Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PRINSP-PRINSIP AGAMA ISLAM

DOSEN PEMBIMBING
HANIK HIDAYATI, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

1. YOGA DWI ARIFIAN (202057007)


2. ANANDA RUKMAN PRATAMA (202057003)
3. SUMBER AGUS KURNIAWAN (202057008)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


TEKNIK INDUSTRI
2020/2021

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul “PRINSIP-PRINSIP ISLAM PADA
KECAKAPAN DAN KESANTUNAN HIDUP” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak
pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka
dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat
dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai
permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Kudus, 03 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II : PEMBAHASAN

1.1 PRINSIP-PRINSIP ISLAM TENTANG PERCAKAPAN

1.2 PRINSIP-PRINSIP ISLAM KESANTUNAN HIDUP

1.3 MENGIMPLEMENTASIKAN IMAN DAN KEPATUHAN

1.4 MEMAHAMI HAK DAN KEWAJIBAN

BAB III : PENUTUP

2.1 MANFAAT

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Oleh: Ahmad Zuhri, M.A. Kehidupan setiap manusia di muka bumi ini merupakan salah satu bentuk
terdahsyat yang diciptakan oleh Allah Swt sebagai salah satu ke-Maha Kuasa-an-Nya atas segala yang
ada di alam semesta. Kompleksitas dari bentuk kehidupan seorang manusia sejak ia dilahirkan hingga
kematian, sangatlah unik dan indah dengan segala hal yang disematkan Allah pada diri seorang manusia
tersebut. maka dari itu, seorang manusia tidak boleh merusak setiap fase kehidupannya dengan men-
cederai kehidupannya sendiri yang berimbas pada cedera bagi orang lain.

Begitu pula dengan dimensi kehidupan seorang muslim, sesungguhnya telah diberi petunjuk dan
“clue” oleh Allah dalam upaya menegakkan prinsip-prinsip ke-Islaman di setiap fase yang dijalani dan
dilalui.

Ajaran Islam memberi gambaran dan pedoman yang jelas agar seorang muslim menjalankan dengan
teguh prinsip yang terkait husnul hayat (Kehidupan yang baik) yaitu; prinsip akidah, prinsip ibadah, dan
prinsip akhlak.

Pertama, prinsip akidah. Akidah secara bahasa berasal dari kata arab “a-q-d” yang berarti ikatan.
Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Prinsip ini memberi gambaran bahwa Islam melalui
Alquran dan Sunnah Rasul telah memberi petunjuk yang jelas bagi manusia untuk beriman kepada Allah,
Malaikat, kitabullah, nabiyullah, yaumul akhir serta Qadha dan Qadar Allah.

Keduan, prinsip Ibadah. Pengertian Ibadah menurut bahasa Ibadah artinya patuh dan tunduk,
sedangkan menurut istilah ibadah adalah segala amal atau perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah
baik berupa perkataan, perbuatan atau tingkah laku.

Ketiga, prinsip akhlak. Kalimat akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari pada “al-
khuluq” yang berarti perangai. Pemaknaan akhlak akan mencakup budi pekerti, adab, perangai, tingkah
laku, pegangan, sikap ataupun tabiat. Prinsip akhlak merupakan cerminan seorang manusia terhadap
segala bentuk perbuatan yang ia sajikan dalam kehidupan
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Prinsip-Prinsip Islam Tentang Kecakapan Hidup?


2. Apa pengertian Prinsip-Prinsip Islam Kesantunan Hidup?
3. Apa pengertian Mengimplementasikan Iman dan Kepatuhan?
4. Apa pengertian Hak dan Kewajiban?

