Anda di halaman 1dari 14

Makalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

(PUEBI)

Disusun oleh :
1. Nala Miftahun Niam (19103042013)
2. Rifqi Putra Pradana(19103041035)
3. Muhammad Arwani(19103041021)

Program Studi Tehnik Informatika


Fakultas Tehnik Universitas Wahid Hasyim Semarang
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-
Nya makalah Bahasa Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian, ruang lingkup, penulisan
huruf, dan juga penulisan kata (dasar, berimbuhan, dan bentuk ulang) berdasarkan “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)”.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan serta kesalahan di dalamnya.
M aka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan s aran dari pembaca untuk
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Semarang 8 Oktober 2020


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam bahasa Indonesia, ejaan memiliki pengertian yang lebih luas, yaitu
berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ada berbagai macam pengertian yang mencoba
menjelaskan pengertian ejaan. Pengertian ejaan yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dalam huruf. Sedangkan di
dalam Ensiklopedia Indonesia, ejaan adalah cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu
bahasa. Ejaan pada dasarnya adalah aturan melambangkan bunyi bahasa menjadi huruf, kata,
ataupun kalimat.
Secara umum ejaan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang mengatur penulisan
bunyi bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Pada KBBI
kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan satuan yang
mengutarakan suatu pikiran atau perasaan.
Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
( PUEBI ) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Menurut
Tarigan (2008:4) “Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di era kehidupan modern karena
ketrampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang
terpelajar”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pemakaian huruf-huruf ?


2. Bagaimana pemakaian huruf kapital dan huruf miring ?
3. Bagaimana huruf miring itu ?
4. Beberapa pengertian mengenai pembentukan kata ?
5. Bagaimana penulisan kata ?
6. Bagaimana kesalahan pembentukan dan pemilihan kata ?

1. TUJUAN PENULISAN
2. Dapat menjelaskan pemakaian huruf-huruf.
3. Dapat menjelaskan pemakaian huruf kapital dan huruf miring.
4. Dapat menjelaskan penulisan kata.
5. Dapat menjelaskan beberapa pengertian mengenai pembentukan kata.
6. Dapat menjelaskan pembentukan kata.
7. Dapat menjelaskan kesalahan pembentukan dan pemilihan kata. 
 

BAB II

PEMBAHASAN

1. PEMAKAIAN HURUF-HURUF
2. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut :A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.

1. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

1. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf :b, c, d, f,
g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

1. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

1. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-
masing melambangkan satu bunyi konsonan.

1. Pemenggalan Kata
2. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
3. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua
huruf vocal itu.
4. Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara dua
buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
5. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara
kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
6. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan diantara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
7. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan betuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris.
8. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1) diantara unsur-unsur itu atau (2) pada
gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.

1. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING


2. Huruf Kapital Atau Huruf Besar

Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar dan
huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian secara rinci
tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan
yang diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata ulang
sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul karangan kecuali kata seperti
di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti.

2. Huruf Miring
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
4. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
5. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

1. PENULISAN KATA
2. Kata Dasar adalah kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
3. Kata Turunan
4. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
5. Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
6. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu di tulis serangkai.
7. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis
serangkai.
8. Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
9. Gabungan Kata
10. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
11. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
12. Gabungan kata ditulis serangkai.
13. Kata Ganti -ku, -kau, -mu, dan -nya. Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya; ku,mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
14. Kata Depan di- ke-, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
15. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
16. Partikel
17. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
18. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
19. Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’,dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahuluinya atau mengikutinya.
20. Singkatan dan Akronim

 Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
2. Singkatan nama resmi resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti dengan tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih satu tanda titik.
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
 Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gaungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaital.
3. Akronim yang bukan nama diri gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
4. Angka dan Lambang Bilangan
5. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
6. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, (iv) kuantitas.
7. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah apartemen, atau kamar pada
alamat.
8. Angka digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
9. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
10. Bilangan utuh

Misalnya : dua belas                       12

dua puluh dua            22

2. Bilangan pecahan

Misalnya : setengah                        ½

tiga perempat             ¾

1. Penulisan lambang bilangan tingkat.


2. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran.
3. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dam pemaparan.
4. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
5. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
6. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuintasi.
7. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

 
1. PEMBENTUKAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk
dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara
pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar
dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Untuk mempersingkat dan memperjelas  pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang


tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin.
Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata
majemuk yang berafiks.

1. DEFINISI ISTILAH

Kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat
dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan
kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada
kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri
dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan
konfiks.

Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.

Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.

Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) =secara simultan (bersamaan), satuafiks melekat di depan kata


dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

Kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat
imbuhan.

Keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan
memiliki afiks yang berbeda.

1. AFIKS BAHASA INDONESIA YANG UMUM


Prefiks:  ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-

Sufiks:  -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

Konfiks:  ke – an, ber – an, pe – an, peng – an, peny – an, pem – an, per – an, se – nya

1. PENGGUNAAN AFIKS

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci
untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia.
Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika
seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal
(diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis
afiks.

Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat
menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata
(nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Edisi Kedua – 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata
dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan
tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih
berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat – siapa yang melakukan aksi itu, hasil
perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam
kalimat atau bukan.

1. FREKUENSI PENGGUNAAN AFIKS

Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan entri kata
majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut persentase, 57% berafiks
dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata
lainnya tidak.

Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa Indonesia dari
terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887 atau kira-kira 29%
kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau
majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks.
Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.
 

1. APLIKASI AFIKS

Ber– : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti
(makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi
atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan
sesuatu. Fungsi utama prefiks “ber-” adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat
merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba
dengan afiks “ber-” mempunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris.
Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

Me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba
yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku,
bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti
mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum
digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah
satu dari prefiks ini.

Di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks “me-.” Prefiks “me-”
menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks “di-” menunjukkan tindakan pasif, di mana
tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar
satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

Pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan
perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai
untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada katadasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata
sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya.
Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

Ter– : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.

1. Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan
tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling
tinggi, paling baru, paling murah)
2. Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang
menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini
juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-
tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak
mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan
tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan
itu tercapai.
Se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap
sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.  Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam Bahasa
Inggris)
2. Untuk menyatakan seluruh atau segenap
3. Untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan
4. Untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama ataumenyatakan sesuatu yang
berhubungan dengan waktu

-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu
perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya.
Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian
sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan
kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat
pengaruh dari perbuatan tersebut. Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa
tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki sufiks ini.

–kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses
pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan
verba ke bagian lain dalamkalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki sufiks ini.

–kah :  menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan
sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini
jarang digunakan.

-lah :sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat
dapat dikatakan bahwa sufiks inisering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk
menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

ke-an : konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:

1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum
yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan

Pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya
menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk
oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki konfiks ini.

Per-an :menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu
perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk
kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat.
Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya
kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.

Se – nya :Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar
ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat
dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).

-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal
ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini.  contoh:
biasanya = usually; rupanya = apparently

-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan
sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti
yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah
arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” =
buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-
nya” pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku
itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk. Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun
penunjuk(bukan sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi
sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik,
cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal
seperti surat kabar dan majalah berita.

 
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Ejaan Yang Disempurnakan adalah kaidah cara menggambarkan/ melambangkan bunyi-bunyi


ujaran (kata, kalimat dan sebagaianya) dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu
(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).

Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang menjadi kata. Dan ragam
pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.

1. SARAN

Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD),
sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahasa kita ini tidak
tercampur dengan kata-kata asing.

DAFTAR PUSTAKA

https://nurulhidayatullahb.wordpress.com/2013/12/15/makalah-tentang-ejaan-yang-
disempurnakan/

https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia pembentukan-kata/

0http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm

Anda mungkin juga menyukai