Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN REDAKSIONAL DAN STYLE BOOK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Jurnalistik

Jurusan :

Komunikasi Penyiaran Islam

Dosen Pengampu :

Saiful Bahri, S.Psi., M.I.kom

Kelompok 5 :

Annisa Febriani (11180510000092)

Havara Salma Muthmainnah (11180510000301)

Muhammad Prabowo (11180510000173)

Nadira Aulia (11180510000299)

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridha, rahmat, dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berisi tentang

“Kebijakan redaksional dan Style book ” ini dengan sebagaimana mestinya. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami dari kelompok empat selaku penyusun dalam makalah ini, mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Jurnalistik, Saiful Bahri, S.Psi., M.I.kom, yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menambah ilmu pengetahuan. Kami
selaku penyusun berharap semoga makalah yang kami susun dapat membantu menambah
pengetahuan dan pemahaman kami serta pembaca. Kami menyadari masih ada kekurangan
dalam makalah ini. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan.

Jakarta, 9 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................5

A. Konsep Kebijakan Redaksional Media...................................5


B. Style book................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Daftar Pustaka.......................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

kebijakan pada suatu media lebih berkaitan dengan bentuk masyarakat tempat
berkembangnya media massa, sehingga dapat mencapai kedudukan sebagai institusi sosial
yang penting, pada umumnya media massa membagi struktur organisasinya ke dalam dua
bagian yaitu bidang perusahaan dan bidang redaksi. Dalam penyelenggaraan harian,
kebijakan isi media (kecuali iklan dan tata usaha) lebih dominan oleh redaksi. Dalam
ensiklopedia pers indonesia, kurniawan junaedi mendefinisikan: “redaksi adalah bagian atau
orang dalam sebuah organisasi pers yang bertugas untuk menolak atau mengizinkan
pemuatan sebuah tulisan atau berita. Pertimbangan yang digunakan bisa menyangkut aspek
apakah tulisan atau berita itu bernilai berita atau tidak, menarik tidaknya bagi pembaca, serta
menjaga corak politik yang dianut penerbit pers tersebut. di samping itu, bertugas untuk
memperhatikan bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan atau beritanya, termasuk di dalamnya
agar tidak salah cetak.”

Style book adalah buku pedoman gaya bahasa. Style book juga sering diartikan gaya
selingkung. Gaya Selingkung adalah pedoman tata cara penulisan sebuah media. Dalam
bahasa Inggris, Gaya Selingkung disebut Style Book, Style House, atau Style Guide.
Selingkung berasal dari kata lingkung-melingkung yaitu yang artinya "memberi batas
(pagar) sekeliling". Dalam contoh kalimat, KBBI mencantumkan kata selingkung yang
artinya sekeliling; sekitar; dan gaya selingkung artinya gaya yang terbatas pada satu
lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Konsep kebijakn ?


2. Bagaimana dengan Kebijakan Redaksional ?
3. Apa yang dimaksud dengan style book secara rinci ?
4. Bagaimana karakteristik stylebook ?

4
A. Konsep Kebijakan Redaksional Media
 1. Konsep Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,
maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha untuk mencapai sasaran. 

2. Konsep Redaksi
Kata redaksi atau redaksioanal ‘memiliki suatu pengertian ‘adalah suatu
bagian terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya
mengelola isi atau acara media massa cetak atau elektronik. Secara umum, redaksi
mempunyai tugas untuk pengawasan, pengelolaan, penampilan, dan komposisi
naskah. Secara garis besar, keredaksian dibagi menjadi empat jenjang jabatan, yaitu:

a. Pemimpin redaksi, yang bertanggung jawab pada kebijakan isi media


b. Redaktur pelaksana, yang dibebani tanggung jawab pelaksanaan keredaksian
sehari-hari
c. Editor atau redaktur, yang bertugas menyunting naskah
d. Wartawan atau Reporter, yang bertugas mencari dan membuat berita

Berbeda dengan Maskun, Totok Djuroto dalam bukunya pengantar studi


kebijakan membagi keredaksian menjadi:

a. Top Manajer (Pemimpin Umum), adalah orang pertama yang bertanggung jawab
terhadap semua isi perusahaan.

