Anda di halaman 1dari 9

BAB1 (Mengapa & Bagaimana PAI diajarkan di Perguruan Tinggi

1. Apa landasan filosofi yang menjadi latar belakang pelaksanaan


pembelajaran agama Islam di Perguruan Tinggi?
Landasan filosofi PAI berpijak pada Pancasila, terutama sila pertama
yakni Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemana arah dan tujuan yang hendak dicapai?
PAI berperan menyadarkan mahasiswa agar selalu butuh dengan Tuhan.
Menjelaskan/menyajikan informasi yang jelas dan benar tentang agama.
PAI mengarahkan kepada mahasiswa untuk menggali dan membangun
kemungkinan metodologik yang dapat mereka gunakan agar pemahaman
dan pengetahuan keislaman mahasiswa semakin baik.
3. Apa kontribusi yang dapat diberikan mahasiswa setelah mengikuti
pembelajaran agama Islam?
setelah diberikan keterampilan oleh dosen mengenai PAI, diharapkan kita
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh
besaarnya adalah menuntut ilmu kaarena Allah, sehingga harapannya kita
dapat dengan tekun menuntut ilmu dengan baik, lalu nantinya dapat
diaplikasikan ke dalam pekerjaan nyata kita. Contohnya sebagai
mahasiswa kedokteran gigi kita mempelajari tentang karunia Allah, maka
kita akan mempunyai rasa syukur terhadap apa yang telah Allah berikan
pada diri kita, melayani masyarakat dengan sepenuh hati.

BAB2 (Bagaimana Manusia Bertuhan?)


1. Coba anda gali infrmasi lebih jauh mengenai spiritualitas yang
berdasarkan pada fitrah Allah tersebut, kemudian hubungkan dengan
fenomena spiritualitas yang berkembang di masyarakat. Bagaimana sikap
anda?
Fitrah Allah menciptakan manusia sebagai ciptaan Allah adalah mutlak
adanya dan sudah jelas dalam Al-Quran. Tapi tidak jarang saat ini kita
menemukan di masyarakat orang orang masih mempertanyakan adanya
Tuhan. Mungkin hal tersebut dikarenakan pemikiran filsafat rasionalisme,
dimana ia berfikir terlalu jauh. Padahal tidak semua yang ada harus
dipikirkan dengan pikiran/akal, melainkan ada juga yang perlu
menggunakan hati dalam mempercayai atau memahaminya.
2. Amati foto di atas Spiritualitas & Spiritualisme dalam Islam dapat
dimanifestasikan dalam ekspresi seni dan budaya. Coba anda gali lebih
dalam ekspresi seni dan budaya sebagai wujud dari kedalaman spiriualitas
dan Spiritualisme dalam agama islam itu. Anda dapat membandingkan
dengan ragam seni lain, misalnya seni-budaya yang berkembang di
Nusantara. Anda pasti memperoleh wawasan yang empiris yang lebih luas.
Bagaimana analisis kritis anda mengenai berbagai ragam ekspresi yang
anda temukan itu? Tentukan sikap Anda kemudian komunikasi di kelas.
Kaitan antara seni dan spiritualitas contohnya pernah dilakukan oleh para
wali songo dalam mensyiarkan/menyebarkan agama Islam melalui seni
agar mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat. Contoh yang lain
dalam nusantara adalah tarian zaman yang menceritakan kisah islam
dalam makna fariannya dan lagunya.

BAB 3 (BAgaimana Agama Menjamin Kebahagiaan?)


