PENDAHULUAN
A.
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang
lain. Dengan adanya komunikasi, maka terjadilah hubungan sosial karena bahwa manusia itu
adalah sebagai makhluk sosial, diantara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan,
sehingga terjadinya interaksi timbal balik.
Dalam hubungan seseorang dengan orang lain terjadi proses komunikasi diantaranya. Tetapi
ketika sedang melakukan komunikasi terkadang tidak memperhatikan etika-etika komunikasi
dengan baik. Hal ini yang terkadang orang salah menafsirkan isi dari informasi yang
diberikan atau pun yang didengarkannya. Terlebih lagi ketika berkomunikasi dalam ruang
lingkup perkantoran. Cara yang paling mudah menerapkan etika komunikasi dalam
perkantoran ialah, semua anggota dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa
hal berikut ini:
1.
2.
3.
Dalam suatu organisasi penerapan etika komunikasi dibutuhkan untuk semua bentuk kegiatan
kerja. Etika komunikasi yakni etika komunikasi yang terjadi dan berlangsung dalam kantor
(office communication). Dengan terciptanya etika komunikasi timbal balik yang baik antara
pimpinan dan karyawan, akan menimbulkan produktivitas kerja yang baik. Dengan kata lain
tanpa adanya komunikasi, maka pekerjaan kantor akan menjadi tidak sesuai dengan rencana
yang sudah ditetapkan sehingga tujuan-tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai. Pada
dasarnya komunikasi kantor dapat berlangsung secara lisan maupun tulisan. Secara lisan,
dapat terjadi secara langsung (tatap muka atau face to face) tanpa melalui perantara. Setiap
individu berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh setiap individu atau apa yang seharusnya dijalankan individu, dan apa tindakan
yang seharusnya dilakukan.
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.
Tujuan
Bagi Pembaca:
1.
2.
Bagi Penulis:
1.
2.
D.
Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap semua pihak
dalam mempelajari tentang Etika Komunikasi. Selain itu dapat menambah wawasan kita
semua mengenai berkomunikasi dengan baik yang selalu diterapkan dalam kehidupan seharihari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan seharihari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat diterima semua pihak.
Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya, komunikasi mempunyai banyak definisi sesuai
dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan pengertian. Beberapa contoh
definisi komunikasi menurut beberapa tokoh antara lain:
1.
Komunikasi ialah proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
3.
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan
melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan
kepada penerima pesan.
Dari beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa tokok diatas, dapat kita kemukakan
pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau
simbol-simbol yang mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan
tujuan tertentu.
Komunikator ialah individu atau orang yang mengirim pesan. Seorang komunikator
menciptakan pesan, untuk selanjutnya mengirimkannya dengan saluran tertentu kepada orang
atau pihak lain.
2.
Pesan adalah informasi yang diciptakan komunikator dan akan dikirimkan kepada
komunikan. Pesan ini dapat berupa pesan verbal maupun non-verbal. Pesan verbal ialah
pesan yang berbentuk ungkapan kata/kalimat baik lisan maupun tulisan. Pesan non-verbal
ialah pesan isyarat, baik berupa isyarat gerakan badan, ekspresi wajah, nada suara, dan
sebagainya.
3.
Media ialah suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seorang
komunikator kepada komunikan. Ada berbagai macam media, meliputi media cetak, audio,
audio visual.
4.
Komunikan adalah pihak penerima pesan. Selain menerima pesan, komunikan juga bertugas
untuk menganalisis dan menafsirkan sehingga dapat memahami makna pesan tersebut.
5.
Umpan balik atau feedback disebut pula respon, dikarenakan komponen ini merupakan
respon atau tanggapan dari seorang komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
6.
Gangguan komunikasi sering kali terjadi, baik gangguan yang bersifat teknis maupun
semantis. Gangguan teknis bisa saja terjadi karena saluran tidak berfungsi secara baik.
Sementara itu gangguan semantis bermula dari perbedaan dalam pemaknaan arti lambang
atau simbol dari seorang komunikator dengan komunikan.
2.
3.
4.
5.
Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free From Pressure and Stress)
B.
Pengertian Etika
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk,
seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
a.
Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
b.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan
oleh akal.
c.
