Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN

BUKU KOMUNIKASI KELOMPOK


ALVIN A. GOLBERG & CARL R. LARSON
Diterjemahkan oleh : Koesdarini Soemiati & Gary R. Jusuf

Untuk memenuhi tugas kedua mata kuliah


Komunikasi Kelompok

Disusun oleh:

Ria Nandika Handayani


K1C 040517

Jurusan Manajemen Komunikasi


Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2006
KOMUNIKASI KELOMPOK

I. MEMAHAMI KOMUNIKASI KELOMPOK

1. SIFAT KOMUNIKASI KELOMPOK


Titik berat komunikasi kelompok adalah pada gejala komunikasi dalam kelompok
kecil tentang bagaimana caranya untuk dapat lebih mengerti proses komunikasi
kelompok, memperkirakan hasilnya serta lebih meningkatkan proses komunikasi
kelompok.

Smentara dinamika kelompok adalah suatu studi tentang berbagai aspek tingkah
laku kelompok, maka komunikasi kelompok hanya memusatkan perhatian pada
proses komunikasi dalam kelompok kecil.

Sementara diskusi kelompok memberi berbagai saran tindak untuk untuk


meningkatkan keterampilan komunikasi kelompok, komunikasi kelompok
menitikberatkan pada deskripsi and analisis. Kedua-duanya mempunyai
kepentingan terhadap efktivitas dan perkembangan keterampilan kelompok dalam
jangka panjang.

Sementara komunikasi antar pribadi umumnya merupakan pertemuan yang


spontan dan tidak diatur antara dua asmpai empat orang, komunikasi kelompok
merupakan situasi yang diatur, di mana para pesertanya mengidentifikasikan
dirinya sebagai kelompok dan lebih menyadari sasaran-sasaran bersama.

Sebagai kebalikan komunikasi organisasional, komunikasi kelompok lebih


cenderung melibatkan pengaruh antar pribadi dan emosional, lebih cenderung
terjadi secara langsung adlam pertemuan tatap muka, dan lebih spontan, kurang
diatur, dan kurang berorientasi pada tujuan.

Latihan laboratorium berkaitan dengan bermacam pendekatan kelompok kecil


dalam usaha meningkatkan mawas diri, pemahaman terhadap orang lain, dan
meningkatkankegiatan-kegiatan kelompok.

Menurut murray,suatu bidang studi memerlukan lima komponen untuk menjadi


suatu disiplin, yaitu : ruang lingkup atau lapangan studi,suatu tori atau beberapa
teori, metodologi riset,kritik dan penerapan. Apabila criteria diatas di penuhi,
komunukasi kelompak dapat di katagorikan sebagai suatu diasiplin.

2. PENELITIAN KOMUNIKASI KELOMPOK : PERSPEKTIF KOMUNIKASI


LISAN
Meskipun komunikasi adalah salah satu proses yang paling sentral dari kegiatan
manusia, penelitian sistematis dari komunikasi manusia adalah suatu
perkembangan yang secara komparatif dapat dikatakan baru.
Penelitian komunikasi lisan kontemporer terhadap gejala kelompok mencangkup
2 pertanyaan:
(1) Apa yang akan terjadi apabila orang berinteraksi dalam kelompok kecil? (2)
Variabel komunikasi kelompok apakah yang berkaitan dengan kegiatan
komunikasi yang lebih efektif dan menguntungkan?

Beberapa pengamatan tentang komunikasi kelompok dapat diorganisir dengan


cara mengisolasi variabel-variabel proses dan memberinya istilah (nama)

Proses komunikasi kelompok adalah sesuatu yang membingungkan dantak


terduga, namun proses tersebut tidak seluruhnya tidak beraturan ataupun menolak
penjelasan sistematis.

Fisher rtelah mengidentifikasio empat fase yang dilalui pemecahan masalah yaitu:
orientasi, konflik, pemunsulan ide, dan dukungan terhadap ide-ide baru.

