Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN ILMU TASAWUF DALAM STUDY ISLAM

Yuni Vara Awalya

yunivaraawalya@gmail.com

Pascasarjana Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Sunan Giri Ponorogo, Indonesia

Abstrak Islam adalah agama yang turunkan untuk umat manusia dengan melalui
Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk pada jalan yang benar dalam
kehidupan hingga akhir zaman. Dengan keberadaan Islam dapat
membawa umat manusia pada kebaikan, karena Islam sendiri memiliki
cakupan yang luas sehingga perlu ilmu dan pendekatan untuk dapat
memahami. Dengan pendekatan yang tepat dapat memperlihatkan Islam
yang sesungguhnya secara dinamis sehingga memberikan alur jalan
keluar dari berbagai permasalahan dalam kehidupan.
Salah satu pendekatan yang sesuai yaitu pendekatan tasawuf yang
membahas Islam secara teliti dari sudut terumit sekalipun dalam
kehidupan manusia. Untuk menemukan kesimpulan secara umum
maupun khusus. Pendekatan ini juga dapat didefinisikan suatu cara
pandang dalam menjelaskan hal yang nampak. Tasawuf merupakan
bidang studi yang membahas tentang perhatian perkembangan aspek
kerohanian manusia yang dapat meningkatkan akhlak manusia menjadi
lebih baik. Tasawuf telah di ajarkan para sufi untuk terus di pelajari dan
mengamalkannya agar berada dalam jalan yang dapat membangkitkan
Islam global. Untuk masyarakat yang awam, akan menganggap
spiritualisme. untuk dakwah dalam mendorong etos kerja untuk
mengatasi permasalahan dalam hidupnya.

Kata kunci Tasawuf, Studi Islam.

1
A. PENDAHULUAN
Islam menjadi suatu objek yang sangat menarik untuk dikaji dan diteliti. Dari berbagai
aspek yang terdapat dalam islam dapat dikembangkan menjadi suatu hal yang dapat di
analisis dengan berbagai pendekatan. Salah satu aspek yang melekat pada Islam yaitu
mistik yang selalu identik dengan tasawuf. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Fazlur
Rahman dan Harun Nasution, aspek dalam Islam terbagi menjadi beberapa di antaranya
aspek teologi, aspek ibadah, aspek moral, aspek filsafat dan aspek kebudayaan.
Studi Islam dapat di artikan sebagai suatu usaha dalam mempelajari berbagai macam
hal yang berkaitan dengan agama Islam dengan cara memahami secara mendalam
tentang sebuah seluk beluk agama Islam baik secara tekstual maupun kontekstual.
Dalam aturan agama Islam yang membahas tentang adab dan tata krama, maka para
tokoh menyebutnya dengan akhlak atau tasawuf.
Tasawuf merupakan suatu bentuk khazanah intelektual Islam yang kehadirannya dapat
dirasakan secara perlahan. Menurut sejarahnya tasawuf membantu manusia menuju
sebuah perjalanan agar selamat di dunia maupun di akhirat. Sejatinya tasawuf menjadi
salah satu bidang studi Islam yang berpusat pada pembersihan aspek kerohanian
manusia yang dapat menciptakan kebaikan akhlak. Menurut Reynold A. Nicholson,
tasawuf termasuk dalam unsur vital dalam islam, sehingga ketiadaannya akan
mengurangi pemahaman mengenai gagasan dan bentuk sufistik yang perlu mereka
kembangkan. Pada dasarnya kita bersusah payah menulusuri kehidupan keagamaan
Muhammad yang terlihat saja. Dengan pendekatan taswuf ini seseorang bisa lebih
pandai dalam mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi dengan orang lain baik
berupa kejujuran, kedisplinan dan tangggung jawab lainnya. Dengan begitu tasawuf
diharapkan dapat mengatasi segala penyimpangan moral dalam segala bentuk.