b. Pemimpin redaksi, adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap


semua isi pemberitaan pers, sesuai dengan Undang-Undang Pers, pemimpin
redaksi bertanggung jawab terhadap semua tuntutan hukum yang disebabkan

5
oleh kesalahan penulisan redaksi atau hal-hal yang dinilai melanggar hukum.

c. Sekretaris Redaksi, adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi


keredaksionalan. Misalnya, menerima surat-surat dari luar yang menyangkut
keredaksionalan, membuatkan surat-surat yang diperlukan oleh pemimpin
redaksi.

d. Redaktur Pelaksana, adalah jabatan yang dibentuk pemimpin redaksi untuk


membantu dalam membantu melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya.

e. Redaktur, adalah jabatan yang bertanggung jawab terhadap suatu bidang


pemberitaan, tugas redaktur adalah menerima bahan berita, baik dari kantor
berita, wartawan, koresponden, atau bahkan press realese dari lembaga,
organisasi, instansi pemerintahan, atau perusahaan swasta. Bahan berita itu
kemudian diseleksi untuk dipilih mana yang layak dimuat segera dan mana yang
bisa ditunda pemuatannya.

f. Wartawan atau Reporter, adalah seseorang bertugas mencari, mengumpulkan,


dan mengelola informasi menjadi berita untuk disiarkan di media massa.

g. Koresponden, adalah sebutan wartawan pembantu, seseorang yang berdomisili di


suatu daerah, yang diangkat atau ditunjuk oleh suatu perusahaan media massa di
luar daerah atau di luar negeri, untuk memberikan laporan secara kontinu tentang
suatu kejadian.

6
3. Definisi Kebijakan Redaksional

Dalam penayangan suatu berita, ada aturan-aturan atau prinsip dasar yang
harus dipatuhi sebagai pedoman yang tertuang dalam kebijakan redaksi. Hal ini
dimaksudkan untuk menghasilkan tulisan atau tayangan yang sesuai dengan warna
yang dianut media bersangkutan.

Menurut Gunawan Wiradi, “kebijakan secara umum diartikan sebagai kearifan


mengelok. Dalam ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk
menentukan langkah-langkah untuk tindakan-tindakan dalam mencapai suatu
tujuan.”

Penulis menyimpulkan bahwa kebijakan merupakan suatu patokan atau prinsip dasar yang
mengarahkan segala tindakan dan wewenang yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang terhadap pencapaian suatu tujuan tertentu sesuai dengan visi-misi perusahaan.
Pengambilan kebijakan suatu media sebagai suatu institusi, sangat erat kaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai. Gejala ini seiring dengan meningkatnya peran media itu sendiri
sebagai suatu institusi penting dalam suatu masyarakat.

Asumsi dasar masyarakat bisa dijadikan landasan dalam menyusun kebijakan


bagi sebuah media. Asumsi tersebut ditopang oleh dalil:

a. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan normanorma yang
menghubungkan institusi-institusi tersebut dengan masyarakat dan
institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.

b. Media massa merupakan sumber kekuatan (alat kontrol), manajemen dan inovasi
dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti sumber daya

7
lainnya.

c. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan


peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun
internasional.

d. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan


saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam
pengembangan tata cara, metode, gaya hidup dan norma-norma.