Apabila anggota kelompok saling menilai efektivitas mereka sebagai peserta


diskusi, maka peserta yang dinilai berkemampuan tinggi berbeda dengan peserta
yang dinilai berkemampuan rendah dalam beberapa hal yaitu: kepercyaan diri
pada keterampilan sebagai komunikator, kepuasan ppada proses dan
hasilpembahsan kelompok, serta akan afiliasi dan pengalaman.

Sifat dan sumber evaluasi yang dihadapi kelompok, mempengaruhi proses


komunikasi kelompok.

Peneliti-peneliti komuniksi kelompok telah memfokuskan perhatiannnya pada


pemecahan masalah dalam kelompok kecil dan telah merumuskan beberapa
kesimpulan mengenai:

a. Anggota kelompok yang memiliki kecakapan berpikir reflektif tinggi,


dapat dinilai sebagai peserta yang lebih efektif, dan kelompok yang terdiri
dari anggota yang mempunyai kemampuan berpikir reflektif tinggi akan
menghasilkan keputusan pemecahan msalah yang berkualitas tinggi juga.
Walaupun demikian, hal itu tidak perlu berarti bahwa suatu kelompok
yang secara kolektif mengikuti pola berpikir reflektif akan meningkatkan
kualitas cara pemecahan masalahnya.
b. Hasil diskusi pemecahan masalah berhubungan dengan banyak faktor.
Diantaranya adalah: jenis kelamin peserta, keterampilan anggota dalam
mengenalitujuan dan hambatan-hambatan dalam situasi masalah, serta
pemecahan masalah atau pola komuniksi yang dianut oleh kelompok.
c. Sebagian besar penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
diskusi pemecahan masalah memusatkan perhatian pada ciri-ciri proses
pemecahan masalah daripada cirri-ciri pada pesertanya.
Penilaian anggota terhadap suatu masalah cenderung untuk mencapai titik temu
apabila para anggota menyadari penilaian anggota kelompok yang lain-
komunikasi anatar anggota kelompok mempengaruhi sikap anggota kelompok.

Sebagai hasil dari berbagai penelitian kepemimpinan dalam kelompok kecil, para
peneliti menyimpulkan bahwa: gaya kepemimpinan mempengaruhi hasil diskusi,
pemimpin yang diangkat secara formal,mungkin tidak dapat banyak menerapkan
pengaruh yang ‘’diinginkan’’ terhadap proses diskusi, penilaian kepemimpinan
dalam kelompok kecil cenderung bervariasi sesuai dengan situasi.

3. TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK

Beberapa teori yang komprehensif tentang komunikasi lsan yang berkaitan


dengan perhatian khusus para ahli komunikasi kelompok telah dirumuskan dalam
jumlah yang relatif sedikit.

Teori diperlukan bagi suatu disiplin: karenateori memberi arah dan kerangka kerja
bagi usaha-usaha perumusan dan percobaan suatu hipotesis; memudahkan para
peneliti untuk mempersatukan data yang kelihatannya tidak berhubungan; dan
memungkinkan kita untuk berspekulasi tenang hal-hal yang tidak diketahui
melaui cara yang sistematis.