1. Coba lakukan analisis kritis tentang pengertian dan makna bahagia?
Mengapa ekspresi kebahagiaan bisa berbeda? Tampilkan argumen
akademik mengenai kebahagiaan hakiki dan kebahagiaan semu!
Kebahagiaan berasal dari kata dasar bahagia, yaitu perasaan senang dan
tentram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik. hati yang sehat dan
berfungsi dengan baik bisa berhubungan dengan Tuhan pemilik
kebahagiaan. Pemilik kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan, keilmuan,
kemuliaan dan hikmah adalah Allah SWT. Kebahagiaan dapat diraih
jikalau kita dekat dengan pemilik kebahagiaan itu sendiri. Yakni Allah
SWT. “ibnul qayyim al-jauziah” artinya kebahagiaan bukan karena
penuhnya gudang uang yang tertata rapi di dalam rumah, namun
kebahagiaan ialah besarnya penghambaan diri kepada Allah, tidak
meminta-minta atau menyembah selain kepada Allah serta penguasaan diri
atas hati dan nafsu. Ekspresi kebahagiaan bisa berbeda-beda tergantung
dari cara memaknainya, jika ekspresi kebahagiaan dilakukan dengan cara
bersyukur kepada diri sendiri atau usaha sendiri, maka kita terlihat terlalu
hura-hura dan menyombongkan diri sehingga seakan-akan lupa kepada
Allah SWT. Namun jika ekspresi kebahagiaan dilakukan dengan membaca
hamdalah dan langsung mengingat Allah, maka itu adalah kebahagiaan
yang indah karena kita tidak melupakan Allah SWT.
Kebahagiaan hakiki:
 Akan diperoleh dengan modal iman, ilmu dan beriman
 Bersifat abadi danrohani
Kebahagiaan semu/duniawi:
 Bersifat fana dan tidak abadi
 Memiliki harta, keluarga dan kedudukan
2. Tidak sedikit otang yang mengutip pepatah “banyak jalan menuju roma”.
Begitu banyak pula jalan menuju kebahagiaan. Bisakah manusia mencapai
kebahagiaan dengan menempuh jalan di luar agama?
Agama adalah landasan atau fundamen, sedangkan kebahagiaan duniawi
(kedudukan atau jabatan) adalah penjaganya. Barang siapa yang tidak
memiliki pondasi atau fundamen maka akan roboh. Sebaliknya barang
siapa yang tidak mempunyai penjaga akan kehilangan. Sehingga
kebahagiaan yang dicapai diluar agama, akan hancur sia-sia seiring dengan
berjalannya waktu, sebab tidak memiliki penopang.

BAB 4 (Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil)
1. Buatlah uraian mengenai koherensi antara sholat, dzikir dan iktikaf
(hablum minallah) serta kerja-kerja sosial (hablu minanannas) dalam
kehidupan empiris! Lanjutkan dengan menyusun peta konseptual
mengenai iman, islam, ihsan dan hubungan ketiganya dengan konsep insan
kamil.
Sebagai manusia yang pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang mana
kita tidak dapat hidup sendiri tanpa menjalin hubungan dengan orang lain.
karena manusia terdiri dari empat unsur yaitu, pertama jasad yang
keberadaannya dibumi ini dibatasi dengan umur. Maka Allah memberikan
jasad ini sebagai ujian kepada manusia dengan diberikan hati dalam jasad
ini. dengan kewajiban jasad ini untuk menjalankan syariat-syariat Allah,
salah satunya adalah shalat dan ibadah lainnya. Kedua ialah hati nurani,
dengan adanya hati nurani ini maka kita akan senantiasa mmengingat-
ingat Allah (berdzikir) dan menaati rasuk-Nya. Karena hanya dengan
mengingat Allah-lah hati akan menjadi tentram. Ketiga, roh yang berada
dalam hati nurani. Roh yang membuat kita bernafas, dan menjadikan kita
hidup. Roh meraskan daya kuat-nya Tuhan. Keempat rasa yang berada
didalam roh paling dalam dan halus. Rasa atau sir ini membuat kita
merasakan kehadiran Tuhan, yang membawa kita begitu dekat dengan
tuhan, lebih dekat dari urat nadi di leher. Dari penjelasan tersebut, maka
kita dapat menyadari bahwa menjalin hubungan sosial dengan sesame
manusia yang juga ciptaan Allah, harusnya membuat kita dengan jelas
menyadari adanya Allah dari apa yang telah diciptakannya. Berkumpul
atau menjalin hubungan baik dengan orang orang baik, insyaallah juga
akan membawa kita dekat dengan Allah. Bagi seorang insan kamil yang
memiliki keempat unsur manusia diatas, maka akan difungsikannya untuk
menjalankan kehendak ilahi. Seorang insan kamil akan menanggalkan
kemanusiaannya yang rendah menuju Tuhan sehingga tangga nafsu
tertinggi. Insan kamil akan berusaha menundukkan nafsu dan syahwatnya
dengan memperkokoh keimanannya dan bersungguh sungguh dalam
ibadah, memperbaiki akhlak dan perilakunya. Menjalankan ibadahnya
dengan sungguh-sungguh dan ihklas.

BAB 5 (Bagaimana Membangun Paradigma Quran?)