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsipprinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2.
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis, cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakan, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :
a.
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b.
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah
menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini
adalah sebagai berikut :
1.
2.
Etika keluarga
3.
Etika profesi
4.
Etika politik
5.
Etika lingkungan
6.
Etika idiologi
Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat,
Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa,
bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti,
pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat
hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
3.
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
a.
Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
c.
Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
C.
Aliran Etika
Suatu ukuran baik dan buruk sifatnya individual yakni akan dilihat dari orang yang
menilainya, karena baik dan buruk itu terikat pada ruang dan waktu, sehingga ia tidak berlaku
secara universal. Suatu perbuatan dinilai baik atau buruk dapat dilihat dari beberapa aliranaliran dari berbagai sudut pandang, antara lain:
1.
Adat Kebiasaan
Ukuran baik atau buruk menurut adat kebiasaan yakni tergantung kepada kesetiaan dan
ketaatan seseorang (loyal) terhadap ketentuan adat istiadat. Namun demikian, ukuran menurut
adat ini tidak dapat digunakan sepenuhnya karena ketentuan-ketentuan dari Hukum Adat
yang berasal dari adat istiadat banyak yang irasional (tidak dapat diterima oleh akal sehat).
2.
Kebahagiaan (Hedonisme)
Yang menjadi ukuran baik atau buruk menurut paham ini yaitu apakah suatu perbuatan
tersebut melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan / kelezatan. Dalam paham ini terbagi lagi
menjadi:
a.
Maksud dari aliran ini yaitu suatu kebahagiaan yang bersifat individualistis (egoistik
hedonism), jika suatu keputusan baik bagi pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya.
b.
Aliran ini berpendapat, bahwa kebahagiaan atau kelezatan individu itu haruslah berdasarkan
pertimbangan akal sehat.
c.
Lain halnya dengan aliran ini, yang menjadi tolak ukur apakah suatu perbuatan baik atau
buruk dapat melihat kepada suatu akibat perbuatan tersebut apakah melahirkan kesenangan
atau kebahagiaan terhadap seluruh makhluk (bukan untuk diri sendiri/pribadi).
3.
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran hedonisme, yakni menilai suatu perbuatan
baik atau buruk adalah dengan kekuatan batin tanpa melihat terlebih dahulu akibat yang
ditimbulkan dari perbuatan itu, akan tetapi tujuannya kepada kebaikan budi pekerti.
4.
Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatunya yang ada di alam ini selalu (secara
berangsur-angsur) mengalami perubahan yakni berkembang menuju ke arah kesempurnaan.
Adapun seorang Filsuf Herbert Spencer (1820-1903) mengemukakan bahwa perbuatan
akhlak itu tumbuh secara sederhana kemudian dengan berlakunya (evolusi) akan menuju ke
arah cita-cita , dan cita-cita inilah yang dianggap sebagai tujuan. Yang menjadi tujuan dari
cita-cita manusia adalah kebahagiaan dan kesenangan, sehingga suatu kesenangan atau
kebahagiaan itu akan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi sosial.
5.
Paham eudaemonisme
Kata eudaemonisme di ambil dari istilah Gerika, yaitu eudaemonia dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan kebahagiaan, untuk
kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain. Menurut Aristoteles, untuk
mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal, yakni:
a.
b.
Kemauan
c.
Perbuatan baik
d.
Pengetahuan batiniah
6.
Aliran Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran Naturalism, sebab menurut penganut paham
ini ukuran baik atau buruk itu bukanlah alamtetapi vitae yakni yang sangat diperlukan
untuk hidup. Tokoh terpenting dari aliran ini yaitu F. Niettsche, dia banyak sekali memberi
pengaruh terhadap tokoh revolusioner seperti Hitler. Pada akhir hayatnya ia menjadi seorang
ateis dan mati dalam keadaan gila, dia memproklamirkan gagasan God is dead, Tuhan
telah mati, Tuhan itu tidak ada lagi, maka jauhkanlah diri (putuskan hubungan dengan
Tuhan). Aliran vitalisme ini dikelompokkan menjadi:
a.
dilahirkan adalah celaka, maksudnya karena ia telah dilahirkan dan hidup, sedangkan lahir
dan hidupnya manusia itu tiada guna. Terdapat ungkapan yakni homohomini lupus, artinya
manusia yang satu adalah segala bagi manusia yang lainnya.
b.
