Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT KEBERADAAN TUHAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Jiwa Agama

Dosen pengampu : Pak Taufiq S.Pd.I

Disusun oleh : Salmawati

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AS-SYAFI’IYAH


NABIRE

2020-2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kehadirat Allah ta’ala, karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, Sang
Sebaik-baik teladan. Makalah ini merupakan hasil kerja penulis yang disusun
dengan persiapan yang maksimal. Untuk itu, Saya ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Taufiq S.Pd.I. selaku pembimbing
di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Asy-Syafi’iyah.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman agar kedepannya kami bisa menjadi lebih baik lagi.

Nabire, 07 Juli 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berabad lamanya banyak orang yang mempertanyakan keberadaan Tuhan,


sementara dalam sejarah umat Manusia, banyak pula yang dengan
meyakinkan bersaksi bahwa Ia ada. Indonesia sangat plural akan agama,
Memperhatikan kondisi objektif masyarakat indonesia yang begitu
majemuk keberagamannya serta membandingkan dengan berbagai situasi
dan kondisi, terasa sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan.
Khususnya pada bidang Studi Agama-agama untuk mengembangkan atau
meneliti lebih dalam melalui pendekatan yang bersifat skriptual dan
melalui pendekatan agama yang bersifat komprehensif, multi disipliner,
inter disipliner dengan menggunakan metodologi yang bersifat historis-
kritis melengkapi penggunaan metodologi yang bersifat doktriner-
normatif, hal inilah alam pilihan yang tepat untuk masyarakat Indonesia
yang begitu majemuk keberagaman dan kepercayaannya.

Perdebatan tentang eksistensi Tuhan telah berlangsung lama dan bahkan


hingga saat ini belum berakhir. Perdebatan itu berkisar pada penjelasan
bagaimana eksistensi Tuhan. Bahkan tidak sedikit yang kemudian
mempertanyakan, apakah Tuhan itu ada. Jika Manusia tidak memiliki bukti
tentang kebenaran keberadaan Tuhan, lalu bagaimanakah kita mengetahui
bahwa Tuhan yang kita percayai adalah Tuhan yang sesungguhnya? Bukan
setan yang menyamar sebagai Tuhan. Satu-satunya jalan hanyalah Ia
sendiri yang menyatakan diriNya kepada kita. Dalam Agama-agama
didunia terdapat dua pendekatan mengenai bagaimana cara Tuhan
menyatakan diriNya. Pendekatan pertama, Tuhan menyatakan diriNya
melalui wahyu kepada nabi utusannya. Orang Yahudi dan Islam mengenal
pendekatan ini dengan sebutan Wahyu Ilahi. Sedangkan pendekatan kedua,
Tuhan yang mengambil wujud Manusia, orang Hindu dan Kristen misalnya
Tuhan yang turun kedunia. Tuhan yang menyatakan diriNya sebagai
Manusia disebut Avatar oleh orang Hindu, sedangkan orang Kristen
menyebut ini dengan Inkarnasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat Keberadaan Tuhan?

2. Apa Saja Bukti-Bukti Keberadaan Tuhan?

3. Sifat-Sifat Wajib Yang Dimiliki Tuhan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Hakikat Keberadaan Tuhan?

2. Untuk Mengetahui Bukti-Bukti Keberadaan Tuhan

3. Untuk Mengetahui Sifat-Sifat Wajib Yang Dimiliki Tuhan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat keberadaan Tuhan

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita
ketahui bukanlah apa yang selogikanya merupakan benda semata, akan
tetapi apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-
Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain
demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah
menciptakan kita. Tuhan berada karena Ia ada.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Rahmat Tuhan selalu berada di
mana-mana. Kemanapun dan dimanapun kita berada. Tiada sedikit pun
ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia
berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-
Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Menurut para agamawan, apabila kita masih belum juga menyadari


kehadiran-Nya, mungkin mata hati kita yang masih tertutup, sehingga kita
tidak menyadari kehadiran-Nya. Padahal Tuhan itu sangat dekat dengan
kita, bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita!. Dengan demikian, tanpa
melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat
keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada, tidak terkecuali
pada diri kita sendiri. Begitu banyak hal yang dapat kita jadikan bukti akan
hakikat keberadaan-Nya. Apa yang ada pada diri kita sendiri dan semua
yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan
hakikat keberadaan-Nya.

Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan
akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam
kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat
adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya? Kemudian Tuhan melengkapinya
dengan menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada beberapa manusia pilihan-
Nya (rasul), untuk kemudian disampaikan kepada umat manusia lainnya
sebagai petunjuk jalan yang benar. Jadi melalui keduanya, baik akal
maupun agama, kita akan dapat mengetahui hakikat keberadaan-Nya.

