Anda di halaman 1dari 9

Macam-macam Distorsi kognitif

Distorsi kognitif muncul saat pengolah informasi tidak akurat atau tidak efektif. Dalam karya
aslinya tentang depresi, Beck (1967) mengindentifikasi beberapa distorsi kognitif yang
signifikan yang dapat diindentifikasi dalam proses berfikir orang yang depresi.
Freeman (1987) dan DeRubeis, Tang dan Beck (2001) membahas berbagai distorsi kognitif
umum yang dapat ditemukan pada gangguan psikologis yang berbeda. Sembilan diantaranya
dijelaskan disini: all-or-nothing thinking , abstraksi selektif, membaca fikiran, prediksi
negatif, sebuah bencana, generalisasi yang berlebihan, pelabelan dan mislabeling,
pembesaran dan minimalisasi, dan personalisasi.
All-or-nothing thinking. Dengan berfikir bahwa sesuatu harus baik dan persis seperti apa
yang kita inginkan atau itu sebuah kegagalan. Kita terlibat all-or-nothing, atau berfikit
dikotomis. Seseorang mahasiswa yang mengatakan kecuali saya yang mendapatkan nilai A
pada ujian, saya telah gagal ini adalah terlibat dalam all-or-nothing thinking. Nilai A- (A
minus) dab B dipandang sebagai suatu kegagalan.
Selektif Abstraksi(Selective abstraction). Kadang-kadang manusai memilih ide atau fakta dari
suatu peristiwa untuk mendukung pemikiran mereka menjadi depresi atau negatif. Sebagai
contoh, seorang pemain bisbol yang telah memiliki beberapa hits dan bermain tangkas sukses
dan fokus pada kesalahan yang telah dibuatnya dan berada disitu saja. Dengan demikian,
pemain bisbol telah selektif menyarikan suatu cara dari serangkaian acara untuk menarik
kesimpulan negatik dan merasa depresi.
Membaca Pikiran(Mind reading). Hal ini mengacu pada gagasan bahwa kita tahu apa yang
orang lain pikirkan tentang kita. Misalnya, seorang pria dapat menyimpulkan bahwa
temannya tidak lagi suka pada dirinya karena dia tidak akan pergi berbelanja dengan dia.
Bahkan, temannya mungkin memiliki banyak alasan, seperti komitmen lain, bukan untuk
berbelanja.
Prediksi Negatif(Negative prediction). Ketika seorang individu percaya bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi, dan tidak ada bukti yang mendukung hal ini, ini merupakan presiksi
negatif. Seseorang bisa memprediksi bahwa ia mungkin gagal ujian, meskipun ia telah
melakukan hal yang baik pada sebelum ujian untuk persiapan ujian mendatang. Dalam hal
ini, kesimpulan tentang pikiran negatif tidak didukung oleh fakta.
Sebagai bencana(Catastrophizing). Dalam distorsi kognitif, individu membayangkan suatu
aktifitas mereka menjadi suat kekhawatirang dan menjadikan mereka takut. Jadi saya tahu
ketika saya bertemu dengan manager regional, saya akan mengatakan suatu hal yang bodoh