e. Media telah menjadi sumber dominan, bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan 
kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif
yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Asumsi di atas menggambarkan bahwa media massa merupakan sumber kekuatan dan
mempunyai peranan penting dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Peran ini
dipengaruhi oleh aturan atau norma yang diwujudkan dalam suatu kebijakan yang
menghubungkan institusi media dengan masyarakat. Oleh sebab itu, kebijakan pada suatu
media lebih berkaitan dengan bentuk masyarakat tempat berkembangnya media massa,
sehingga dapat mencapai kedudukan sebagai institusi sosial yang penting, pada umumnya
media massa membagi struktur organisasinya ke dalam dua bagian yaitu bidang perusahaan
dan bidang redaksi. Dalam penyelenggaraan harian, kebijakan isi media (kecuali iklan dan
tata usaha) lebih dominan oleh redaksi. Dalam ensiklopedia pers indonesia, kurniawan
junaedi mendefinisikan: “redaksi adalah bagian atau orang dalam sebuah organisasi pers yang
bertugas untuk menolak atau mengizinkan pemuatan sebuah tulisan atau berita. Pertimbangan
yang digunakan bisa menyangkut aspek apakah tulisan atau berita itu bernilai berita atau
tidak, menarik tidaknya bagi pembaca, serta menjaga corak politik yang dianut penerbit pers
tersebut. di samping itu, bertugas untuk memperhatikan bahasa, akurasi, dan kebenaran
tulisan atau beritanya, termasuk di dalamnya agar tidak salah cetak.”1

1
Lukman Ali, 1994, Kamus Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka

Totok Djuroto, 2004,Manajemen Penerbitan Pers ,Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Dewan Pers, ensiklopedia Nasional Indonesia, Edisi VIII Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka

Denis Mc Quail, 1987, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Jakarta: Erlangga

8
B. Style Book

Style book adalah buku pedoman gaya bahasa. Style book juga sering diartikan gaya

selingkung. Gaya Selingkung adalah pedoman tata cara penulisan sebuah media. Dalam

bahasa Inggris, Gaya Selingkung disebut Style Book, Style House, atau Style Guide.
Selingkung berasal dari kata lingkung-melingkung yaitu yang artinya "memberi batas
(pagar) sekeliling". Dalam contoh kalimat, KBBI mencantumkan kata selingkung yang

artinya sekeliling; sekitar; dan gaya selingkung artinya gaya yang terbatas pada satu


lingkungan. Dalam bahasa Inggris, salah satu pengertian gaya selingkung adalah sebagai
berikut:

(Journalism & Publishing) a set of rules concerning spellings, typography, etc, observed
by editorial and printing staff in a particular publishing or printing company.

Gaya Selingkung adalah pedoman, cara, atau gaya penulisan yang berlaku di lingkungan

sebuah media. Dengan adanya gaya selingkung ini, wartawan akan "kompak"
dalam penggunaan ejaan, kalimat, dan penulisan sebuah kata.

Contohnya, gaya selingkunglah yang akan memandu wartawan dalam menulis

kata ka'bah/kabah, alquran/al-quran, salat/shalat/sholat, wudu/wudhu/wudlu, dan

sebagainya.Penerapan gaya selingkung satu media dengan media lainnya berbeda-beda.

Tidak semua media menaati Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Gaya Selingkung juga

berlaku di kalangan penerbit buku dan dalam penerbitan jurnal ilmiah. Gaya Selingkung

terpopuler di dunia adalah AP Stylebook. Kabarnya, Associated Press (AP) Stylebook ini

biasa digunakan koran-koran dan dalam industri berita di Amerika Serikat.

1. Gaya selingkung merupakan gaya bahasa yang ditentukan redaksi sebagai salah satu

ciri khas. Selain itu, gaya selingkung bisa dibilang merupakan gaya bahasa baku bagi redaksi

terkait. Sayangnya, gaya selingkung sering kali bertentangan dengan ejaan baku yang

berlaku. Pada tataran morfologi, pelanggaran kaidah morfologi sebagai perwujudan gaya

selingkung penerbit juga dimunculkan. Sebagai contoh, kata mempercayai bagi sejumlah

penerbit merupaka bentuk yang baku, sedangkan penerbit lain menggunakan kata

Kurniawan Junaedi, 1991 , Ensiklopedia Pers Indonesia , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

9
memercayai. Padahal proses pembentukannya sama saja seperti pada kata memukuli, yaitu

memperoleh akhiran –i untuk kemudian mendapat awalan meN-. Kata-kata lain yang bisa

disebutkan disini, yaitu mengkomunikasikan, mempertahankan, dan sebagainya.