Vitalisme Optimisme. Menurut aliran ini, hidup atau kehidupan adalah berarti
pengorbanan diri karena itu hidup yang sejati adalah kesediaan dan kerelaan untuk
melibatkan diri dalam setiap kesusahan, yang paling baik adalah segala sesuatu yang
menempa kemauan manusia untuk berkuasa. Oleh karena itu, perang adalah halal, sebab
orang yang berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan.
7.
Aliran Pragmatisme
Aliran ini menitikberatkan pada hal yang berguna dari diri sendiri,baik yang bersifat moril
maupun materil. Serta menitikberatkan padapengalaman, oleh karena itu penganut ini tidak
mengenal istilah kebenaran, sebab kebenaran itu bersifat abstrak dan tidak diperoleh dalam
dunia empiris.
8.
Aliran Gessingnungsethik
Aliran ini diprakarsai oleh Albert Schweitzer. Yang terpenting menurut ajaran ini adalah
penghormatan akan kehidupan,
menolong dan berlaku baik. Ukuran kebaikannya yakni pemeliharaan akan kehidupan, dan
yang buruk yakni setiap usaha yang berakibat binasa dan menghalang-halangi hidup.
9.
Aliran Idealisme
Istilah tersebut berasal dari bahasa Gerika (Yunani), yaitu dari kata idea yang secara
etimologis berarti: akal, pikiran, atau sesuatu yang hadir dalam pikiran, atau dapat juga
disebut sesuatu bentuk yang masih ada dalam alam pikiran manusia. Aliran ini berpendapat
bahwa segala yang ada hanyalah tiada, sebab yang ada itu hanya gambaran dari alam pikiran
(bersifat tiruan), sebaik apa pun suatu tiruan tentunya tidak akan seindah aslinya (ide).
Dengan demikian, yang baik itu hanya apa yang ada di dalam ide itu sendiri.
Selain itu, aliran etika lainnya diuraikan oleh John C. Merill (1975:79-88) yang dapat
digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain deontologis, teleologis, egoisme,
dan utilitarisme.
Aliran deontologis (deon = yang harus/wajib, Yunani) melakukan penilaian atas tindakan
dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu tindakan secara hakiki mengandung nilai
sendiri apakah baik atau buruk. Kriteria etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu
sendiri. Ada tindakan/perilaku yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku
yang langsung dinilai buruk.
Ukuran etis yang berbeda, dikemukakan oleh aliran teleologis(telos berarti tujuan). Aliran ini
melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat atas tindakan itu. Jika
tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma moral, maka tindakan itu digolongkan sebagai
tindakan etis. Jadi apabila suatu tindakan betujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yag diperoleh oleh pelakunya sendiri.
Artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila menghasilkan terbaik bagi diri sendiri.
Etika utilitarisme (utilitis = berguna) adalah kebalikan dari pahamegoisme, yaitu yang
memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak. Dengan demikian,
tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subyektif individu, melainkan secara obyektif pada
masyarakat umum. Semakin universal akibat baik dari tindakan itu, maka dipandang semakin
etis.
D.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang
bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan,
juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari
praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran,
guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang
seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan
itu, menurut De George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak
orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. Berikut
pengertian profesi dan profesional menurut De George :
Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi
waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami benar bahwa pekerjaan/profesi dan profesional terdapat
beberapa perbedaan, yaitu:
Profesi :
a.
b.
c.
d.
Profesional :
a.
b.
c.
d.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1.
Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
3.
Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu
kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat.
Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar
profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang
semakin baik.
Prinsip-prinsip etika profesi :
1.
Tanggung jawab
a.
b.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2.
Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3.
Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam
menjalankan profesinya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu keluarga
sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan
mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
2.
Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama
anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi)
dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3.
anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya
mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di
daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.
Selain ciri-ciri profesi yang telah disebutkan diatas, James J. Spillane (Rosady Ruslan,.
2002:51) menyebutkan ciri-ciri khas dari profesi adalah sebagai berikut:
1.
