Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Congestive Hearth Failure (CHF) atau lebih sering dikenal dengan gagal

jantung mempunyai beberapa pengertian yaitu sebagai kondisi dimana jantung

tidak lagi dapat memompakan cukup darah kejaringan tubuh, keadaan ini dapat

timbul dengan atau tanpa penyakit jantung. Congestive Hearth Failure (CHF)

juga dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung mengalami kegagalan

dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel- sel tubuh akan nutrien

dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2013).


Prevelensi heart failure dari data yang diperoleh dari World Heart

Organization (WHO) tahun 2012 menunjukan bahwa pada tahun 2008 terdapat

57 juta kematian oleh semua jenis penyakit dan 17 juta atau sekitar 48 % dari

total kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan data

American Heart Assosiation (AHA) tahun 2012, pasien yang mengalami

hospitalisasi akibat CHF diseluruh dunia sebanyak 1. 094.000 pasien. Penyakit

jantung sekarang menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia,

sekitar 25% dari seluruh kematian hampir disebabkan oleh kelainan jantung.

Jumlah pasien CHF pada tahun 2013 menempati urutan pertama pada kasus

adanya penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologi (Ihsan, 2012).

1
2

Prevalensi Heart Failure berdasarkan hasil Riset Keperawatan Dasar

(Riskesdas, 2013) pernah di diagnosis dokter di Indonesia tahun 2013 sebesar

0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis

dokter/ gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. sedangkan

di Jawa Jengah heart failure sebanyak 43.361 orang (0.18%). Berdasarkan

diagnosis atau gejala, estimasi jumlah penyakit heart failure di Jawa Tengah

sebanyak 72.268 orang (0.3%). Sedangkan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

penderita dengan diagnosa medis CHF pada tahun 2016 sampai pertengahan

bulan november 1027 orang dan pada bulan Oktober 108 pasien.
Congestive heart failure disebabkan oleh beberapa faktor, sebuah hasil

penelitian di indonesia menunjukan gambaran dari faktor resiko CHF, yaitu

faktor keturunan terdapat 15 orang (15%), pasien dengan berjenis kelamin

perempuan yaitu 16 orang (53,3%), pasien yang berusia 40-49 tahun 15 orang

(50%), yang memiliki pola makan yang yang tidak baik 29 orang (96,67%), yang

memiliki kebiasaan merokok 16 orang (53,3%), yang memiliki riwayat obesiatas

13 orang yang memiliki riwayat DM 15 orang (50%), pasien yang kurang

melakukan aktivitas fisik 27 orang (90%) yang memiliki riwayat hipertensi 20

orang (66,7%) (Nurhayati, 2009).


Penatalaksanaan farmakologi dengan penggunaan obat-obatan antihipertensi

seperti diuretic, angiotensin-convereting enzyme inhibitor (ACE-Inhibitor), dan

sebagainya (Kasron, 2012). Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah pemberian

posisi pada klien dengan gagal jantung dimaksudkan untuk mengurangi rasa
3

sesak yang menyerang serta meningkatkan rasa kenyamanan bagi klien (Supadi,

2008).
Posisi tidur lateral adalah adalah posisi istirahat pasien berbaring pada salah

satu bagian tubuh dengan dengan kepela menoleh kesamping. Pada posisi lateral

biasanya tempat yang dikaji adalah pada pemeriksaan jantung. Pada posisi lateral

terbatasnya pergerkan dinding dada dan gangguan hemidiafragma ipsilateral

dapat mempengaruhi perubahan nilai vial sign (Potter, 2007).


Posisi tidur lateral posisi istirahat lateral memiliki efek yang positif terhadap

stabilitas dan hemodinamik (tekanan darah, mean arterial pressure (MAP),

denyut jantung, frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen) serta meningkatkan

kenyamanan pada pasien gagal jantung. Untuk mencegah terjadinya penyakit

jantung, salah satunya adalah dengan tidur miring ke kanan agar tidak

memberatkan kerja jantung dan untuk membantu renovasi fungsi jantung (Potter

& Percy, 2006).


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahvar (2012), bahwa posisi tidur

miring kanan sangat signifikan berpengaruh terhadap SaO2 (saturasi oksigen) dan

respirasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gordon, et.al (2009), didapatkan

hasil bahwa right lateral position dapat menurunkan tekanan SaO2 (saturasi

oksigen) dengan hasil (p<001) dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

pemberian posisi tidur miring kanan berpengaruh pada status pernafasan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan George (2002) tidak ada berbeda secara

signifikan antara posisi terlentang dan lateral dalam pengukuran oksigenasi pada

periode pasca operasi segera pada penerima transplantasi single-paru.


