Anda di halaman 1dari 15

METODE DAN TEKNIK AUDIT KOMUNIKASI

“Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Audit
Komunikasi”

Dosen Pengampu : Dr. Indira Fatra Deni P, M.A

Oleh:
Ilmu Komunikasi 2 Humas / Kelompok 7
Elvina Rizky NIM 0105192021
Baihaqi Abdillah NIM 0105192022
Alila Ramadhani NIM 0105192032
Putri Salwa Kurnia Balqis NIM 0105192036
Ahmad Budi Sakti Tambak NIM 0105193144

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Komunikasi Pemasaran yang berjudul “Metode dan Teknik Audit Komunikasi”.

Tujuan penyusunan makalah ini tentu saja untuk menambah wawasan


pengetahuan tentang Metode dan Teknik Audit Komunikasi secara lebih
mendalam. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
ini bapak Dr. Indira Fatra Deni P, M.A yang telah membimbing kami sehingga
dapat menyelsaikan makalah ini.

Kami menyadari didalam penyusunan makalah ini masih terdapat beberapa


kekurangan dan kesalahan meskipun kami sudah mencoba berusaha dengan baik
untuk para pembaca. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran positif
agar selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 12 November 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Metode Audit Komunikasi ................................................................................... 3

B. Teknik Audit Komunikasi .................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 11

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11

A. Saran ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teknik Komunikasi Audit (TKA) adalah penerapan komunikasi di dalam


audit. Di dalam TKA akan dibahas tentang keterampilan berkomunikasi dan
penerapannya di dalam kegiatan audit. Komunikasi adalah bagian integral dalam
audit. Mulai dari perencanaan penugasan, pelaksanaan pengujian, hingga
pemantauan tindak lanjut, semuanya memerlukan keterampilan berkomunikasi
untuk menghasilkan yang terbaik. Dengan menerapkan keterampilan
berkomunikasi, pelaksanaan audit akan berjalan secara efektif dan efisien, (efektif
dalam arti, audit dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan; efisien karena proses
audit dapat dilaksanakan dengan lancar sehingga sumber daya audit benar-benar
digunakan untuk mencapai tujuan audit).

Perusahaan atau organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama
untuk suatu kepentingan bisnis, profesi, sosial dan berbagai macam keperluan
lainnya. Mereka bekerja sama melakukan berbagai kegiatan organisasional yang
ada dalam suatu organisasi diantaranya untuk menentukan tujuan yang ingin
dicapai, menyusun rencana kerja, mengelola dan menjalankan operasi bisnis
organisasinya, memperlancar pelaksanaan rencana kerja, termasuk menyusun
peraturan, mengambil keputusan dan berhubungan dengan berbagai pihak serta
memonitor kinerja organisasi atau bisnis perusahaan.

Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut, mereka beraksi, berinteraksi dan


berkomunikasi. Bahkan lebih dari 70% hari kerja para eksekutif dan staf
perusahaan atau organisasi dipergunakan untuk melakukan kegiatan komunikasi.
Sehingga komunikasi yang efektif menjadi factor yang penting bagi pencapaian
tujuan suatu organisasi baik organisasi bisnis maupun non bisnis. Bahkan
komunikasi organisasi disebut sebagai darah bagi kehidupan organisasi
(Goldhaber,1993:5). Sehingga menurut Andre Hardjana, ”penyelenggaraan sistem
komunikasi yang efektif merupakan keharusan bagi suatu organisasi” (2000:x).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Metode Audit Komunikasi?
2. Bagaimana Bagaimana Teknik Audit Komunikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Metode Audit Komunikasi.
2. Untuk mengetahui Teknik Audit Komunikasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Audit Komunikasi