B. PEMBAHASAN

Pengertian tasawuf

Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata tasawuf di ambil dari kata safa’ yang berarti
bersih dan dinamakan sufi karena hatinya yang tulus dan bersih kepada yang maha
pencipta.1 Istilah tasawuf telah popular dikalangan masyarakat, ada yang berpendapat
bahwa kata shaf yang berarti baris, yang mengartikan bahwa kaum muslim awalnya

1
Abuddin Nata, Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf, hlm. 151

2
hanya berdiri di baris pertama dalam solat.2 Sedangkan menurut Junaid Al- Baghdadi
tasawuf ialah membersihkan hati dan sifat yang menyamai hewan, menekan sifat
bassariyah, mengekang nafsu, memberikan tempat untuk kerohanian, berpegang teguh
pada kebenaran, mengamalkan sesuatu yang utama, memberikan nasehat, menepati
janji kepada Allah dan menjalankan syariat.3 Tasawuf merupakan bidang studi islam
yang memusatkan perhatian pada perkembangan pembersihan aspek rohani manusia
yang menimbulkan adanya akhlak manusia.

Menurut Dr. Ibrahim Basyumi tasawuf memeliki 3 pengertian yaitu:

1. Bidayah (tasawuf dalam tataran elementer), menekankan kecendrungan jiwa serta


kerinduan yang terlahir secara fitrah kepada sang maha mutlak.
2. Mujahadah, yaitu menonjolnya akhlak dan amal dalam mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
3. Madzaqaf, pengamalan batin dan perasaan yang mengutamakan dzat yang mutlak.

Tasawuf awal mulanya bersifat suci, yaitu hendak memperbaiki budi pekerti. Ketika itu
juga timbul bahwa setiap orang dapat menjadi seorang sufi, tidak perlu menggunakan
pakaian tertentu, bendera tertentu dan berkhalwat selama berhari-hari di dalam kamar
atau mengadu kening guru.

Istilah yang berkembang dalam tasawuf

Istilah yang berkembang pertama kali dalam tasawuf ialah tasawuf itu sendiri. Harun
Nasution mendefiniskan tasawuf sebagai suatu ilmu pengetahuan dan mepelajari cara
dan bagaimana cara agar seorang islam dapat lebih dekat dengan Allah SWT. Yang
kedua yaitu sufi, berarti bahwa orang yang disufikan atau disucikan adalah orang yang
telah menjalani Latihan berat untuk menyucikan dirinya dan dalam waktu lama. Ketiga,
syariat. Secara etimologi syariah berasal dari Bahasa arab syara’a yasya’u wa
syari’atan yang artinya jalan ketempat air. Dengan kata lain jalan yang lurus yang harus
dituntut. Keempat, thariqah. Menurut Harun Nasution kata ini memiliki arti jalan yang
harus ditemouh oleh seorang sufi dalam suatu tujuan yang memiliki kedekatan dengan
tuhan.4 Kelima, hakikat. Secara etimologi, hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau

2
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodelogi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal110
3
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: ikhtiar baru van hoeve, 2002 jld 4 hal
139.
4
Jurnal At-Tafkir Vol. VII No. 1 Juni 2014

3
sumber asal dari sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain dari
syari’at yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek bathiniyah. Keenam, ma’rifat. Secara
etimologi, makrifat berarti pengetahuan atau pengenalan. Sedangkan dalam istilah sufi,
ma’rifat itu diartikan sebagai pengetahuan mengenal Tuhan melalui hati (Qalb).