C. TUJUAN

1. Mendeskripsi Prinsip-Prinsip Islam Tentang Kecakapan


2. mendeskripsi Prinsip-Prinsip Islam Kesantunan Hidup
3. Mendeskripsi Mengimplementasikan Iman dan Kepatuhan
4. Mendeskripsi Hak dan Kewajiban

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PRINSIP-PRINSIP ISLAM TENTANG PERCAKAPAN HiDUP

1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skil)


Kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan dan pengetahuan seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara proaktif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya dengan kemampuan berinteraksi dan beradaptasi
dengan orang lain, keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis,
berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi, kesadaran diri,
berempati, mengatasi emosi dan mengatasi stres.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan
personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau
usaha mandiri

Pendidikan Percakapan Hidup (life skil) lebih luas sekedar ketrampilan bekerja, apalagi sekedar
ketrampilan manual. Pendidikan Kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan
menghadapi masalah kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif
menemukan solusi serta mampu mengatasinya.

2. Perencanaan Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup

Pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga bukan topik yang
orisinil. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan berpikir bahwa relevansi
antara pendidikan dengan kehidupan nyata perlu ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya
(Slamet PH, 2002). Hal ini berarti proses pemelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah
sebenarnya juga telah menumbuhkan kecakapan hidup namun ketercapaiannya masih sebatas
sebagai efek pengiring (nurturant efect) yang secara otomatis terbentuk seiring terkuasainya
subtansi mata pelajaran. Sementara itu berdasar konsep pendidikan berorientasi kecakapan
hidup bahwa aspek-aspek kecakapan hidup harus sengaja dirancang untuk ditumbuhkan dalam
kegiatan belajar. Perancangan dimulai dari penyusunan program pemelajaran, penyusunan
satuan pemelajaran, kegiatanpemelajaran dan sistem evaluasinya. Hal ini menuntut guru untuk
melakukanreorientasi pemelajaran pada mata pelajaran yang diampunya guna mengembangkan
kecakapan hidup.

Menurut Pardjono (2002) ada beberapa prinsip yang harus dipakai dalam melaksanakan
pendidikan kecakapan hidup, yaitu:

1) Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup tidak mengubah system pendidikan yang berlaku
saat ini.

2) Tidak mereduksi pendidikan menjadi hanya suatu pelatihan.

3) Etika sosio –religius bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dapat diintegrasikan.
4) Pemelajaran memakai prinsip learning to know, learning to do, learning to be, learning to live
together, dan learning to cooperate.

5) Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan

6) Menerapkan manajemen berbasis sekolah dan masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait
yang ada dalam masyarakat.

7) Paradigma learning for life dan school to work dapat menjadi dasar semua kegiatan
pendidikan sehingga lembaga pendidikan secara jelas memiliki pertautan dengan dunia kerja
dan pihak lain yang relevan.

8) Penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa membantu peserta didik agar:

Membantu mereka menuju hidup sehat dan berkualitas

•Mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas

•Memiliki akses untuk mampu memenuhi standar hidup secara layak.

Berdasarkan prinsip – prinsip ini, lebih lanjut Pardjono (2002) mengungkapkan 3 strategi
penerapan kecakapan hidup di sekolah yaitu :

1) Kecakapan hidup akan diimplementasikan secara integratif dengan kegiatan pemelajaran


pada setiap mata pelajaran atau mata diklat.

2) Kecakapan hidup akan diimplementasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti : pramuka,


PMR, Pecinta alam, kesenian , olahraga dll.

3) Untuk peserta didik dari TK/RA, SLTP/MTs dilakukan dengan mengintegrasikan paket-paket
diklat pravokasional, dan program kecakapan vokasional bagi peserta didik SMU/MA dapat
dilaksanakan si BLK , SMK ataupun SMK yang telah dikembangkan menjadi community college.
Dan bagi peserta diklat SMK aspek kecakapan hidup dilaksanakan dengan mengintegrasikan
kedalam kegiatan pemelajaran pada setiap mata pelajaran atau mata diklat yang ada dalam
bentuk paket pemelajaran kecakapan hidup.

