Anda di halaman 1dari 19

“KALIMAT EFEKTIF”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd.

Disusun Oleh:

Assyifah Alfirdha : 11200110000073


Muhammad Nurhikmah W : 11200110000057
Ahmad Badry Almunawwar : 11200110000070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1
KATA PENGANTAR
Kami penyusun makalah mengucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur kita
kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penyusun dapat
menempurnakan makalah ini yang berjudul “Kalimat Efektif”.
Kami turut berterimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing, Ibu
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd dan terimakasih juga kepada teman teman kelompok 6
yang mau bekerja sama dalam menyelesaikan makalah. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari makalah ini bukanlah tugas yang sempurna karena memiliki
banyak kekurangan baik dalam hal isi maupu sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

2
DAFTAR ISI

Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I - PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Pembahasan 5
D. Manfaat 5
BAB II - PEMBAHASAN 6
A. Pengertian 6
B. Persyaratan Kalimat 6
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif 6
D. Unsur-unsur Kalimat Efektif 7
E. Struktur Kalimat 12
F. Ciri ciri kalimat efektif 13
BAB III. PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
Daftar Pustaka 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia
yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara. Bahasa tentu memiliki
unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat
yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan
segala permasalahannya. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa
lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan
kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam
orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang
lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat
mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti
yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima

4
dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan
tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.
B.   RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

C.   TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga
menjadi  baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia

D.   MANFAAT
Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
2. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
3. Mengerti struktur kalimat efektif.
4. Memberi pemahaman mengenai kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana,
luas, luas bertingkat, luas tidak setara.

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang sesuai
dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksud dengan
penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat
sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan cepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

2. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur
(kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat
itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan
obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri -
ciri keutuhan kalimat.
3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya yang
dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan
makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan
kalimat boleh dihilangkan.
4. Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua
juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama menggunakan kata kerja

6
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya
dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada
bagian kalimat tadi.
6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan
variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau
keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut
dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi
maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang
disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan
hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

3. UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku  sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
        

7
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki  tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah
benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa  (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep  pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik  pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu
tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau
jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu
yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:

8
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.       Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada
satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa
adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan
kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota
kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau
hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan
kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba
yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

9
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
3. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah
P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah
yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya
sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2)   Yayuk Basuki  (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)   Adik saya  (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.
        S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskan  Pancasila.
            S                    P            Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh
nomina Pancasila,  jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S                     P               O

10
        Posisi Pancasila  sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
           Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas,
dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket
dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
.
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan

11
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
4. STRUKTUR KALIMAT
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
a. Pola kalimat dasar
b. Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
 Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
a. Kalimat majemuk setara
b. Kalimat majemuk bertingkat
c. Kalimat majemuk campuran

5. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF.


Kalimat efektif memiliki ciri-ciri yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :

12
A. KESEPADANAN STRUKTUR.
Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur
bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadaan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan
adanya kesatuan gagasan dan kesatuan fikiran[10]. Ciri-ciri kalimat yang memiliki
kesepadaan struktur, yaitu:
1. Memiliki Subjek dan Predikat yang jelas.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
penggunaan kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contohnya :
1. Bagi semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tur (tidak efektif).
2. Semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tour (efektif).
3. Kepada hadirin dimohon berdiri.(tidak efektif) Kata depan kepada pada kalimat di atas
tidak berfungsi apa-apa, bahkan justru mengganggu kesepadanan sebuah kalimat.
4. Kalimat tersebut akan lebih baik (sepadan) kalau kata depan kepada dihilangkan sehingga
menjadi: Hadirin dimohon berdiri. (efektif )
2. Tidak memiliki Subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contohnya :
1. Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa (tidak efektif)
2. Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh warga desa(efektif)
3. Beberapa kata penghubung intrakalimat.
Beberapa kata penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu, kemudian,
sedangkan, bahkan) tidak digunakan pada kalimat tunggal, misalnya sebagai berikut :
1. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kata sehingga merupakan kata penghubung intrakalimat sehingga tidak sepadan kalau
difungsikan sebagai penghubung antarkalimat. Perbaikan terhadap kalimat itu dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menjadikan kalimat itu kalimat majemuk atau
dengan mengganti kata penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti di bawah ini :
2. Kami datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
3. Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mnegikuti acara
pertama.
B. KEPARARELAN BENTUK.