Beberapa teori dari psikologi sosial bermanfaat untuk menjelaskan dan


meramalkan tingkah laku komunikasi kelompok.
a. Teori Keseimbangan dari Heider menaruh perhatian pada keadaan
antar pribadi yang mungkin mempengaruhi pola hubungan yang
terdapat dalam suatu kelompok-khususnya yang berhubungan dengan
perasaan suka. Teori ini tidak memperdulikan bagaimana tingkah laku
suatu pesan, tetapi mungkin saja ada hubungan antara’’
keseimbangan’’ dari Heider dengan tingkah laku komunikasi yang
terbuka.
b. Sistem A-B-X dari Newcomb menitikberatkan pada pola hubungan
yang terdapat di antara dua individu (A dan B) dalam suatu interaksi
dengan suatu objek (X) yang mempengaruhi interaksi mereka.
c. Teori proses perbandingan sosial dari Festinger didasarkan pada suatu
premis bahwa komunikasi kelompok sering terjadi karena adanya
kebutuhan individu untuk memperbandingkan dan menilai persepsi
mereka tentang realita sosial (misalnya pendapat, sikap, dan
kepercayaan). Teori ini mencoba untuk menerangkan mengapa
komunikasi di antara anggota kelompok meningkat atau menurun.
d. Teori pertukaran sosial dari Thibaut dan Kelley menitikberatkan
perhatian pada kelompok yang terdiri dari dua anggota (diad), dan
menggunakan konsep ekonomi dan tingkah laku tentang imbalan
(reward) dan pengeluaran (cost) di dalam usaha menerangkan interaksi
kelompok.
e. Teori sosiometris dari Moreno berhubungan dnegan daya tarik
(attrastions) dan penolakan (repulsions) yang dirasakan oleh individu-
individu terhadap satu sama lain, serta implikasi perasaan-perasaan
demikian terhadap formasi dan struktur kelompok daan mungkin juga
terhadap komunikasi.
f. Sistem eksternal dan internal Homans mengemukakan tiga elemen
mandiri dari struktur kelompok kecil, yaitu: kegiatan, interaksi, dan
perasaan. Interaksi (yang beruhbungan dengan komunkasi antar
pribadi) dan perasaan (yang berhubungan dengan komunikasi intra
pribadi) adalah hal yang paling menarik bagi para ahli komunikasi.
Teori Homans mendukung pembedaan yang dilakukan oleh
komunikasi kelompok antara pengertian komunikasi tugas (externak
system) dan komunikasi proses (internal system)
g. Analisis Proses Interaksi (API) dan Bales adalah sistem kategori untuk
menganalisis interaksi terbuka di antara anggota-anggota kelompok,
sistem tersebut menyajikanpandangan-pandangan yang bermanfaat
untuk memahami kesulitan-kesulitan yang disebutkan oleh tekanan
yang saling berlawanan antara tugas antar pribadi dnegan kebutuhan
antar pribadi.

Konsep-konsep variable yang berubungan dnegan komunikasi kelompok dapat


dibagi dalam 3 kategori besar sebagai berikut:
A. Variabel tingkah laku—yakni segala sesuatu yang saling dikatakan,
isyarat, ekspresi wajah, nada suara, dan lain-lain yang mereka pakai serta
tindakan komunikasi terbuka.
B. Variabel persepsi—keadaan internal dari para anggota kelompok seperti
kepercayaan dan sikap, keingnan dan perasaan serta kelakuan dan
introversi; maupn variable yang terdapat pada msing-masing anggota—
seperti kualitas suara, keterbukaan hati, konsep diri kepekaan serta
kecenderungan untuk membuka diri.
C. Ciri- cirri kelompok—seperti misalnya umpan balik antar pribadi tingkat
keseringan interaksi kelompok, afsc, norma, suasana, dan kepemimpinan.
Ahli komunikasi telah dipengaruhi oleh teori yang implisist dari komunikasi
kelompok yang mana mempunyai palingsedkit 4 asumsi dasar. Asumsi-asumsi ini
belum secara resmi dirumuskan ke dalam teori dari komunikasi kelompok yang
formal.