Sebagai umat islam sesungguhnya hidup kita telah diatur oleh Allah
dengan sangat sempurna dalam Al-Quaran yang sepatutnya menjadi
pedoman bagi kita dlam memandang atau menjalankan berbagai masalah
dengan berdasar pada Al-Quran. Oelh karena itu, Al-Quran dijadikan
paradigm dalam melihat dan mengembangkan segala persoalan. Paradigm
Al-Quran akan menghasilkan ilmu-ilmu yang tidak sekalanstik
menghasilkan budaya masyarakat yang islami yang tidak sekuler dalam
proses, hasil dan aktualisasinya. Sejarah telah memberikan pelajaran yang
didalamnya terdapat banyak factor penyebab terlepasnya Al-Quran
sebagai paradigm. Menghadapi situasi yang serba modern seperti ini, Al-
Quran yang dibahas dalam pendidikan agama islam hendaknya dipadukan
dengan ilmu pengetahuan umum agar keduanya berjalan beriiringan.

BAB 6 (Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia?)


Menjadi orang Indonesia tidak harus kehilangan jati diri sebagai seorang
muslim. Mengapa demikian? Contohnya para wali songo yang
menybarkan islam dengan cara Indonesia, seperti melalui seni, alat music,
adkwah, dan lain sebagiannya. Hal tersebut dilakukan agar orang-orang
dengan mudah mengerti tentang agama ini. tapi, jangan sampai ilmu
pengetahuan tentang agama ini disalah artikan bagi orang orang yang
hanya tahu permukaannya saja tanpa mengetahui dalamnya.
Para wali songo menyebarkan islam melalui budaya yang ada di
masyarakat dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang menjadi
realitas kebudayaan dalam masyarakat Indonesia. Tidak jarang kita
mendapati perbedaan pendapat dari agama yang berbeda. Maklumlah, kita
Indonesia yang terdiri dari beragam suku, adat, budaya dan agama. Tapi
islam mengajarkan bahwa pebedaan ini adalah fitrah dari Tuhan, tapi
dalam menjalani hidup ini kita tidak mempertajam perbedaan itu. Ada
persamaan tang mengikat kita semua, yaitu kesadaran bahwa kita adalah
bangsa Indonesia.

BAB 7 (Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman?)


Ada tiga modal ukhuwah islamiah digagas dan diperjuangkan oleh kaum
muslimin Indonesia. (1) ukhuwah islamiah terbatas dalam rumpun islam
suni (NU, Muhammadiyah, persis dan islam suni lainnya. (2) ukhuwah
Islamiyah lebih luas hingga mancangkup islam sujah, (3) ukhuwah
islamiah lebih luas lagi hingga mencangkup ahmadiyah dan islam liberal.
Ketika rasulillah masih ada, segala persoalan dikembalikan kepada beliau.
Ketika rasulullah wafat, timbullah perbedaan mazhab yang menjadi cikal
bakal munculnya suni dan syiah. Perbagaian ini hendaknya dipandang
sebagai suatu realitas kekayaan budaya islam, memberikan kita banyak
pilihan dalam menyelesaikan masalah. Bagi NU yang berpegang pada 4
mazhab, karena banyak dalil yang mengharuskan umat islam mengikuti
ahli Sunnah wal jamaah, keempat imammazhab merupakan ulama besar,
dan imam imam tersebut telah meneliti pendapat-pendapat tang pasti dan
tidak pasti. Sehingga terhindar dari kesimpangsiuran.

BAB 8 (Bagaimana Islam menghadapi Tantangan Moderenisasi?)


Bagaimana sosok Abdullah dan Khalifatullah sebagai praktik dalam
kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini ?
Jawaban :
Pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi bertujuan
menelaah sejarah pendidikan Nabi Muhammad SAW. Ini berarti tujuan
pendidikan adalah menjadikan manusia sadar atas eksistensi dirinya
sebagai manusia hamba Allah SWT yang bertugas sebagai Abdullah dan
berfungsi sebagai Khalifatullah.
Sebagai Abdullah ia wajib beribadah kepada Allah SWT dan sebagai
Khalifatullah ia harus membangun peradaban yang maju di bumi Allah
SWT. Modal dasarnya adalah iman, ilmu, dan amal.

BAB 9 Bagaimana Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia


Apa faktor-faktor biologis dan sosiologis sehingga Islam berada dalam
masa keemasan untuk mengembangkan sains pada masa kini dan pada
masa mendatang. Jika kita berbicara mengenai faktor keemasan maka kita
akan berkenaan dengan kenangan Ibnu Sina yang abad bersama Al-Quran
fi al thibb-nya yang berkelana ke seluruh penjuru dunia mengajarkan
segala yang di ketahui dan dikuasainya; Filsafat, logika, dan sebagainya.
Abdus Salam dalam Hoodblay (1996) menyatakan ostoduksi agama dan
semangat intoleransi merupakan dua faktor utama yang bertanggung jawab
atas musnahnya lembaga ilmu pengetahuan yang pernah jaya dalam Islam.
Sains hanya dapat bekerja dengan aman, di dukung oleh infrastruktur
eksperimental dan pustaka yang lengkap. Ironisnya kondisi-kondisi ini
tidak terpenuhi dalam masyarakat Islam sekarang ini.