13
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Yang
dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata
selanjutnya berbentuk verba. Namun jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata
selanjutnnya berbentu nomina.
Contohnya :
1. Langkah –langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (tidak efektif).
2. Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,mengetahui, dan
mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (efektif).
3. Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan tanggung
jawab.
C. KEHEMATAN KATA.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk
menghindari pemborosan kata didalam kalimat. Hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama dalam majemuk.
Contohnya :
1. Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya (tidak efektif).
2. Saya tidak suka pisang dan anggur (efektif).
3. Karena dia tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
Penyebutan kata dia sebagai subjek pada anak kalimat tidak diperlukan karena subjek
yang sama sudah disebutkan pada induk kalimatnya. Penyebutan kata dia pada anak kalimat
di atas merupakan pemborosan kata yang sebaiknya dihindari. Perbaikan kalimat di atas
adalah sebagai berikut : Karena tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat.
Contohnya :
1. Saya hanya memiliki tiga buah buku saja (tidak efektif).
2. Saya hanya memiliki tiga buku (efektif).
3. Menghindari penjamakan pada kata jamak.
Contohnya:
1. Para mahasiswa-mahasiswi berunjuk rasa di depan gedung rektorat (tidak efektif).
2. Para mahasiswa berunjuk rasa didepan gedung rektorat (efektif).
3. Masih banyak hal-hal yang harus dibahas. Para tamu-tamu undangan sedang
menikmati hidangan. Kata banyak pada kalimat dan kata para pada kalimat sudah

14
mengandung makna jamak. Oleh karena itu, tidak perlu lagi pengulangan yang
bermakna jamak, sehingga kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti :
Masih banyak hal yang harus dibahas. Para tamu undangan sedang menikmati
hidangan.
D. Kecermatan.
Yang dimaksud dengan kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata
sehingga tidak menimbulkan keracunan dan makna garis.
Contohnya :
1. Guru baru pergi ke ruang guru (tidak efektif).
2. Guru yang baru pergi ke ruang guru (efektif).
3. Dialah istri Pak Lurah yang baru (tidak efektif).
Kalimat di atas mempunyai penafsiran ganda, yakni siapakah yang baru: Apakah Pak
Lurah itu yang baru menikah atau baru dilantik menjadi lurah? Untuk menghindari penafsiran
ganda itu, perlu digunakan tanda hubung (-) seperti pada perbaikan kalimat di bawah ini:
 Dialah istri-Pak Lurah yang baru. (bila yang baru adalah istrinya) atau
 Dialah istri Pak Lurah-yang baru. (bila yang baru adalah jabatan lurahnya. (efektif).
E. Ketegasan.
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat. Ada beberapa cara:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (awal kalimat).
Contohnya:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
2. Membuat urutan yang bertahap.
Contohnya :
1. Bukan seribu, sejuta, seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar (Salah).
2. Bukan seratus, seribu, sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar (Benar).
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
            Contohnya: Dongeng itu sangat menarik. Dongeng itu mengharukan.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

15
            Contohnya : anak itu bodoh tetapi pintar.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel-lah,-pun,-kah.
            Contohnya:
1. Dapatkan ia menjawab pertanyaanku?
2. Kamulah yang harus bertanggung jawab menyelesaikan tugas ini.
F. KEPADUAN.
Kalimat Efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan
tidak terpecah-pecah.Berikut ini ciri-ciri kalimat yang padu ialah :
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele.
Oleh karena itu, hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contohnya:
1. Farhan menceritakan tentang pengalaman bertandingnya. (tidak efektif)
2. Farhan menceritakan pengalaman bertandingnya. (efektif).
2. Kalimat yang padu menggunakan pola  aspek + agen + verba secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Contohnya:
1. Surat itu saya sudah baca. Kalimat tersebut tidak menunjukkan kepaduan karena aspek
terletak di antara agen dan verba. Seharusnya kalimat itu seperti:
2. Surat itu sudah saya baca.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata kerja
transiti dan ojek penderita.
Contohnya :
1. Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya perpustakaan. Kata akan pada kalimat
tidak diperlukan karena kata kerja transitif menyadari harus diikuti secara langsung oleh
objek penderita pentingnya perpustakaan. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai
berikut:
2. Mahasiswa harus menyadari pentingnya perpustakaan.

G. KELOGISAN.
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu dapat diterima atau
dimengerti oleh akal dan sesuai kaidah EBI.
Contohnya:
1. Waktu dan tempat kami persilahkan! (tidak efektif).
2. Bapak dekan kami persilahkan! (efektif).

16
BAB III
PENUTUP

17
A.    KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi secara
tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan
pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur
kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun
menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat
kalimat efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran,
penekanan, kevariasian dan logis/nalar.
B.     SARAN
1. Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia yang memiliki
berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikas
yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pendidik.

DAFTAR PUSTAKA

18
 Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
 Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
 Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
 Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
 Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (Terakhir di akses: 28 September 2016)
 http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-efektif.html ( Terakhir di
akses pada hari jum'at, tanggal 30 september, jam 9:19 AM
 https://www.academia.edu/9556556/Kalimat_Efektif_Pengertian_Ciri-ciri_Contoh di
akses pada hari jum’at tanggal 30 september 2016, 9:52 AM
 

19

Anda mungkin juga menyukai