Pendapat lain menyatakan implementasi pendidikan kecakapan hidup dapat


mempertimbangkan beberapa model, antara lain adalah: (1) model integratif, (2) model
komplementatif, dan (3) model diskrit (Saryono, Djoko dalam Marwanti, 2004). Dalam model
integratif, implemetasi pendidikan kecakapan hidup melekat dan terpadu dalam program-
program kurikuler, kurikulum yang ada, dan atau mata pelajaran yang ada. Berbagai program
kurikuler dan mata pelajaran yang ada seharusnya bermuatan atau berisi kecakapan hidup.
Model ini memerlukan kesiapan dan kemampuan tinggi dari sekolah, kepala sekolah, dan guru
mata pelajaran. Kepala sekolah dan guru harus pandai dan cekatan menyiasati dan menjabarkan
kurikulum, mengelola pemelajaran, dan mengembangkan penilaian. Ini berarti, mereka harus
kreatif, penuh inisiatif, dan kaya gagasan. Keuntungannya, model ini relatif murah, tidak
membutuhkan ongkos mahal, dan tidak menambah beban sekolah terutama kepala sekolah,
guru, dan peserta didik. Dalam model komplementatif, implementasi pendidikan kecakapan
hidup dimasukkan dan atau ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur
kurikulum yang ada, bukan. Pelaksanaannya bisa berupa menambahkan mata pelajaran
kecakapan hidup dalam struktur kurikulum atau menyelenggarakan program kecakapan hidup
dalam kalender pendidikan. Model ini tentu saja membutuhkan waktu tersendiri, guru tersendiri
di bidang kecakapan hidup, dan ongkos yang relatif besar. Selain itu, penggunaan model ini
dapat menambah beban tugas siswa dan guru selain beban finansial sekolah. Meskipun
demikian, model ini dapat digunakan secara optimal dan intensif untuk membentuk kecakapan
hidup pada peserta didik. Dalam model diskrit, implementasi pendidikan kecakapan hidup
dipisahkan dan dilepaskan dari program-program kurikuler, kurikulum reguler, dan atau mata
pelajaran (pemelajaran kurikuler). Pelaksanaannya dapat berupa pengembangan program
kecakapan hidup yang dikemas dan disajikan secara khusus kepada peserta didik. Penyajiannya
bisa terkait dengan program kokurikuler atau bisa juga berbentuk program ekstrakurikuler.
Model ini membutuhkan persiapan yang matang, ongkos yang relatif besar, dan kesiapan
sekolah yang baik. Selain itu, model ini memerlukan perencanaan yang baik agar tidak salah
penerapan. Meskipun demikian, model ini dapat digunakan membentuk kecakapan hidup
peserta didik secara komprehensif dan leluasa.

Berdasarkan berbagai prinsip dan pola pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup tersebut,
model integratif yang paling memungkinkan untuk dilakukan penerapannya. Tim BBE (2002)
mengingatkan bahwa dalam mengintegrasikan aspek kecakapan hidup dalam topik diklat tidak
boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik pelajaran hanya dapat mengembangkan satu aspek
kecakapan hidup maka hanya satu aspek tersebut yang dikembangkan dan tidak perlu
dipaksakan mengkaitkan aspek yang lainnya namun jika ada topik pelajaran yang dapat
menumbuhkan beberapa aspek kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup
perlu dioptimalkan pada topik tersebut. Artinya peran guru dalam mengembangkan kecakapan
hidup memiliki porsi yang sangat besar dalam menentukan keberhasilannya terutama kreativitas
dalam melakukan reorientasi pemelajaran.

Slamet PH (2002) menyatakan pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup idealnya


ditempuh secara berurutan sebagai berikut: Pertama, diidentifikasi masukan dari hasil
penelitian, pilihan-pilihan nilai, dan dugaan para ahli tentang nilai-nilai kehidupan nyata yang
berlaku. Kedua, masukan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan
kompetensi kecakapan hidup. Kompetensi kecakapan hidup yang dimaksud harus menunjukkan
kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya dalam dunia yang sarat perubahan. Ketiga, kurikulum dikembangkan
berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan. Artinya, apa yang harus,
seharusnya, dan yang mungkin diajarkan kepada peserta didik disusun berdasarkan kompetensi
yang telah dikembangkan. Keempat, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup perlu
dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum berbasis kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara
cermat. Hal-hal yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup seperti
misalnya tenaga kependidikan (guru), pendekatan-strategi-metode pemelajaran, media
pendidikan, fasilitas, tempat belajar dan durasi belajar, harus siap. Kelima, evaluasi pendidikan
kecakapan hidup perlu dibuat berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan
pada langkah kedua. Karena evaluasi belajar disusun berdasarkan kompetensi, maka penilaian
terhadap prestasi belajar peserta didik tidak hanya dengan pencil and paper test, melainkan juga
dengan performance test dan bahkan dengan evaluasi otentik. Gambar berikut memaparkan
secara ringkas alur berpikir pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup.

3. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup

a. Secara umum adalah mengembangkan potensial siswa sesuai dengan karakteristik,


emosional dan spiritual dalam prospek perkembangan diri dalam mengahdapai peranya
dimasa kini dan akan datang secara menyeluruhan.
b. Secara khusus adalah mengaktualisasikan potensi siswa, memberikan wawasan
pengembangan karir siswa, memberikan bekal nilai-nilai kehidupan, memberikan
lesempatan sekolah mengembangkan pembelajran fleksibel.
Pendidikan life skill sangat penting untuk bekal para siswa ataupun juga santri, bahkan
dalam al qur'an juga menjelaskan agar membekali anak didik untuk bisa menghadapi
kehidupan dan mempunyai kecakapan hidup Alqu'an mengisyaratkan dalam surat An-Nisa
ayat 9.
Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai
dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk
menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan hidup bertujuan untuk

a. mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan


problema yang dihadapi;
a. merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik dalam menghadapi
kehidupannya di masa datang;
a. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang
fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan;
a. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi
peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah .

4. Jenis Pendidikan Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kecakapan hidup yang bersifat generik
(generic life skill/GLS) yang terbagi atas kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial
(social skill) sedangkan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill/SLS) mencakup
kecakapan akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional (vocational skill) (Depdiknas,
2007:11).

5. Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup

Secara umum, manfaat pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didik
adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidupan, baik
sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri, sebagai warga masyarakat maupun sebagai warga
negara (Depag, 2005).

Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah
ada dapat diturunkan. Dengan demikian produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.

