DOSEN PEMBIMBING
HANIK HIDAYATI, S.Pd., M.Pd.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul “PRINSIP-PRINSIP ISLAM PADA
KECAKAPAN DAN KESANTUNAN HIDUP” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak
pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka
dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat
dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai
permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 MANFAAT
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oleh: Ahmad Zuhri, M.A. Kehidupan setiap manusia di muka bumi ini merupakan salah satu bentuk
terdahsyat yang diciptakan oleh Allah Swt sebagai salah satu ke-Maha Kuasa-an-Nya atas segala yang
ada di alam semesta. Kompleksitas dari bentuk kehidupan seorang manusia sejak ia dilahirkan hingga
kematian, sangatlah unik dan indah dengan segala hal yang disematkan Allah pada diri seorang manusia
tersebut. maka dari itu, seorang manusia tidak boleh merusak setiap fase kehidupannya dengan men-
cederai kehidupannya sendiri yang berimbas pada cedera bagi orang lain.
Begitu pula dengan dimensi kehidupan seorang muslim, sesungguhnya telah diberi petunjuk dan
“clue” oleh Allah dalam upaya menegakkan prinsip-prinsip ke-Islaman di setiap fase yang dijalani dan
dilalui.
Ajaran Islam memberi gambaran dan pedoman yang jelas agar seorang muslim menjalankan dengan
teguh prinsip yang terkait husnul hayat (Kehidupan yang baik) yaitu; prinsip akidah, prinsip ibadah, dan
prinsip akhlak.
Pertama, prinsip akidah. Akidah secara bahasa berasal dari kata arab “a-q-d” yang berarti ikatan.
Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Prinsip ini memberi gambaran bahwa Islam melalui
Alquran dan Sunnah Rasul telah memberi petunjuk yang jelas bagi manusia untuk beriman kepada Allah,
Malaikat, kitabullah, nabiyullah, yaumul akhir serta Qadha dan Qadar Allah.
Keduan, prinsip Ibadah. Pengertian Ibadah menurut bahasa Ibadah artinya patuh dan tunduk,
sedangkan menurut istilah ibadah adalah segala amal atau perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah
baik berupa perkataan, perbuatan atau tingkah laku.
Ketiga, prinsip akhlak. Kalimat akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari pada “al-
khuluq” yang berarti perangai. Pemaknaan akhlak akan mencakup budi pekerti, adab, perangai, tingkah
laku, pegangan, sikap ataupun tabiat. Prinsip akhlak merupakan cerminan seorang manusia terhadap
segala bentuk perbuatan yang ia sajikan dalam kehidupan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan
personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau
usaha mandiri
Pendidikan Percakapan Hidup (life skil) lebih luas sekedar ketrampilan bekerja, apalagi sekedar
ketrampilan manual. Pendidikan Kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan
menghadapi masalah kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif
menemukan solusi serta mampu mengatasinya.
Pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga bukan topik yang
orisinil. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan berpikir bahwa relevansi
antara pendidikan dengan kehidupan nyata perlu ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya
(Slamet PH, 2002). Hal ini berarti proses pemelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah
sebenarnya juga telah menumbuhkan kecakapan hidup namun ketercapaiannya masih sebatas
sebagai efek pengiring (nurturant efect) yang secara otomatis terbentuk seiring terkuasainya
subtansi mata pelajaran. Sementara itu berdasar konsep pendidikan berorientasi kecakapan
hidup bahwa aspek-aspek kecakapan hidup harus sengaja dirancang untuk ditumbuhkan dalam
kegiatan belajar. Perancangan dimulai dari penyusunan program pemelajaran, penyusunan
satuan pemelajaran, kegiatanpemelajaran dan sistem evaluasinya. Hal ini menuntut guru untuk
melakukanreorientasi pemelajaran pada mata pelajaran yang diampunya guna mengembangkan
kecakapan hidup.
Menurut Pardjono (2002) ada beberapa prinsip yang harus dipakai dalam melaksanakan
pendidikan kecakapan hidup, yaitu:
1) Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup tidak mengubah system pendidikan yang berlaku
saat ini.
