Anda di halaman 1dari 11

HAMBATAN DALAM LOBI, DIPLOMASI, DAN NEGOSIASI

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


Teknik Lobi dan Negosiasi

Nikken Herdiningsih
BP 20140013

Jurusan Ilmu Komunikasi


Universitas Dharma Andalas
PADANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan

banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 26 Mei

2022

Nikken Herdiningsih

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………… 1

KATA PENGANTAR ………………………… 2

DAFTAR ISI ………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 4

 A. Latar Belakang ………………………………………….. 4


 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 4
 C. Tujuan Penulisan ……………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN …………………………. 6

 A. Hambatan Komunikasi ………………………………… 6


 B. Pendapat para ahli tentang hambatan komunikasi………………….. 6
 C. Hambatan komunikasi pada saluran…………………. 8
 D. Menanggulangi hambatan………………………………8

BAB III PENUTUP …………………………………… 10

 A. Simpulan …………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………… 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari terjadi situasi yang membuat
kita melakukan kegiatan lobi ataupun negosiasi. Misalnya, ketika seorang anak ingin
mendapat uang jajan lebih dari orang tuanya, tetapi orang tua enggan untuk menuruti
permintaan anak tersebut. Kemudian, anak kecil tersebut mulai membunjuk dengan
bertingkah laku baik, dan melakukan hal-hal positif yang menyenangkan kedua
orangtua .Hal tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan melobi seorang anak
terhadap orangtuanya. Dalam kasus yang sama, anak tersebut juga dapat bernegosiasi
dengan orangtua. Misalnya, ia ingin uang jajan bertambah 100%. Ketika orang tua
tidak setuju dan marah, kemudian sianak kembali membujuk orang tua dan berusaha
mengambil jalan tengah dengan berjanji untuk menjadi juara 1, dan uang jajan naik
meskipun hanya 50%. Kegiatan lobi dan negosiasi sebenarnya sudah akrab dengan
kehidupan sehari-hari kita dari kecil. Pada prakteknya, lobi dan negosiasi diperlukan
untuk mencegah terjadinya atau berkembang nya suatu konflik. Setiap orang
memiliki sikap, pandangan, dan tingkah laku yang berbeda dalam menyikapi suatu
hal. Terkadang seorang yang sabar bisa dihadapkan dengan seorang yang emosial dan
pemarah. Yang mengkhawatirkan adalah jika seorang yang emosional harus
berhadapan dengan seorang lain yang juga bersifat emosional. Perbedaan latar
belakang dan kepentingan juga dapat memicu terjadinya sebuah konflik. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa tidak semua persoalan mendapat tanggapan
dan penyelesaian yang sama. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan
keterampilan melobi dan bernegosiasi. Namun, seringkali informasi yang seharusnya
disampaikan sipelobi kepada kliennya, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak
efektifnya suatu komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi antara sipelobi dengan
klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal-
hal tersebut tidak hanya berasal dari sipelobi saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh
pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh klien. Komunikasi yang tidak efektif
juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri sehingga
menghambat proses lobi dan negoisasi yang sedang dilakukan. Hambatan-hambatan
itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada kejelasan
pesan itu sendiri dan masih banyak lagi hambatan yang bisa saja terjadi.
2. Rumusan Masalah
1. Hambatan dalam komunikasi
2. Hambatan komunikasi pada saluran penanggulangan komunikasi
3. Tujuan Penulisan

4
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang Hambatan dalam lobi, diplomasi dan negosiasi dan diharapkan bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hambatan Komunikasi
Lobi, diplomasi, dan negosiasi tidak bersifat mekanis, setelah tempat, waktu,
target lobi materi, dan pesan lobi disiapkan dengan baik dan proses komunikasi lobi
berlangsung sesuai rencana, maka kita perlu waspada, jangan kemudian kita
berkesimpulan bahwa lobi tersebut dengan otomatis akan memberikan hasil
memuaskan bagi kedua belah pihak. Selain persiapan yang baik, keberhasilan proses
lobi juga dipengaruhi jam terbang pelobi, kematangan, kearifan, dan kemampuan
pelobi dalam menggunakan intuisinya. Kreativitas juga sangat diperlukan di sini.
Lobi adalah salah satu bentuk kegiatan komunikasi. Dengan sendirinya, salah satu
hambatan yang dapat mempengaruhi proses lobi sehingga proses lobi tersebut gagal
membuahkan hasil yang memuaskan adalah hambatan komunikasi.
B. Pendapat Para Ahli tentang Hambatan Komunikasi
Bill Scott (1990) mengatakan dalam proses komunikasi terdapat hambatan –
hambatan, sebagai berikut:
1. Apa yang dikatakan belum tentu didengar.
2. Apa yang didengar belum tentu dimengerti.
3. Apa yang dimengerti belum tentu diterima.
4. Pembicara mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah
didengar/dimengerti/diterima oleh pendengar.
Suatu hal yang menarik dari uraian Bill Scott di atas, bahwa dari sekian
banyak hal yang menghambat proses komunikasi termasuk salah satunya adalah
kareana faktor daya tarik fisik.
Menurut Blake dan Haroldsen (1979) terdapat dua jenis gangguan dalam
komunikasi. Gangguan yang terdapat pada saluran dan gangguan sismatik. Gangguan
saluran dicontohkannya listrik mati yang menyebabkan siaran radio ikut mati, ada
tumpahan tinta di surat kabar sehingga berita tidak dapat dibaca dengan baik, gambar
yang bergerak/goyang dalam acara siaran televisi, sehingga kehuruf yang telalu kecil
pada media. Gangguan sistematik disebabkan keasalahan dalam menafsirkan pesan.
Devito (1996) menyebutkan komunikasi dapat macet atau menjumpai
hambatan dan sembarangan titik dalam proses dari pengirim ke penerima. Hambatan
– hambatan tersebut sebagai berikut:

6
1. Polarasi, yaitu kecenderungan kita untuk melihat dunia dalam berntuk lawan kata
dan menguraikannya dalam bentuk ekstrim, yaitu baik atau buruk, positif atau
negatif, sehat atau sakti, dan pandai atau bodoh
2. Orientasi internasional, kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek, dan
kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
3. Kekacauan karena menyimpulkan data secara kekeliruan, suatu pernyataan yang
berbeda yang seringterjadi adalah kita sering mengaitkan keduanya seolah keduanya
berhubungan.
4. Implikasi pragmatis, Hambatan jenis ini adalah disebabkan pengambilan
kesimpuan didasarkan pemikiran pragmatis.
5. Hambatan akibat potong kompas (by passing), hambatan yang terjadi akibat
komunikator dan komunikasi saling menyalahartikan makna pesan komunikasi
mereka.
6. Kesenuaan (Allness), kadang kita baru melihat sebagian fakta atau fenomina.
Namun, kita menganggap sudah melihat dan memahami keseluruhannya. Ingat kisah
orang buta yang menyimpulkan tentang bentuk dan wujud seekor gajah.
7. Evaluasi Statis, kita dalam menyimpulkan sesuatu, kita membuat abstraksi
(ringkasan) tentang sesuatu, orang, atau kejadian, pernyataan ringkas itu bersifat
statis. Sementara objeknya sendiri bersifat dinamis.
Sesuai dengan masukan dari Devito, cara-cara menaggulangi hambatan –
hambatannya perlu kita kuasai.
1. Polarisasi, diatasi dengan meningkatkan bahwa dunia ini tidak terdiri dari dua
kutup ekstrim, hitam dan putih. Selalu ada alternatif lain.
2. Orientasi internasional, perhatikan benda, orang atau objek yang menjadi
pembicaraannya, dan bukan memberikan perhatian pada kata-kata yang anda dengar.
3. Kekacauan karena menyimpulkan fakta secara keliru, jangan terlalu cepat
mengambil kesimpulan. Perhatikan prinsip – prinsip logika berpikir, premis mayor,
dan premis minor.
4. Implikasi pragmatis, intalha selalu ada alternatif penyebab lain untuk sebuah
akibat. Kesimpulan yang diambil orang belum tentu sama dengan kesimpulan yang di
ambil orang lain.
5. Hambatan akibat potong kompas (by passing), patokan kita adalah tidak ada yang
besifat mutlak. Hindari kebiasaan mengenarilisir segala sesuatu. Devito menyarankan
untuk menggunakan istilah dan lain-lain alasannya, setiap pernyataan pastilah tidak
lengkap.