yang akan membahayakan perkerjaan saya. Saya tahu saya akan mengatakan sesuatu yang
membuat ia tidak akan mempertimbangkan tentang kemajuan saya. Ternyata suatu
pertemuan penting dapat menjadi suatu bencana.
Generalisasi yang berlebihan(Overgeneralization). Membuat aturan berdasarkan beberapa
kejadian negatif, individu mendistorsi pemikiran mereka melalui generalisasi yang
berlebihan. Misalnya, seorang mahasiswa sekolah tinggi dapat menyimpulkan bahwa
karena saya melakukan hal yang buruk pada matematika, maka saya bukan murid yang
baik. Dengan demikian pengalaman negatif dengan beberapa peristiwa dapat
digeneralisasikan ke dalam sebuah aturan yang dapat mempengaruhi perilaku dimasa depan.
Pelabelan dan mislabeling (Labeling and mislabeling). Sebuah pandangan negatif tentang diri
sendiri yang diciptakan oleh diri sendiri berdasarkan ksalahan dan kecerobohan. Seseorang
yang telah memiliki beberapa insiden canggung dengan kenalan mungkin menyimpulkan
saya merasa tidak populer. Saya seorang pecundang dari pada saya merasa canggung
apabila berbicara dengan Harriet. dalam pelabelan dan mislabeling dnegan cara ini.
Individu fapat menciptakan rasa yang tidak akurat dalam diri atau identitasnya. Pada
dasarnya pelabelan dan mislabeling adalah contoh dari genenralisasi pandangan seseorang
sedemikian rupa bahwa pandangan seseorang tentang dirinya sendiri dipengaruhi.
Pembesaran atau minimalisasi(Magnification or minimization). Distorsi kognitif dapat terjadi
ketika individu memperbesar ketidaksempurnaan dan meminimalisasikan poin yang baik.
Mereka yang menyebabkan kesimpulan dan mendukung kepercayaan yang rendah diri dan
perasaan depresi. Contoh dari pembesaran adalah atlet yang menderita tegang otot
memikirkan aku tidak dapat bermain hari ini. Karir atletik saya mungkin lebih baik.
Sebaliknya contoh minimalisasi meskipun aku mengalami hari baik dalam permainan ini.
Ini tidak cukup memenuhi standart saya. Dalam kesalahan pembesaran dan minimalisasi,
atlet cenderung merasa tertekan.
Personalisasi(Personalization). Mengambil suatu peristiwa yang tidak berhubungan dengan
individu yang membuatnya bermakna menghasilkan distorsi kognitif personalisasi.
Contohnya selalu hujan ketika saya mempunyai rencana untuk piknik dan setiap kali
saya kepusat perbelanjaan, selalu ada kemacetan yang luar biasa manusia tidak
menyebabkan hujan dan lalu lintas, hal ini diluar kendali manusia.
Jika seseorang sering mengalami distorsi kognitif maka dapat menyebabkan tekanan
psikologis atau gangguan. Membuat kesimpulan dan menarik suatu perilaku adalah bagian
yang penting dari fungsi manusia. Individu harus memantau apa yang mereka lakukan
kemudian menilai kemungkinan hasil untuk membuat rencana tentang kehidupan sosial,
kehidupan romantis, dan karir. Ketika distorsi kognitif sering terjadi, individu tidak dapat lagi
melakukan hal ini , dan bisa mengalami depresi atau kecemasan atau gangguan lainnya.

Terapis kognitif membantu pasien dalam memahami kesalahan mereka dan membuat
perubahan dalam pemikiran mereka.

Pengertian Terapi Kognitif


Defenisi Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek yang teratur, yang memberikan dasar
berpikir pada klien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya,
serta mampu mengatasi perasaan negatifnya dan mampu memecahkan masalah tersebut.[4]
Untuk menciptakan rasa positif dalam hidup anda dan untuk mengatasi rasa murung
memerlukan tehnik-tehnik baru. Tehnik-tehnik baru tersebut didasarkan pada suatu bentuk
penanganan baru yang dikenal sebagai terapi kognitif, suatu tindak pendekatan yang cepat
dalam menangani kekecewaan emosional seperti depresi dan kecemasan. Penanganan baru
ini di sebut terapi kognitif yang melatih untuk mengubah cara anda menafsirkan dan
memandang segala sesuatu pada saat anda mengalami kekecewaan sedemikian rupa hingga
anda merasa lebih baik dan bertindak produktif. Tehnik mengatasi rasa murung sebenarnya
sangatlah mudah dan efektif. Pada kenyataannya, terapi kognitif adalah bentuk pertama
psikoterapi dalam sejarah yang dalam study-study riset klinis telah terbukti lebih efektif
daripada terapi obat antidepresi terhadap depresi yang serius.[5]
Terapi baru ini menekankan pada campur tangan penanganan yang didasari pada akal sehat.
Proses kerjanya yang cepat telah menyebabkan keragu-raguan di antara banyak alhi terapi
analitis yang berorientasi tradisional.[6] Inti ajaran psikologi Kognitif adalah bahwa segala
informasi yang masuk diproses di dalam kognisi manusia sebelum akhirnya menjadi
keputusan, kesimpulan, pandangan, sikap atau prilaku.[7] Burns mengemukakan bahwa, Kata
Kognitif hanyalah sekedar mengacu pada bagaimana anda berpikir dan merasa tentang
sesuatu, pada saat tertentu.
Tesis Dr. Beck tentang hal ini adalah :

Bila anda sedang mengalami depresi atau kecemasan, maka anda berpikir secara
tidak logis dan negative, dan secara tidak sadar akan melakukan tindakan yang mengalahkan
diri sendiri.
Dengan sedikit usaha anda dapat melatih diri untuk meluruskan pola berpikir anda
yang terputar balik tersebut.
Dengan menghilangkan rasa sakit anda, anda akan bahagia dan produktif kembali,
serta mulai menghargai diri sendiri.