Demikian pula dalam tatanan tanda baca. Adapun tanda baca yang paling sering disalah

gunakan ialah tanda petik tunggal yang sering kali menggantikan peran tanda petik ganda.

Tampaknya kebanyakan mereka beranggapan bahwa tanda petik ganda berfungsi lain, di

antaranya untuk mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang memiliki arti

khusus. Sebaliknya dengan tanda petik tunggal yang hanya memiliki dua fungsi, yaitu

mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain, dan mengapit terjemahan atau

penjelasan kata atau ungkapan asing. 1 https://www.romelteamedia.com/2014/04/pengertian-


gaya-selingkung-stylebook- media.html?m=0

Dibawah ini terdapat contoh style book penulisan berita dan karangan khas yang

disarikan dari Style Book Kantor Berita ANTARA, yang dalam penyusunannya mengacu ke

sejumlah style book kantor berita transnasional :

1. Judul Berita

a. Judul berfungsi mengiklankan berita.

b. Judul berita ditulis padat, singkat, jelas, dan mencerminkan isi pokok berita yang

terangkum dalam teras.

c. Judul berita ditulis dengan huruf besar

d. Judul berita tidak lebih dari satu baris.

e. Judul berita sebaiknya kalimat aktif dengan kata kerja tanpa awalan .

Contoh : AMERIKA SERIKAT GEMPUR IRAK

f. Judul bisa juga berbentuk pasif bila diperlukan.

Contoh : OBAT AIDS DITEMUKAN

g. Judul berita tidak boleh dimulai dengan predikat (kata kerja)

Contoh : Salah : DIBONGKAR, RUMAH TANPA IMB

10
Benar : RUMAH TANPA IMB DIBONGKAR

h. Judul yang mengandung opini harus menyebut sumber.

Contoh : Salah : SWEDIA HARUS PERIKSA HASAN TIRO

Benar : MENLU RI: SWEDIA HARUS PERIKSA HASAN TIRO

i. 1). Judul kutipan dimulai dengan nama jabatan sumber yang membuat pernyataan

Contoh: PRESIDEN : TNI HARUS TETAP NETRAL

2). Judul kutipan bisa dengan nama jika sumber berita itu adalah tokoh

Contoh : CAK NUR : SAYA SIAP JADI PRESIDEN

j. Hindari judul berita yang bisa ditafsirkan salah.

Contoh:

Salah : 1). TNI AL JUARA MENEMBAK KOPASSUS

2). PSIS BERHASIL DIKALAHKAN PERSIB

3). PERAMPOK BANK BERHASIL DITANGKAP POLISI

Benar : 1). TNI AL JUARA OLAHRAGA TEMBAK KOPASSUS

2). PSIS DIKALAHKAN PERSIB

3). PERAMPOK BANK DITANGKAP POLISI

k. Dalam judul dimungkinkan mengandung dua atau lebih fakta yang saling berkaitan.

Contoh : GEMPA GUNCANG FLORES, RATUSAN TEWAS, RIBUAN

RUMAH RUSAK

2. Tempat dan Tanggal atau Baris Terbit (Dateline)

a. Tempat terbit terdiri atas tempat, tanggal, bulan dan nama kantor berita ANTARA

dan garis datar.

b. Tempat pada baris terbit adalah tempat berita itu dibuat.

c. Setiap tempat dapat dijadikan baris terbit jika di tempat itu terjadi peristiwa penting

atau tempat itu unik

Contoh: KRI Dewaruci, 14/1 (Nama Media) - ... dst

11
d. Bila tidak dikenal, nama tempat itu harus diikuti dengan tempat terdekat yang lebih

dikenal

Contoh: Pulau Nasi, Aceh Besar, 14/1 (Nama Media) - …. dst.

e. Tanggal dan bulan di tulis dengan angka

f. Nama Media ditulis di dalam tanda kurung sesudah tanggal dan bulan pembuatan

berita.

g. Garis datar di tulis di antara baris terbit dan kata pertama teras

h. Jika berita merupakan kutipan atau terjemahan dari kantor berita asing tanpa

mengubah strukturnya, Nama Media ditulis lebih dahulu, disusul nama kantor berita

asing/sumber media asli yang dikutip, dipisahkan dengan garis miring. Tempat seperti

aslinya, sementara tanggal disesuaikan.