1.2 PRINSIP-PRINSIP ISLAM KESANTUNAN HIDUP

1. Pengertian Kesantunan Hidup dalam Islam


kesantunan merupakan suatu tindakan yang harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari.Dengan demikian kesantunan berbahasa berkaitan dengan 2 aspek yakni,aspek berbahasa
dan aspek perilaku seseorang.Pada aspek berbahasa terdapat pilihan kata,intonasi,nada,dan
struktur kalimat.Pada aspek perilaku seseorang terdapat ekspresi,sikap,dan gerak-gerik
seseorang.Jika kita melewatkan satu hal saja dari aspek tersebut maka kita bisa dikatakan tidak
santun atau tidak sopan.
Kesantunan dapat diartikan sebagai cara berbahasa dengan tujuan mendekatkan jarak social
antara penuturnya dalam peran mereka yang berbeda-beda.Dengan demikian kesantunan akan
tercipta kedekatan emosi antara penutur dengan lawan bicaranya.Kita harus membuang sifat
keegoisan kita untuk melakukan tindakan yang sopan santun kepada lawan bicara kita.
Kesantunan selalu berkaitan dengan aspek-aspek kebahasan.Aspek kesantunan terjadi dari
etika,norma sosisal,dan sistem budaya.Kesantunan dipengaruhi juga oleh kontek yang berkaitan
dengan tempat,waktu,dan peran yang berkaitan dengan umur,usia,dan kedudukan.
2. Bebahasa Santun Dalam perpektif Islam
Bahasa merupakan alat komunikasi sejak awal penciptannya sebaimana disyariatkan oleh Al
Qur'an Allah mengajarakan (manusia) pandai berbicara.
kesantunan berbahasa dalam Al Qur'an berkaitan dengan cara pengucapan, perilaku dan kosa
kata yang santun serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi (lingkungan) penutur
sebagaimana disyaratkan dalam Al Qur'an``...... dan lunakanlah suaramu, sesungguhnya
seburuk-buruk adalah suara himar``
Dalam hal bahasa dan berbahasas ini, dahlan menegaskan bahwa Al Qur'an menampilkan 6
prinsip seyogyanya dijadikan pegangan dalam berbicara, yaitu : qaulan sadida, qaulan ma'rufa,
qaulan baligha, qaulan maysura, qaulan karima, qaulan layyina.
a) qaulan sadida
qaulan sadida yaitu berbicara dengan benar. qaulan sadida pada surat Al-Ahzab ayat 70
adalah ucapan yang tepat dan timbul dalam hati yang bersih, sebab ucapan adalah
gambaran dari apa yang ada didalam hati dan orang yang mengucapkan kata-kata yang
dalap menyakiti orang lain itu memiliki jiwa yang tidak jujur.
b) qaulan ma'rufa
qaulan ma'rufa berbicara dengan menggunakan bahasa yang menyedapkan hati, tidak
menyinggung atau menyakiti perasaan, jujur dan tidak menggandung kebohongan dan tidak
berpura-pura. Dan ketika menafsirkan kata qaulan ma'rufa pada Qs. Al Isra' ayat 23 dalam
konteks komunikasi dengan orang tua diartikan sebagai ucapan yang khidmat, dasar budi
kepada orang tua. Sedangkat menafsirkan kalimat tersebut dalam Qs. Al Ahzab ayat 23,
menafsirkan kata-kata yang pantas.
c) qaulan baligha
qaulan baligha yaitu berbicara dengan menggunakan ungkapan yang mengena, mencapai
sasaran dan tujuan, atau membekas, berbicaranya jelas, terang dan tepat. Artinya berbicara
afektif.
d) qaulan maysura
qaulan maysura yaitu berbica dengan baik dan patas, agar orang tidak kecewa. dalam
bahasa etimologi qaulan maysura adalah perkataan yang mudah
e) qaulan layyina
qaulan layyina dari segi bahasa berarti perkataan yang lemah lembut Komunikasi yang
terjadi adalah hubungan dua hati yang terdampak pada tercerapnya isi ucapan yang diajak
berbica.
f) qaulan karima
qaulan karima diartikan perkataan muliah. Perkataan muliah perkataan yang member
penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak berbicara. Al magragi (1943:63)
menafsirkan qaulan karimah dengan merujuk perkataan Ibn musyayah yaitu ucapan seorang
budak yang bersalah dihadapan majikan yang galak. katsir menjelaskan qaulan karimah
dengan arti lembut, baik, sopan disertai tata krama, penghormatan dan penganggungan.

3. Contoh Kesantunan Hidup dalam Islam


a) Seorang anak wajib menghormati dan menyayangi kedua orangtua. Bentuk hormat dan
sayang kita kepada orangtua, di antaranya dengan bertutur kata santun kepada keduanya.
Semua nasihat orangtua harus ditaati sepenuh hati, karena mereka telah merawat dan
mendidik kita sejak kecil.
b) Ketika keluarga kita sedang kesusahan tetanggalah yang akan membantu kita. Kita hormati
serta laksanakan hak dan kewajiban tetangga. Jangan kita sakiti mereka dengan tingkah laku
buruk dan perkataan kotor.
c) Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tepat
dalam berbagai keadaan. Sopan santun dapat diterapkan di mana saja dan kapan saja.
Karena sopan santun merupakan perwujudan cara kita dalam bersikap yang terbaik.
4. Dahlil Naqli Sikap Santun
Allah Swt. mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut. Dari Ibnu Abbas,
bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri:"Sesungguhnya dalam dirimu terdapat
dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (HR. Ibnu Majah)
Allah Swt. memerintahkan agar bertutur kata yang baik kepada sesama manusia, sebagaimana
firman Allah Swt. ‫ق بَنِي إِ ْس َرائِي َل اَل تَ ْعبُ ُدونَ إِاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا َو ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوقُولُوا‬ ْ َ‫َوإِ ْذ أ‬
َ ‫خَذنَا ِميثَا‬
ِ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّزكَاةَ ثُ َّم ت ََولَّ ْيتُ ْم إِاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم ُمع‬
َ‫ْرضُون‬ َّ ‫اس ُح ْسنًا َوأَقِي ُموا ال‬
ِ َّ‫ لِلن‬Artinya “Dan (ingatlah) ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-
baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orangorang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi
kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.” (QS. Al-Baqarah:83)
5. Manfaat Sikap Santun
a) Mudah diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan seseorang disenangi orang
lain, sehingga mudah diterima oleh orang lain.
b) Menunjang kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang oleh sikap santun yang
ditunjukkannya. Pembeli, pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang bergaul
dengannya. Relasinya bertambah banyak, sehingga akan menambah kesuksesannya.
c) Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang memiliki sikap
santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau juga memiliki sikap lemah lembut dan
santun yang luar biasa.
1.3 MENGIMPLEMENTASIKAN IMAN DAN KEPATUHAN