Sasaran-sasaran ini biasanya dapat di capai dalam waktu yang relative singkat,
degan mengunakan metode-metode yang lansung pada tujuan.

C.

Kognisi dan Struktur Manusia

Beberapa ahli memberikan penjelasan tentang kognisi, antara lain:


a.
Scheerer (1954) mengatakan, bahwa kognisi adalah proses sentral yang
menghubungkan peristiwa-peristiwa di luar (eksternal) dan di dalam (internal) diri sendiri.
b.
Festinger (1957) mengatakan, bahwa kognisi adalah elemen-elemen kognitif, yaitu halhal yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya, dan
tentang daerah sekitarnya sendiri.
c.
Neisser (1967) mengatakan bahwa, kognisi adalah proses yang mengubah, mereduksi,
memperinci, menyimpan dan mengungkapkan, dan memaki setiap masukan (input) yang
datang dari alat indra.[8]
d.
Piaget (1959) menjelaskan perkembangan kognisi sebagai inti dari kepribadian
manusia. Menurutnya, bagaimana seseorang berprilaku terhadap orang lain, tergantung pada
sikapnya tentang orang itu dan konsep itu sendiri tergantung pada perkembangan kognisinya.

Dalam hal ini ada beberapa tahapan perkembangan kognisi menurut Piaget, yaitu: Usia
4-5 tahun, tahap pra operasional : Pada tahap ini konsep anak tentang orang lain masih sangat
terpaku dengan hal-hal yang konkrit pada orang lain tersebut. Karena itu, konsep anak
tentang orang lainpun dapat berubah-ubah setiap saat. Usia 7-10 tahun, tahap operasional
konkrit: Anak dalam tahap ini sudah mengerti adanya perbedaan antara dirinya sendiri
dengan orang lain dan berinteraksi secara tertutup terhadap perbedaan itu (suka atau tidak
suka, menerima atau tidak menerima). Usia 12-15 tahuntahap operasional formal: Anak
sudah dapat berpikir abstrak sehingga dapat menilai orang lain dengan cara membandingkan
sifat-sifat orang lain tersebut dalam dua dimensi (dari sangat dipercaya, sampai sangat tidak
dipercaya, atau sangat pandai, sampai sangat bodoh).[9]
Defenisi dari Struktur Kognisf dikemukakan oleh beberapa tokoh antara lain:
a.

Zajonc (1960)

Struktur kognitif adalah serangkaian sifat (attributes) yang terorganisir dan digunakan oleh
individu untuk mengidentifikasi dan mendeskriminasi suatu objek atau peristiwa tertentu.
b.

Scoot (1963)

Struktur kognitif adalah struktur yang terdiri dari elemen-elemen berupa ide-ide yang secara
sadar dipertahankan oleh seseorang atau satu set ide yang dipertahankan orang yang
bersangkutan dan setiap waktu tersedia bagi kesadaran.[10]