Suatu bidang yang terorganisir dengan baik, berkembang maju dan memiliki
3.
4.
5.
Menjadi anggota asosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah komunikasi,
membina hubungan baik dan saling tukar-menukar informasi sesama para anggotanya,
6.
7.
Kode etik merupakan standar moral bagi setiap anggota profesi yang dituangkan secara
formal, tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main. Disusunnya kode etik profesi
ialah merupakan komitmen terhadap tanggung jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban.
Fungsi kode etik profesi ialah memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota
profesi agar tidak keluar dari etika yang menjadi panutan. Kode etik profesi memberi
gambaran nyata tentang:
1.
2.
3.
4.
5.
Untuk mendapatkan atau melakukan kebenaran tindakan, maka kita harus taat etika. Untuk
mendapatkan kebenaran hukum, para profesional di bidang ini harus taat pada kode etik
hukum. Untuk melaksanakan kebenaran jurnalistik, maka para anggota profesi wartawan
harus memperhatikan kode etik profesinya.
Pada hakikatnya tindakan yang benar hanya satu, tetapi yang tidak benar banyak tidak
terhingga. Oleh karena itu, tindakan profesional perlu dipandu oleh etika profesi. Melalui
pemahaman, penghayatan dan pengamalan etika profesi, diharapkan semua anggota
perkantoran memiliki kualifikasi etis yang meliputi:
1.
Memiliki pengetahuan, wawasan dan cara berpikir yang sesuai dengan norma etika yang
berlaku bagi prefesinya. Ia perlu memahami dan mengetahui ketentuan-ketentuan etis yang
menyangkut tindakan profesi. Pengetahuan ini menjadi beka; penting untuk kualifikasi
selanjutnya yang dituntut, ialah kesadaran etis. Apabila orang mengetahui norma etika,
diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi untuk mematuhinya.
2.
Memiliki sikap sadar dan taat terhadap norma etika. Kesadaran etis ini menjadi landasan
utama bagi seorang profesional untuk lebih sensitif dalam memperhatikan kepentingan
profesi untuk kepentingan obyektif profesi, dan bukan kepentingan subyektif individu. Yang
bersangkutan dengan senang hati menempatkan etis profesi sebagai acuan dalam bersikap.
3.
Memiliki perilaku yang sesuai dengan tuntutan etika profesi. Dalam setiap tindakannya,
senantiasa mempertimbangkan norma etika, moral dan tata krama profesi. Dia dengan cermat
dapat memperhatikan hak-hak orang lain, sesuai dengan hak dan kewajiban anggota.
a.
Tanggung jawab
Setiap orang yang menyandang profesi tertentu harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap
profesinya. Dalam hal ini tanggung jawab yang dimaksud mengandung dua arti, antara lain:
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by function), artinya
keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan tersebut harus baik serta dapat
dipertanggungjawabkan, sesuai dengan standar profesi, efisien dan efektif.
Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan profesi (by
profession) terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, perkantoran atau perusahaan dan
masyarakat umum, serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat memberikan manfaat
dan berguna baik bagi dirinya maupun bagi perkantoran dan orang lain.
b.
Kebebasan
Para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa merasa takut atau
ragu-ragu, tetapi tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan
main yang telah ditentukan oleh kode etik sebagau standar perilaku profesional.
c.
Kejujuran
Kejujuran merupakan prinsip profesional yang penting. Ditunjukkan oleh sifat jujur dan setia
serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, tidak menyombongkan diri serta
berusaha terus untuk mengembangkan diri dalam peningkatan keahlian dan keterampilan
profesional. Dengan demikian merupakan perbuatan tabu apabila seorang profesional secara
sengaja melancurkan profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan demi
keuntungan materiil atau kepentingan pribadi.
d.
Keadilan
Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara otonom dalam
menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan dan kemampuannya.
Kebebasan otonom merupakan peluang bagi profesional untuk meningkatkan kinerja dan
kreativitasnya. Akan tetapi dia harus bertanggung jawab tidak menyalahgunakan otonomi
kreatif ini untuk kepentingan pribadi yang tidak sejalan dengan kaidah kode etik profesi.
