Mengerti pikiran Tuhan salah satunya adalah belajar melihat hati, bukan melihat yang kasat
mata saja. “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi
balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil
perbuatannya.” Tuhan berdaulat penuh atas setiap kehidupan
Tidak salah, orang memperhatikan penampilan dirinya agar enak dilihat, demikian juga bila
kita mengatur kata-kata yang diucapkan dan menjaga tingkah laku di depan orang lain.
Semua itu akan menyenangkan bagi orang lain. Mengapa hal ini kita lakukan ? Tidak lain
karena orang tidak bisa melihat isi hati dan pikiran kita, dan orang hanya terbatas untuk
melihat penampilan luar. Hati manusia memang sulit di duga sebagaimana ungkapan
“dalamnya laut bisa di duga, dalam hati siapa tahu?” Tidak demikian dengan Allah. Ia adalah
sang Pencipta, mengetahui segala rancangan, pikiran dan isi hati manusia, yang tidak dapat
dilihat oleh orang lain. Allah tidak hanya melihat dan terkesan dengan penampilan luar,
namun Ia melihat hati.
Setelah Saul, raja Israel tidak taat kepada Allah, Allah ingin Samuel pergi ke Betlehem ke
rumah Isai untuk mencari pengganti Saul. Kepada Isai, Samuel menyampaikan maksudnya,
dan kemudian ia melihat anak-anak Isai. Ketika muncul anak Isai yang pertama yang
bernama Eliab, Samuel terkesan melihat penampilannya yang gagah. Ia berpikir, inilah calon
raja yang tepat menggantikan Saul, tetapi Tuhan berkata:“Janganlah pandang parasnya atau
perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang
dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
Penilaian Tuhan berbeda dengan penilaian manusia. Manusia hanya dapat melihat
penampilan luar, Tuhan sanggup melihat sampai ke dalam hati.
Hal ini mengingatkan kita untuk tidak menilai seseorang dari penampilan luar. Memang tidak
mudah, namun ini memberi pelajaran penting, bahwa penampilan luar seringkali bisa
mengecewakan. Kita tidak perlu berkecil hati jikalau kurang mengesankan secara fisik, yakin
Tuhan melihat hati; dan karenanya kita perlu menjaga hati kita untuk tetap bersih dan
berkenan kepada Tuhan.
Sebagai manusia, memang kita tidak dapat sepenuhnya memahami Tuhan dengan segala
pikiran dan keputusan-Nya secara sempurna. Daud pun, tokoh yang dikenal semasa hidupnya
sangat dekat dengan Tuhan, “Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar
jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak daripada pasir…”). Namun,
sebenarnya ada beberapa kebenaran mendasar yang dapat kita pegang agar kita memahami
dan lebih mudah menerima pola pikir-Nya, sehingga kita dapat menuai buah dari penerimaan
itu.
Ada perbedaan yang jauh di antara pikiran Tuhan dan pikiran manusia
Membuat rencana untuk masa depan adalah baik. Menentukan langkah demi langkah
untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan juga adalah benar. Namun, kita harus
menyadari bahwa sepandai-pandainya manusia merencanakan jalan hidup, tidaklah
mungkin baginya untuk menentukan masa depannya hanya dengan keyakinannya sendiri.
Kehidupan tidaklah sesederhana prinsip menghitung satu ditambah satu adalah dua, dan
kita perlu menyadari bahwa jauh di atas dan jauh melampaui pikiran kita, ada faktor
rancangan Tuhan yang menentukan jalan-jalan hidup kita.