Contoh : New York, 14/11 (Nama Media/AFP) – Sekjen PBB Ban Kiie Moon

... dst

i. Jika struktur berita dari kantor berita asing diubah, nama kota diganti dengan nama

kota tempat berita tersebut ditulis ulang, sementara nama kantor berita yang dikutip

disisipkan di salah satu alinea dalam tubuh berita.

3. Teras Berita

a. Teras berita adalah alinea pertama yang mengemukakan bagian terpenting dan

paling menarik dari suatu berita.

b. Teras berita ditulis secara singkat dan padat dalam satu kalimat yang terdiri atas

sebanyak-banyaknya 30 kata.

c. Teras berita tidak perlu memenuhi semua unsur 5W+1H sekaligus

d. Teras sebaiknya merupakan kalimat aktif. Kalimat pasif dapat digunakan apabila

lebih menarik.

e. Unsur Siapa dan Apa lazim dipakai sebagai pembuka teras. Unsur yang

didahulukan tergantung mana yang lebih penting.

12
f. Unsur Siapa yang tak dikenal tidak dipakai untuk awal teras berita, kecuali

memiliki kekhususan. Itu pun tanpa menyebut nama.

Contoh : Jakarta, 17/5 (Nama Media) - Seorang bocah berusia 11 tahun

mencoba bunuh diri di Jakarta, Jumat, karena merasa malu tidak naik kelas.

g. Jika teras berita merupakan pernyataan, penilaian, harapan atau imbauan, maka

unsur Siapa harus melekat pada teras berita dan ditulis pada wal atau akhir kalimat.

Contoh: Banda Aceh, 23/6 (Nama Media) - Presiden Megawati Soekarnoputri

seyogyanya memberikan amnesti kepada pengikut Gerakan Separatis Aceh

(GSA) yang menyerah, kata Gazali Abbas, anggota DPR asal Aceh.

h. Jika unsur Siapa merupakan bagian dari suatu lembaga atau kesatuan, pada teras

berita disebutkan nama lembaga atau kesatuannya.

Contoh: Jakarta, 16/1 (Nama Media) - Polisi menyita lebih dari lima kilo gram

heroin dalam suatu penggerebekan di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Senin

malam.

i. Unsur Tempat dapat dipakai untuk membuka teras berita jika merupakan fakta

terpenting dalam berita.

Contoh: Jakarta, 16/1 (Nama Media) - Kampung Bali, kawasan kumuh di

Jakarta Pusat, menjadi pusat peredaran terbesar narkoba di Ibukota, kata

polisi.

j. Unsur Waktu dapat menjadi awal teras berita jika mempunyai arti terpenting atau

ingin ditonjolkan dalam berita.

Contoh: Jakarta, 16/1 (Nama Media) - Tanggal 31 Maret 2003 ditetapkan

sebagai batas waktu penyerahan daftar kekayaan pejabat tinggi, demikian

instruksi Presiden hari Sabtu.

j. Unsur Bagaimana dan Mengapa pada umumnya tidak mengawali teras berita,

kecuali untuk berita yang mengungkapkan suatu peristiwa yang jarang terjadi atau

13
memiliki daya pikat manusia yang tinggi.

Contoh: Jakarta, 26/10 (Nama Media) - Berkat gonggongan anjing

peliharaannya, seorang janda di Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Ny. Lastri

Sumaningsih (45), terhindar dari usaha perampokan, Senin dini hari.

4. Tubuh Berita

a. Fungsi utama tubuh berita ialah mendukung dan melengkapi hal yang dikemukakan

dalam teras berita sehingga berita memenuhi unsur 5W+1H.

b. Tubuh berita harus berisi uraian lebih rinci dari yang tertulis dalam teras berita,

misalnya data dan rincian jati diri.

c. Tubuh berita harus memuat latar belakang.

d. Tubuh berita disusun dengan alur cerita dari satu alinea ke alinea berikutnya secara

berkesinambungan.

e. Dalam tubuh berita, satu alinea terdiri atas satu kalimat atau lebih, tetapi tidak

boleh lebih dari 35 kata.

f. Fakta dan data latar belakang yang sudah umum diketahui tidak perlu disebut

sumbernya.

g. Semua unsur berita (5W+1H) sudah harus terungkap dalam tiga alinea pertama.

h. Anak judul dapat digunakan bila terdapat alih topik.