1. Pengertian Iman Dan Kepatuhan

Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-ya ’manu-
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti
yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang
beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan
hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimat syahadat telah menjadi Islam.

Meskipun berbeda-beda dalam memahami arti iman, semua golongan tersebut sepakat bahwa
iman merupakan hal yang terpenting dalam ajaran Islam. Hal ini terlihat bahwa iman bagi
mereka adalah lawan dari kufr (menolak). Orang yang iman disebut mukmin, sedangkan yang
kufr disebut kafir. Iman adalah baik maka mukmin akan masuk surga, sedangkan kufr adalah
sesat maka kafir akan masuk neraka.

Kepercayaan adalah kesediaan untuk menerima suatu ajaran, mengakuinya sebagai yang benar
bukan didasarkan kepada pembuktian rasional. Para teolog memang sering mengupayakan
pembuktian rasional bahkan mempertahankan kepercayaan dengan bukti rasional tersebut,
namun ketika rasionalitas itu dipertanyakan atau mengahadapi kebuntuan, maka kaedah-
kaedah kepercayaan menyingkirkan rasionalitas.

2. Karakteristik Iman Dan Kepatuhan

Di dalam Al-Quran disebutkan karakteristik orang yang beriman; sangat cinta dan tidak ragu.
Orang-orang yang beriman bersangatan cintanya kepada Allah (2; 165). Oleh karena itu, iman
lebih dari sikap menerima dan setuju kepada obyek yang dipercaya, tetapi lebih dalam, yaitu
cinta yang kuat. Berapa kuat cinta terhadap Allah dapat diamati dari penempatan Allah dalam
kedudukan cintanya terhadap yang lain. Disebutkan pula bahwa orang yang beriman apabila
disebut nama Allah, bergetar hatinya, jika dibacakan ayat-ayat Allah, bertambah
kepercayaannya (8; 2).

Iman jauh dari keraguan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah yang beriman
kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu dan bersungguh-sungguh di jalan Allah
dengan harta dan jiwa mereka (49; 15).

3. Hubungan Iman Dengan Kepatuhan


Iman merupakan dasar bagi berperilaku manusia, ia mengontrol cara berpikir, bersikap dan
bertindak setiap orang. Al-Uthaimin (1985: 85) menyebutkan bahwa “akidah merupakan dasar
pokok dari agama yang akan membuahkan hasil yang tiada taranya di semua aspek
kehidupan.”

Kepatuhan adalah keadaan di mana individu mengikuti perintah-perintah dari sesuatu yang
dipandang memiliki otoritas secara sukarela ataupun karena terpaksa dengan tidak
menunjukkan pengingkaran. Dengan demikian kepercayaan akan melahirkan kepatuhan, namun
tidak dapat menyatakan bahwa kepatuhan merupakan gambaran utuh dari kepercayaan.

Iman membuahkan amal salih. Amal saleh secara sistematis digariskan dalam suatu sistem
peraturan yang disebut syariat. Syariat secara luas berarti keseluruhan ajaran Islam, baik
akidah, ibadah dan akhlak, dalam makna yang sempit, syariat dipahami sebagai fikih atau hukum
Islam, seluruhnya mengacu kepada kitab suci Al-Quran. Iman dan kepatuhan merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan, maka perilaku manusia sangat tergantung pada imannya. Oleh
karena itu, iman berhubungan signifikan dengan kepatuhan.