Sumber dan perkembangan pemikiran tasawuf

1. Sumber ajaran tasawuf


Ajaran tasawuf memiliki identitas dimana orang yang menekuninya tidak menaruh
perhatian pada kehidupan dunia. Al- quran adalah kitab yang didalamnya terdapat
sejumlah ayat yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan tasawuf. Didalam
al-quran terdapat perintah untuk berzikir yang berbunyi “bahwasannya tidak ada tuhan
selain aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. Dan sebutlah nama (Allah)
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.5 Disamping itu ada sebuahn Riwayat yang
menjelaskan bahwa nabi Muhammad saw Ketika ramadhan bertahannus di gua hira
untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dari keramaian kehidupan. Aisyah
R.A pernah berkata bahwa sesungguhnya nabi Muhammad saw bangun ditengah
malam untuk melaksanakan ibadah solat, sehingga kedua kaki nya menjadi lecet.
Aisyah R.A bertanya kepadanya “wahai Rosulullah kenapa anda tetap melakukannya,
padahal Allah sudah tentu mengampuni segala dosamu yang telah lalu maupun yang
akan datang?”. Lalu Nabi menjawab “salahkah jika aku ingin menjadi bagian dari
hamba Allah yang selalu besyukur”.6
Tasawuf sebagai sebuah disiplin keilmuan Islam, baru muncul pada abad ke II H/XIII
M, atau paling tidak dalam bentuk yang lebih jelas pada abad ke III H/X M. Namun,
sebagai pengalaman spiritual, tasawuf telah ada sejak adanya manusia, Usianya setua
manusia. Semua nabi dan Rasul adalah Sufi, yang tidak lain adalah manusia sempurna
(insan kamil). Nabi Muhammad adalah Sufi terbesar karena beliau adalah manusia
sempurna yang paling sempurna.
a. Abad pertama dan kedua hijriyah
Sejumlah orang pada masa ini tidak terlalu menaruh perhatian pada kehidupan
materi layaknya pakaian, tempat tinggal dan makanan. Mereka lebih focus
terhadap kehidupan ibadah untuk kehidupan yang lebih kekal di akhirat. Salah
satu tokoh pada masa ini yaitu: Salman Al-Farisi, Abu Dzarr Al-Ghifari.

5
Q. S. Al- Anfal: 45
6
HR. Bukhari dan Muslim

4
Sedangkan dari kalangan tabi’in, diantaranya adalah Hasan al-Bashri, Malik bin
Dinar dan lain-lain.
b. Abad ketiga dan keempat hijryah
Pada masa ini para sufi mulai memperhatikan sisi teoritis psikologis dalam
rangka perbaikan prilaku sehingga tasawuf bisa menjadi ilmu akhlak beragama.
Para sufi menaruh perhatian setidaknya pada tiga hal yaitu: jiwa, akhlak dan
metafisika. Diantara tokoh-tokoh pada abad ini adalah Ma’ruf al-Kharkhi, Abu
Faidh Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri, Abu Yazid Al-Bustami, Junaid al-
Baghdadi, Al-Hallaj dan lain-lain.
c. Abad kelima hijriyah
Pada masa ini lahirlah sufi besar, Al-Ghozali. Dengan tulisan momumentalnya
tahafut al-falasifah dan ihya ‘ulum al-din. Al-Ghazali mengajukan kritik- kritik
tajam terhadap pelbagai aliran filsafat dan kepercayaan kebathinan dan
berupaya keras untuk meluruskan tasawuf dari teori-teori yang ganjil tersebut
serta mengembalikannya kepada ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
d. Abad keenam dan ketujuh hijriyah
Pada abad ini muncul tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat
dengan teori yang tidak murni dari tasawuf dan tidak murni dari filsafat. Yang
akhirnya dikenal dengan sebutan tasawuf falsafi. Tokoh terkemuka diantaranya
Suhrawardi, Mahyuddin Ibn Arabi, Umar Ibn al-Faridh dan lain-lain.
e. Abad kedelapan dan seterusnya
Pada abad kedelapan tasawuf mengalami kemunduran, karena orang yang
berkecipung dalam tasawuf, kegiatannya sudah terbatas pada komentar-
komentar atau meringkas buku tasawuf terdahulu. Pada priode ini bahkan
hamper tidak terdengar perkembangannya, meski masih banyak tokoh yang
mengemukakan pikiran mereka perihal tasawuf. Diantaranya Al-Kisani dan
Abdul Karim Al-Jilli. Di antara penyebab kemunduran mungkin adalah kebekuan
pemikiran serta spritualitas yang kering melanda dunia Islam semenjak masa-masa
akhir periode Dinasti Umayyah

Tasawuf modern

Tasawuf modern awal mulanya ialah sebuah istilah yang berasal dari buku karya
Prof. Buya Hamka, dimana sebuah tasawuf hanya terdiri dari tasawuf sunni pada
abad abad kedua. Selanjutnya berdirilah macam tasawuf yang lain seperti

5
tasawuf akhlaki, tasawuf, tasawuf falsafi, tasawuf amali, dan tasawuf syiah.
Dengan demikian muncullah pemikiran baru, yaitu tasawuf modern. Semua
aliran yang ada pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mencintai Allah.

Tasawuf modern mengarah pada bagaiamana cara manusia agar bisa menjadi
manusia yang lebih baik dan memiliki ketaatan.

Pengertian Studi Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) studi memiliki arti sebuah
penelitian ilmiah, kajian, atau sebuah telaahan.7 Secara terminologi, studi
merupakan aktivitas dimana terdapat suatu proses dari yang tidak tau menjadi tau,
yang awal mulanya tidak mengerti menjadi mengerti, serta yang awalnya tidak
paham menjadi paham secara optimal.8 Sedangkan studi Islam merupakan kajian
sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memaknai, serta menganalisis hal-hal
tertentu yang berkaitan dengan Islam secara mendalam, baik terkait pokok ajaran
agama Islam, sumber ajaran Islam, sejarah Islam, atau realitas pelaksanaannya
dalam kehidupan sehari-hari.9

Studi Islam menjadi salah satu kajian yang mendapatkan perhatian lebih dari
kalangan para ilmuwan. Jika diteliti lebih dalam, terlihat bahwa studi Islam mulai
banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi lainnya. Upaya dalam
mempelajari agama Islam tersebut pada hakikatnya tidak hanya dilaksanakan oleh
kalangan umat Islam. Tujuannya ialah untuk memahami secara mendalam ajaran
islam sehingga mereka dapat mengamalkan dengan baik dan benar. Berbeda bagi
kalangan non-islam, studi islam bertujuan hanya untuk mempelajari seluk beluk
agama dan praktik agama yang berlaku di kalangan umat islam yang semata
sebagai ilmu pengetahuan.

Pendekatan Ilmu Tasawuf Dalam Study Islam

Melalui studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui bagaimana cara melakukan
pembersihan diri agar dapat mengamalkannya dengan benar. Dengan ini

7
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): kamus versi online di akses pada tanggal 21 Desember 2023 jam
14.00
8
Achmad Slamet, Metodelogi Studi Islam: Kajian Metode Dan Ilmu Keislaman, (Yogyakarta: Deepublish,
2016), hlm.9.
9
Neneng Nur Khasanah,dkk, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta:amzah, 2018), hlm.3.

6
diharapkan dapat tampil sebagai orang yang pandai mengendalikan diri pada saat
berinteraksi dengan orang disekitarnya atau orang yang berinteraksi. Setiap
manusia diharapkan dapat mengamalkan sifat kejururan, bertanggung jawab,
dispilin dan lainnya. Maka dari itu dapat mencegah adanya penyimpangan moral
yang mengacu pada bentukpenipuan, korupsi, penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan. Menurut pendapat Harun Nasution, ia mengatakan bahwa kajian
tasawuf dapat disajikan dalam bentuk pendekatan tematik yang berdasarkan studi
kritik terhadap ajaran tasawuf. Pendekatan yang menggunakan konsep tematik
dapat terasa lebih sangat menarik karena langsung tertuju pada persoalan tasawuf
itu sendiri, dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat pada tokoh. Pada
kajian tersebut bersifat deskriptif ekploratif,yakni mennggambarkan sebuah
ajaran sebagaimana yang tertera dengan mengemukakan sedemikian rupa walau
hanya sebatas garis besar nya saja.10

Sejalan dengan fungsi serta perannya, berapa ahli tasawuf berupaya membentuk
sebuah penelitian tasawuf. Secara singkat akan di jelaskan dalam berapa model peneilitian
tasawuf.

1. Model Sayyed Husein Nashr (metode tematik)


Pendekatan yang dimaksud dalam tasawuf ialah pendekatan yang berupaya untuk
menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema tertentu.
2. Model Mustafa Zahri (pendekatan eksploratif)
Pada pendekatan ini tasawuf menekankan kita pada ajaran tasawuf berdasarkan literatur
yang ditulis oelh para ulama dengan mencari rujukan pada al-quran dan hadist. Seperti
yang dilakukan oleh Mustafa zahri, karyanya kunci memahami ilmu tasawuf dengan
menggali berbagai sumber tasawuf itu sendiri.
3. Model Kautsar Azhari Noor (pendekatan tokoh)
Pendekatan studi tokoh seperti yang dilakukan oleh dosen IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Kautsar Azhari, Ibn Arabi Wahdat al- Wujud dalam perdebatan. Penelitian ini
cukup menarik dengan pembawaan Wahdat al- Wujud, yang menimbulkan kontroversi
di kalangan para ulama karena paham yang membawa paham reingkarnasi, serab tuhan,
yakni Tuhan menjelma dalam ciptaan-Nya, sehingga mengganggu zat Tuhan.
4. Model Harun Nasution (pendekatan tematik)

10
H.A. Rivay Siregar, Tasawuf dari sufisme Klasik Ke Neo Sufisme, hal. 248

7
Penelitiannya dituang dalam sebuah buku berjudul falsafah dan misitisme dalam islam,
yang diterbitkan oleh bulan bintang Jakarta pada tahun 1973. Pendekatan ini bersifat
tematik.
5. Model AJ. Arberry (pendekatan kesejahteraan)
Pada pendekatan ini lebih bersifat kombinasi atau memiliki perpaduan antara
pendekatan tematik dan studi tokoh.11
Dalam pendekatan tasawuf memiliki prinsip dan tujuan sebagai berikut:
1. Mensucikan diri dari perbuatan yang tercela
2. Memegang teguh syara’
3. Bersikap zuhud terhadap urusan dunia
4. Membebaskan diri dari belenggu syahwat
5. Menapak dan naik pada jengjang maqamat dan ahwal, sehingga mencapai fana’ dari
segala sesuatu selain Allah SWT.
6. Memperoleh makrifat sempurna dari Allah melalui jalan yang baik.
Karakteristik dalam pendekatan tasawuf memiliki sedikitnya 3 pokok ajaran yang
dikembangkan dalam sebuah kajian islam di antaranya yaitu:
a. Tasawuf akhlaki
Tasawuf akhlaki memiliki arti bahwa manusia cendrung mengikuti hawa nafsunya
daripada mengendalikannnya. Keinginan untuk menguasai dunia kebih besar. Pada
awal tahap kehidupan tasawud mengharuskan kita untuk melakukan amalan- amalan
rohani yang cukup, tujuannya agar dapat membersihkan jiwa dari nafsu.
b. Tasawuf Amali
Tasawuf amali merupakan lanjutan dari taswuf akhlaki dimana manusia tidak
dapat hidup hanya dengan mengendalkan amalan yang dikerjakan sebelum ia
membersihkan diri.
c. Tasawuf falsafi
Tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional. Pada tasawuf ini menggunakan terminologi falsafi dalam
pengungkapan ajarannya. Ciri umum dari tasawuf falsafi ialah kesamaran
ajarannya yang diakibatkan banyaknya ungkapan dan peristilahan khusus yang
dipahami oleh mereka yang memang sudah memahami taswuf ini.

11
Harun nasution,1986, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya: jilid II, universitas Indonesia, Jakarta.

8
C. KESIMPULAN

Tasawuf merupakan bidang studi yang membahas tentang pemusatan perhatian pada
perkembangan aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan akhlak manusia itu sendiri.
Pengimplementasian tasawuf yang ditawarkan oleh para sufi dapat menjadi jalan menuju
kebangkitan islam global seperti yang ada pada zaman keemas an islam. Pada hakikatnya bagi
masyarakat terbelakang, spiritualime harus memiliki fungsi sebagai paradigma dalam dakwah
untuk terus mendorong peningkatan etos kerja yang baik. Sedangkan bagi masyarakat maju,
spiritualisme berfungsi untuk mejadi paradigma dakwah dalam membentuk tali penghubung
kepada tuhan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf.


Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, 2004. Metodelogi Studi Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Achmad Slamet, 2016. Metodelogi Studi Islam: Kajian Metode Dan Ilmu Keislaman,
Yogyakarta: Deepublish
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, 2002. Jakarta: Ikhtiar Baru
Van Hoeve.
Harun nasution,1986, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya: jilid II, universitas Indonesia,
Jakarta

H.A. Rivay Siregar, Tasawuf dari sufisme Klasik Ke Neo Sufisme.

Hasanah Neneng,dkk, 2018. Metodelogi Studi Islam, Jakarta:amzah

HR. Bukhari dan Muslim


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): kamus versi online di akses pada tanggal 21
Desember 2023 jam 14.00
Nur K Jurnal At-Tafkir Vol. VII No. 1 Juni 2014
Q. S. Al- Anfal: 45

10

Anda mungkin juga menyukai