3) Etika sosio –religius bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dapat diintegrasikan.
4) Pemelajaran memakai prinsip learning to know, learning to do, learning to be, learning to live
together, dan learning to cooperate.
6) Menerapkan manajemen berbasis sekolah dan masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait
yang ada dalam masyarakat.
7) Paradigma learning for life dan school to work dapat menjadi dasar semua kegiatan
pendidikan sehingga lembaga pendidikan secara jelas memiliki pertautan dengan dunia kerja
dan pihak lain yang relevan.
Berdasarkan prinsip – prinsip ini, lebih lanjut Pardjono (2002) mengungkapkan 3 strategi
penerapan kecakapan hidup di sekolah yaitu :
3) Untuk peserta didik dari TK/RA, SLTP/MTs dilakukan dengan mengintegrasikan paket-paket
diklat pravokasional, dan program kecakapan vokasional bagi peserta didik SMU/MA dapat
dilaksanakan si BLK , SMK ataupun SMK yang telah dikembangkan menjadi community college.
Dan bagi peserta diklat SMK aspek kecakapan hidup dilaksanakan dengan mengintegrasikan
kedalam kegiatan pemelajaran pada setiap mata pelajaran atau mata diklat yang ada dalam
bentuk paket pemelajaran kecakapan hidup.
Berdasarkan berbagai prinsip dan pola pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup tersebut,
model integratif yang paling memungkinkan untuk dilakukan penerapannya. Tim BBE (2002)
mengingatkan bahwa dalam mengintegrasikan aspek kecakapan hidup dalam topik diklat tidak
boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik pelajaran hanya dapat mengembangkan satu aspek
kecakapan hidup maka hanya satu aspek tersebut yang dikembangkan dan tidak perlu
dipaksakan mengkaitkan aspek yang lainnya namun jika ada topik pelajaran yang dapat
menumbuhkan beberapa aspek kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup
perlu dioptimalkan pada topik tersebut. Artinya peran guru dalam mengembangkan kecakapan
hidup memiliki porsi yang sangat besar dalam menentukan keberhasilannya terutama kreativitas
dalam melakukan reorientasi pemelajaran.
Kecakapan hidup dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kecakapan hidup yang bersifat generik
(generic life skill/GLS) yang terbagi atas kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial
(social skill) sedangkan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill/SLS) mencakup
kecakapan akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional (vocational skill) (Depdiknas,
2007:11).
Secara umum, manfaat pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didik
adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidupan, baik
sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri, sebagai warga masyarakat maupun sebagai warga
negara (Depag, 2005).
Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah
ada dapat diturunkan. Dengan demikian produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.
Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-ya ’manu-
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti
yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang
beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan
hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimat syahadat telah menjadi Islam.
Meskipun berbeda-beda dalam memahami arti iman, semua golongan tersebut sepakat bahwa
iman merupakan hal yang terpenting dalam ajaran Islam. Hal ini terlihat bahwa iman bagi
mereka adalah lawan dari kufr (menolak). Orang yang iman disebut mukmin, sedangkan yang
kufr disebut kafir. Iman adalah baik maka mukmin akan masuk surga, sedangkan kufr adalah
sesat maka kafir akan masuk neraka.
Kepercayaan adalah kesediaan untuk menerima suatu ajaran, mengakuinya sebagai yang benar
bukan didasarkan kepada pembuktian rasional. Para teolog memang sering mengupayakan
pembuktian rasional bahkan mempertahankan kepercayaan dengan bukti rasional tersebut,
namun ketika rasionalitas itu dipertanyakan atau mengahadapi kebuntuan, maka kaedah-
kaedah kepercayaan menyingkirkan rasionalitas.
Di dalam Al-Quran disebutkan karakteristik orang yang beriman; sangat cinta dan tidak ragu.
Orang-orang yang beriman bersangatan cintanya kepada Allah (2; 165). Oleh karena itu, iman
lebih dari sikap menerima dan setuju kepada obyek yang dipercaya, tetapi lebih dalam, yaitu
cinta yang kuat. Berapa kuat cinta terhadap Allah dapat diamati dari penempatan Allah dalam
kedudukan cintanya terhadap yang lain. Disebutkan pula bahwa orang yang beriman apabila
disebut nama Allah, bergetar hatinya, jika dibacakan ayat-ayat Allah, bertambah
kepercayaannya (8; 2).
Iman jauh dari keraguan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah yang beriman
kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu dan bersungguh-sungguh di jalan Allah
dengan harta dan jiwa mereka (49; 15).
Kepatuhan adalah keadaan di mana individu mengikuti perintah-perintah dari sesuatu yang
dipandang memiliki otoritas secara sukarela ataupun karena terpaksa dengan tidak
menunjukkan pengingkaran. Dengan demikian kepercayaan akan melahirkan kepatuhan, namun
tidak dapat menyatakan bahwa kepatuhan merupakan gambaran utuh dari kepercayaan.
Iman membuahkan amal salih. Amal saleh secara sistematis digariskan dalam suatu sistem
peraturan yang disebut syariat. Syariat secara luas berarti keseluruhan ajaran Islam, baik
akidah, ibadah dan akhlak, dalam makna yang sempit, syariat dipahami sebagai fikih atau hukum
Islam, seluruhnya mengacu kepada kitab suci Al-Quran. Iman dan kepatuhan merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan, maka perilaku manusia sangat tergantung pada imannya. Oleh
karena itu, iman berhubungan signifikan dengan kepatuhan.
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal
saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu
mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena
itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri
seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang
menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim
atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu
yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
berakidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang
dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan
hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada
ajaran Islam.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua
dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku
yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku
baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW
bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal
dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang
tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Hak dan kewajiban dalam islam sangat diperhitungkan dan menjadi aspek penting. Manusia
hidup di dunia menjalankan misi kehidupannya tentu berdasarkan atas hak dan kewajiban yang
sudah Allah tetapkan. Untuk itu, berikut adalah pengertian mengenai hak dan kewajiban secara
umum.
1) Pengertian Hak
Secara umum, hak berarti adalah hal-hal yang boleh diambil atau diterima oleh seseorang.
Hak ini secara benar diambil atau diterima oleh manusia dengan syarat-syarat dan
ketentuan tertentu. Hak juga tidak boleh dilalaikan dan juga tidak boleh dikesampingkan,
karena hak menjadi milik seseorang.
Untuk mendapatkan hak, manusia harus untuk menunaikan kewajibannya. Hak tidak berdiri
sendiri melainkan sangat bergantung kepada kewajiban. Ada hak dan ada juga kewajiban
yang harus ditunaikan.
2) Pengertian Kewajiban
Kewajiban berbeda dengan hak. Kewajiban adalah syarat atau hal-hal yang harus dilakukan
oleh manusia sebelum ia mendapatkan hak-nya. Jika kewajiban ditinggalkan, maka manusia
akan berdosa, karena kewajiban pasti akan berdampak pada terhalangnya hak orang lain.
Misalnya saja, orang yang berkewajiban membayar pajak, jika ia tidak membayarkannya
maka akan berdampak kepada hak-hak rakyat dan negara. Tentu saja merugikan dan
merusak tatanan masyarakat. Untuk itu kewajiban sebagaimana hak, sangat bergantung
satu sama lain
Sebagai umat muslim tentu saja harus dilaksanakan kewajiban dan mengambil hak yang
memang milik kita. Jika tidak sesuai dan mengambil tidak sesuai hak dan kewajiban, maka
kedzaliman akan menghampiri kita. Tentunya juga kedosaan yang akan menimpa kita.
Manusia dengan sesama manusia juga memiliki hak-nya masing-masing. Allah terhadap manusia
sudah memberikan hak-hak nya berupa rezeki, kesehatan, dan berbagai macam lainnya.
Sedangkan manusia terhadap manusia terkadnag tidak menunaikan kewajibannya sehingga
membuat manusia lain lalai akan hak-nya.
Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-A’raff“: 33)
Manusia sejak awal lahir ke dunia telah Allah tetapkan untuk mengikuti dan meyembah
kepada Allah. Penyembahan manusia pada hal lain selain Allah adalah kerugian dan sebuah
kebodohan yang membuat hidup manusia itu sendiri mendapatkan kesengsaraan. Untuk
itu, Allah memerintahkan manusia agar menyembah kepada Allah, agar keselamtan
menyertai manusia. Hakikatnya manusia yang menjalankan kewajibannya akan kembali
mendapatkan manfaat dan keselamatannya untuk manusia sendiri.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”(QS Al-Baqarah : 30)
Manusia diciptakan Allah untuk dapat menjalankan misi khalifah fil Ard. Misi ini adalah
sebagai alasan mengapa manusia diciptakan, dan menjadi kewajiban agar manusia di muka
bumi dalam keadaan selamat juga sejahtera.
Tanpa ada pembangunan, pengelolaan yang baik, manusia akan mendapatkan kerusakan
dalam hidupnya juga kesengsaraan. Tugas khalifah fil ard bukanlah tugas seorang yang
berlabel pemimpin saja melainkan tugas dari setiap orang, khususnya manusia yang ada di
muka bumi.
3) Berbuat Kebaikan, Menghindari Kerusakan
Hal ini yang harus dilakukan manusia dan menjadi kewajiban yang harus dilakukan. Berbuat
kebaikan, menghindari perbuatan keji dan munkar adalah tugas dari manusia. Untuk itu,
sebagaimana ayat di atas manusia harus menjalankan kebaikan dan menghindari perbuatan
dosa.
Manusia memang tidak bisa lepas dari dosa, akan tetapi kewajiban manusia adalah
menghindarinya. Hal ini karena setan selalu berada di sekitar manusia dan mempengaruhi
manusia.
Selain kewajiban, berikut yang harus manusia perhatikan juga akan hak-hak yang harus
diberikan atau dapat diterima sebagaimana manusia. Manusia dengan sesama manusia memiliki
hak yang sama, untuk itupun harus juga memberikan hak-hak tersebut kepada mereka agar hak
kita pun dapat dimiliki. Jika tidak menunaikan hak orang lain, maka hak kita sendiri pun tidak
akan bisa didapatkan.
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
di muka bumi dengan membuat kerusakan” (QS Asyu’ara’ “ 183)
Hak-hak manusia akan didapatkan jika manusia tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Jika
melanggar dan melakukan kerusakan dapat dipastikan hak manusia satu dengan yang
lainnya, termasuk hak diri sendiri akan tidak didapatkan.
Tentunya, mendapatkan hak yang halal adalah yang sesuai dengan Rukun Islam, Dasar
Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman, dan
jangan sampai berbuat hal-hal yang rusak karena melanggar hal tersebut.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS An-Nisaa : 29)
Agar kita mendapatkan harta yang halal sesuai hak kita, maka Allah memerintahkan agar
menjalankan transaksi yang juga halal. Transaksi yang haram tidak akan membuat harta kita
menjadi hak yang halal, maka hak tersebut menjadi haram.
Untuk itu, hak-hak manusia ini sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan Tujuan
Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep
Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama ,
Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan
Cara Sukses Menurut Islam.
BAB III
PENUTUP
2.1 MANFAAT
Inilah sebabnya mengapa Islam sangat mementingkan pengetahuan dan pendidikan. Ketika Quran mulai
diwahyukan, kata pertama dari ayat pertamanya adalah ‘Iqra’ yaitu, baca.
3) Memperoleh Kemuliaan
4) Memperoleh Kesejahteraan
5) Memperoleh Kebijaksanaan
https://saatsantai.com/contoh-kata-pengantar-makalah-agama/
https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/12/28/670063/prinsip-islam-dalam-menjalani-
kehidupan/
https://www.kajianpustaka.com/2019/01/pengertian-tujuan-dan-jenis-kecakapan-hidup.html?
m=1
https://lifeskilledu.wordpress.com/2012/06/06/pelaksanaan-pendidikan-kecakapan-hidup/
https://www.bacaanmadani.com/2017/08/pengertian-santun-dalil-naqli-tentang.html?m=1
https://dalamislam.com/landasan-agama/hak-dan-kewajiban-dalam-islam