4. Wujud Iman Dan Kepatuhan

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal
saleh.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu
mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena
itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri
seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang
menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim
atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu
yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
berakidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang
dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan
hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada
ajaran Islam.

5. Proses Terbentuknya Iman Dan Kepatuhan


Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang
digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang
dimakan berasal dari rezeki yang halalan thayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu
yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak lepas
dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami juga
berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena itu jika
seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka suami isteri
hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua
dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku
yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku
baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW
bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal
dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang
tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

1.4 HAK DAN KEWAJIBAN

1. Pengertian Hak Dan Kewajiban

Hak dan kewajiban dalam islam sangat diperhitungkan dan menjadi aspek penting. Manusia
hidup di dunia menjalankan misi kehidupannya tentu berdasarkan atas hak dan kewajiban yang
sudah Allah tetapkan. Untuk itu, berikut adalah pengertian mengenai hak dan kewajiban secara
umum.

1) Pengertian Hak

Secara umum, hak berarti adalah hal-hal yang boleh diambil atau diterima oleh seseorang.
Hak ini secara benar diambil atau diterima oleh manusia dengan syarat-syarat dan
ketentuan tertentu. Hak juga tidak boleh dilalaikan dan juga tidak boleh dikesampingkan,
karena hak menjadi milik seseorang.

Untuk mendapatkan hak, manusia harus untuk menunaikan kewajibannya. Hak tidak berdiri
sendiri melainkan sangat bergantung kepada kewajiban. Ada hak dan ada juga kewajiban
yang harus ditunaikan.

2) Pengertian Kewajiban
Kewajiban berbeda dengan hak. Kewajiban adalah syarat atau hal-hal yang harus dilakukan
oleh manusia sebelum ia mendapatkan hak-nya. Jika kewajiban ditinggalkan, maka manusia
akan berdosa, karena kewajiban pasti akan berdampak pada terhalangnya hak orang lain.

Misalnya saja, orang yang berkewajiban membayar pajak, jika ia tidak membayarkannya
maka akan berdampak kepada hak-hak rakyat dan negara. Tentu saja merugikan dan
merusak tatanan masyarakat. Untuk itu kewajiban sebagaimana hak, sangat bergantung
satu sama lain

Sebagai umat muslim tentu saja harus dilaksanakan kewajiban dan mengambil hak yang
memang milik kita. Jika tidak sesuai dan mengambil tidak sesuai hak dan kewajiban, maka
kedzaliman akan menghampiri kita. Tentunya juga kedosaan yang akan menimpa kita.

2. Kewajiban Sebagai Manusia

Manusia dengan sesama manusia juga memiliki hak-nya masing-masing. Allah terhadap manusia
sudah memberikan hak-hak nya berupa rezeki, kesehatan, dan berbagai macam lainnya.
Sedangkan manusia terhadap manusia terkadnag tidak menunaikan kewajibannya sehingga
membuat manusia lain lalai akan hak-nya.

1) Menyembah dan Mentaati Perintah Allah

Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-A’raff“: 33)

Manusia sejak awal lahir ke dunia telah Allah tetapkan untuk mengikuti dan meyembah
kepada Allah. Penyembahan manusia pada hal lain selain Allah adalah kerugian dan sebuah
kebodohan yang membuat hidup manusia itu sendiri mendapatkan kesengsaraan. Untuk
itu, Allah memerintahkan manusia agar menyembah kepada Allah, agar keselamtan
menyertai manusia. Hakikatnya manusia yang menjalankan kewajibannya akan kembali
mendapatkan manfaat dan keselamatannya untuk manusia sendiri.

2) Menjalankan Misi Khalifah fil Ard

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”(QS Al-Baqarah : 30)
Manusia diciptakan Allah untuk dapat menjalankan misi khalifah fil Ard. Misi ini adalah
sebagai alasan mengapa manusia diciptakan, dan menjadi kewajiban agar manusia di muka
bumi dalam keadaan selamat juga sejahtera.

