Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Larar Belakang

Tasawuf atau tasawuf Islam hanyalah salah satu fenomena di antara berbagai
tasawuf yang terdapat pada semua agama. Sebagai suatu tasawuf, disebut tasawuf jika
mengandung pengalaman mistik. Tanpa pengalaman mistik, tasawuf tidak bisa disebut
tasawuf. Namun pengalaman mistik yang menjadi ciri dan hakikat tasawuf baru muncul
belakangan ini dalam bentuknya yang matang, seperti halnya dalam semua tasawuf,
dan bukan hanya dalam tasawuf Islam. Kemurnian tasawuf diragukan, dan inilah
sebabnya mengapa pertanyaan tentang asal usulnya, dalam kaitannya dengan Islam,
segera dimunculkan.

Pertanyaan tentang asal usul tasawuf mengungkap keanehan tasawuf,


khususnya dalam kaitannya dengan Islam. Monisme eksistensial sufi adalah
monoteisme yang unik dan (dianggap) melampaui monoteisme Islam sederhana, suatu
pandangan dunia yang sangat berbeda antara dunia tasawuf dan dunia bukan tasawuf.
Namun, tidak semua aliran tasawuf menerima teori dan praktik tauhid yang rumit ini.
Dengan memperhatikan secara khusus perbedaan tauhid di kalangan sufi, maka
muncullah klasifikasi aliran sufi. Penggolongan tasawuf Sunni dan tasawuf filsafa
menitikberatkan pada keterikatan atau kesetiaan terhadap Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Memang klasifikasi ini bersifat normatif dan diskriminatif, sehingga tidak dapat
diterima dalam kajian ilmiah deskriptif dan non-normatif.

Penjelasan di atas berupaya memberikan gambaran yang kokoh, jelas dan khas
tentang tasawuf, namun sekaligus memastikan bahwa perdebatan tentang asal usul
tasawuf berlangsung seimbang dan tidak berat sebelah. Dengan mengajukan beberapa
pertanyaan mendasar yang tepat, ditemukan bahwa tidak hanya ada dua teori tentang

1
asal usul tasawuf: teori bahwa tasawuf berasal dari Islam dan teori bahwa tasawuf
berasal dari luar Islam. Dengan menambahkan beberapa rumusan pertanyaan yang lebih
spesifik, ditemukan lima teori lagi tentang asal usul tasawuf. Dengan demikian kita
mengetahui bahwa ada tujuh hipotesis tentang asal usul tasawuf.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu tasawuf?
2. Mengetahui manfaat dari mempelajari ilmu tasawuf
3. Mengetahui pembagian ilmu tasawuf

C. Tujuan
Tujuan penulisan tasawuf bisa berbeda-beda tergantung konteksnya.
Beberapa tujuan umum antara lain mengembangkan pemahaman lebih dalam
mengenai makna tasawuf, mempelajari bagian-bagian tasawuf untuk memperoleh
pemahaman yang lebih rinci tentang berbagai aspek spiritualitas Islam dan praktik
mistik. Melalui sharing ilmu tasawuf, seseorang dapat memahami metode, konsep
dan tahapan tertentu dalam perjalanan spiritual. Selain itu, tujuan penulisannya juga
dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang peran tasawuf dalam
pengembangan spiritualitas individu atau masyarakat.

BAB II
1
Nur Rahmad Yahya Wijaya dan Anwar Rudi , “Asal-Usul Tasawuf.”, dalam jurnal Pendidikan keislaman, vol
8, no.1, 2020, hal.106

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu dalam Islam yang penerapannya
menekankan pada penyucian diri melalui pembentukan akhlak yang baik. Tasawuf
memegang peranan penting dalam kehidupan spiritual Islam, dengan kata lain tasawuf
merupakan fitrah manusia yang dapat mensucikan diri dari segala sesuatu di dunia.
berupaya mencapai hakikat sejati, kesucian ruhani yang hakiki, karena tujuan akhir
manusia adalah menyelaraskan lingkaran ruhaninya dengan Allah SWT. Karena tujuan
pembuatannya hanya untuk mengabdikan diri pada Kholik.

Tasawuf berasal dari kata Arab suf, yang berarti pakaian wol bagi para petapa
(yaitu mereka yang hidupnya menghindari kemewahan dan kesenangan). Tasawuf
adalah ajaran mistik yang dianut oleh kelompok agama di Timur khususnya di Persia
dan India, yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang tampak di dunia ini adalah
sesuatu yang khayalan (als Idealish verschijnt), manusia adalah perwujudan
(uitvloeisel) Tuhan yang selalu berusaha untuk dipertemukan kembali dengan-Nya.