Strategi proses berfokus pada penjelasan tentang apa yang sedang terjadi dalam
komunikasi kelompok. Sedangkan strategi hasil (outcome strategy) berfokus pada
usaha meramalkan apa yang bakal terjadi sebagai akibat dari komunikasi
kelompok. (komunikasi kelompok seperti yang dihasa dalam buku ini berfokus
terutama pada strategi proses.
4.DISKUSI : TRADISI KOMUNIKASI LISAN

Diskusi kelompok mula-mula muncul sebagai bagian penting dari kurikulum


komunikasi lisan menjelang kahir tahun 1930-an. Bidang ini sekarang dikenal dengan
diskusi.
Buku teks tentang diskusi secara tradional lebih banyak membahasa preskripsi
daripada deskripsi, serta lebih berorientasi kepada aspek-aspek tugas diskusi daripada
aspek-aspek sosio-emosional. Tidak satu pun dari buku-buku tersebut secara khusus
menyatakan komunikasi kelompok sebagai suatu bidang studi, penelitian dan penerapan.
Secara tradisional diskusi telah ditinjau sebagai kegiatan pemecahan masalah
yang melibatkan dua orang atau lebih yan berkomunikasi secara lisan, tatap muka dan
berada di bawah pengarahan seorang pemimpin.
Diskusi secara khusus merupakan studi yang relevan di Amerika Serikat, karena
demokrasi tidak dapat berfungsi tanpa dikusi.
Perkembangan diskusi sejak perputaran abad ini dikatakan disebabkan oleh
sejumlah faktor seperti: urbanisasi (yang memerlukan saling ketergantungan yang lebih
besar), kemajuan metode ilmiah dan keinginan pra sarjana untutk menerapkan pada
masalah-masalah yang dihadapi manusia,meningkatnya pragmatisme pada pendidikan
tinggi.’’perkembangan yang terjadi bersamaan.’’ Serta tujuan yang disengaja untuk
menigkatkan penggunaan diskusi.
Dua tipe penalaran (reasoning) yang dikemukakan dalam literature diskusi ialah
deduktif dan induktif. Dari keduanya, penalaran induktif lebih merepotkan dan karenanya
merupakan yang paling penting bagi mahasiswa yang mendalami bidang diskusi.
Buku teks terdahulu, lebih menekankan pada penyelidikan sistematis (systematic
inquiry) tentang kelompok dabn penalaran yang lebih hati-hati daripada pola hubungan
antar pribadi yang baik. Akan tetapi, mereka tidak mengabaikan faktor-faktor sosio-
emosional.
Konsep-konsep yang berguna unutk saling mengerti proses diskusi adalah :
peranan, norma kelompok, iklim sosial, dan peneyesuaian (conformity).
Secara tradisional. Buku-buku teks tentang diskusi menaruh perhatian pada
tingkah laku komunikasi dan bahsa dalam kelompok kecil agar dapat meberi saran-saran
tentang bagaimana pesrta diskusi dapat meningkatkan percakapan mereka dan bukan
untuk lebih mengerti proses komunikasi kelompok.
Metode-metode analisis pesan khususnya digunakan dalam buku teks tentang
diskusi untuk mencapai tujuan prekriptif, dan bukan untuk memperkenalkan pembaca
pada strategi untuk meneliti interaksi kelompok.

II. MENUJU KOMUNIKASI KELOMPOK YANG EFEKTIF

5. MENGAMATI KOMUNIKASI KELOMPOK

Sistem-sistem pengamatan adalah metode yang mengatur dan mengerti secara


lebih baik gejala rumit dari komunikasi kelompok.
Ada dua tipe sistem pengamatan yaitu: Sistem kategori yang mengklasifikasikan
unit atau kejadian sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan; skala pengukuran
unit, mengukur unit selama satukesinambungan (continua) atau lebih.
Sistem pengamatan secara relatif mungkin lebih intelektif (menitikberatkan
perhatiannya pada tingkah laku komuniksi kelompok yang di arahkan menuju
pemecahan masalah) atau lebih bersifat antar pribadi (menitikberatkan perhatian pada
tingkah laku komunkasi yang melibatkan pengembangan dan pemeliharaan perasaan
anggota)

Sistem pengamatan berikut merupakan pedoman yang berguna dalam menilai


proses-proses komunikasi kelompok yang sedang berlangsung.