5. Pemilihan Kata

a. Hindari pengulangan kata yang sama dalam satu kalimat

b. Pilih kata kerja yang tepat

c. Hindari pemakaian kata asing atau istilah yang terlalu teknis.

d. Hindari penggunaan kata yang tidak umum. Bila tidak bisa dihindari, tulis kata

tersebut dalam tanda kutip dan dijelaskan dalam bahasa Indonesia.

14
e. Kata vulgar dan kasar sama sekali tidak boleh digunakan dalam menulis berita,

sekalipun merupakan kalimat kutipan.

f. Bahasa yang tidak baku seperti bahasa gaul, prokem dan dialek hendaknya

dihindari, kecuali dalam kutipan langsung. Itu pun harus diberi tanda petik.

g. Hindari penggunaan kalimat “Menurut pengamatan (Nama Media) ...” atau

“Menurut pemantauan (Nama Media) ...”, “Menurut catatan (Nama Media)...” untuk

mencegah masuknya opini wartawan.

h. Penyebutan atribut Media, misalnya mengatakan kepada (Nama Media),

hendaknya seselektif mungkin. Atribut Media hanya digunakan dalam wawancara

khusus dengan sumber berita yang istimewa dalam materi yang eksklusif.

i. Pencatuman nama wartawan Media dibolehkan dalam berita yang luar biasa dan

eksklusif.

j. Kata tegasnya, ujarnya, paparnya, tuturnya, tidak digunakan.

k. Jangan gunakan kata seperti diketahui , seperti dimaklumi, seperti diberitakan dan

dapat ditambahkan.

l. Jangan gunakan kata sifat dan superlatif, misalnya besar sekali, indah, sedih, cantik,

semakin membaik, kecuali dalam kutipan langsung.

m. Unsur menerangkan peristiwa yang sudah lama terjadi, jangan memakai kata baru-

baru ini, melainkan menggunakan unsur waktu yang lebih pasti, misalnya pecan lalu,

awal pekan ini atau akhir bulan ini.

n. Hindari penggunaan kata bermakna ganda, seperti minggu untuk pekan.

6. Kutipan

a. Kutipan berupa pernyataan langsung sumber berita digunakan dengan maksud :

1). Menyatakan keaslian atau penegasan pernyataan sumber berita tersebut.

2). Memberikan variasi agar berita lebih hidup.

b. Kutipan langsung sebaiknya tidak terlalu panjang dan dipilih hanya untuk

15
pernyataan yang betul-betul penting serta menarik.

c. Kata yang bersifat subjektif seperti, kita, kami atau saya digunakan hanya dalam

kutipan langsung (“….,”).

7. Jati diri

a. Jatidiri atau nama orang ditulis penuh sesuai dengan ejaan yang biasa dipakai

pemilik nama.

b. Untuk orang yang punya nama marga, suku atau keluarga, maka pada penyebutan

pertama di tulis lengkap dan berikutnya cukup ditulis nama yang lebih dikenal.

c. Jika nama tersebut disertai beberapa gelar kesarjanaan, yang ditulis adalah gelar

tertinggi, misal Prof atau Dr. Gelar ini ditulis pada penyebutan pertama, sedangkan

selanjutnya cukup ditulis namanya saja.

d. Gelar kesarjanaan atau kebangsawanan yang tidak berhubungan langsung dengan

jabatan atau profesi orang tersebut tidak perlu disebutkan.

Contoh : Menteri Pertahanan Prof. DR. Juwono Sudarsono

Cukup ditulis : Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono

Tetapi, seorang guru besar yang sedang mengemukakan hasil penelitian patut disebut

gelar kesarjanaannya selengkap mungkin.

e. Jatidiri sumber berita di dalam penyebutan pertama harus ditulis lengkap. Jika

terlalu panjang, dapat ditulis dulu ciri keahlian atau jabatannya.

Contoh: Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Prof Dr

Komaruddin Hidayat mengatakan bahwa… dst.

f. Wanita yang sudah menikah, jika perlu cukup disebutkan dengan singkatan Ny. di

depan nama suaminya atau di tulis dalam nama aslinya sendiri.

g. Pangkat militer yang mendahului nama orang ditulis singkatannya yang lazim dan

tidak perlu selalu disebutkan bersama nama orang itu pada penulisan selanjutnya.

h. Nama seseorang cukup ditulis inisialnya dari huruf pertama namanya jika yang

16
bersangkutan :

1). Seorang terdakwa

2). Terhukum (sudah di vonis), tapi masih di bawah umur

3). Korban perkosaan

i. Jika diketahui pasti bahwa seorang tersangka adalah penjahat kambuhan atau orang

terkenal (tidak mungkin disembunyikan jatidirinya) dibenarkan menulis namanya

secara lengkap.

j. Jika nama orang terdiri atas dua kata atau lebih (untuk orang Indonesia), pertama

kali di tulis lengkap dan untuk berikutnya di tulis nama pertamanya saja, kecuali

untuk beberapa daerah

k. Nama asing di tulis sesuai dengan kelaziman di negara asalnya.

8. Nama Tempat

a. Negara

1). Nama negara ditulis menurut ucapan dalam bahasa Indonesia.

2). Nama negara dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan

memperhatikan hukum DM.

3). Dalam menuliskan nama negara atau daerah jajahan yang sedang dalam

sengketa, penulisan namanya disesuaikan dengan tingkat kepentingan

pemberitaan, apabila tidak ada kebijakan khusus dari lembaga yang

berwenang, Departemen Luar Negeri misalnya.

b. Kawasan

1). Penulisan nama kawasan sama dengan yang berlaku bagi penulisan nama

negara.

2). Jika nama itu menyebut pula mata angin, penulisannya dilakukan

mengikuti kaidah bahasa Indonesia, yakni huruf pertama nama mata angin

tersebut ditulis dengan huruf kecil.

17
3). Apabila sudah menjadi nama dan bukan istilah geografi lagi, huruf pertama

nama mata angin itu ditulis dengan huruf besar.

c. Daerah/propinsi

Untuk penulisan nama daerah/propinsi, berlaku peraturan seperti bagi negara

dan kawasan.

d. Kota

1). Nama kota atau nama tempat yang belum dikenal ditulis bersama nama

kabupaten atau propinsinya yang sudah lebih dikenal masyarakat dengan

pemisah koma.

2). Pencantuman nama tempat atau kota yang belum dikenal baik harus diberi

penjelasan mengenai letaknya dari kota lain yang sudah lebih dikenal,

misalnya berapa kilometer jaraknya dan arah sebelah mana.

. 3). Setiap penyingkatan nama daerah yang belum banyak dikenal harus ditulis

secara penuh pada penyebutan pertama dengan diikuti singkatannya dalam

kurung. Selanjutnya dipakai singkatannya saja.

9. Bilangan

a. Bilangan di bawah 10 ditulis dengan huruf, kecuali tanggal, desimal, bilangan

pecahan, halaman buku, usia, segala jenis ukuran, hasil pertandingan olahraga, satuan

waktu, nilai uang dan kuantitas.

b. Jumlah yang tidak tentu ditulis dengan huruf.

c. Lambang persen (%) ditulis dengan huruf dan bilangan yang mendahuluinya

mengikuti ketentuan di atas.

Contoh: Jika penanganan pasca panen baik, kerontokan padi jenis Cisadane

hanya dua persen dan Rajalele 1,5 persen. Kini kerontokan kedua jenis padi

itu dapat mencapai 15 persen.

d. Bilangan yang menunjukkan jumlah jam, menit, detik ditulis sesuai ketentuan

18
pertama, kecuali untuk penulisan prestasi olahraga dan penulisan letak geografi suatu

tempat.

Contoh : Pesawat yang membawa Presiden Reagan tiba di Ngurah Rai, Bali,

lebih cepat sembilan menit 20 detik.

e. Bilangan pada awal kalimat di tulis dengan huruf. Apabila terlalu panjang angka

dapat didahului dengan kata-kata sejumlah, kira-kira, lebih dari dan hampir.

f. Bilangan yang menunjukkan waktu dan tanggal ditulis dengan angka.

g. Bilangan yang menunjukkan urutan ditulis dalam angka dengan didahului awalan

ke dan dihubungkan dengan tanda penghubung (ke-) atau memakai angka Romawi.

h. Angka Romawi digunakan untuk nama kesatuan militer, urutan dinasti, Paus, dan

raja.

i. Untuk menulis angka kelipatan ribuan, jutaan, miliaran dan triliunan digunakan cara

gabungan angka dan huruf.

j. Penulisan bilangan untuk menunjukkan jumlah uang juga dapat dipakai cara seperti

poin i. Contoh: - Rp12 miliar - Rp22 triliun - Rp100 juta

Khusus untuk kelipatan ribuan dapat dipakai dua cara : Rp11 ribu atau Rp11.000

k. Jika dalam suatu bilangan terdapat jumlah di belakang koma yang lebih dari dua

angka, penulisannya cukup sampai dua angka di belakang koma itu saja dengan cara

membulatkan.

l Nilai dalam mata uang asing harus disertai persamaan atau perkiraan nilai dalam

rupiah.

Ukuran non-metrik harus disertai atau dijadikan metrik :

100 ribu kaki (feet) = 30.480 m

satu mil laut = 1,85 km

1 mil (biasa) = 1,60 km

1 yard = 91,44 cm

19
1 galon = 3,78 liter (Amerika Serikat)

1 galon = 4,55 liter (Inggris)

n. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut :

Contoh:

tahun 1950-an atau tahun limapuluhan

uang 5000-an atau uang limaribuan

lima uang 1000-an atau lima uang seribuan

o. Untuk perbandingan lebih dari dua angka bilangan dipakai lambang titik dua (:)

p. Semua pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan huruf, sedangkan pecahan yang

tergabung dengan bilangan lain ditulis dengan desimal.

Contoh: Setengah wilayah Jakarta dilanda banjir.

Inflasi bulan Desember hanya 1,5 persen.Kenaikan harga BBM telah meningkatkan indeks
biaya hidup sebesar 1,33 persen (sebenarnya 1 1/3 persen).2
2
https://www.google.com/amp/s/adhiebjurnal.wordpress.com/2008/11/11/kebijakan-redaksi-dan-style-
book/amp/

https://www.romelteamedia.com/2014/04/pengertian-gaya-selingkung-stylebook-media.html?m=0

https://www.google.com/amp/s/ayuwantarikemz.wordpress.com/2013/05/22/ragam-bahasa-
jurnalistik/amp/

Buku Ringkasan Style Book Penulisan Berita dan Karangan Khas Kantor Berita ANTARA

20
DAFTAR PUSTAKA

Lukman Ali, 1994, Kamus Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka

Totok Djuroto, 2004,Manajemen Penerbitan Pers ,Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Dewan Pers, ensiklopedia Nasional Indonesia, Edisi VIII Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka

Denis Mc Quail, 1987, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Jakarta: Erlangga

Kurniawan Junaedi, 1991 , Ensiklopedia Pers Indonesia , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama

https://www.google.com/amp/s/adhiebjurnal.wordpress.com/2008/11/11/kebijakan-
redaksi-dan-style-book/amp/

https://www.romelteamedia.com/2014/04/pengertian-gaya-selingkung-stylebook-
media.html?m=0

https://www.google.com/amp/s/ayuwantarikemz.wordpress.com/2013/05/22/ragam-
bahasa-jurnalistik/amp/

Buku Ringkasan Style Book Penulisan Berita dan Karangan Khas Kantor Berita
ANTARA

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai