Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INTERPRETATIF

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Dasar-Dasar Jurnalistik

Dosen Pengampu: Dr. Abdul Rasyid, MA

Disusun Oleh

KELOMPOK 8

1. ANISA RAMBE (0603221001)

2. ROY RAYYAN MANANDHA GINTING (0603221002)

3. LUSIANA (0603221003)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini tentang “Laporan Interpretatif”. Dalam
menyusun Makalah ini, ada sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga
kami mampu menyelesaikannya.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Langsa, 27 September 2022

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 PERSIAPAN AKADEMISI......................................................................6

2.2 WAWASAN LUAS..................................................................................6

2.3 MENGUASAI TERMINOLOGI...................................................................7

2.4 MEMILIKI KEPUSTAKAAN YANG LENGKAP......................................8

2.5 PERSIAPAN ALAT BANTU.......................................................................8

2.6 INVESTIGASI...............................................................................................9

2.7 DANA..........................................................................................................10

2.8 IKLIM..........................................................................................................10

2.9 TEKNIK WAWANCARA..........................................................................11

2.10 PERSIAPAN WAWANCARA...............................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................14


3.1 KESIMPULAN.......................................................................................14

3.2 SARAN...................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reportase yang mengandung pemikiran, penafsiran, pandangan, dan
tidak jarang juga pendapat wartawan disebut sebagai laporan interpretatif
(interpretative reporting). Di sini wartawan mengulas suatu berita yang baru
terjadi ataupun sudah lama terjadi dengan memberikan interpretasi, spekulasi,
dan pendapat. Oleh karena itu, sebagian orang menerjemahkan interpretative
reporting dengan “berita ulasan”. Terjemahan ini terasa kurang tepat bila yang
dimaksud hanya ulasan atas berita tanpa didukung penyelidikan fakta atau
informasi terbaru.
Interpretative reporting merupakan suatu bentuk laporan yang lebih
bebas. Umumnya kualifikasi wartawan yang dipercaya untuk mengerjakannya
adalah wartawan senior. Wartawan yang dimaksud adalah wartawan yang
sangat menguasai masalah seputar topik yang diangkat dan dapat
melakukannya dengan baik, jujur, dan objektif. Dia juga berani mengutarakan
penafsiran, pendapat, dan pemikirannya karena ia memang berada pada posisi
mengetahui fakta yang berkaitan dengan peristiwa yang dilaporkan. Karena
berada dalam posisi mengetahui inilah ia juga menjadi lebih memberi warna
(colour) dan suasana (atmosphere), bahkan kritikan atau sindiran (parody).
Meski demikian, reportase tidak bisa disamakan dengan karya jurnalistik
lainnya seperti tajuk rencana, kolom, ulasan berita, dan artikel opini.1
Menurut Sedia Willing Barus 2010: 105,”… laporan interpretatif
adalah reportase yang mengandung pemikiran, penafsiran, pandangan, dan
tidak jarang juga pendapat wartawan.” Dari penafsiran Sedia Willing barus,
reportase interpretatif adalah : 1. Pemikiran 2. Penafsiran 3. Pandangan 4.

1
Morgan Burrell, dan Gareth Morgan. Sociological Paradigms and
Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life.
(London: Heinemann, 1979)

4
Pendapat Sedangkan menurut Yurnaldi 1992: 45 menjelaskan, …berita
interpretatif adalah reportase yang mengungkapkan peristiwa disertai usaha
memberi arti pada peristiwa tersebut dan menyajikan informasi. Dari
penafsiran Yurnaldi di atas, reportase interpretatif adalah : 1. Mengungkapkan
peristiwa disertai usaha memberi arti 2. Menyajikan informasi Berdasarkan
pendapat kedua ahli tersebut terdapat sama- sama mengemukakan pendapat
bahwa reportase interpretatif mengandung penafsiran atau pemberian arti
terhadap suatu peristiwa. Namun pemikiran, pandangan dan pendapat tidak
disebutkan oleh Yurnaldi seperti yang diungkapkan Sedia Willing Barus. Dari
dua defenisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa berita atau laporan
interpretatif adalah berita yang menyajikan informasi secara mendalam yang
mengandung penafisran atau pemberian arti, pemikiran, pandangan dan
pendapat berdasarkan peristiwa yang tengah dibahas.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Akademisi


Dalam melakukan praktik laporan interpretative hal yang paling utama
untuk dilakukan adalah mempersiapkan akademisi di otak. Hal ini biasanya
juga disebut dengan knowledge (pengetahuan). Pengeteahuan didapat dari
hasil observasi dan telah memahami sistematika atau tata cara wawancara.
Atau singkatnya persiapan akademisi adalah persiapan dalam hal pengetahuan.

2.2 Wawasan Luas

Wawasan kata dasarnya Wawas, artinya: meneliti, melihat, mengamati,


mengoreksi. Wawasan luas bisa diartikan kemampuan mengamati atau melihat
sesuatu hal untuk mencari nilai, menambah dan mengembangkan pengetahuan
(eksplorasi), atau mengaplikasikan pengetahuan yang sudah dimiliki. Orang
yang memiliki wawasan belum tentu memiliki pengetahuan, tapi dia akan
mudah mendapatkan pengetahuan.2
1. Mulai mengubah pola pikir
Orang yang memiliki wawasan luas tidak mudah puas dengan apa
yang telah ia ketahui dan ia pelajari. Ia tidak akan terfokus pada satu bidang
saja, tetapi juga penasaran dan terus belajar hingga bidang lainnya. Pola pikir
yang menekankan bahwa kita harus ahli dalam satu bidang saja dapat
menghambat kita untuk menjadi orang yang berwawasan luas.
2. Rajin membaca dan memperbaharui pengetahuan
Salah satu hobi yang sering dilakukan oleh orang berwawasan luas
tentu saja adalah membaca dan memperbaharui pengetahuan mereka. Bacaan
yang mereka pilih pun tidak asal berita simpang siur yang tidak jelas asal-
muasalnya, melainkan berita yang berlandaskan fakta dan data. 
3. Aktif berkomunikasi dan bertukar pikiran

2
Wai Fong Chua, Radical Developments in Accounting Thought. (The
Accounting Review, Vol 61, No 4. 1986).

6
Salah satu cara lainnya yang bisa kita jadikan kebiasaan agar
berwawasan luas adalah dengan rajin membangun komunikasi dan bertukar
pikiran dengan orang lain. Berdiskusi dengan orang lain akan membuat
pikiran dan wawasan kita jadi fleksibel, sehingga kita tidak akan terperangkap
pada sudut pandang pribadi saja.

2.3 Menguasai Terminologi

Terminologi adalah suatu ilmu tentang istilah dan penggunaannya.


Istilah adalah kata dan gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu.
Kajian terminologi antara lain mencakup pembentukan serta kaitannya istilah
dengan suatu budaya. Ahli dalam terminologi disebut dengan juru istilah dan
kadang merupakan bagian dari bidang alih bahasa.
Pengertian istilah dalam metode wawancara:
1. Pewawancara (interviewer) adalah petugas pengumu informasi yang
diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang
responden untuk mejawab semua pertanyaan dan mencatat semua
informasi yang dibutuhkan dengan benar.
2. Orang yang di interviu (interviewer) atau responden adalah orang yang
memberi infomrasi yang diharaka dapat menjawab semua pertanyaan
dengan jelas dan lengkap. Dalam pelaksanaan wawancara diperlukan
kesediaan dari responden untuk menjawab pertanyaan dan keselarasan
antara responden dan pewawancara.
3. Pedoman wawancara berisi tentang uraian tentang data yang akan
diungkap yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses
wawancara berjalan dengan baik

7
2.4 Memiliki Kepustakaan yang Lengkap

Memiliki kepustakaan yang lengkap artinya memerlukan olahan


filosofis dan teoritis daripada uji empiris dilapangan. Karena sifatnya yang
teoritis dan filosofis, penelitian kepustakaan lebih sering menggunakan
pendekatan filosofis (philosophical approach) dibandingkan pendekatan yang
lain. Metode ini mencakup sumber data, pengumpulan data, dan analisis data.
Adapun salah satu cirinya ialah:
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan
bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata
(eyewitness) yang berupa kejadian,orang atau benda-benda lainnya.3
2. Data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready made). Ini artinya yaitu peneliti
tidak pergi kemana mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan
bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan.
3. Data pustaka umumnya berupa sumber sekunder, yang berarti bahwa
peneliti mendapatkan bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari
tangan pertama di lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti
berhadapan dengan informasi statis, tetap.

2.5 Persiapan Alat Bantu

Kualitas hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian


dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan
kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Sehingga peneliti itu
harus divalidasi seberapa jauh ia siap melakukan penelitian yang selanjutnya
terjun ke lapangan.
3
Manshur Faiz. TigaKomponenKritis Hermeneu tik. (2003)
www.google.comdiaksespada 26 September 2022 dengan kata kunci:
hermeneutika

8
Alat-alat wawancara yaitu buku catatan, tape recorder, kamera. Hasil
wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar
tidak lupa bahkan hilang.
Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Teknik
pengumpulan data dengan dokumen akan lebih kredibel bila didukung oleh
sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, sekolah, tempat kerja, masyarakat,
dan autobiografi. Akan tetapi tidak semua dokumen memiliki kredibel yang
tinggi.

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat


menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Triangulasi teknik adalah peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama.

2.6 Investigasi

Dikutip dari buku Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita,


Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter dan Teknik Editing, Andi
Fachruddin (2017: 255) menurut Robert Greene dari Newsday pengertian
laporan investigasi merupakan karya seseorang orang atau beberapa wartawan
atas suatu hal yang penting buat kepentingan masyarakat namun dirahasiakan.
Liputan investigasi ini minimal memiliki tiga elemen dasar, yaitu:4
1. Liputan itu adalah ide orisinil dari wartawan, bukan hasil investigasi pihak
lain yang ditindaklanjuti oleh media.
2. Subjek investigasi merupakan kepentingan bersama yang masuk akal
memengaruhi kehidupan sosial mayoritas pembaca surat kabar atau
pemirsa televisi bersangkutan.

4
John Creswell, W. Qualitative Inquiry & Research Design; Choosing
Among Five Approaches. (Edisi 2. Sage Publications, Inc.; California,
2007).

9
3. Ada pihak-pihak yang mencoba menyembunyikan kejahatan dari hadapan
public.
Secara umum pengertian laporan investigasi adalah upaya penelitian,
penyelidikan, pengusutan, pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan data,
informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui atau membuktikan
kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan
kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.

2.7 Dana

Dana terbagi ke dalam beberapa konsep sesuai pemahamannya.


Dijelaskan dalam Bambang Riyanto (1995) bahwa dana dapat diartikan
berdasarkan tiga konsep, yaitu:
1. Konsep Fungsional
Dalam konsep ini dilihat dari fungsinya pada sebuah usaha, bahwa dana
berperan untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
2. Konsep Kualitatif
Secara kualitatif, dana adalah sebagian aktiva lancar yang dapat digunakan
untuk pembiayaan keperluan perusahaan tanpa berurusan dengan
likuiditasnya. Dalam konsep ini artinya adalah modal kerja netto atau
kelebihan aktiva lancar di atas hutangnya.
3. Konsep Kuantitatif
Terakhir yaitu pemahaman secara kuantitatif. Yakni dana adalah modal
kerja bruto, atau seisi jumlah dana sebagai aktiva lancar tersebut.

2.8 Iklim

Risiko dampak perubahan iklim akan berkaitan dengan adaptasi yang


harus dilakukan. Terjadinya peningkatan permukaan air laut akan berdampak
pada masyarakat pesisir dan daerah dataran rendah di seluruh dunia dengan
timbulnya fenomena banjir, erosi pantai dan perendaman, serta hilangnya
pulau-pulau kecil. Hal ini terutama akan sangat berpengaruh terhadap negara

10
kepulauan. Perubahan iklim juga menyebabkan pergeseran rentang geografis
serta pola migrasi spesies daratan dan laut. Beberapa spesies akan menghadapi
kepunahan. Pemanasan dan pengasaman laut menimbulkan risiko besar
terhadap ekosistem laut, terutama ekosistem di wilayah kutub dan ekosistem
terumbu karang. Indonesia yang dikenal sebagai megabiodiversity country
memiliki tipe ekosistem daratan dan lautan yang sangat lengkap. Adaptasi
berbasis ekosistem juga menjadi salah satu agenda pengendalian perubahan
iklim prioritas.

2.9 Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah suatu metode untuk memperoleh informasi


dari narasumber atau responden yang umum dilakukan oleh jurnalis. Untuk
mendapatkan informasi terbaik tentunya kita butuh menggunakan teknik
wawancara yang efektif dan juga tepat. Penerapan teknik wawancara
berpengaruh besar dalam proses wawancara. Simak penjelasan berikut ini
untuk mengetahui teknik wawancara yang efektif dan tepat untuk berbagai
keperluan.5
Proses wawancara yang baik adalah proses wawancara yang dapat
membangun chemistry antara pewawancara dengan informannya.
Keberhasilan sebuah wawancara bergantung pada teknik wawancara yang
diterapkan oleh pewawancara. Berikut adalah teknik wawancara yang efektif
dan tepat untuk berbagai keperluan.
1. Menentukan topik dan jenis wawancara
Sebelum melakukan wawancara, kamu harus menentukan topik
wawancara serta jenis wawancara yang akan diterapkan. Terapkan jenis
wawancara yang paling efektif untuk wawancaramu.
2. Menentukan narasumber/informan
Tentukan narasumber atau informan yang memiliki keterkaitan erat
dengan topik wawancara yang telah ditentukan. Usahakan memilih

5
Paivi Eriksson, Anne Kovalainen. Qualitative Methods in Bussiness
Research. (Sage Publications, Inc.; London, 2008)

11
narasumber yang kredibel agar menjamin kemurnian tiap informasi yang
diberikan.
3. Meminta izin/menghubungi narasumber
Setelah menentukan narasumber/informan, langkah selanjutnya adalah
menghubungi narasumber untuk menanyakan kesediaannya untuk
diwawancarai atau tidak. Untuk menghubungi narasumber dapat
melalui email atau secara langsung. Tentunya, kamu harus perhatikan waktu
saat menghubungi narasumber,
4. Mempersiapkan pertanyaan
Saat sudah mendapatkan izin dari narasumber untuk wawancara,
langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pertanyaan. Buatlah pertanyaan
sesuai dengan jenis wawancara yang ditentukan dan tentunya tidak keluar
konteks atau topik wawancara.
5. Berpenampilan sopan dan rapi saat wawancara
Di hari wawancara, pakailah pakaian yang sopan dan rapi. Berikanlah
kesan yang baik kepada narasumber dari awal bertemu, saat proses
wawancara, hingga setelah wawancara berakhir.
6. Memperkenalkan diri kepada informan
Di awal proses wawancara, perkenalkan dirimu kepada narasumber
secara formal. Tujuannya agar narasumber merasa nyaman ketika
diwawancara.
7. Memulai wawancara dengan pertanyaan ringan
Berikan pertanyaan yang umum saat memulai wawancara. Meskipun
ringan dan umum, pertanyaan yang diajukan tidak boleh keluar konteks
wawancara.
8. Membangun komunikasi yang baik dengan informan
Saat proses wawancara, berikanlah kenyamanan bagi narasumber
untuk menjawab tiap pertanyaan dengan leluasa. Bangunlah komunikasi
sebaik mungkin agar narasumber tidak terintimidasi dengan pertanyaan-
pertanyaan atau respon yang diberikan oleh pewawancara.
9. Memperhatikan detail informasi yang diberikan

12
Perhatikan tiap jawaban atau informasi yang diberikan oleh
narasumber. Kamu juga dapat menggunakan recorder atau voice note untuk
merekam suara narasumber. Tujuannya untuk menghindari pengulangan
jawaban dari narasumber.
10. Mengucapkan terima kasih
Di akhir proses wawancara, berikanlah ucapan terima kasih serta
kalimat penghargaan lainnya agar narasumber merasa dihargai.

2.10 Persiapan Wawancara

1. Menentukan topik wawancara


2. Memilih atau menentukan narasumber
3. Menentukan tempat dan waktu wawancara
4. Membuat daftar pertanyaan
5. Membawa perlengkapan yang diperlukan, misalnya alat tulis atau alat
perekam.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Interpretative reporting merupakan suatu bentuk laporan yang lebih
bebas. Umumnya kualifikasi wartawan yang dipercaya untuk mengerjakannya
adalah wartawan senior. Wartawan yang dimaksud adalah wartawan yang
sangat menguasai masalah seputar topik yang diangkat dan dapat
melakukannya dengan baik, jujur, dan objektif. Dia juga berani mengutarakan
penafsiran, pendapat, dan pemikirannya karena ia memang berada pada posisi
mengetahui fakta yang berkaitan dengan peristiwa yang dilaporkan. Karena
berada dalam posisi mengetahui inilah ia juga menjadi lebih memberi warna
(colour) dan suasana (atmosphere), bahkan kritikan atau sindiran (parody).
Meski demikian, reportase tidak bisa disamakan dengan karya jurnalistik
lainnya seperti tajuk rencana, kolom, ulasan berita, dan artikel opini.

3.2 Saran

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan. Untuk itu sangat dibutuhkan saran dari para pembaca untuk
penulisan makalah yang lebih baik lagi ke depannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Burrell, Morgan dan Gareth Morgan. 1979. Sociological Paradigms and


Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life.
London: Heinemann

Chua, Wai Fong. 1986. Radical Developments in Accounting Thought. The


Accounting Review, Vol 61, No 4.

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design; Choosing


Among Five Approaches.Edisi 2. Sage Publications, Inc.; California

Eriksson, Paivi, Anne Kovalainen. 2008. Qualitative Methods in Bussiness


Research. Sage Publications, Inc.; London.

FaizManshur. 2003.TigaKomponenKritis Hermeneu tik. www.


google.comdiaksespada 7 Oktober 2010 dengan kata kunci:
hermeneutika

15

Anda mungkin juga menyukai