A. Peranan fungsional—suatu sistem kategori intelektif yang


peran serta anggotanya terbagi dalam tiga kategori peranan
yaitu: peranan tugas kelompok, peranan pengembangan dan
pembinaan kelompok, serta perananan individu. Tiap
anggota mungkin melakukan lebih dari satu peranan pada
suatu saat tertentu.
B. Analisis proses interaksi dari Bales—suatu sistem yang
disusun berdasarkan 12 kategori yang menyaikan informasi
baik tentang tugas maupun tingkah laku sosio-emosional
serta fase-fase pemecahan masalah yang dilalui oleh sebuah
kelompok.
C. Sistem antar pribadi lama—sistem kategori dari Leary yang
memberi kode pada tingkah laku antar pribadi dalam
batasan motibasi yang tumbuh dari tingkah laku tersebut.
Sistem ini menitikberatkan perhatian pada mekanisme antar
pribadi melalui mana hubungan-hubungan dibentuk dan
dipelihara.
D. Analisis Sieburg tentang konfirmasi (penegasan)—suatu
sistem kategori di mana komuniksi kelompok
diidentifikasikan sebagai sistem yang fungsional dan
disfungsional dalam pengertian apakah kegiatan komunkatif
dari anggota bersifat ‘’menegaskan’’ atau ‘’ tidak
menegaskan’’.
E. Skala ukuran umpan balik dari Leathers—sistem ukuran
skala memberi penekana poada analisis komuniksi dalam
batasan kejadian yang berurutan dari kegiatan komunikatif
yang ditampilkan oleh anggota kelompok. Skala membantu
menentukan’’kepribadian’’ kelompok.

Sekalipun anda menggunakan sistem pengamatan secara tidak formal, dalah suatu
yang berguna dan penting jika kita memperbandingkan pengamatan kita dengan
pengamatan orang lain.
6. KEPEMIMPINAN

Pendekatan tradisional menekankan dua sasaran utama dari kepemimpinan:


1. Memecahkan masalah-masalah secara efektif
2. Membantu setiap anggota kelompok menigkatkan potensi mereka secara
maksimal sebagai peserta diskusi dalam suatu suasana yang positif dan
mendukung.

Pengembangan ide lebih ditekankan daripadaketerlbatan antar pribadi. Preskripsi


untuk meningktakan keterampilan dan efektivitas kepemimpinan lebih ditekankan
daripada metode unutk mempelajari kelompok diskusi secara ilmiah.

Ahli komuniksi kelompok, yang bertolak belakang dengan ahli-ahl diskusi tertarik
denga kepemimpianan sebagai bidang penelitian.

Ahli ilmu sosial menganut beberapa pendekatan terhadap kepemimpian:


a. Pendekatan ciri pembawaan, .merupakan yang pertama dan didasarkan pada
asumsi bahwa yang membedakan pemimpin dari orang-orang lain adalah cirri
pembawaan tertentu yang dimiliki pemimpin.
b. Pendekatan fungsional, mengalihkan perhatian dari seorang individu yang
disebut pemimpin ke tingkah laku yang ditunjukkan oleh semua anggota
kelompok; tingkah laku seperti itu dianggap sebagai fungsi kepemimpinan
dan disajikan oleh banyak anggota dari suatu kelompok, bukan hanya oeleh
seorang yang disebut ‘’pemimpin’’.
Barnlund dan Haiman mengembangkan suatu skala penilaian untuk mengukur
kepemimpinan dalam kelompok menurut tingkah laku atau fungsi-fungsi yang
mempengaruhi prosesdur dilaluikelompok, pemikiran yang mereka anut serta
berhubungan antar pribadi di antara anggota kelompok.
c. Pendekatan situasional mengungkapkan bahwa efektivitas suatu gaya
kepemimpian tertentu akan tergantung pada konteks atau situasi di mana gaya
tersebut akan diterapkan.
Untuk dapat mengerti gejala kepemimpinan, seseorang ahrus memperhatikan
hubungan di antara pemimpin atau pemimpin-pemimpin kelompok, para
pengikutnya, serta situasi di mana mereka berada (situasi dalam hal ini
termasuk ukuran kelompok, tugas, struktur kelompok, norma-norma
kelompok, daya anggota dan sebagainya).

Ahli komunikasi kelompok tertarik dengan gaya kepemimpinan karena


menyajikan cara mengklasifikasi tingkah laku sejumlah besar tingkah laku
komunikasi di mana pemimpin terlibat. Klasifikasi gaya kepemimpinan terdiri
dari:
a. Kepemimpinan Laissez faire—suatu pola pengabaian (abrogation) di
mana pemimpin yang ditunjuk berusaha menghindari tanggung jawab
terhadap pengikut-pengikutnya.
b. Kepemimpinan otoriter-partisipasi anggota tidak dikehendaki karena
tugas-tugas dan prosedur didiktekan oleh pemimpin; dalam hal ni
pemimpin akan mengeksploitir rasa ketergantungan pengikut-pengikutnya
danberusaha untuk membina kendali p[enuh.
c. Kepemimpinan demokrasi—suatu pola yang memandang manusia mampu
mengarahkan dirinya sendiri, dan berusaha untuk memberikan kesempatan
kepada anggota untuk tumbuh dan berkembang serta bertindak sendiri
melaui partisipasinyan dalam mengendalikanndiri mereka sendiri.
d. Kepemimpinan nondirektif—pemimpin menolak untuk memberi
pengarahan pada kelompok tetapi sebaliknya mencoba untuk mengerti
tentang apa yang dipikir dan dirasa oleh anggota-anggota kelompok agar
dia dapat mewujudkan penegrtian tersebut. Dengan demikian kelompok
diberi tanggung jawab untuk menetukan dan mencapai sasaran mereka
sendiri.

Beberapa teori dan model berusaha menerangkan peristiwa-peristiwa


kepemimpinan:
a. Model tingkah laku dari Bass, mengemukakan keadaan-keadaan yang harus
dilalui oleh anggota-anggota kelompok yang memegang fungsi kepemimpinan
serta apa yang membuat kepemimpinan berhasil dan efektif.
b. Model kemungkinan dari Fiedler berusaha menerangkan gaya kepemimpinan
mana yang paling tepat untuk situasi yang mana dan mengapa.
c. Model antar pribadi dari Schutz mengungkapkan bahwa seorang pemimpin
yang berhasil harus membantu anggota kelompok untuk dapat mewujudkan
kebutuhan antar pribadi mereka seperti keikutsertaan,pengawasan, kasaih
sayang baik dalam keterlibatan mereka dalam lungkungan, maupun dalanm
interaksi mereka satu sama lain. Meskipun demikian pemimpin sendiri tidak
bertanggungjawab sepenuhnya dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Studi Minnesota menyajikan informasi mengenai definisi kepemimpinan proses


yang dilalui oleh kelompok-kelompok ‘’ tanpa pemimpin’’ dalam usaha mereka
memilih seorang pemimpin, cirri-ciri dari mereka yang bersaing dalam
kepemimpinan dan perbedaan-perbedaan yang terlihat dalam proses selama
berbagai fase dari perkembangan kelompok.

7. KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM RANGKA PEMECAHAN


MASALAH

Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah oleh kelompok kecil yang


mewarnai kehidupan kita adalah salah satu dari proses-proses dasar yang menjadi
pedoman masyarakat.

Sekedar pengalaman saja ternyata bukanlah guru yang baik—apabila komunkasi


kelompok dalam bidang ini harus dikembangkan, kita harus memperkaya
pengalaman kita dengan suatu pemahaman terhadapa jalannya proses.
Masalah yang dihadapi kelompok jarang mendapat jalan ke luar yang ‘’ benar’’
sebaliknya penilaian yang diungkapkan dalam pemecahan amsalah oleh kelompok
haris dilihat sebagai cukup atau tidak cukup dengan bertolak dari seberapa besar
kempuan bertahan dari suatu penilaian tertentu bila dihadapkan dengan segi
pandangan yang bertentangan.