4

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2016 di

ruang Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terhadap 10 pasien

semuanya mengalami keluhan sesak nafas, posisi lateral kanan 3 pasien dengan

nilai rata-rata Respiratory Rate 32,67 kali/menit, posisi lateral kiri 2 pasien

dengan nilai rata-rata 36,5 kali/menit dan posisi supinasi 5 pasien dengan nilai

rata-rata 34,2 kali/menit. Hasil survey pendahuluan tersebut menunjukan ada

kecenderungan nilai RR yang berbeda beda pada tiap posisi, sebagaimana

disampaikan sebelumnya bahwa posisi istirahat mempengaruhi status pernafasan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh posisi tidur lateral

terhadap status respirasi pada pasien congestive heart failure.

B. RUMUSAN MASALAH
Posisi tidur lateral adalah posisi istirahat lateral memiliki efek yang positif

terhadap stabilitas dan hemodinamik (tekanan darah, MAP, denyut jantung,

frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen) serta meningkatkan kenyamanan pada

pasien gagal jantung. Untuk mencegah terjadinya penyakit jantung, salah satunya

adalah dengan tidur miring ke kanan agar tidak memberatkan kerja jantung dan

untuk membantu renovasi fungsi jantung (Potter & Percy, 2006). Tindakan

memberikan posisi tidur adalah untuk menurunkan konsumsi oksigen dan

meningkatkan ekspansi paru yang maksimal, serta untuk mengatasi kerusakan

pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membran kapiler

alveolus (Doenges, 2000). Dengan demikian rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut : “Adakah Pengaruh Posisi Tidur Lateral Terhadap Status
5

Respirasi Pada Pasien Congestive Heart Failure Di RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto?”.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh posisi tidur lateral dan supinasi terhadap status

pernafasan (respiratory rate dan saturasi oksigen) pada pasien Congestive

Heart Failure Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.


2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis karakteristik status pernafasan (respiratory rate dan

saturasi oksigen) pada posisi lateral dan supinasi di RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.


b. Mengidentifikasi posisi lateral dan supinasi terhadap status pernafasan

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.


c. Mengidentifikasi status pernafasan pada posisi lateral dan supinasi di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.


d. Menganalisis hubungan status pernafasan pada posisi left lateral, right

lateral dan supinasi pada responden dengan Congestive Heart Failure di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.


e. Menganalisis pengaruh status pernafasan pada posisi left lateral, right

lateral dan supinasi pada responden dengan Congestive Heart Failure di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

D. MANFAAT
1. Teoritis
a. Perkembangan Ilmu
Meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang lateral dan supinasi

position terhadap status pernafasan .


b. Penelitian Selanjutnya
6

Sebagai bahan dasar penelitian ilmiah bagi penelitian selanjutnya

khususnya dalam bidang keperawatan terutama dalam kajian

pengembangan dibidang keperawatan medical bedah tentang pengaruh

posisi tidur terhadap status pernafasan pada pasien CHF.


2. Praktis
a. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh posisi lateral

terhadap status respirasi pada penderita CHF, serta menambahkan

wawasan tentang tindakan mandiri keperawatan dengan menggunakan

posisi lateral, dan sebagai pengalaman pertama penulis dalam penelitian.


b. Responden
Mendapat gambaran status pernafasan pada posisi lateral dan supinasi

pada pasien dengan congestife heart failure.


c. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan posisi tidur

lateral dapat menurunkan status pernafasan menjadi normal pada pasien

dengan CHF.
d. Profesi Keperawatan
Memberikan gambaran pengaruh posisi lateral dan supinasi terhadap

status pernafasan pada pasien dengan CHF.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Judul Metode & Hasil Persamaan &


No Nama Tahun
Penelitian Penelitian Perbedaan
7

1 Susan Body position 2009 Metode : Persamaan:


Gordon and cardio-
et.al respiratory Sebuah studi laboratorium Sama-sama melakukan
variables in eksperimental dilakukan pengukuran status
older people pengukuran denyut jantung, respirasi pada posisi
tekanan darah sistolik dan tidur miring kana n
diastolik dan saturasi oksigen tetapi kurang spesifik
ketika 26 orang yang aktif masih ada posisi lain
berusia 60 tahun dan lebih yang digunakan.
dari lima posisi tubuh standar
diadopsi. Pengukuran
dilakukan setiap 2 menit Perbedaan:
selama periode 10-menit di
duduk, sisi berbohong kanan, Desain penelitian yang
kiri berbaring, terlentang dan digunakan adalah
terlentang dengan kepala 200 sebuah study
di bawah tingkat tubuh labolatorium dan
terdapat berbagai
Hasil : macam bentuk posisi
Terdapat perbedaan posisi yang diamati oleh
tidur berbaring kiri dan peneliti yang
kanan, tekanan diastolik berpengaruh pada vital
secara signifikan lebih rendah sign.
dan tekanan darah sistolik,
produk tekanan tingkat dan
berarti tekanan arteri daripada
terlentang dengan kepala di
bawah. Tidak termasuk
saturasi oksigen berarti nilai
untuk semua variabel tetap
dalam batas normal
direkomendasikan di semua
posisi. perbedaan yang
signifikan dalam variabel
kardiorespirasi terjadi ketika
orang tua aktif mengubah
posisi tubuh.
2 Ritha Analisis 2015 Metode : Persamaan:
Melanie Pengaruh
Sudut Posisi Penelitian ini menggunakan Sama-sama meneliti
Tidur desain quasy experiment pengaruh posis tidur
terhadap dengan sampel 30 responden, terhadap kuliats
Kualitas Tidur 15 responden mendapatkan respirasi pada pasien
dan Tanda perlakuan posisi tidur dengan dengan gagal jantung.
Vital sudut 30˚ sedangkan 15
responden mendapatkan Perbedaan:
Pada Pasien
8