Demikianlah etika profesi merupakan pemandu agar para anggota mengetahui dan memiliki
pegangan yang kokoh untuk menilai pekerjaan atau tindakannya. Apabila seseorang
melanggar kode etik profesi, sedah barang tentu akan ada sanksi yang diterimanya. Jenis
sanksi itu sesuai dengan kelaziman dan ketentuan yang telah disepakati oleh para profesional
itu sendiri. Jadi kode etik dibuat dan disusun oleh para anggota profesi itu sendiri, dan
ditujukan untuk mengatur tindakan seluruh anggota.
E.
Etika Komunikasi
2.
3.
Apabila etika dan tata krama berlaku di mana saja dan kapan saja, maka dalam ruang lingkup
ini komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan masyarakat maupun dalam kehidupan
perkantoran merupakan arena yang benar-benar menuntut jatah diterapkannya etika. Karena
itu ada orang yang mengatakan bahwa antara etika dan komunikasi dalam pergaulan
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi, selalu
memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik.
Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi jika kita tidak mengetahui jati diri mereka
yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dan merancang persiapan komunikasi yang
sesui dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika kita paham tentang karakter orang yang
kita hadapi kita akan lebih mudah berusaha menamppilkan diri sebaik-baiknya dalam
berkomunikasi.
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling mendasar. Jika hak itu
tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir sehingga tidak mungkin bisa ada otonomi
manusia. Hak untuk berkomunikasi di ruang publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi
demokrasi yang didasarkan pada kebebasan untuk berekspresi (B. Libois, 2002:19). Jadi,
untuk menjamin otonomi demokrasi ini hanya merupakan bagian dari upaya untuk menjamin
otonomi demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu antara kebebasan
berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik. Etika komunikasi memiliki tiga
dimensi yang terikat satu dengan yang lain, yaitu:
1.
Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan perilaku aktor komunikasi
(wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi). Perilaku aktor komunikasi
hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek
etisnya ditunjukkan pada kehendak baik ini diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud
agar ada norma intern yang mengatur profesi.
2.
Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh hubungan kekuasaan.
Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada penerapan fasilitas baik ekonomi,
budaya, politik, atau teknologi (bdk. A. Giddens, 1993:129). Semakin banyak fasilitas yang
dimilki semakin besar akses informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi
perilaku pihak lain atau publik.
3.
Tujuan
Komunikasi merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam kegiatan kantor melihat
hakikat kantor sebagai kumpulan orang yang bersama-sama menyelenggarakan kegiatan
kantor atau kegiatan ketatusahaan. Seorang manajer harus dapat berkomunikasi secara efektif
dengan semua pegawai kantor baik sacara horizontal maupun vertikal atau secara diagonal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti
dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Komunikasi
mempunyai komponen-komponen agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gangguan
Etika menurut para ahli adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Pengertian lain tentang
etika ialah sebagai studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika dalam perkembangannya
sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
kita.
Aliran etika menurut John C. Merill (1975: 79-88) antara laindeontologis, teleologis,
egoisme, dan utilitarisme. Deontologis artinya suatu tindakan secara hakiki mengandung nilai
sendiri apakah baik atau buruk. Aliran teleologis melihat nilai etis bukan pada tindakan itu
sendiri, tetapi dilihat atas tindakan itu. Aliran egoisme artinya tindakan dikategorikan etis dan
baik, apabila menghasilkan terbaik bagi diri sendiri. Aliran utilitarisme yaitu yang
memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak.
Profesi menurut De George adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Kode etik merupakan
standar moral bagi setiap anggota profesi yang dituangkan secara formal, tertulis dan
normatif dalam suatu bentuk aturan main. Disusunnya kode etik profesi ialah merupakan
komitmen terhadap tanggung jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban. Fungsi kode etik
profesi ialah memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota profesi agar tidak
keluar dari etika yang menjadi panutan.
Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai
pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik dalam kegiatan
komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu perkantoran. Untuk menjaga agar proses
komunikasi tersebut berjalan baik, agar tidak menimbulkan dampak negatif, maka diperlukan
etika berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan etika komunikasi perkantoran ialah,
semua anggota dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
4.
5.
6.