Tanpa ada pembangunan, pengelolaan yang baik, manusia akan mendapatkan kerusakan
dalam hidupnya juga kesengsaraan. Tugas khalifah fil ard bukanlah tugas seorang yang
berlabel pemimpin saja melainkan tugas dari setiap orang, khususnya manusia yang ada di
muka bumi.
3) Berbuat Kebaikan, Menghindari Kerusakan

Hal ini yang harus dilakukan manusia dan menjadi kewajiban yang harus dilakukan. Berbuat
kebaikan, menghindari perbuatan keji dan munkar adalah tugas dari manusia. Untuk itu,
sebagaimana ayat di atas manusia harus menjalankan kebaikan dan menghindari perbuatan
dosa.

Manusia memang tidak bisa lepas dari dosa, akan tetapi kewajiban manusia adalah
menghindarinya. Hal ini karena setan selalu berada di sekitar manusia dan mempengaruhi
manusia.

3. Hak Untuk Sesama Manusia

Selain kewajiban, berikut yang harus manusia perhatikan juga akan hak-hak yang harus
diberikan atau dapat diterima sebagaimana manusia. Manusia dengan sesama manusia memiliki
hak yang sama, untuk itupun harus juga memberikan hak-hak tersebut kepada mereka agar hak
kita pun dapat dimiliki. Jika tidak menunaikan hak orang lain, maka hak kita sendiri pun tidak
akan bisa didapatkan.

1) Dilarang Berbuat Kerusakan

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
di muka bumi dengan membuat kerusakan” (QS Asyu’ara’ “ 183)

Hak-hak manusia akan didapatkan jika manusia tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Jika
melanggar dan melakukan kerusakan dapat dipastikan hak manusia satu dengan yang
lainnya, termasuk hak diri sendiri akan tidak didapatkan.

Tentunya, mendapatkan hak yang halal adalah yang sesuai dengan Rukun Islam, Dasar
Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman, dan
jangan sampai berbuat hal-hal yang rusak karena melanggar hal tersebut.

2) Mendapatkan dan Memberikan Harta yang Halal

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS An-Nisaa : 29)

Agar kita mendapatkan harta yang halal sesuai hak kita, maka Allah memerintahkan agar
menjalankan transaksi yang juga halal. Transaksi yang haram tidak akan membuat harta kita
menjadi hak yang halal, maka hak tersebut menjadi haram.

Untuk itu, hak-hak manusia ini sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan Tujuan
Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep
Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama ,
Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan
Cara Sukses Menurut Islam.
BAB III

PENUTUP

2.1 MANFAAT

Inilah sebabnya mengapa Islam sangat mementingkan pengetahuan dan pendidikan. Ketika Quran mulai
diwahyukan, kata pertama dari ayat pertamanya adalah ‘Iqra’ yaitu, baca.

 Berikut manfaat menuntut ilmu dalam pandangan islam yaitu:

1) Mengenalkan Dirinya Pada Dunia Luar

2) Titik Awal dari Setiap Kehidupan Manusia

3) Memperoleh Kemuliaan

4) Memperoleh Kesejahteraan

5) Memperoleh Kebijaksanaan

6) Mengetahui Bahwa Allah Maha Besar

7) Mengajarkan Untuk Bersyukur

8) Mengajarkan Untuk Bersyukur

9) Menularkan Ilmu Bermanfaat

10) Menularkan Ilmu Bermanfaat


DAFTAR PUSTAKA

https://saatsantai.com/contoh-kata-pengantar-makalah-agama/
https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/12/28/670063/prinsip-islam-dalam-menjalani-
kehidupan/
https://www.kajianpustaka.com/2019/01/pengertian-tujuan-dan-jenis-kecakapan-hidup.html?
m=1
https://lifeskilledu.wordpress.com/2012/06/06/pelaksanaan-pendidikan-kecakapan-hidup/
https://www.bacaanmadani.com/2017/08/pengertian-santun-dalil-naqli-tentang.html?m=1
https://dalamislam.com/landasan-agama/hak-dan-kewajiban-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai