung jalan.
2. Anita tidak Tahu bahwa kalau hari ini hari rabu
Kata “Tahu” pada kedua kalimat yang dituliskan diatas memiliki
cara ejaannya sama. Pada kalimat 1 menunjukan ke arah makanan
sedangkan pada kalimat 2 menunjukan lupa pada hari.
e. Homonim
Homonim merupakan kata yang mempunyai makna berbeda,
namun pada lafal atau ejaannya sama. Contoh homonim :
1. Pada pertengahan Bulan, ibu selalu menerima upah kerja.
2. Bulan purnama tersebut terlihat sangat jelas dan banyak
bintang yang menemaninya.
Kata “Bulan” pada contoh kalimat diatas memiliki lafal dan ejaan
yang sama tetapi mempunyai arti atau makna yang berbeda.
14
Apabila pada kalimat 1 kata bulan menunjukan tanggal, sedangkan
pada kalimat 2 itu menunjukan bulan yang ada di langit.
f. Homofon
Homofon merupakan kata yang mempunyai makna serta ejaan
berbeda, namun mempunyai lafal yang sama. Dibawah ini
merupakan contoh homofon:
1. Anita sedang mentrasfer uang di Bank.
2. Bang Dimas merupakan kakak Anita
Kata “Bank” serta “Bang”, mempunyai lafal yang sama namun
mempunyai ejaan serta juga makna yang berbeda. Pada kalimat 1
itu menunjukan tempat, sedangkan kalimat 2 itu menunjukan arti
saudara.
15
rombongan, gerombolan, secara konseptual sama maknanya. Istri
dan bini secara konseptual sama.”
b. Konotasi
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang
timbul sebagai akibat dari sikap social, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif atau
konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata
dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain, sesuai
dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna
konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Contoh:
“Prabowo Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.”
Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Prabowo dan
Jokowi Kalla tarik-menarik kursi. Karena kata kursi berarti jabatan
presiden.
16
tolol (lebih jelek daripada bodoh ), mampus (lebih jelek daripada
mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata
itu dapat mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotative
referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya
akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal
ini. Perhatikan contoh dibawah ini:
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk
memperoleh kepercayaan masyarakat. Kata membanting tulang (yang
mengambil suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang)
mengandung makna “bekerja keras” yang mengandung sebuah kiasan.
Kata membanting tulang dapat kita masukan dalam golongan kata
yang bermakna konotatif.
17
kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata
semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:
N
KATA UMUM KATA KHUSUS
O
Melotot, Melirik, Mengintip, Menatap,
1. Melihat
Memandang
Tertatih-tatih, Ngesot, Terseok-seok,
2. Berjalan
Langkah tegap
Terpeleset, Terjengkang, Tergelincir,
3. Jatuh Tersungkur, Terjerembab, Terperosok
dan Terjungkal.
18
Bayaran Profesional
Waktu Momentum
6. Kata dalam percakapan
a. Jargon
Kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek,
atau tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata
sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu (dokter, militer,
perkumpulan rahasia, ilmuwan dsb). Contohnya populasi, volume,
abses, H2O, dan sebagainya.
b. Slang
Dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang
berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang
makna yang lain. Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras
usang hilang atau menjadi kata-kata biasa. Contohnya asoy, mana
tahan dan sesuatu ya.
7. Perubahan kata
a. Berdasarkan cakupan maknanya
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada
sebelumnya. Misalnya:
Kata Dulu Sekarang
Mengarungi laut dengan Mengarungi lautan
Berlayar
memakai kapal layar dengan alat apa saja
Sebutan untuk semua
Dipakai untuk sebutan
Putera-puteri anak laki-laki dan
anak-anak raja
perempuan
19
b. Berdasarkan pergeseran nilai
Perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi.
Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti
sebelumnya. Contoh:
Ameliorasi - Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya
daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik
daripada kata bini
Perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah.
Arti baru dirasakan lebih rendh nilainya dari arti
sebelumnya. Contoh:
Peyorasi
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih
rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar
20
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok
kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan
benar.
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya
Tepat
bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak
dapat digantikan dengan lihatan mata.
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk
kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan
hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah
Seksama
mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi.
Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau
pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa
Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa
Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja. Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak
Lazim dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim
anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak
dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua
kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak
seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakaian-nya.
21
2. Berdasarkan sifatnya
Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai
dengan hasil observasi panca indra dan tidak
Makna menimbulkan penafsiran lain yang disebut juga
Denotasi sebagai makna sebenarnya. Contoh:
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
Makna konotasi adalah makna kata yang tidak
sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan
menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi
Makna disebut juga sebagai makna kias atau makna
Konotasi kontekstual. Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil
3. Berdasarkan wujudnya
Makna Makna referensial adalah makna kata yang
Referensia mempunyai rujukan yang konkret. Contoh :
l - meja, baju, membaca, menulis
Makna inferensial adalah makna kata yang tidak
Makna
mempunyai rujukan yang konkret. Contoh :
Inferensial
- baik, indah, sedih, gembira
4. Perubahan Kata
- Berdasarkan pergeseran cakupan maknanya (meluas, menyempit)
- Berdasarkan pergeseran nilai (ameliorasi dan peyorasi)
- Berdasarkan pergeseran makna (asosiasi dan sinestesia)
22
2.2.7 Pembentukan Kata Dalam Diksi
Pembentukan kata dalam diksi memiliki dua cara, yaitu :
1. Dari dalam Bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar
kata yang sudah ada
2. Dari luar Bahasa Indonesia terbentuk kata baru dari unsur serapan.
23
- Definisi fungsional : Penjelasan sesuatu hal dengan cara
menunjukkan kegunaan dan tujuannya.
- Definisi persuasive : Penjelasan dengan cara
merumuskan suatu pernyataan yang dapat
mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang
lain
2) Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang
sudah sesuai dengan EYD. Bahasa asing yang masuk dan memberi
pengaruh pada kosa kata bahasa Indonesia diantaranya bahasa
Sansekerta, Belanda, Arab, Inggris dan bahasa Tionghoa. Penyerapan
kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:
a. Keteraturan Bahasa (Analogi)
Dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi
yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya. Karena analogi
adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan
dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi,
sistem ejaan atau struktur bahasa. Contoh :
Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa
asing dapat dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur
seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua
unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.
b. Penyimpangan atau ketidakteraturan Bahasa (Anomali)
Dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara
ejaan dan pelafalannya.
Indonesia Asli
Bank Bank (Inggris)
Intern Intern (Inggris)
Qur’an Qur’an (Arab)
Jum’at Jum’at (Arab)
24
Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan
dengan unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di
simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan
ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’).
Indonesia Asli
Federalisme Federalism (Inggris)
Bilingual Bilingual (Inggris)
Dedikasi Dedication (Inggris)
Edukasi Education (Inggris)
25
- Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
- Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3. Kata di dan ke
Contoh :
- Atika sedang berada di luar kota (fungsi kata depan di)
- Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar
(keterangan waktu)
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari
pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi
diharapkan bisa memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun
suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
______, 2019. Konsep Dasar Morfologi : Morfem dan Alomorf. Diakses dari
https://lle.web.id/morfologi-morfem-alomorf/ pada 12 November 2020.
28
Faqeer, Eibd. ______. Pembahasan DIKSI. Diakses dari
https://www.academia.edu/35527427/Pembahasan_DIKSI_pdf pada 14
November 2020.
Ibeng, Parta. 2020. √ Diksi : Pengertian, Syarat, Ciri, Fungsi, Manfaat, Jenis dan
Contoh. Diakses dari https://pendidikan.co.id/diksi/ pada 14 November
2020.
29