Tasawuf terbentuk dari dua faktor, yaitu (1) sentimen spiritual yang ada di
kalangan umat Islam sejak awal berkembangnya agama Islam, (2) adat istiadat dan
tradisi umat Islam, dan agama-agama lain. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
tasawuf bukanlah ajaran Islam meskipun banyak mengandung unsur ajaran Islam.
Dengan kata lain, dalam agama Islam tidak ada pemahaman tasawuf meskipun banyak
umat Islam yang menganutnya.

Tasawuf berasal dari bahasa Arab: ‫ تصوف‬yang artinya ilmu yang mengetahui
cara mensucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membina lahir batin hingga memperoleh
kebahagiaan abadi. Terdapat beberapa pendapat mengenai etimologi kata tasawuf.
Menurut Imam al-Ghozali, akar kata tasawuf berasal dari kata shuuf yang berarti kain

3
wol yang kasar. Istilah ini digunakan sebagai simbol kerendahan hati oleh para sufi.
Mereka menyerahkan nyawanya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah
untuk menanamkan karakter Qona'ahnya, sehingga membuat mereka kehilangan
keinginan untuk hidup mewah dan ikut serta dalam permainan dunia.

Makna tasawuf sebagai sebuah istilah bergantung pada sudut pandang yang
digunakan. Ada tiga pandangan yang lazim dikemukakan para ahli, yaitu:

1) Dalam pandangan manusia sebagai makhluk terbatas, tasawuf diartikan sebagai


upaya mensucikan diri dengan menjauhi pengaruh kehidupan duniawi.
2) Dilihat dari manusia sebagai makhluk yang berjuang, tasawuf merupakan upaya
mempercantik diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama agar lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3) Dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertakwa, tasawuf adalah
kesadaran sifat (ilahi) yang dapat mengarahkan jiwa untuk fokus pada aktivitas
yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.2

B. Manfaat Mempelajari Tasawuf

Pandangan tasawuf adalah keimanan bermanfaat dalam mendidik jiwa


manusia agar tetap eksis dalam mengamalkan ajaran agama. Berbicara tentang manfaat
merupakan fungsi tasawuf sebagai berikut:

1. Menyucikan pikiran agar doa kepada Allah semakin kuat.


2. Merupakan jalan spiritual yang didasarkan pada kesadaran cinta. dibandingkan
dengan Taqarrub kepada Allah adalah melakukan perjalanan ruhani untuk

2
Miftahul Ulum, “Pendekatan Studi Islam.”, dalam Jurnal Agama Sosisal dan Budaya, Vol. 3 No.2. 2020.
Hal. 203-217 ISSN: 2599-2473 DOI: https://doi.org/10.31538/almada.v3i2.632

4
mendekatkan diri kepada Allah hingga merasa benar-benar dekat dengan-Nya
dan berpedoman pada perilaku Rasulullah seperti uswatun hasanah.
3. menjadikan diri lebih percaya diri.
4. Mengembangkan pengetahuan spiritual.
5. Menekankan pada kegiatan yang mengarah pada perilaku mulia, seperti
memperbanyak ibadah, keluwesan, dan amalan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan.
6. Untuk memperkuat keimanan kepada Tuhan (ma'rifah), inti dari setiap tujuan
dan manfaat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Tuhan melalui ibadah. 3

C. Pembagian Tasawuf
Tasawuf merupakan pengembangan pemahaman terhadap makna lembaga
Islam. Sejak zaman Sahabat dan Tabiin, kecenderungan masyarakat untuk memandang
ajaran Islam secara lebih analitis mulai terlihat. Ajaran Islam mereka dapat dilihat
dalam dua aspek, yaitu aspek eksternal (ritual) dan internal (spiritual), atau aspek
eksternal dan aspek internal. Pendalaman dan pelatihan aspek “batin” mulai dianggap
sebagai hal yang paling penting, tentu tidak bisa diabaikan begitu saja aspek “luar”
yang mempunyai daya dorong untuk mensucikan jiwa. Respon kontemplatif mereka
lebih bersifat ke dalam, yaitu gaya hidup yang mengutamakan emosi, mengutamakan
kemuliaan Tuhan, dan bebas dari egoisme.

Pembagian tasawuf terbagi menjadi 3 sebagai berikut;

1. Tasawuf Amali

3
Siti Aisyah, “Pembelajaran tasawuf pada pondok Pesantren Darul Ulum Muara Mais Jambur.” Dalam
Skripsi Penelitian Pembelajaran Tasawuf pada Pondok Pesantren Darul Ulum Muara Mais Jambur, hal.17,
2016

5
Adapun tasawuf “amali” sendiri dapat dipahami sebagai ajaran tasawuf yang
mengedepankan budi pekerti yang baik, terkait dengan amalan beribadah kepada
Tuhan. Didalamnya ditekankan bagaimana menjaga hubungan dengan Tuhan
melalui dzikir atau wirid yang terstruktur dengan harapan mendapatkan keridhaan
Tuhan SWT. Tasawuf Amali merupakan tasawuf yang menekankan pada
mujahadah, penghapusan sifat-sifat yang tidak baik, mengatasi segala rintangan
tersebut dan menghadapkan diri seutuhnya dengan segala hakikatnya hanya kepada
Allah SWT.4

2. Tasawuf Akhlaki
Dalam wacana intelektual juga terdapat konsep tasawuf yang tetap
mempertahankan esensi asli tasawuf, yaitu akhlak. Inilah sebabnya mengapa hal ini
dapat disebut “tasawuf akhlaki”. Perlu ditekankan di sini mengapa “etika” disebut
sebagai hakikat asli tasawuf, karena arahnya adalah menjalani hidup “sederhana”
dan sikap terhadap kehidupan yang hakiki ini mengarah pada akhlak/perbuatan etis.
Hakikat tasawuf akhlak dalam kehidupan sosial modern mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a) Tasawuf Akhlak Spiritual
Tasawuf mempunyai arti penting bagi manusia modern, dimana tasawuf
mengingatkan manusia bahwa mereka bukanlah robot, melainkan makhluk
jasmani dan rohani. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena sebagai makhluk
dualitas tersebut, manusia mempunyai kemampuan menjalin hubungan baik
dengan dunia material maupun dunia spiritual.
Akhlak merupakan inti ajaran tasawuf yang dapat mendorong manusia
untuk tidak melepaskan kebutuhan spiritualnya. Tasawuf mempunyai potensi
besar mampu mewujudkan pembebasan spiritual, mengajak manusia mengenal
4
Taufiqur Rahman, “Sejarah Perkembangan Tasawuf Amali”, dalam jurnal ASY-SYARI’AH hukum islam,
vol.5, no.1, 2019, hal.62 DOI: https://doi.org/10.55210/assyariah.v5i1.114

6
diri dan Tuhannya. Tasawuf merupakan pedoman hidup beretika, sehingga
dapat menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk paling mulia di muka
bumi ini (ahsani taqwiim).
b) Tasawuf Akhlak Kepribadian
Tujuan tasawuf adalah kesempurnaan perkembangan moral,
kesempurnaan etika. Tanpa kesempurnaan etika, manusia tidak bisa maju. Salah
satu alasan Tasawuf adalah kesempurnaan etika, dalam sejarah tasawuf itulah
tujuan tasawuf Pada dasarnya, ini adalah etika Islam. Dalam akhlak mulia,
tasawuf dan Moralitas dalam bentuknya yang tertinggi merupakan buah dari
tasawuf. Moral adalah hal yang utama antara bagian bawah dan butiran adalah
semboyan sufi. Moralitas selalu menyertai Sufi Ini tidak berarti bahwa moral-
moral ini adalah tasawuf.30 Tasawuf bukan tasawuf satu-satunya sumber
moralitas dalam kehidupan manusia, namun hanya satu sumber akhlak yang
bersumber dari ajaran Islam khususnya bagi para penganut tasawuf (sufi).
Akhlak dalam Tindakan Tasawuf diajarkan untuk mengangkat derajat
umat sampai pada tingkat shafa tauhid. Pada titik ini, manusia mempunyai
moral kepada Allah. Dan jika manusia dapat berperilaku sesuai jalan Tuhan, hal
itu akan terjadi keselarasan dan keselarasan antara kehendak manusia dengan
kehendak-Nya. Menyukai akibatnya, manusia hanya melakukan tindakan positif
dan berguna serta sesuai dengan persyaratan Tuhan.
c) Tasawuf Akhlak Sosial
Gerakan tasawuf tidak hanya fokus pada ritual vertikal maju ke garis
depan sebagai ritual sosial. Tasawuf mempunyai visi dan misi perubahan sosial
dimana tasawuf harus menjadi alternatif solusinya masalah sosial menuju era
sosial baru. Krisis yang melanda negeri ini tidak terbatas pada krisis keuangan,
ekonomi, politik, hukum, sosial dll. namun hal ini dimulai dan diakhiri dengan
krisis moral dan spiritual. Jika ini darurat Ini adalah buah dari krisis spiritual

7
keagamaan. Pentingnya Esoterisme dalam Islam yaitu, tasawuf tidak dapat
disangkal. Pemahaman Al-Qur'an adalah bahwa dunia ini nyata, bukan maya.
Beberapa ayat menekankan agar manusia beriman kepada Tuhan, hari akhir, dan
amal shaleh saleh Ketiga istilah ini merupakan sinyal dan bentukan yang saling
berhubungan dimensi spiritual yang mengarah pada realitas transenden dan
tindakan nyata batin sejarah.

Nilai-nilai pendidikan moral tasawuf akhlak antara lain: Pertama, tasawuf


moral merupakan landasan kodrat setiap manusia Tasawuf adalah potensi ketuhanan
manusia yang sedang bekerja antara lain membentuk model peradaban dunia agar
tasawuf dapat mewarnainya dengan segala kegiatan sosial, politik, ekonomi atau
budayanya. Kedua, tasawuf moral dapat berfungsi sebagai alat kendali dan
pengendalian, sehingga dimensi kemanusiaan tidak ternoda oleh modernisasi yang
mengarah pada dekadensi tentang moralitas, kemanusiaan dan Islam.5

3. Tasawuf Filsafi
Tasawuf Filsafat merupakan suatu konsep dari ajaran tasawuf bahwa
mengenal Tuhan (makrifat) dengan pendekatan rasional (filosofis) berada pada
tingkatan yang lebih tinggi, tidak sekedar mengenal Tuhan (makrifatullah) tetapi
juga lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud ( penyatuan kembali). Dapat juga
dikatakan bahwa tasawuf filosofis adalah tasawuf yang kaya akan gagasan-gagasan
filosofis. Dalam filsafat tasawuf, pendekatan metode sangat berbeda dengan
tasawuf Sunni atau tasawuf Salafi. Jika tasawuf Sunni dan Salafi lebih penting
dalam aspek praktis (‫ال‬LL‫) يلمع‬, maka tasawuf filosofis lebih penting dalam aspek
teoritis (‫ )يرطنال‬sehingga dalam konsep-konsep kajian tasawuf filosofis diutamakan.
Prinsip melibatkan pendekatan filosofis yang sulit diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama bagi orang kebanyakan, bahkan bisa dianggap mustahil.
5
Audah Mannan, “ESENSI TASAWUF AKHLAKI DI ERA MODERNISASI”, dalam jurnal Ilmu Akidah, vol.4, no.1,
2018, Hal.44-50, DOI: https://doi.org/10.24252/aqidahta.v4i1.5172.

8
Tasawuf Filsafat juga merupakan tasawuf yang ajarannya memadukan visi
mistik dan visi rasional pendirinya. Filsafat tasawuf menggunakan terminologi
filosofis dalam ungkapannya, sedangkan terminologi filosofis berasal dari berbagai
ajaran yang mempengaruhi tokoh-tokohnya seperti yang disebutkan diakses
sebelumnya.

Ajaran tasawuf filosofis -nya lebih menyukai teori-teori yang lebih kompleks dan
memerlukan pemahaman yang lebih dalam dan prioritas alasan mereka dan ajaran-
ajarannya memasukkan visi mistik yang misterius dan masuk akal. Yang termasuk
dalam kategori ajaran filsafat tasawuf adalah:

a. Fana' dan Baqa', yaitu lenyapnya kesadaran dan keabadian.


Yang dimaksud dengan fana adalah lenyapnya ciri-ciri dasar, akhlak
tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari dalam tubuh manusia. Sedangkan
baqa adalah kekekalan sifat-sifat ketuhanan, akhlak terpuji, ilmu dan kesucian
diri dari dosa dan maksiat, maka untuk mencapai baqa tersebut perlu dilakukan
upaya-upaya seperti taubat, dzikir, ibadah dan menghiasi diri dengan keutamaan
yang terpuji.

b. Ittihad, yaitu penyatuan antara manusia dan Tuhan. tenaga kuda.


Arti ittihad menurut terminologi sufi adalah menyatunya dua hal
menjadi satu. ttihad artinya bersatunya manusia dengan Tuhan. Jadi, dalam baqa
dan fana, hal ini sesuai dengan pandangan Mustofa Zahri yang mengatakan
bahwa fana dan baqa tidak dapat dipisahkan ketika membahas ittihad. Dalam
ajaran ittihad sebagai salah satu metode tasawuf, sebagaimana dikemukakan al-
Baidawi, “apa yang dilihat hanya satu wujud, padahal sebenarnya ada dua
wujud yang terpisah satu sama lain. yang dirasa hanya sekedar wujud, dalam

9
ittihad ini bisa terjadi pertukaran peran antara sang mencintai (manusia) dan
sang dicintai (Tuhan) atau lebih tepat lagi, antara sufi dan tuhan.

c. Hulul, yaitu penyatuan sifat ketuhanan dan sifat manusia.

Dalam Harifah , hulul artinya Tuhan bertempat di tubuh manusia


tertentu, yaitu manusia yang mampu menghilangkan sifat kemanusiaannya
melalui kematian. Artinya al-hulul bisa dikatakan sebagai tahapan dimana
manusia dan Tuhan bersatu secara spiritual. Dalam hal ini, hulul sebenarnya
merupakan istilah lain dari al-ittihad seperti yang disebutkan di atas. Maksud
dari hulul adalah agar ketuhanan ( lahut) menjelma menjadi manusia ( nasut)
dan hal ini terjadi ketika batin terdalam seseorang telah disucikan dengan
menempuh perjalanan hidup batin .

d. Wahdah al-Wujud, artinya alam dan Tuhan adalah satu.


Wahdat al-wujud merupakan ungkapan yang terdiri dari dua kata yaitu
wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya sendiri, unik atau menyatu, sedangkan
al-wujud artinya ada. Jadi wahdat al-wujud artinya kesatuan yang ada. Kata
wahdah kemudian digunakan dengan berbagai arti. Di kalangan ulama klasik
ada yang mengartikan wahdah sebagai sesuatu yang menurut sifatnya tidak
dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Selain itu, kata al-wahdah juga
digunakan oleh ahli filsafat dan tasawuf sebagai kesatuan antara materi dan
ruh, hakikat (alam) dan forma (bentuk), antara yang kasat mata (eksternal) dan
internal , antara alam dan Tuhan, karena alam pada hakikatnya adalah qadim
dan berasal dari Tuhan.
Pemahaman masyarakat awam Wahdat al-Wujud itu penyatuan Tuhan
dengan manusia telah mencapai hakikat atau dianggap suci. Makna
sebenarnya adalah gambaran bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan

10
segala isinya. Dialah Pencipta, Dialah yang menciptakan manusia, Dialah
Tuhan dan kita adalah bayangan-Nya. Dalam pengertian yang hampir sama,
ada keyakinan lain selain wahdatul wujud, yaitu wahdatul syahid adalah kita
dan semuanya adalah bagian dari sifat Tuhan.

e. Isyraq, adalah pancaran cahaya atau penerangan.

Kata isyraq dalam bahasa arab mempunyai arti yang sama dengan
kata yang menerangi dan juga fajar pertama seperti cahaya yang datang dari
timur (sharq). Tepatnya isyraqi berkaitan dengan kecerahan atau cahaya yang
sering digunakan sebagai simbol kekuatan, kebahagiaan, kesucian,
ketenangan dan hal-hal lain yang membuat bahagia. Lawannya adalah
kegelapan, yang digunakan sebagai simbol keburukan, kesulitan, kerendahan
hati dan segala sesuatu yang membuat manusia menderita. Timur tidak hanya
signifikan secara geografis tetapi juga awal dari cahaya, realitas. Konsep
tasawuf al-Isyraq mungkin merupakan jenis tasawuf yang paling orisinal di
antara konsep tasawuf mazhab yang sama. Perkiraan tersebut cukup masuk
akal mengingat hal tersebut.6

6
Abrar M. Dawud Faza, MA, “tasawuf falsafi”, dalam Jurnal Theosofi dan Peradaaban Islam, vol.1, no.1,
2019, hal.58-68, DOI: http://dx.doi.org/10.51900/alhikmah.v1i1.4050.

11

Anda mungkin juga menyukai