Audit komunikasi adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
menilai efektivitas suatu sistem atau program komunikasi. Audit komunikasi
menyelidiki cakupan komunikasi untuk menentukan sifat dan kualitas
komunikasi antara organisasi dengan publiknya, melihat apakah pesan yang
disampaikan sudah sesuai, serta bagaimana frekuensi dan teknik yang
digunakan untuk menyampaikannya.1
Suatu audit komunikasi yang lengkap dan mendalam dilakukan
dengan menggunakan kombinasi beberapa teknik dan metode yang dianggap
cocok. Rekomendasi yang dihasilkan oleh suatu audit harus dapat mengatasi
permasalahan yang ada dan memperbaiki sistemnya. International
Communication Association (ICA) menunjukkan sistem dan prosedur baku
untuk audit komunikasi yang dikenal dengan sistem lima alat pengukuran (
system of five measurement instruments), oleh Gerald Goldhaber (1990: 354-
362).
B. Teknik Audit Komunikasi
Untuk memperoleh hasil yang dapat diandalkan, audit komunikasi
membutuhkan beberapa teknik dan metode pengkajian dan pengumpulan data

yang berbeda. Standar system dan prosedur pengukuran baku yang


dikembangkan oleh ICA, dikenal sebagai system lima alat pengukuran (system
of five measurement instruments) yang oleh Gerald Goldhaber (1990 : 354-362)
dirumuskan menjadi teknik-teknik dan metode sebagai berikut :2

1. survei dengan kuesioner (questionnaire survey)

2. wawancara tatap muka (interview)

1 Andre Hardjana, Audit Komunikasi teori dan praktek, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h. 80.
2 The Official LCCI Examination Board Guide, How to Pass Public Relations, Third Level, 1999, h. 354-362.

3
3. teknik analisis jaringan (network analysis technique)

4. pengalaman komunikasi (communication expe{Bibliography}rience)

5. catatan harian komunikasi (communication diary)

1. Lima Alat Ukur Pokok dalam Audit Komunikasi


1. Survei dengan kuesioner

Dalam survei yang menggunakan kuesioner perlu diperhatikan benar-


benar panjang kuesioner yang dibutuhkan, terutama bila kuesioner harus diisi
sendiri oleh responden dan tidak dibacakan oleh pewawancara. Untuk
menentukan panjang-pendeknya kuesioner yang dibutuhkan, perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut :

1. Rentang kekuasaan organisasi yang dibutuhkan untuk mengisi


kuesioner.

2. Jumlah waktu yang tersedia untuk memproses informasi yang


terkumpul dari kuesioner itu; dan

3. Kiat khusus, seperti kemungkinan memperkecil huruf sehingga


kuesioner tidak terlalu panjang.

2. Wawancara tatap muka

Wawancara dilakukan sebagai tanya jawab dyadic atau tatap muka


perorangan- pertemuan satu pewawancara dengan satu responden. Oleh karena
itu kegiatan ini disebut wawancara tatap muka, sekaligus untuk membedakan
dengan wawancara lewat telepon. Tujuan utama dari wawancara ini adalah
untuk memeriksa, menguji, ataupun melengkapi data yang diperoleh melalui
alat-alat ukur lain. Ada dua pedoman wawancara yaitu pedoman wawancara
penjajakan (exploratory) digunakan untuk mengumpulkan informasi-informasi
penting untuk pengenalan masalah dengan menggunaka pertanyaan-pertanyaan
terbuka (open-ended). Pedoman wawancara pendalaman (indepth interview)

4
yang khusus dilakukan untuk membantu tafsiran atas temuan-temuan yang
diperoleh melalui alat-alat audit lain.

Agar wawancara dapat memberikan hasil yang maksimal,


pewawancara harus seorang yang terlatih dan mampu mengajukan aneka
pertanyaan yang membawa implikasi yang berbeda-beda dalam analisis dan
interpretasinya. Ada enam jenis pertanyaan untuk memperoleh data yang
berbeda-beda, yaitu :3

1. Pertanyaan terbuka (open question) yang digunakan untuk mendorong


responden agar bicara bebas dan terbuka dalam mengungkap pendapat,
perasaan, dan sikap maupun fakta-fakta yang sebenarnya. Misalnya “Bagaimana
pendapat Anda tentang komunikasi yang terjadi dalam departemen ini?”

2. Pertanyaan tertutup (closed questions) yang dimaksudkan untuk


memperoleh jawaban jawaban singkat singkat “ya” atau “tidak”. Misalnya
“Apakah pesawat pesawat telepon Anda dapat digunakan untuk menghubungi
relasi Anda secara langsung?”.

3. Pertanyaan khusus (specific questions) yang digunakan untuk menggali


informasi factual khusus. Misalnya “Berapa kali per hari umumnya Anda
menggunakan terminal komputer untuk berhubungan dengan relasi Anda?”

4. Pertanyaan reflektif (reflective questions) yang digunakan untuk mendorong


responden agar mau memberikan komentar lebih lanjut. Artinya, responden
dilibatkan untuk memikirkan topik persoalan secara lebih mendalam. Misalnya,
bila seorang supervisor menjawab bahwa ia tidak dilibatkan
dalam perencanaa perencanaan akhir (planning decisions), dapat diajukan
pertanyaan, “Perencanaan akhir apa saja yang Anda maksud?”.

5. Pertanyaan yang mengarah (leading questions), yang dapat digunakan untuk


mengarahkan jawaban responden bukan pandangan responden yang sejujurnya.

3
Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 52-54.

5
Misalnya, pewawancara menyimpulkan begini: “Kalau begitu, komunikasi di
organisasi sudah hebat, bukan?”

6. Pertanyaan pengandaian (hypothetical questions) yang dapat digunakan untuk


mendorong responden berfikir ke depan. Misalnya “Andaikata uang tidak jadi
masalah, apa yang hendak Anda lakukan memperbaiki system komunikasi
dengan gugus penjualan (salesforce) di lapangan?”.

3. Analisis Jaringan
Analisis jaringan (network analysis) pada dasarnya bertujuan untuk memetakan
kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi
ataupun unit kerjanya-baik secara formal maupun informal. Responden secara
khusus diminta menunjukkan sejauh mana dengan intensitas bagaimana ia terlibat
dalam komunikasi dengan rekan dalam unit atau departemen tempat kerjanya dan
beberapa orang kunci di luar unit atau departemennya didalam jam kerjanya.
Analisis jaringan menurut ICA audit sangat perlu dilakukan dalam organisasi
besar (complex organization). Dan untuk melakukannya secara cermat dibutuhkan
program komputer khusus.

4. Pengalaman Komunikasi

Analisis pengalaman pengalaman komunika komunikasi (communication


experience) dikenal dengan sebutan teknik peristiwa kritis (critical incident
tehnique) dalam analisis pengalaman komunikasi responden diminta menguraikan
peristiwa-peristiwa komunikasi (communication episode) yang dapat dianggap
sebagai contoh khas (incidents) dari peristiwa komunikasi yang sukses ataupun
gagal. Dalam hal ini, ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Responden
lazimnya cenderung mengingat peristiwa-peristiwa tentang kegagalan komunikasi
(ineffective communication) dari pada komunikasi yang sukses (effective
communications).

5. Catatan Harian Komunikasi

6
Metode buku catatan harian komunikasi hanya cocok untuk organisasi dengan
struktur yang kompleks dan jelas. Metode ini tidak lazim untuk responden
kategori pekerja (tangan) kasar (blue collar), karena pekerja tangan umumnya
tidak menghargai dokumen, sehingga tidak dapat diharapkan mempunyai catatan
harian yang cermat.
2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pada dasarnya pengumpulan data dalam kegiatan audit komunikasi dilakukan
dengan tiga jenis teknik yang berbeda, yakni teknik observasi (observation
technique), teknik wawancara (interview technique), dan teknik analisis isi
(content analysis techniques). Paparan berikut ini akan meliput pengertian dan
contohnya, kekuatan dan kelemahannya, dan jenis uraian yang dapat dibuat
berdasarkan teknik analisisnya yang sesuai.
1. Teknik Observasi
Teknik observasi pada dasarnya merupakan kegiatan-kegiatan mengamati dan
mencatat perilaku yang dapat dilakukan atas perilaku orang lain maupun
perilakunya sendiri. Teknik pengumpulan data mempunyai keunggulan dan
kelemahan yang perlu diperhatikan.4

Keunggulan teknik ini adalah sebagai berikut :

• Memberikan informasi rinci tentang tentang jumlah komunikasi yang


terjadi.
• Memberikan informasi lengkap tentang berbagai jenis
jaringan komunikasi yang digunakan.
• Memberikan informasi rinci tentang arah komunikasi.
• Memberikan informasi yang bebas dari pengamatan dan daya ingatan.
Kelemahan teknik ini adalah sebagai berikut :

• Membutuhkan waktu lama, sehingga sehingga sering menjadi tidak

4
Owen Hargie dan Dennis Tourish, Handbook of Communication Audits for Organizations, (London: Routledge,
2000), h. 90.

7
praktis.
• Data yang terkumpul kadang terlalu banyak dan berlebihan, sehingga
sebagian data tidak dapat digunakan.
• Kualitas data tergantung pada tingkat saling percaya (trust) kerelaan
responden untuk bekerja sama dengan peneliti.
• Tidak dapat memberikan informasi tentang distorsi pada pesan dan
intensitas arus yang muncul dari pesan, dan pengulangan
(reduncancy) jaringan komunikasi , yakni beberapa kali untuk
berbagai kepentingan.
Dalam teknik observasi diperlukan seorang pengamat terlatih yang dapat
memberikan manfaat, meliputi hal-hal sebagai berikut ini :
(1) Memberikan data yang bermanfaat untuk menguraikan bagaimana beban
(load) komunikasi yang harus dilaksanakan oleh pejabat kunci.
(2) Memberikan informasi tentang jaringan dan arah komunikasi .
(3) Memberikan informasi yang bebas dari kontaminasi (contamination) dan
kepentingan responden. Namun, sebelum menggunakan teknik
pengumpulan data ini peneliti harus juga mempertimbangkan tiga
kelemahan yang melekat pada teknik ini, yakni makan waktu lama,
membutuhkan pelatihan pengamatan secara sangat seksama, dan
penyimpangan perilaku komunikasi - ketidakwajaran komunikasi - sebagai
akibat dari pengaruh kehadiran pengamat.
2. Teknik Wawancara
Wawancara sebagaimana diuraikan sebelumnya-dalam bagian “Lima Alat Ukur
dalam Audit Komunikasi”, wawancara pada dasarnya meliputi dua teknik yang
berbeda, yakni teknik wawancara dengan kuesioner (questionnaire
interview) dan teknik wawancara tatap muka (interview technique). Teknik
wawancara dengan kuesioner merupakan alat pengumpulan data secara tertulis.
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner perlu diuji coba (pretest) terlebih dahulu. Jenis-jenis pertanyaan
reflektif, dan pertanyaan hipotesis tidak akan diulang di sini, karena sudah

8
dipaparkan dalam bagian “wawancara dengan kuesioner dan wawancara
terbuka” di depan.

3. Teknik Analisis Isi (Content Analysis Techniques)


Teknik analisis isi pada dasarnya bertujuan untuk membuat analysis dari isi
pesanpesan yang ada dalam dokumen. Richard Budd, et al (1967:23)
mendefinisikan konsep analisis isi sebagai Teknik untuk melakukan analisis atas
isi pesan dan penanganan pesan (A systematic technique for analyzing message
content and message handling), sedangkan Klaus Krippendorff (1980:21)
seorang ahli komunikasi yang mempunyai perhatian khusus pada analisis isi
sebagai sebuah teknik riset mengajukan definisi sebagai berikut : Analisi isi
adalah sebuah teknik untuk membuat inferensi-inferensi yang dilakukan ulang
dan sah kepada konteks data tersebut. (Content analysis is a research technique
for amking replicable and valid inferences from data to their context).

Pada dasarnya teknik ini melibatkan pemilihan komunikasi-komunikasi


tertulis atau dokumen yang hendak dipelajari; membuat kategori-kategori
pengukuran berdasarkan sampling atau keseluruhan dokumen; mengukur
frekuensi permunculan kategori-kategori menurut aturan-aturan coding yang
ditentukan; menggunakan uji statistik atas data-data dalam penelitian; dan
menarik kesimpulan-kesimpulan dari data-data tersebut.

Dalam audit komunikasi teknik analisis isi dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan, misalnya untuk mengukur tingkat kemudahan pemahaman
(readability level) dari dokumen-dokumen organisasi perusahaan; membuat
analisis tema-tema yang termuat dalam warta karyawan; analisis pesan-pesan
yang disampaikan kepada para karyawan melalui saluran formal organisasi;
analisis atas buku pedoman kerja bagi karyawan yang diterbitkan oleh
perusahaan; dan memo internal yang merupakan jenis dokumen paling banyak
beredar dalam organisasi bisnis ataupun organisasi publik. Dokumen yang
paling banyak beredar dalam suatu organsasi adalah surat memo. Teknik analisis
isi juga digunakan untuk meninjau tema-tema berbagai dokumen, terutama

9
dokumen yang paling popular dalam perusahaan yakni surat memo. Pencarian
dan penentuan tema dari memomemo yang dipilih melalui sampling atau
keseluruhan memo dalam periode tertentu, umumnya digunakan analisis
kualitatif.5

Dilihat dari potensinya sebagai teknik riset, analisis isi pernah dinyatakan
(Klaus Krippendorff,1980:7) Salah satu teknik riset yang sangat penting dalam
ilmu-ilmu sosial, yang berusaha memahami data tidak sebagai kumpulan-
kumpulan peristiwa fisik tetapi sebagai fenomena simbolik dan mendekati
analisisnya secara tak kentara. (content analysis is one of the most important
research technique in the social sciences, it seeks to understand data not as a
collection of physical events but as symbolic phenomena and to approach their
analysis approach their analysis unobstrusi unobstrusively).

Ada beberapa keunggulan keunggulan teknik analisis isi, yaitu:

1. Berbeda dengan teknik-teknik lain yang sudah disebut sebelumnya, analisis isi
merupakan teknik riset yang tidak kentara sehingga tidak mempengaruhi
kewajaran data.
2. Analisis isi menerima materi sebagaimana adanya tanpa disusun terlebih dulu
dalam suatu struktur oleh penelitinya.
3. Teknik analisis isi sangat peka terhadap konteks data, dengan demikian mampu
mengolah bentuk-bentuk simbolik (symbolic forms).
4. Teknik analisis isi dapat menangani data yang jumlahnya sangat besar.

5
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 80-82.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit komunikasi menyelidiki cakupan komunikasi untuk menentukan
sifat dan kualitas komunikasi antara organisasi dengan publiknya, melihat
apakah pesan yang disampaikan sudah sesuai, serta bagaimana frekuensi
dan teknik yang digunakan untuk menyampaikannya.

Dalam audit komunikasi, teknik analisis umumnya memberikan manfaat


untuk memberikan manfaat untuk tiga kegiatan, yakni pertama, membuat paparan
tentang apa, bagaimana, dan kepada siapa suatu komunikasi dinyatakan; kedua
membuat referensi tentang anteseden mengenai sebab musabab mengapa suatu
komunikasi dinyatakan; dan ketiga, membuat inferensi tentang apa dampak dari
komunikasi yang dinyatakan itu.

B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini. Kami selaku penyusun makalah
menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
segala bentuk kritikan dan saran yang membangun sangat kami butuhkan
guna penyempurnaan makalah ini serta meningkatkan pemahaman
akademis kita bersama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gregory, Anne. 2001. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations.


(Jakarta: Erlangga).

Hardjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi teori dan praktek. (Jakarta: PT Grasindo).
The Official LCCI Examination Board Guide. 1999. How to Pass Public Relations.
Third Level.

Owen Hargie & Dennis Tourish. 2000. Handbook of Communication Audits for
Organizations, (London: Routledge).
Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta).

12

Anda mungkin juga menyukai