D. Prinsip Terapi Kognitif


Terapi kognitif adalah terapi yang praktis dan berdasarkan akal sehat, dan dapat dipraktekkan
untuk diri sendiri. Ada beberap prinsip dalam terapi kognitif yaitu:[11]
Prinsip Pertama : Tarapi kognitif ialah bahwa semua rasa murung yang diciptakan
oleh kesadaran atau pikiran. Kesadaran atau kognisi mengacu pada cara anda melihat
sesuatu, seperti: presepsi anda, sikap mental dan keyakinan anda. Termasuk cara anda
menafsirkan sesuatu, misalnya: apa yang diam-diam anda pikirkan tentang sesuatu atau
seseorang. Anda merasa seperti yang anda rasakan saat ini karena pemikiran yang anda
pikirkan pada saat itu.(berdialog dengan diri sendiri). Reaksi emosional
anda bukandiakibatkan oleh apa yang dilihat melainkan karena cara berpikir anda. Pada saat
anda mempunyai pikiran tertentu dan meyakininya, maka anda akan mengalami suatu respon
emosional seketika. Pemikiran anda sesungguhnya menciptakan emosi tersebut.
Prinsip Kedua: Jika sedang depresi, pemikiran dikuasi oleh suatu kenegatifan yang
dalam. Presepsi yang terjadi bukan hanya dalam diri sendiri tetapi juga seluruh dunia, dalam
suasana gelap dan suram. Dan yang lebih buruk lagi akan mempercayai segala sesuatu buruk
adanya, bila meninjau ke masa lalu maka yang muncul hanya segala sesuatu yang buruk yang
terjadi, sedangkan tentang masa depan hanya sebagai kekosongan. Padangan ini
menciptakan perasaan tanpa harapan. Perasaan ini memang tidak logis sama sekali, naun
agaknya sedemikian nyata sehingga muncul keyakinan bahwa dalam diri sendiri ada
ketidaksempurnaan dan ketidak berdayaan dan hal ini akan terus berlanjut.
Prinsip Ketiga: Prinsip ini memiliki makna terapeutik dan falsafah yang penting,
bahwa pemikiran negative yang menyebabkan kekacauan emosional, hampir selalu berisi
penyimpangan dan keterputabalikan yang besar. Walaupun pemikiran ini sahid (valid) maka
akan diketahui bahwa semia itu tidak rasional dan salah, dan bahwa pemikiran terputarbalik
merupakan satu-satunya penyebabdari semua penderitaan anda.

E. Defenisi Distorsi Kognitif

1.

Pemikiran segalanya atau tidak sama sekali.

Hal ini menunjuk kepada kecenderungan anda mengevaluasi kualitas-kualitas pribadi anda
dalam kategori hitam atau putih secara ekstrim. Jika prestasi anda kurang sempurna, maka
anda memandang diri anda sendiri sebagai seorang yang gagal total dan tidak berharga.
2.

Terlalu menggeneralisasikan (over-generalisasi)

Anda memandang suatu peristiwa yang negative sebagai sebuah pola dan kekalahan tanpa
akhir. Rasa sakit dikarenakan suatu penolakan hampir selalu disebabkan oleh cara berpikir
yang over generalisasi. Bila cara berpikir seperti ini tidak ada, maka suatu penghinaan
terhadap diri kita memang terkadang terasa mengecewakan tetapi tidak akan
dapatmengganggu secara serius.
3.

Filter Mental

Anda mengambil suatu hal kecil yang negative dalam situasi tertentu, terus memikirkannya,
dan dengan demikian lalu mempresepsikan seluruh situasi sebagai negative pula. Jika Anda
mengalami depresi, maka anda seolah mengenakan kaca mata berlensa khusus yang dapat
menyaring segala sesuatu yang positif. Satu-satunya hak yang anda biarkan memasuki
kesadaran anda adalah yang bersifat negative. Karena anda tidak menyadari proses
penyaringan ini, maka anda menyimpulkan bahwa segala-galanya selalu negative. Istilah
teknis untuk proses ini ialah abstraksi selektif. Ini merupakan suatu kebiasaan buruk yang
dapat menyebabkan anda mengalami berbagai penderitaan yang tidak perlu.

4.

Mendiskualifikasikan yang positif

Suatu ilusi mental yang bahkan lebih spektakuler lagi adalah suatu kecenderungan yang
menetap pada diri orang-orang yang depresi, untuk mengubah pengalaman-pengalaman yang
netral atau bahkan yang positif sekalipun menjadi negative. Bukan hanya mengabaikan
pengalaman-pengalaman yang positif malah mengubahnya menjadi kebalikannya. Tindakan
mendiskualifikasi hal-hal yang positif merupakan salah satu dari bentuk distorsi kognitif yang
paling merusak.
5.

Loncatan ke Kesimpulan

Membuat suatu penafsiran negative walaupun tidak ada fakta yang jelas mendukung
kesimpulan. Dua contoh dari jenis distorsi ini adalah :
a.
Membaca pikiran: anda berasumsi bahwa orang lain sedang memandang rendah anda
dank arena keyakinan tidak ada usaha untuk mengeceknya. Pola perilaku yang mengalahkan
diri sendiri ini dapat jadi suatu self-fulfilling prophecy (menciptakan sesuatu dengan
ramalan sendiri) dan akhirnya membuat suatu interaksi yangnegatif dengan orang lain.
b.
Kesalahan Peramal: Mengharapkan segala sesuatu akan berubah menjadi sangat buruk,
dan merasa yakin bahwa ramalan tersebut merupakan suatu fakta yang pasti.

6.

Pembesaran (Pembencanaan) atau Pengecilan:

Melebih-lebihkan pentingnya sesuatu hal (misalnya kesalahan anda dan kesuksesan orang
lain). Atau dengan tidak tepat mengerutkan segala sesuatu sehingga menjadi sangat kecil
(misalnya: Sifat anda yang baik dan cacat orang lain) ini disebut permainan teropong.
7.

Penalaran emosional:

Menganggap bahwa emosi-emosi yang negative mencerminkan bagaimana sebenarnya


realita: saya merasa begitu, maka pasti begitu.
8.
Pernyataan HARUS: mencoba mengerakkan diri sendiri dengan harus serta
seharusnya tidak seolah-olah anda dicambuk dan dihukum sebelum dapat diharapkan
melalukan apapun. Perkataan mestinya juga menyerang diri anda. Konsekwensinya
emosionalnya adalah rasa bersalah. Bila diarahkan pernyataan harus tersebut terhadap
orang lain, maka anda akan merasakan amarah, frustasi, dan kejengkelan.
9.
Memberi Cap dan salah memberi Cap: suatu bentuk ekstrim dari over-generalisasi.
Bukan menguraikan kesalahan malah member cap negative terhadap diri sendiri. saya
memang seorang yang sial. Jika prilaku orang lain menyinggung perasaan anda, maka anda
menempelkan cap negative kepadanya ia memang seorang yang bodoh . salah member cap
berarti menggambarkan suatu peristiwa dengan bahasa yang sangat dipenuhi emosi.
10. Personalisasi: memandang diri sebagai penyebab dari suatu peristiwa eksternal yang
negative, yang dalam kenyataan sebenarnya bukanlah anda yang pertama-tama bertanggung
jawab akan hal tersebut.[12]

F. Penerapan Terapi Kognitif


Terapi Kognitif dapat digunakan dalam rangka membantu menangani berbagai masalah yang
dihadapi individu: seperti : depresi, kecemasan dan gangguan panik, atau dalam menghadapi
peristiwa hidup lainnya, seperti: kematian, perceraian, kecacatan, pengangguran, masalah
yang berhubungan dengan anak-anak dan stres.[13]
Terapi kognitif adalah suatu teknologi tindak cepat dari modifikasi mood atau rasa
murung, yang dapat di pelajari dan diterapkan untuk diri sendiri. Arti dari tindakan cepat
di sini adalah ketika seseorang mengalami depresi maka ia tidak akan sanggup menjalani
terapi yang lama, yang membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun,
sebelum berhasil. Sangat perlu mempelajari bagaimana cara melenyapkan gejala tersebut
secepat mungkin, agar dapat merasakan perkembangan pribadi yang sedemikian rupa
sehingga dapat memperkecil kekecewaan atau gangguan di masa datang serta terhindar dari
siksaan emosional karena depresi lagi.[14]
Dalam terapi kognitif terdapat teknik control mood yang sederhana yang memiliki tujuan,
sebagai berikut:

1.
Perbaikkan Simtomatik secara cepat: Terhentinya segala gejala depresi seiring
terjadinya dalam waktu sesingkat dua belas minggu.
2.
Memahami: Penerangan yang jelas mengapa anda murung dan apa yang dapat anda
lakukan untuk mengubahnya. Dan mengetahui penyebab cengraman kuat perasaan anda;
bagaimana memberdakan emosi yang normal dan yang abnormal serta bagaimana
mendiagnosa dan menaksir tingkat keakutan perasaan sedih anda.
3.
Kenali diri: Penerapan strategi pertolongan diri yang efektif dan aman, sehingga dapat
kembali merasa baik, kapan saj mengalami kekecewaan.
4.
Pencegahan dan pertumbuhan pribadi: Prophylaxis atau pencegahan, yang sejati dan
bertahan lama terhadap gelombang rasa murung di masa depan dapat bersandar pada
penilaian kembali beberapa nilai dan sikap dasar yang melatarbelakangi kecendrungan
mengalami depresi.[15]
Terapi kognitif memusatkan pada pikiran dan perasaan seorang, di sini dan pada saat
sekarang. Terapi tersebut tidak mencoba melacak asal problema pasien ke dalam masa
lampaunya. Pendekatan kognitif menganggap, bahwa reaksi, motif dan tindakan emosional
seorang dibimbing oleh pola berpikir yang merupakan kebiasaannya. Sering kita tak sadar
akan pikiran tersebut dan control tingkat tinggi yang mereka usahakan lewat kehidupan dari
dalam.[16] Berikut ini adalah teknik terapi kognitif dari Aaron Beck:
1. Mengisi kekosongan: Prosedur dasar untuk membantu pasien mengidentifikasikan
pikiran otomatisnya, ia melatihnya mengobservasi urutan peristiwa ekstrem dan reaksinya
terhadap peristiwa tersebut. Pasien dapat melaporkan sejumlah lingkungan di mana ia
merasakan kegelisahan. Biasanya ada gap (jarak) antara situmul (rangsangan) dengan respon
(tanggapan) emosional. Kegelisahan emosional menjadi dapat dipahami, jika ia
mengumpulkan kembali pikirannya yang timbul selama gap tersebut.
2.
Distancing dan Decentering: Proses yang mengarahkan pikiran secara obyektif disebut
distancing (menempatkan jarak). Seorang dapat memeriksa pikiran otomatisnya sebagai
fenomena psikologi ketimbang identik terhadap realita, berarti ia berkapasitas atas distancing.
Misalnya, saja seorang pasien karena tak ada alasan yang dapat dibenarkan, mempunyai
pikiran bahwa orang itu musuhku Jika ia secara otomatis menyamakan pikiran tersebut
dengan realita, distancignya jelek. Kalau ia bisa menganggap ide tersebut sebagai hipotesa
dari pada menerimanya sebagai fakta, maka distancingnya baik. Kemampuan membedakan
hal demikian sangat penting dalam sector tersebut dari reaksi pasien yang terkena distorsi.
Tekni membuka dengan paksa guna mengendurkan pola dari anggapan dirinya sebagai titik
vocal dari semua peristiwa, disebut decentering.
3.
Pembuktian kesimpulan: Setelah pasien mampu memperjelas pembedaan antara proses
mental intern dengan dunia luar yang merangsangnya, masih penting untuk mendidik
sehubungan dengan prosedur guna memperoleh pengatuhan yang akurat. Teknik yang dapat
dilakukan adalah dengan penjelajahan kesimpulan dan mengetes terhadap realita. Ahli terapi

bekerja dengan pasien guna menerapkan peraturan dari bukti terhadap kesimpulannya. Ini
terdiri dari pengecekan observasi, lalu rute menuju kepada kesimpulan.
4.
Perubahan peraturan: Kita tahu bahwa orang menerapkan peraturan (rumusan,
persamaan, dasar pikiran) dalam mengatur kehidupannya sendiri dan dalam mencoba
mengubah tingkah laku orang lain. Mereka menamakan, menafsirkan dan mengevaluasi
menurut peraturan mereka sendiri. Peraturan perlu di ubah bentuknya, sehingga menjadi lebih
singkat dan akurat, kurang egosentris serta lebih elastis. Jika peraturan salah maka ahli dan
pasien bekerja sama untuk mengganti dengan peraturan yang lebih realities dan adaptif.
5.
Strategi secara keseluruhan: Prinsip membentuk kerangka bagi terapi kognitif yaitu:
menjelaskan distorsi pasien, perintah sendiri, dan pendekatan sendiri yang membawa kepada
ketidakmampuan atau kesukaran. Dan membantu pasien mengadakan perubahan peraturan
yang menghasilkan sinyal kesalahan sendiri. Ahli terapi harus menggunakan strategi secara
keseluruhan afar tidak mengalami proses yang tidak menentu.

Anda mungkin juga menyukai