7
6. Evaluasi Statis, untuk mengatasi berikan batasan waktu dan tempat pada saat
kesimpulan atau abstraksi itu dibuat. Dengan demikian, kita bisa segera
mengoreksinya (meng-up date) manakala diperlukan.
C. Hambatan Komunikasi pada Saluran
Sebagaimana diuatarakan Bill Scott maupun Blake dan Haroldsen listrik bisa
saja mati, tinta bisa saja tumpah, sehingga mengotori surat – surat sehingga tidak bisa
dibaca. Telepon bisa saja rusak sehingga suaranya berisik dan komunikan atau
komunikator tidak bisa dengan jelas mendengar pesan yang ditunjuk padanya.
Banyak hambatan lain yang bisa timbul akibat gangguan pada saluran
komunikasi tersebut. Semua pihak baik masyarakat luas, pemerintah maupun
perusahaan swasta sangat menaruh perhatian atas berita muncul di media massa. Pada
satu kesempatan, berita media massa demikian bermanfaanya bagi mereka, namun
pada kesempayan lain bisa menjadi alat penekan bagi mereka. Meski demikian, satu
hal yang perlu diperhatiakan pelobi pada saat ingin melemparkan isu melalui media
massa, perhatikan beberapa catatan di bawah ini. Media massa memiliki agenda,
agenda setting, ia juga kerap menjalankan fungsi gate keeper.
1. Fungsi angenda di sini, seperti digagas lipp mann, menjelaskan bahwa media akan
memilih topik berita yang akan menjadi perhatian utama dan mana yang bukan.
2. Fungsi gate keeper, yang istilahnya pertama kali dilemparkan Kurt Lewin dan
dikembangkan lebih jauh Wilbur Schram ini, menjelaskan bahwa informasi yang
diterima media bisa diterima sepenuhnya atau diterima sebagian. Di sisi lain, kita
juga perlu memahami bahwa pembaca media tidak tinggal diam. Setiap pesan yang
mereka terima akan mereka sortir, pilih, sesuai kebutuhan mereka (uses and
gratifications)
D. Menanggulangi Hambatan
Lobi, diplomasi, dan negosiasi adalah pengambilan keputusan bersama yang
dilandasi tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi dalam melobi
memerlukan keterampilan, tidak hanya berkomunikasi tetapi juga mendengarkan dan
menyimak. Untuk dapat dimengerti komunikan, tentu komunikator harus
menggunakan kalimat – kalimat atau pesan – pesan yang bisa dimengerti komunikan.
Kita harus menggunakan data, istilah, simbol dan lambang yang mudah mereka
mengerti. Untuk pilihan kalimat tersebut yang memikat adalah pilihan kalimat yang
singkat, padat, dan sederhana. Pesan lobi anda harus memberikan gambaran manfaat
dan keuntungan yang akan diperoleh oleh komunikan bila ia menerimanya. Selain
memberikan manfaat dan keuntungan untuknya. Anda harus meyakinkannya bahwa
keputusan yang akan diambil tidak akan membawa resiko yang mengancam dirinya,
resiko yang selama ini memang sudah dihindarinya.

8
Lobi dalam banyak kacamata masyarakat adalah sama dengan banyak
entertainment, sedikit sogok, sedikit jebakan, sedikit todongan. Mencegah munculnya
hambatan – hambatan lain yang dapat mempengaruhi proses lobi kita. Penentuan
sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topik, penentuan waktu (timing), dan
penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi harus diperhitungkan dengan
matang. Kesalahan kecil pun dapat mempengaruhi proses dan hasil lobi.

9
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berkomunikasi dalam melobi memerlukan keterampilan, tidak hanya
berkomunikasi, tetapi juga mendengar dan menyimak. Komunikator harus
menggunakan kalimat-kalimat atau pesan-pesan yang bisa dimengerti komunikan.
Selain memberikan manfaat dan keuntungan, pelobi juga harus meyakinkan bahwa
keputusan yang akan diambil tidak akan membawa resiko untuk kedua belah pihak.
Penentuan sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topik, penentuan waktu
(timing), dan penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi juga sangat
penting dan harus diperhitungkan dengan matang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal P. 2007. Teknik Lobi dan Diplomasi Untuk Insan Public Relations.
Jakarta: PT. indeks.
http://novia26simatupang.blogspot.com/2018/04/hambatan-lobi-negosiasi-dan-
diplomasi.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai