Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH TASAWUF DAN TAREKAT

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

yang diberikan oleh dosen pengampu :

A.M.Ismatullah,S.Th.i.,M.S.I
Disusun Oleh:

1. Elma Cahyani (1817301014)


2. Siti Nur Aureliana F (1817501037)
3. Ghifari Ihda A (1817501019)
4. Diana Umniati (1617501011)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2019
A. Pendahuluan
Tasawuf merupakan cabang dari ilmu islam yang menekankan pada dimensi
spiritual. Karena aspek yang ada dalam tasawuf ini berkaitan dengan aspek
bathiniyah. Ada beberapa teori yang mendefinisikan tasawuf, yang pertama
menyatakan bahwa tasawuf itu diambil dari kata “suffah” yaitu sebuah tempat
imasjid Rasulullah SAW. Di masjid tersebut sekelompok zuhud berkonsentrasi
dalam beribadah kepada Allah. Teoriyang kedua, tasawuf diambil dari kata ‘sifat’
karena para sufi mengaplikasikan sifat-sifat Allah tersebut dalam perilaku sehari-
hari, sehingga sifat tersebut menjadi kepribadiannya. Teori yang ke tiga, tasawuf
diambil dari akar “sufah” yang berarti selembar bulu dan terakhir, tasawuf diambi
darikata “as-safa” yang artinya suci, bersih, dan murni, sebab para sufi dalam
membersihkan jiwanya hingga berada dalam kondisi suci dan bersih1.
Ilmu tasawuf itu adalah tuntunan yang dapat membawa manusia kepada
mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya, yaitu ma’rifat. Ma’rifat ini adalah
merupakan jalan atau tarekat yang terbaik dengan akhlak yang seindah-indahnya
dan jauh lebih baik dari hikmah lahiriyah semata. Maka dari itu,tujuan dari tasawuf
itu tiada lain adalah membawa manusia setingkat demi setingkat menuju lebih dekat
kepada Tuhannnya.2 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sejarah
perkembangan tasawuf dan tarekat, dari awal kelahirannya hingga sampai di
Indonesia. Sejarah perkembangan tasawuf dari kelahirannya, perkembangan di
dunia Islam dan perkembangannya di Indonesia. Di dalamnya disertai dengan nama-
nanma tokoh yang dihasilkan pada tiap-tiap fase perkembangan tasawuf. Tasawuf
memiliki aturan, prinsip dan sistem khusus, yang sebelumnya tasawwuf itu
dipraktekkan secara individual tanpa adanya ikatan satu sama lain. Sedangkan
tarekat itu semacam organisasi atau perguruan dan kegiatannya pun semakin
meluas, tidak terbatas hanya pada dzikir dan wirid maupun amalan-amaan tertentu
saja.3

B. Sejarah Perkembangan Tasawuf

1. Definisi Tasawuf

1
Cecep Alba,Tasawuf dan Tarekat, (Bandung: PT Remaja Rosdakakarya, 2014), hal 9.
2
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Solo : Ramadhani, 1990), hal 36-37.
3
Aminudin, Sejarah Tarekat dalam dunia Islam, diakses di https://www.google.com/search?
q=pdf+sejarah+tarekat&oq=pdf+sejarah+tarekat&aqs=chrome..69i57.16124j0j1&sourceid=chrome
&ie=UTF-8 pada tanggal 25 April 2019 pukul 16:48 WIB
Secara lughat, tasawuf berasal dari bermacam-macam kata. Apabila
kita perhatikan dari bahasa arab, maka kata tasawuf berasal dari tasrif:
tasawwaf-yatasawwafu-tasawwufan. Misalnya, tasawwafar-rajulu, artinya
“seorang laki-laki sedang bertasawuf”.4 Di lihat dari aspek bahasa, tasawuf
adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup
sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana.
Sikap dan jiwa yang demikian itu pada hakikatnya merupakan akhlak mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama
ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendifinisikan
tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia
sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang
ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang
terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan kehidupan dunia, dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Selanjutnya jika sudut
pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus berjuang,
maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan
akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai
makhluk yang ber-Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai
kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju pada
kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.5

2. Dasar-dasar Tasawuf

A. Dasar Al-Quran
Dalam hal ini, tasawuf pada awal pembentukannya adalah
manifestasi akhlak atau keagamaan. Moral keagamaan ini banyak disinggung
dalam al-Quran dan As-Sunnah. Dengan demikian, sumber pertama tasawuf
adalah ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari al-quran dan as-
sunnah, dan amalan-amalan serta ucapan para sahabat tentu saja tidak keluar

4
Rosyid Anwar Sholihin, Akhlak Tasawuf,(Bandung; Nuansa 2005),hal 150.
55
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Rajagrafindo Persada2 006), hal 180.
dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru dua
sumber utama tasawuf adalah adalah al-Quran dan as-Sunnah itu sendiri.
B. Dasar Hadits

Sejalan dengan apa yang telah disitir dalam al-Qur’an, sebagaimana


dijelaskan di atas, ternyata tasawuf juga dilihat dalam kerangka hadits. 6
Umumnya yang dinyatakan sebagai landasan ajaran tasawuf adalah hadits
berikut:

‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬


Artinya: “Barang sisapa yang mengenali dirinya, niscaaya ia akan
mengenai Tuhannya” (Al- Hadits).

3. Kelahiran Tasawuf

Kelahiran tasawuf sendiri memiliki banyak versi. Secara historis,


yang pertama kali menggunakan istilah tasawuf. Teori yanwuf dari seorang
zahid (acsetic) yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi dari Irak (w.150 H). Ada
anggapan lain bahwa lahirnya ilmu tasawwuf bukan bersamaan dengan lahirnya
Islam, tetapi lahirnya tasawuf itu merupakan perpaduan dari berbagai ajaran
agama.7
a. Anggapan adanya pengaruh ajaran non-muslim

1) Pengaruh ajaran Kristen, yaitu adanya tulisan –tulisan tentang rahib-


rahib yang hidup menjauhi dunia dan mengasingkan diri di Padang
pasir Arabia atau menempati biara-biara.
2) Pengaruh ajaan Hindu dan Budha

66
Rosihon Anwar Solihin, Ilmu Tasawuf.......................... hal 25.
7
Noer Iskandar Al Barsany, Tasawuf Tarekat Para Sufi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001),
hal 8-14
 Ajaran Hindu banyak mendorong umatnya untuk meninggalkan
kehidupan dunia untuk lebih mendekattkan diri dengan
Tuhannya untuk mencapai Atman dengan Brahman.
 Ajaran Budha tentang nirwana, untuk mencapainya seorang
budha diawajibkan meninggalkan kehidupan duniawi dan
memasuki hidup kontemplasi.Dalam tasawuf dikenal dengan
konsep fana’.
3) Pengaruh filsafat mistik phytagoras, yaitu kesenangan ruh yang
sebenarnya adalah berada di alam samawi. Maka untuk
memperolehnya, manusia harus membersihkan ruh dengan
meninggalkan kehidupan material. Dalam tasawuf dikenal dengan
zuhud.
4) Pengaruh filsafat emanasi Plotinus, dalam konsep emanasi dijelaskan
bahwa Dzat Tuhan Yang Maha Esa-lah yang memancar dari dalam
wujud ini. Ruh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya.
Dalam tasawuf dikenal dengan wahdatul wujud.

b. Lahirnya Tasawuf bersamaan dengan lahirnya agama islam

Anggapan yang kedua adalah bahwa tasawuf atau sufisme itu lahir
dari agama Islam sendiri. Hal ini bisa dlihat dari ayat Al-Qur’an maupun
hadits tentang ajaran tasawuf. Dalam surat Al-Baqarah ayat1158
dijelaskan“Dan kepunyaan Allah-lah arah timur dan barat, maka kemanapun
kalian mengarahkan (wajah kalian), di situ ada wajah Allah”. Dalam ayat
lain Allah juga menerangkan, “Telah Kami ciptakan manusia dan kami
mengetahui apa yang dibisikkan olehnya. Kami lebih dekat kepada manusia
ketimbang pembuluh darah yang ada pada lehernya”. ( Q.S. Qaff ayat 16) 9.
Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari juga disebutkan hal
serupa, yang artinya “Jika seorang hamba mendekatiKu sejengkal, Aku akan

8
Kementerian Agama , Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Bandung: PT Sygma Exameia
Arkanleema, 2007) hal 18
9
Kementerian Agama , Al-Qur’an dan Terjemahannya…….. hal 388
mendekatinya sehasta, jka ia medekatiKu sehasta, niscaya Aku akan
mendekatinya sedepa, dan jika ia mendekatiKu datang dengan berjalan,
niscaya Aku akan mendatanginya dengan berlari”.Selain dalil diatas, masih
banyak lagi ayat Qur’an maupun hadits yang dijadikan dasar tasawuf oleh
para sufi. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pengaruh dari luar atau tidak,
Islam sendiri mengajarkan sufisme. Ini berarti kelahiran tasawuf bersamaan
dengan lahirnya Islam sendiri.

4. Perkembangan Tasawuf di dunia Islam

Secara historis, tasawuf telah mengalami banyak perkembangan


melalui beberapa tahap sejak pertumbuhannya hingga sekarang. Pada sejarah
umat Islam, ada peristiwa tragis, yaitu terbunuhnya khalifah Usman bin Affan.
Dari peristiwa itu, terjadi kekacauan dan kemerosotan akhlak. Akhirnya para
ulama’ dan para sahabat yang masih ada, berpikir dan berikhtiar untuk
membangkitkan kembali ajaran Islam, mengenai hidup zuhud dan lain
sebagainya. Inilah yang menjadi awal timbulnya benih tasawuf yang paling
awal.10

1) Abad I dan II Hijriyah


Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika
sekelompok kaum muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan
hidupnya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat.
Tokohnya antara lain:

 Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H)


 Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H).

2) Abad III dan IV Hijriyah


Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf.
Praktisi kerohanian yang pada masa permulaan abad ketiga hijriyah mendapat
sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak
semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala
dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung
10
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal 29
dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa
konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai (fana
fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang
dicintai (al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang
syariat dan ahli hakikat.
Pada fase ini berdiri lembaga pendididkan yang khusus
mengajarkan pendidikan cara hidup sufisik dalam bentuk tarekat. Kemudian
dari beberapa tokoh lain muncul istilah fana`, ittihad dan hulul. Fana adalah
suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal
fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu
dengan Allah sehingga masing-masing bisa memanggil dengan kata aku.
Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih. 11 Tokoh-
tokohnya adalah:

 Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)


 Al-Junaid
 Al-Sari Al-Saqathi
 Al-Kharraz
 Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H)

3) Abad V Hijriyah
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf
dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering
disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi
(sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi
terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari

11
Diakse dalams http://kcpkiainws.wordpress.com/2009/06/18/sejarah-perkembangan-tasawuf/
pada 19 april 2019 pukul 14:42 WIB
koridor syari’ah atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Tokoh yang paling
terkenal adalah Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) atau yang lebih dikenal
dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh sufi lainnya. Tokoh tasawuf
pada fase ini adalah:12

 Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)


 Syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H)
 Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H)
 Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 650 H)
 Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.686 H)
 Ibn Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H)

4) Abad VI Hijriyah
Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang
memadukan antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan
filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman – pengalaman yang diklaim
sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam
bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang
sebenarnya adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa
hilang dan sekedar sangkaan dan khayalan. Dalam aliran ini para sufi lebih
mengarahkan tasawuf pada “kebersatuan” dengan Allah. Perhatian mereka
sangat tertuju pada aspek ini, sedangkan aspek praktik nyaris terabaikan. Para
tokohnya antara lain:13

 Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi ( 560 –
638 H.) dengan konsep wahdah al-Wujudnya.
12
Alwi Syihab, Islam Sufistik; Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia,
(Bandung: Mizan,2001), hal 32.

13
Diakses dalam http://kcpkiainws.wordpress.com/2009/06/18/sejarah-perkembangan-tasawuf/
pada 19 april 2019 pukul 14:42 WIB
 Al-Syuhrawardi Al-Maqtul (549 – 587 H.) dengan konsep
Isyraqiyahnya.
 Umar ibn Al-Faridh (w. 632 H)
 Abd Al-Haqqi ibn Sabi’in (w. 669 H)
5. Perkembangan Tasawuf di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah yang dibawa


oleh para pedagang dari luar, termasuk dari Arab. Kemudian Islam di
Indonesia mengalami pasang surut seolah-olah menghilang beberapa abad
lamanya. Tetapi, pada abad ke-11 M, Islam menampakkan kekuasaannya lagi
di Indonesia lewat paham Syi’ah, kemudian pada abad ke-13 berubah lagi
menjadi aliran Syafi’iyah.
Muncul pertanyaan, kapan tasawuf masuk ke Indonesia? Di
Indonesia, tasawuf muncul dalam bentuk Tarekat, misalnya Tarekat Qadiriyah
berasal dari Baghdad, Naqsabandiyah dar Turkistan, dan Sattariyah dari
Makkah, berikut penulis akan coba memaparkan beberapa tokoh tasawuf dari
Indonesia, antara lain:14
a. Perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa
Di akhir abad ke XV Masehi, tepatnya pada tahun 1479 M, berdirilah
kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa (di Demak, Jawa Tengah), dengan
rajanya yang pertama adalah Raden Patah, maka tercatat dalam sejarah bahwa
semenjak itu pula tersebarnya ajaran tasawuf.
Penyebaran agama Islam di pulau Jawa, tidak terlepas dari usaha
para wali yang dikenal dengan nama “Wali Songo”, dengan menggunakan
pendekatan mistik, yang di dalamnya diisi ajaran tasawuf.
Dalam perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa, hampir sama pula
dengan keadaan yang dialami oleh masyarakat Islam di pulau lain, dimana
mereka dihadapkan kepada dua aliran tasawuf yang bertentangan; yaitu aliran

14
Rosyid Anwar, sholihin ,Akhlak Tasawuf………………….. hal 231
Sunni (Salaf) dan aliran Falsafi, sebagai aliran yang sudah berkembang di
Jazirah Arabiyah dan sekitarnya.
Ajaran tasawuf yang bercorak Sunni dan Falsafi di pulau Jawa, tetap
dianut oleh masyarakat. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, tasawuf yang
bercorak Falsafi inilah yang mengarah kepada aliran kebatinan, sesuai
kenyataan sekarang ini. Tentu saja aliran ini, sudah dimasuki oleh unsur-unsur
kepercayaan lain yang pernah dianut oleh masyarakat Jawa sebelumnya.
Sehingga mewujudkan suatu bentuk lain, yang disebut aliran kebatinan dan
kepercayaan.
Tetapi aliran tasawuf yang beraliran Sunni, tetap dikembangkan oleh
masyarakat Muslim, dengan tidak meninggalkan unsur-unsur keislamannya.
Hanya saja, pada perkembangan selanjutnya, tasawuf yang bercorak Sunni ini
diajarkan lewat Tarekat yang dianggap Mu’tabarah oleh Ulama Tasawuf
Indonesia.

A. b. Perkembangan Tasawuf di Pulau Sumatera


Perkembangan tasawuf di Sumatera, tidak terlepas dari upaya
maksimal para ulama Shufi yang bermukim di beberapa daerah di pulau
tersebut, untuk mengembangkan ajarannya. Ulama-ulama Shufi yang sangat
berpengaruh di Sumatera. Antara lain;

a. Syekh Hamzah Pansuri


b. Syekh Syamsuddin bin abdillah As-Sumatraniy
c. Syekh Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri
d. Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani

c. Perkembangan Tasawuf di Pulau Kalimantan

Perkembangan tasawuf di Kalimantan, sama halnya di pulau lain di


Nusantara, dimana ulama yang bermukim di sana, berupaya semaksimal
mungkin untuk menyebarkan ajaran tasawufnya, melalui dakwahnya, buku-
buku karangannya, maupun melalui Tarekatnya.
Salah seorang Shufi yang terkemuka di Kalimantan Barat adalah
Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi. Kemudian kita meninjau lagi
perkembangan tasawuf di Kalimantan Selatan; antara lain dikembangkan oleh
Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al-Banjari.
Ulama-ulama inilah yang membekali Ilmu Tasawuf yang sangat luas
kepada Syekh Muhammad Nafis, sehingga ia mendapatkan pengakuan yang
tinggi oleh masyarakat luas di kalimantan selatan, dengan gelar Al-‘Alimul
‘Allamah Wal Fahhamah.

d. Perkembangan Tasawuf di Pulau Sulawesi

Perkembangan tasawuf di Sulawesi, tidak jauh berbeda dengan


keadaan di pulau lain, dimana ajaran tasawuf yang diterimanya, ada yang
bercorak Sunni dan ada pula yang bercorak Falsafi. Dan yang sangat
disayangkan, karena kebanyakan penganut tasawuf Falsafi mencampur-
baurkan ajaran tasawuf dengan ilmu hitam (guna-guna), sehingga makin
membingungkan masyarakat awam. Hal semacam inilah yang membuat citra
tasawuf di masyarakat semakin direndahkan, sehingga sekarang kurang
diminati orang.
Dalam pembahasan ini, penulis mengemukakan salah seorang Ulama
tasawuf dari kesekian banyak ulama’ yang menekuni ilmu tersebut. Ulama
yang dimaksudkan itu adalah Syekh Tajul Khalwati Al-Makassari; lahir 8
Syawal 1036 H. (3 Juli 1629 M.)
Ia termasuk penganut ajaran tasawuf yang beraliran sunni, yang
bermukim di Goa (Sulawesi Selatan). Dan di sana mula-mula mengajarkan
ilmunya kepada masyarakat, meskipun ia sendiri masih berasakan kekurangan
ilmu. Sehingga selalu bercita-cita hendak merantau ke daerah lain untuk
menambah ilmu yang dimilikinya.15

C. Sejarah Perkembangan Tarekat

1. Definisi Tarekat16
Perkataan tareqat, kata jamaknya tara’iq dan turuq berasal dari kata
kerja taraqa yatruqu atau tariqa yatraqu yang membawa berbagai perbedaan
bentuk dan kontek penggunaannya dalam sesuatu percakapan atau sesuatu
ayat. Di dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. Nabi bersabda:
‫اعوذ بك من طوارك الليل اال طارقا يطرك بخير‬
“Aku berlindung dengan Engkau ya Allah SWT dari semua kejadian yang
berlaku pada waktu malam, kecuali kejadian yang akan berlaku dengan
membawa kebaikan”.
Perkataan yatruqu dalam hadis di atas membawa maksud berlaku
atau akan terjadi. Dari keterangan yang ringkas diatas mengenai kata kerja
taraqa yatruqu dan tariqa yatruqu jelas sekali kedua-dua bentuk kata kerja
tersebut mempunyai makna mengikut konteks penggunaannya. Sesuai dengan
kedua bentuk kata kerja itu maka tariqah itu tentu mempunyai berbagai
makna.
Syekh Muhammad Amin Kurdi mendefinisikan tareqat sebagai berikut:
‫ا لطريقة هي العمل بالشريعة واألخذ بعزائمها والبعد عن التساهل فيما ال ينبغي التساهل فيه‬
“Tareqat adalah pengamalan syari’at dan dengan tekun melaksanakan
ibadah dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah pada apa yang tidak
boleh dipermudah”.
Sedangkan Muhammad Yusuf Musa dalam kitabnya falsafah al-
Akhlaq fi al Islam mendefinisikan tareqat sebagai berikut:

15
Mahyuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, (Jakarta; Kalam Mulia, 2003), hal 101.
16
Zulkifli, Akhlak Tasawuf; jalan lurus mensucikan diri, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018) hal 117
‫الطريقة اجتناب المنهيات ظاهرا و باطنا وامتثال األوامرااللهبة بقدر الطاعة‬.
“Tareqat adalah menjauhi larangan-larangan baik secara zahir (terang-
terangan) maupun secara batin (sembunyi-sembunyi), dan menjunjung tinggi
perintah-perintah Tuhan menurut kadar kemampuannya”.
Kemudian Ibnu Arabi menyatakan bahwa tarekat sebagai berikut:
‫الطريقة هي اجتناب المجرمات والمكووهات وغضول المباحات واداء الفرائض ومااساطاع من‬
‫النوافل تحت رعاية عارف من اهل النهايات‬
“Tareqat adalah menghindari yang haram dan makruh serta berlebih-lebihan
dalam hal yang mubah dan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan serta hal-
hal yang sunnah sebatas kemampuan di bawah bimbingan seorang Arif dan
ahli nihayah”.
Sementara itu Harun Nasution berpendapat bahwa tareqat berasal
dari kata thariqah adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi
agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Tareqat juga
mengandung arti organisasi yang mempunyai syekh, kemudian mempunyai
upacara ritual dan zikir tertentu.
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan
tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:
a. Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah
(dengan tekun) dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah, yang
sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.
b. Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan
sesuai degan kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata, maupun
yang tidak nyata (batin).
c. Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh,
memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat,
menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan
kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari
(Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
Dari pengertian diatas, maka tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi:
yaitu amaliyah dan perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan
latihan kejiwaan (kerohanian), baik yang dilakukan oleh seorang, maupun
secara bersama-sama. Tarekat berhubungan dengan amalan-amalan atau
latihan-latihan kerohanian dengan cara tertentu untuk dapat dekat dengan
Allah SWT.
Di antara hal-hal yang dapat disimpulkan dari definisi tarekat di
atas adalah:
a. Pengamalan syari’at
b. Menghayati hakekat ibadah
c. Tidak mempermudah dalam beribadah
d. Menjauhi segala yang dilarang baik yang zahir maupun yang batin
e. Menjunjung tinggi perintah-perintah ilahi dengan kadar kemampuan
f. Menghindari segala yang haram, makruh dan berlebih-lebihan dalam
hal yang mubah
g. Menunaikan segala yang difardhukan
h. Melaksanakan amalan-amalan sunnah sebatas kemampuan
i. Dibawah bimbingan para syekh yang arif dan ahli an-nihaya
2. Dasar Tarekat17
Amalan utama yang yang dilakukan dalam tarekat dan tasawuf, yaitu
wirid dan zikrullah. Sehubungan dengan amalan ini Allah SWT berfirman di
dalam surah al-Ahzab : 41-42
         .B
  

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)


Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu
pagi dan petang.”

17
Zulkifli, Akhlak Tasawuf; jalan lurus ………………hal 123
Ayat diatas membawa maksud perintah kepada orang-orang yang
beriman supaya berzikir dengan menyebut nama Allah SWT serta bertasbih
menyeru nama-Nya di waktu pagi dan petang, siang maupun malam. Amalan
zikir dalam ayat ini adalah bersifat mutlak yang masih belum ada qayyidnya.
Dapat dinyatakan disini bahwa syari’at zikir masih dalam bentuk yang global.
Rasulullah SAW sendiri tidak banyak merinci atau mentaqyidkannya, baik
yang berbentuk syarat, rukun, ataupun kaifiyat dalam beribadah.
Tasawuf seringkali dikenal istilah Thariqah, yang berarti jalan, yakni
jalan untuk mencapai Ridha Allah SWT. Dengan pengertian ini bisa
digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi
menyatakan, At thuruk bi adadi anfasil mahluk, yang artinya jalan menuju
Allah SWT itu sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan macam-
macamnya. Orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati-hati,
karena ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang
tidak diterima18. Ada beberapa hal yang menjadi penting dalam pembahasan
sejarah perkembangan tarekat di Indonesia, yakni:
1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan tarekat19
Berbicara tarekat, tentu tidak bisa terlepas dari tasawuf karena pada
dasarnya tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia islam tasawuf telah
menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu
tersendiri. Landasan tasawuf yang telah terdiri dari ajaran nilai, moral dan
etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan, serta olah jiwa dalam suatu kekhusyuan
telah terpancang kokoh.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan muamalah dalam tarekat
walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan
abad sesudah adanya contoh kongkrit pendekatan kepada Allah SWT. Yang
telah dicontohkan kepada Nabi Muhammad SAW. kemudian diteruskan oleh

18
Zulkifli, Akhlak Tasawuf; jalan lurus…….. hal 124
19
Zulkifli, Akhlak Tasawuf; jalan lurus…….. hal 125
sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabi’it tabi’in, dan seterusnya sampai kepada
Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak nabi
hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang lazimnya dikenal
dengan silsilah tarekat.
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan
kelahiran/kehadiran agama Islam itu sendiri di sebuah wilayah, yaitu ketika
Nabi SAW diutus menjadi rasul. Fakta sejarah menunjukan bahwa pribadi
nabi Muhammad SAW sebelum diangkat mjadi Rasul telah berulang kali
bertakhannus atau berkhalwat di gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan
diri dari masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu
keduniaan. Takhannus dan khalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan
jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang
kompleks.
Proses khalwat yang dilakukan nabi tersebut dikenal dengan tarekat.
Kemudian diajarkan kepada sayyidina Ali ra. Dan dari situlah kemudian Ali
mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai akhirnya
sampai kepada Syaikh Abd Qadir Djailani, yang dikenal sebagai pendiri
Tarekat Qadiriyah.
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali mengatakan bahwa
tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan)
menuju Allah SWT melalui tahapan-tahapan/maqamat. Dengan demikian
tarekat memiliki dua pengertian, yaitu:
 Pertama, Tarekat adalah metode pemberian bimbingan spiritual
kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju
kedekatan diri dengan Tuhan.
 Kedua, Tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi yang ditandai
dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, dan
khanaqah. Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga
sistem yaitu: system kerahasiaan, system kekerabatan, dan system
hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau
mursyid, wali atau qutub.

2. Periode perkembangan tarekat di Indonesia20


Menurut sejarah, masuknya tarekat ini ke Indonesia bersamaan
dengan memuncaknya gerakan tasawuf internasional,macam- macam tarekat
antara lain;21 Tarekat Khalwatiyah, Syattariyah, Tijaniyah, Qadiriyah,
Syadziliyzh, Rifa’iyah,Idrisiyah, dan yang paling besar dan menyeluruh
tersebar di seluruh kepulauan Nusantara adalah tarekat Naqsabandiyah. 22
Kurangnya informasi yang bersumber dari fakta peninggalan agama islam.
Sehingga dapat dikatakan sejarah tentang hal ini tidak memiliki dasar yang
kuat. Tidaklah mengherankan bila hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya
menemukan fakta tentang masa lampau Islam di Indonesia. Islam di Indonesia
tidak sepenuhnya seperti yang digariskan Al-Qur’an dan Sunnah saja,
pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa kitab-kitab fiqih itu dijadikan
referensi dalam memahami ajaran Islam di berbagai pesantren, bahkan
dijadikan rujukan oleh hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan
pengadilan agama.
Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap:
1. Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India,
dan Persia di sekitar pelabuhan.
2. Datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di
semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina, sampai abad XIX M.
3. Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial, terutama Belanda
di Indonesia.

20
Zulkifli, Akhlak Tasawuf; jalan lurus……. hal 128
21
Zulkifli, Akhlak Tasawuf; jalan lurus……. hal 129
22
Diakses dalam https://www.sarjanaku.com/2011/1/pengertian-tarekat-dansejarah.html?m=1
pada 25 April 2019 pukul 21:21 WIB
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang
memungkinkan terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan
menjadikan pengaruh luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan
kemudian disesuaikan dengan budaya yang dimilikinya, maka lahirlah dalam
bentuk baru yang khas Indonesia. Misalnya: lahirnya tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-
Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati
bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan
bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah
keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan.
Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat di sebagian kecil
rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan
dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya,
yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan
nuraninya.

D. Kesimpulan
Tasawuf adalah bidang kegiataan yang berhubungan dengan
pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Bertasawuf bertujuan memperoleh hubungan secara sadar antara manusia
dengan Tuhannya untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan mengikuti
konsep-konsep yang ada dalam taasawuf. Sedangkan tarekat yaitu jalan.
Menurut para ahli tasawuf bahwa tarikat adalah jalan atau cara yang ditempuh
menuju kehadirat Allah SWT. Ada pula yang beranggapan bahwa adalah
metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan
kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Secara garis besar,
perkembangan tasawuf dan tarekat baik di dunia Islam maupun di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu pengetahuan dan keadaaan sosial
politik umat Islam saat itu. Hal yang penting adalah bagaimana kita bisa selalu
berupaya untuk mendekatkn diri kepada Allah Swt dengan menjadikan syariat
Islam sebagai pedoman untuk mencapai hakikat.

Daftar Pustaka

Alba , Cecep. 2014. Tasawuf dan Tarekat. Bandung : PT Remaja Rosdakakarya.

Atjeh , Abu Bakar. 1990. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo : Ramadhani.

Sholihin, Rosyid Anwar. 2005. Akhlak Tasawuf. Bandung: Nuansa.


Aminudin, Sejarah Tarekat dalam dunia Islam, diakses di https://www.google.com/search?
q=pdf+sejarah+tarekat&oq=pdf+sejarah+tarekat&aqs=chrome..69i57.16124j0j1&sourceid
=chrome&ie=UTF-8 pada tanggal 25 April 2019 pukul 16:48 WIB

Mahyuddin. 2003. Kuliah Akhlaq Tasawuf. Jakarta; Kalam Mulia.

Diakses dalam https://www.sarjanaku.com/2011/1/pengertian-tarekat-dansejarah.html?m=1 pada


25 April 2019 pukul 21:21 WIB

Zulkifli. 2018. Akhlak Tasawuf; jalan lurus mensucikan diri, Yogyakarta: Kalimedia.

Anda mungkin juga menyukai