Gagal perlakuan posisi tidur dengan Penelitian yang di


Jantung Di sudut 45˚. lakukan menganalisis
Ruang Rawat Hasil : posisi tidur 300 dan 450
Intensif RSUP Terdapat adanya pengaruh terhadap vital sign
Dr. Hasan antara sudut posisi tidur sedangkan pengaruh
Sadikin terhadap kualitas tidur pasien posisi tidur miring
Bandung gagal jantung (p: 0,034), kanan terhadap status
respirasi (p: 0,919). pernafasan.
3 Tayyebe The Effect Of 2012 Metode : Persamaan:
Mahvar, Positioning Penelitian uji klinis, Sama sama meneliti
et.al On persetujuan etis untuk studi tenang posisi hanya
Oxygenation ini diperoleh dari Komite pada pasien gagal
After Etik dari Ahvaz Jundishapur jantung
Coronary of Medical Sciences
Perbedaan :
Artery Bypass Informed consent Setelah, 60
Graft in koroner bypass arteri pasien Variabel yang
Ahwaz Iran cangkok terdaftar dalam digunakan juga
penelitian ini berbeda, posisi lateral
Hasil : meningkatkan
oksigenasi arteri pada
Hasil penelitian oleh dua
pasien bypass arteri
posisi tidak ditemukan
koroner sedangkan
perbedaan yang signifikan
penelitian yang kami
Tapi antara posisi lain
pada pasien dengan
perbedaan yang signifikan
CHF.
dalam saturasi hemoglobin
(O2Sat) (p = 0.00). Juga
dibandingkan dua oleh dua
posisi di PaO2 tidak
ditemukan perbedaan yang
signifikan untuk pengaturan
terlentang dan semi (p = 0,7)
dan terlentang dan kanan
lateral (p = 0,057). Tapi
antara posisi lain perbedaan
yang signifikan dalam PaO2
(p <0,05).
4 s. tangyoo The effect of 2006 Motode : Studi prospektif Persamaan:
MD et.al lateral observasional, Pada variabel bebas
position on membandingkan oksigenasi memiliki kesamaan
oxygenation pada pasien ARDS antara yaitu posisi lateral.
in ARDS terlentang, kanan dan kiri Perbedaan:
patients:A posisi lateral (> 60 derajat) Perbedaan pada jurnal
pilot study Hasil: Sembilan pasien yang dengen penelitian
menanggapi posisi lateral adalah variable terikat
kanan memiliki signifikan dan metode
9

lebih tinggi berarti PaO2 penelitiannya


selama posisi lateral kanan
dari dalam posisi telentang
(107,8 + 29,0 vs 85,6 + 21,8,
p <0,0001).
5 Putu Et Al Pengaruh 2016 Penelitian ini menggunakan Persamaan:
Posisi Tidur Quasy Experimental dengan Persamaan pada
Miring Kanan desain penelitian kohort, penelitian ini adalah
Terhadap penelitian menggunakan sama-sama mengukur
Kualitas Tidur desain penelitian Study pengaruh posisi tidur
Dan Resiko Observasi dengan pendekatan pada pasien dengan
Kekambuhan Cross Sectional. Hasil gagal jantung
penelitian menunjukan bahwa
Penyakit Perbedaan:
ada pengaruh yang signifikan
Jantung Pada Perbedaan dalam
antara posisi tidur miring
Pasien kanan terhadap kualitas tidur penelitian ini dengan
Dengan pasien dengan gangguan penelitian yang
Gangguan kardiuvaskular, namun tidak dilakukan oleh putu
Kardiovaskula ditemukan perbedaan yang yaitu pada variabel
r signifikan antara posisi tidur dependen dan pada
miring kanan terhadap resiko metode penelitian
kekambuhan pasien dengan metode penelitian pada
gangguan kardiovaskular. jurnal yaitu quasi
exsperimen dan
metode penelitian ini
yaitu dengan metode
cross sectional dengan
pendekatan korelasi.

Anda mungkin juga menyukai