Terhadap masalah mana pun dapat dilakukan pendekatan melalui bentuk-bentuk


penelitian sebagai berikut: penunjukkan (designative) yakni, membuat pernyataan
factual tentang persoalannya; memberi ketentuan-ketentuan (prescriptive) yakni,
membicarakan langkah-langkah tindakan dan apa ang seahrusnya menjadi kasus,
atau penghargaan (appreasive) yakbi, membicarakan langkah-langkah tindakan
dan apa yang baik dan apa yang buruk, dan apa yang lebih diinginkan.

Masalah mamna pun dapat dirumuskan dalam bentuk suatu pertanyaan tentang
fakta, nilai atau kebijaksanaan. Adalah suatu hal yang penting bahwa anggota
kelompok memahami isi pertanyaan yang akan mereka jawab.

Penelitian menyarankan agar kelompok belajar yang menganut bentuk-bentuk


analisis sistematik mempunyai kemungkinan lebih besar mendapatkan penilaian
yang sukup disbanding kelompok yang tidak menganut sistem ini.
A. Bentuk berpikir reflektif menekankan bahwa kelompok harus
mengembangkan standar untuk menilai ketepatan dari cara
pemecahan masalah.
B. Bentuk cara pemecahan masalah yang ideal menitikberatkan
perhatian kelompok pada hambatan-hambatan di dalam situasi
masalah.
C. Bentuk pertanyaan tunggal, yang mengahruskan perumusan suatu
masalah dalam bentuk satu pertanyaan, sepenuhnya berorientasi
pada pengidentifikasian dan cara mengatasi masalah.

Untuk memahami cara pemecahan masalah oleh kelompok beberapa faktor yang
mempengaruhi kecukupan serta hasil perlu diperhatikan.
A. Dalam hal kemungkinan adanya resiko, maka keputusan yang dibuat
oleh kelompok kelihatannya menyandang resiko lebih besar daripada
keputusan yang diambil oleh individu sebagai anggota kelompok.
B. Anggota kelompok dapat menahan diri untuk tidak menyatakan sudut
pandangan yang berbeda-beda karena tekanan yang tidak langsung di
dalam sebuah kelompok untuk menyesuaikan (conform).
C. Kelompok pemecahan masalah yang memiliki anggota-anggota
dengan berbagai ragam pengalaman, keyakian sikap dan pendapat,
biasanya lebih menonjol daripada kelompok dengan tipe anggota-
anggota yang tidak beragam. Hasil konflik dapat diatur agar
menguntungkan apabila perhatiang anggota berfokus pada masalah-
masalah yang substantive dan bukandasar kebencian pribadi.
D. Kelompok dengan pemimpin diskusi ditandai secara karakteristik oleh
adanya perhatian yang lebih besar pada pendapat minoritas.
E. Hubungan antara kesukaan anggita untuk bicara atau antara tingkat
partisipasi anggota dengan pengaruhnya berkaitan dengan cukupnya
suatu cara halan ke luar—tentunya anggota yang lebih sering bicara
tentu saja dapat memberi sumbangan, baik yang bersifat membantu
maupun yang menyesatkan.

8. PENGALAMAN DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK

Proses-proses komunikasi kelompok, hanya dapat diamati, hanya dapat dipahami,


jika dialami. Satu cara untk mendapat pengalaman seperti itu ialah melalui
pendelatan laboratorium, sebuah istilah umum mencakup’’ kelompok—T’’
latihan kepekaan’’ dan ‘’kelompok pertemuan’’(encounter gropups).

Pendekatan laboratorium, yang mungkin merupakanpenemuan poentng belajar


yang dirancang untuk memberikan latihan-latihan dalam proses-proses kelompok
dan komuniksi kelompok.

Inti dari pendekatan labioratorium ialah konsep umpan balik yang memungkinkan
kita memperoleh informasi tentang bagamana orang lan memandang kita.
Nampaknya kita mendapat kesukaran untuk mendapatkan umpan balik yang jujur
dan otentik dari orang lain dalam pertemuan sehari-hari.

Salah satu alasan mengapa dewasa ini perhatian etrtuju pendekatan leboratorium
ialah karena adanya usaha cultural untuk menghadapi isolasi dari kehidupan
kontemporer.

Sejak dimulainya dalam tahun 1940-an, dua alur arah utama menuju proses
belaajr laboratorium tela mengahsilkan:
1. Pendekatan ‘’kesadaran interaksi’’ (interactional
awareness), yang berfokus pada latihan untukaproses
kelompok yang efektif (effective group process) atau
komunikasi antar pribadi.
2. Pendekatan ‘’perluasan pengalaman’’(expanded
experience) yang menekankan pada pertemuan
emosional-pribadi yang tinggi dan berorienatsi pada
pertumbuhan pribadi (bidang intra0pribadi).

Kelima cirri penting dari pendekatan laboratorium ialah:


1. Situasi belajar yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang berfokus
pada ‘’di sini dan sekarang’’
2. Sistem umpan balik
3. Kesempatan untuk merencanakan, menerapkan danmenilai tingkah laku yang
baru
4. Suatu iklim dukungan emosional bagi yang belajar
5. Suatu program tambahan pengalaman belajar yang terstruktur
Pendekatan laboratorium mempunyai beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1. Para peserta bertanggung jawab sendiri terhadap apa mereka belajar (sebagai
kebalikan untuk staf dan orang lain di luar kelompok.
2. Pengalaman dalam kelompok, di dalam dan tentang diri sendiri, tidak cukup
untuk memberikan belajar yang memadai (kaalu dapat memadai, kita semua
tentu menajdi peserta kelompok yang lebih efektif dibandingkan kita
sekarang.
3. Proses belajar didukung bila individu-individu menjalani hubungan murni
dengan orang lain
4. Perasaan adalah data yang nyata
5. Proses belajar dapat dibantu dengan memeriksakan nilai dasar dari individu
beroperasi.

Beberapa bentuk proses belajar yang terjadi dalam pengalaman kelompok


laboratorium adalah sulit atau bahkan mustahil diperoleh.

Nilai implisit benar-benar mendasar pendekatam laboratorium, nilai-nilai ini


mempunyai kaitan dengan dimensi tertentu dari tingkah laku yang menandai
kelompok kelompok laboratorium dan biasanya ‘’ di luar kebaisaan’’ Gibb
menawarkan dua puluh bidang norma sentral (inti) di mana nilai implisit
beroperasi.

Pendekatan laboratorium adalah suatu pengalaman belajar individu yang


berpotensi besar, dan keputusan untuk berperan serta di dalamnya tidak boleh
diabaikan. Adalah suatu hal yang bermanfaat bila kita menyadari empat
generalisasi sementara dari penemuan empiris pada saat kita akan mengambil
keputusan sebagi berikut:
a. Para peserta cebderung memperbaiki keterampilan antar pribadi
mereka
b. Perbaikan ciri pada 2/3 peserta
c. Banyak peserta mengatakan telah mengalami perubahan-perubahan
yang sangat penting dalam kehidupan dan hubungan mereka dengan
orang lain.
d. Tekanan jiwa dan gangguan mental yang serius jarang sekali tlatihan,
dan nampaknya hanya terjadi khususnya pada peserta-peserta yang
mempunyai latar belakang pernah mengidap gangguan-gangguan
seperti itu sebelumnnya.

Adalah penting untuk menyelidki kualifikasi dari staf latihan sebelum anda ikut
serta di dalam suatu pengalaman laboratorium.

Pendekatan laboratorium terus berpengaruh terhadap pengajaran dan proses


belajar alam bidang komunikasi kelompok.

Anda mungkin juga menyukai