Seorang filsuf, Al-Ghazali, juga telah mengemukakan hubungan saling


keterkaitan antara agama dan akal. Menurutnya, agama dan akal bagaikan
cahaya dan mata. Cahaya tak akan banyak berguna bila dilihat dengan
mata tertutup, sebaliknya mata akan tertipu dan tak berdaya bila melihat
tanpa cahaya. Jadi, Tuhan memberikan akal agar manusia dapat memahami
agama dengan benar dan menghadirkan agama sebagai petunjuk jalan yang
benar bagi manusia dalam menggunakan akalnya. Oleh karena itu, bagi
kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta alam
semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya
percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga
meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak
memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain. Atas
segala nikmat dan anugerah-Nya pula, sudah sepantasnya kita bersyukur,
berserah diri, dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh cinta
dan keikhlasan hanya kepada-Nya. Kita pun wajib menjauhi segala
larangan-Nya dengan penuh ketaatan Kita menyembah-Nya bukan karena
mengharapkan pahala seperti para pedagang yang selalu melakukan
sesuatu atas dasar untung-rugi. Kita menjauhi segala larangan-Nya, juga
bukan karena rasa takut akan neraka seperti para budak yang melakukan
sesuatu agar tidak dimarahi majikannya, akan tetapi kita melakukannya
semata-mata karena rasa syukur dan cinta kita kepada-Nya.

Sebagaimana yang telah kita pahami, salah satu penghayatan doktrin


agama adalah bahwa Tuhan itu Omnipresent, Maha Dekat, sehingga segala
tindakan yang tidak terpuji, tidak akan pernah kita lakukan, apabila kita
telah menyadari bahwa Tuhan itu Maha Dekat, mengawasi, dan bersama
kita setiap saat, di manapun kita berada. Bagi kita yang telah menganut
agama, maka semakin yakinlah kita atas kebenaran ajaran agama yang
telah kita anut itu tanpa adanya keraguan lagi. Mari kita serahkan segala
hidup ini hanya kepada-Nya, dengan menjadikan agama sebagai satu-
satunya sumber tuntunan dalam kehidupan kita. Tiada tempat yang layak
untuk kita bergantung dan memohon pertolongan selain kepada Tuhan.

B. Bukti-Bukti Adanya Tuhan

Rasa manis bisa diketahui dengan perantaraan pengecap, tetapi pengecap


tidak akan mengetahui sesuatu yang mengeluarkan bau harum dan yang
menampilkan warna. Dengan perantara alat peraba diketahui bahan yang
dingin dan panas, tetapi alat peraba tidak mengetahui adanya suara yang
jauh. Daya tangkap manusia yang lebih jauh dan itu adalah pendengaran,
tetapi apa yang mampu ditangkap dan diketahui hanya suara-suara yang
memasuki telinganya. Pendengaran tidak dapat menangkap dan
mengetahui selain dari itu. Demikian pula penglihatan ada bidang tugas
yang terbatas yakni dapat melihat sesuatu dengan perantaraan mata.
Penglihatan yang jelas bisa membedakan mana yang putih dan mana yang
hitam, mana yang jelek dan mana yang bagus. Penglihatan tidak bisa
mengerti bunyi suara, walaupun suara tersebut sangat jelas, karena bukan
bidang wisata. Demikian juga zat Allah SWT. tidak dapat dicapai dengan
panca indera karena Dia tidak bisa diraba dan diketahui dengan panca
indera. Tuhan dapat diketahui dan dilihat melalui akal pikiran yang sehat.

Q Imam Abu Hanifah membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya


bermacam-macam kehendak manusia, tetapi kadang-kadang sebenarnya
tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini membuktikan adanya
kekuasaan yang Maha Tinggi, yang menguasai diri kita. Imam Malik
menguasai Allah dengan adanya manusia yang beragam bentuk, rupa,
kulit, suara, kemauan dan lain-lain. Namun tidak ada yang serupa. Kalau
tentu ada yang mengaturnya di luar batas kemampuan manusia, yaitu Zat
Yang Maha Kuasa, yakni Allah SWT.
Imam Syafi'i membuktikan kekuasaan Allah dengan memperhatikan dari
sebuah jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat berubah menjadi berbagai
macam benda, umpamanya: apabila daun dimakan oleh ulat sutera, maka
akan menjadi bahan kain halus (sutera) yang indah dipakai. Kalau daun
tadi dimakan oleh seekor lembu, maka ia akan menjadi susu yang enak
diminum dan besar manfaatnya untuk kesehatan kita.

Imam Hambali membuktikan ada Zat Yang Maha Kuasa itu dengan
kejadian makhluk-makhluk terutama manusia, yang asalnya dari setitik
sperma, akhirnya setelah mengalami proses yang ditentukan, maka jadilah
manusia yang sempurna (M. Noor Matdawam, 1984). Metode pembuktian
adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam
tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil ikhtira”. Selain itu Ibnu
Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil 'inayah”. Dalil 'inayah
adalah metode pembuktian keberadaan Tuhan melalui pemahaman dan
penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat,
1996). Beberapa argumen/dalil yang dapat membuktikan eksistensi Tuhan
antara

lain:

1. Keberadaan alam membuktikan adanya Tuhan

Manusia telah ada di dunia, namun manusia mengakui bahwasanya dia


terjadi bukan atas kehendaknya. Bukan dia yang menjadikan dirinya
sendiri. Bukan dia yang membuat anak. Bumi tempat hidupnya pun
bukan dia yang dibuat. Sejak lahir sudah menemukan keberadaan
bumi. Langit pun telah menjadi atap tempat berlindung, dan dia tidak
pernah ikut membinanya Ada beberapa orang manusia berusaha
menyombongkan diri lalu menyatakan dirinya sebagai Tuhan,
meskipun menjadikan seekor nyamuk pun dia tidak sanggup.
Jelas sudah bahwa ada sesuatu dari yang sebelumnya tidak ada campur
tangan manusia. Jelas pula bahwa segala sesuatu tidak terjadi dengan
dirinya sendiri. Menurut akal sehat, terlepas tinggi atau rendahnya
kualitas akal manusia, akan terlintas dalam pikiran manusia bahwa
segala yang ada di dunia ini ada yang menjadikan, ada yang Maha
Kuasa, ada Tuhan, ada Allah. Adanya alam serta organisasinya yang
menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak,
memberikan penjelasan bahwa ada suatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia
normal tidak percaya bahwa dirinya “ada” dan tidak percaya bahwa
alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan kepercayaan inilah yang dijalani
setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan. Jika percaya tentang
eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya
Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: “Percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq” adalah suatu pernyataan yang
tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari
tidak ada tanpa dibuat. Segala sesuatunya. pasti ada penyebabnya. Oleh
karena itu bagaimana akan dipercaya bahwa alam semesta yang
demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta? Bangsa Arab
yang mula-mula menerima Al-Qur'an dalam masyarakat yang masih
sederhana, disarankan melihat unta, bagaimana ia dibuat; melihat
langit, bagaimana ia ditinggikan; melihat gunung-gunung, bagaimana
ia dipancangkan; dan melihat bumi, bagaimana ia dihamparkan (QS
Al-Ghasyiyah : 17-20). Oleh karena itu, dengan melihat kejadian alam
sekelilingnya, setiap orang atau setiap bangsa yang berakal akan
bertanya: siapa yang menjadikan semua ini? Dan jawabannya adalah
Dialah Allah Tuhan Sang Maha Pencipta.

2. Adanya keteraturan dan keserasian di alam


Ketika seseorang masuk ke dalam rumah, dilihatnya meja teratur,
kamar tersusun, makanan terhidang, tempat tidur yang bersih, dan ada
pula ruang makan dan ruang menerima tamu. Ada kamar mandi dan
sebagainya. Apalagi dilihat secara teraturnya pekarangan dan tertatanya
bunga. Maka terlintaslah dalam pikiran orang itu bahwa ada yang
membuat rumah itu dan pembuatannya adalah seorang arsitek yang
ahli. Bukan kerja asal-asalan. Segala sesuatu yang diukur dan dipelajari
dengan penuh pertimbangan.

Begitu pula dengan alam di sekeliling kita, sampai ke segala penjuru


arah. Lihat benda dengan masing-masing karakteristiknya. pohon
mangga, buahnya akan tetap terasa mangga walaupun dia tumbuh
dalam tumpukan tanah yang sama dengan pohon durian. Matahari yang
terbit setiap pagi dan terbenam setiap petang. Bulan sejak bulan sehari,
lalu purnama, lalu susut lagi. Bintang di langit bergilir datang, kesemua
pekerjaan itu-seling menurut aturan-aturan tertentu. Renungkan lebih
dalam lagi tentang gerak alam ini. Mengapa matahari tidak pernah
terjatuh, mengapa bintang-bintang tidak pernah berbenturan? Bola
yang ditendang oleh seorang anak melambung tinggi ke udara,
akhirnya kembali lagi ke bawah. Karena ringan dia melambung ke atas,
karena berat dia jatuh ke bawah. Lalu mengapa matahari dan bulan
tidak pernah jatuh ke bawah? Total bintang di langit yang tak terhitung
jumlahnya, tidak ada sekali pun berbenturan antara satu sama lain. Lalu
siapa yang menciptakan gerak ini? Dialah Penguasa alam ini. Dialah
Allah (Hamka, 1983). Akhirnya, ke sudut mana pun manusia melihat
dan menghadapkan mukanya, tampaklah bahwa segala sesuatu yang
ada di mengaturnya dan ada yang mengaturnya. Sudah pasti mengatur
dan memelihara itu sangat pintar, sangat teliti, tidak lalai dan tidak
tidur. Adanya aturan, pasti ada yang menjadi pengatur, penjaga, dan
pemelihara. Dialah Tuhan, Dialah Allah.

3. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan fisika


Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam
menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak
pengikutnya. Tetapi setelah “hukum kedua termo dinamika” (hukum
kedua termodinamika), pernyataan ini telah ditemukan landasan
berpijak. Hukum tersebut, yang dikenal dengan hukum keterbatasan
energi atau teori perubahan energi panas, membuktikan bahwa alam
tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menjelaskan bahwa
energi panas selalu berubah dari keadaan panas beralih menjadi tidak
panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan tidak panas menjadi panas. Perubahan
energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada”
dengan “energi yang tidak ada”. Bertitik tolak dari kenyataan bahwa
proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta
kehidupan tetap berjalan, terbukti secara pasti bahwa alam tidak
bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah
kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu saja
tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu, pasti ada
yang menciptakan alam yaitu Tuhan.

4. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan astronomi

Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang
jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi
bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan
hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari
matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam
dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun
sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya,
termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar
biasa. Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia
beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi
garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu
masih ada sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem
memiliki kumpulan atau galaksi sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut
juga beredar pada garis edarnya. Galaxy di mana terletak sistem
matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya
sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya. Dengan memperhatikan sistem
yang luar biasa dan organisasi yang teliti ini, logika manusia akan
berkesimpulan bahwa semua ini terjadi dengan sendirinya, bahkan
menyimpulkan bahwa semua itu ada kekuatan maha besar yang
membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut. kekuatan
maha besar tersebut adalah Tuhan.

C. Sifat-Sifat Tuhan

1. Wujud (Ada)

2. Qidam (Terdahulu)

3. Baqa’ (Kekal)

4. Mukhalafatu Lil Hawaditsi (Berbeda Dengan Makhluk Ciptaannya)

5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri)

6. Wahdaniyah (Esa/Tunggal)

7. Qudrat (Berkuasa)

8. Iradat (Berkehendak)

9. Ilmun (Mengetahui)

10. Hayat (Hidup)

11. Sama' ( Mendengar)

12. Basar (Melihat)

13. Qalam (Berfirman)


14. Qadiran (Berkuasa)

15. Muridan (Berkehendak)

16. Aliman (Mengetahui)

17. Hayyan (Hidup)

18. Sami'an (mendengar)

19. Bashiran (Melihat)

20. Mutakalliman (Berfirman atau Berkata-kata)

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita
ketahui bukanlah apa yang selogikanya merupakan benda semata, akan
tetapi apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-
Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain
demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah
menciptakan kita. Tuhan berada karena Ia ada.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Rahmat Tuhan selalu berada di
mana-mana. Kemanapun dan dimanapun kita berada. Tiada sedikit pun
ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia
berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-
Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Adapun bukti-bukti keberadaan Tuhan yaitu dengan melihat keberadaan


alam membuktikan adanya Tuhan, Adanya keteraturan dan keserasian di
alam, dan adanya kita sebagai manusia juga merupakan bukti adanya
Tuhan maka dapat dikatakan Tuhan itu Wujud tanpa Tempat karena
apabila Tuhan itu memiliki tempat maka ia tidak dapat dikatakan sebagai
Tuhan karena hanya makhluk lah yang butuh terhadap sesuatu sedangkan
Tuhan tidak pernah butuh terhadap apapun. Sesuai dengan sifat yang harus
dimiliki Tuhan yaitu Mukhalafatu Lil Hawaditsi (Berbeda Dengan
Makhluk Ciptaannya) dan juga Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri)

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


keimanan kita terhadap Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

http://philosophiadnan.blogspot.com/2008/07/hakikat-tuhan.html?m=1
https://blog.ub.ac.id/bangkitbangsaku/2013/01/18/hakikat-dan-pembuktian-
adanya-tuhan-serta

-konsep-tauhid/

Anda mungkin juga menyukai