BAB 10 Bagaimana Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan


Budaya Islam
Tempat shalat yang luas dan mampu menampung banyak jama’ah,
pembinaan sholat jama’ah
Media bermusyawarah, melakukan kegiatan Islami, dan pembinaan sholat
5 waktu
Fungsional dalam optimari ruangan, program tutorial dan mentorinh
keislaman
Antara wanita dan pria tempatnya di pisahkan, unit dakwah mahasiswa.

BAB 11 Bagaimana Pandangan Islam tentang Zakat dan Pajak


Zakat
Zakat secara bahasa menurut Sayid Sabiq berasal dari kata “zaka”
yang berarti mensucikan. Secara istilah syara’, zakat ialah suatu nama atau
sebutan dari suatu hak Allah Swt yang dikeluarkan oleh seseorang kepada
fakir miskin. Adapun menurut Sulaiman Rasyid, zakat yaitu kadar harta
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat. Dalam Al-Qur’an, Allah Swt memerintahkan agar
mengambil zakat bagi orang-orang yang memiliki harta. Allah Swt
berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-taubah [9]:103, yang artinya:
“Ambillah shadaqah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk
mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Dalam Al-Qur’an istilah zakat disebut juga dengan istilah
shadaqah. Kata Shadaqah adalah nama umum untuk sebuah pemberian,
yang terdiri dari pemberian yang bersifat materi dan non materi.
Pemberian materi terdiri dari Zakat dan Infaq. Pemberian non materi, bisa
dalam bentuk bantuan tenaga, pemikiran, mengajar, senyum, dan lain-lain.
Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, khususnya bagi yang
memiliki harta yang telah mencapai nishab, bahkan Rasulullah Saw
memerintahkan agar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar
zakat.
Pajak
Menurut Yusuf Qardhawi, pajak adalah kewajiban yang ditetapkan
terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan
ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara, dan hasilnya
untuk membiayai pengeluran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk
merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain
yang ingin dicapai oleh Negara. Gazi Inayah berpendapat bahwa pajak
adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah
atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan
tertentu. Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si pemilik
harta dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum
dan untuk memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah.
Ulama berbeda pendapat terkait apakah ada kewajiban kaum
muslim atas harta selain zakat. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat
adalah satu-satunya kewajiban kaum muslim atas harta. Barang siapa telah
menunaikan zakat, maka bersihlah hartanya dan bebaslah kewajibannya.
Diperbolehkannya memungut pajak menurut para ulama, alasan utamanya
adalah untuk kemaslahatan umat, karena dana pemerintah tidak
mencukupi untuk membiayai berbagai “pengeluaran”, yang jika
pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan timbul kemudaratan, sedangkan
mencegah kemudaratan adalah juga suatu kewajiban. Sebagaimana kaidah
ushul fiqh: “Ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajibun. Oleh karena
itu pajak tidak boleh dipungut dengan cara paksa dan kekuasaan semata,
melainkan karena ada kewajiban kaum muslimin yang dipikulkan kepada
Negara, seperti memberi rasa aman, pengobatan dan pendidikan dengan
pengeluaran seperti nafkah untuk para tentara, gaji pegawai, hakim, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, pajak memang merupakan kewajiban
warga negara dalam sebuah negara muslim.
Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Pemerintah dalam
menjalankan tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan
membutuhkan sumber-sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan ini salah
satunya dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak digunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin negara, seperti belanja barang, belanja
pegawai, belanja pemeliharaan, dan lainlain. Di dalam fungsi anggaran,
terdapat fungsi demokrasi, dimana pajak merupakan salah satu penjelmaan
dari sistem kekeluargaan dan kegotongroyongan yang sadar akan baktinya
kepada negara. Rakyat memberikan sejumlah penghasilannya dalam
bentuk uang untuk membiayai pengeluaran negara bagi kepentingan
umum. Dengan membayar pajak, berarti rakyat telah berperan serta dalam
pelaksanaan kehidupan bernegara, termasuk kegiatan pemerintahan dan
pembangunan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai