BKPI-3 / SEMESTER II
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.P 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Ia
mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang bersifat lahiriyah muapun
bathiniyah.
Tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk terlibat secara
aktif dalam mengatasi masalah-masalah keduniawian. Hal ini terlihat bahwa tuntutan zaman
yang semakin membara membuat sebagian masyarakat cenderung mengarah kepada
degradasi moral dan keterpurukan akhlak. Manusia cenderung melakukan sesuatu atas dasar
kebebasan. Sehingga ia semene-mena dan acuh tak acuh terhadap akibat yang ditimbulkan
oleh perbuatannya.
Tasawuf memiliki potensi dan otoritas yang tinggi dalam menangani masalah ini.
Tasawuf secara intensif memberikan pendekatan-pendekatan agar manusia selalu merasakan
kehadiran Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk mengatasi krisis akhlak
yang terjadi di masyarakat islam di masa lalu (klasik) tahun 650-1250 M. Masa dimana
kehidupan manusia bersifat foya-foya dan suka menghamburkan harta.
Ilmu Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian dan
pengembangan dalam dalam Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Oleh karena itu,perlu
disinggung pula masalah penelitian Agama Islam.Ruang lingkup yang mencakup penelitian
agama, yakni :
1. Memahami dan mengkaji kitab-kitab yang merupakan sumber baru dari suatu agama
2. Mengkaji hasil-hasil ijtihad para ulama yang merupakan sumber dinamika dalam
pengembangan ajaran suatu agama.
3. Perilaku dan pola-pola kehidupan umat beragama yang nyata-nyata hidup dan berada di
tengah-tengah masyarakat umat manusia. Oleh para ahli-ahli ilmu sosial disebut fenomena
keagamaan.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman dan membudayakan pengamalan
agama sesuai dengan tingkat perkembangan peradaban umat manusia. Penelitian atau studi
dalam bidang ilmu tasawuf objekya bisa berwujud ajaran-ajaran ulama-ulama sufi masa
lampau yang telah terbukukan dalam kitab-kitab kuning ataupun yang masih dalam bentuk
tulisan tangan. Adapun medan yang masih terbentang luas dan belum banyak dijamah oleh
para peneliti orientalis adalah fenomena kehidupan para kelompok-kelompok sufi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Bidang ini mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang bersifat
lahiriyah muapun bathiniyah (esoterik). Melalui cara-cara atau ramalan-ramalan dalam dunia
kesufian, manusia diharapkan dapat tampil sebagai seorang yang berkepribadian jujur dan
benar dalam segala hal. Tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk
terlibat secara aktif dalam mengatasi masalah-masalah keduniawian. Tasawuf memiliki
potensi dan otoritas yang tinggi dalam menangani masalah ini.
Tasawuf secara intensif memberikan pendekatan-pendekatan agar manusia selalu
merasakan kehadiran Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk mengatasi
krisis akhlak yang terjadi di masyarakat islam di masa lalu (klasik) tahun 650-1250 M. Masa
dimana kehidupan manusia bersifat foya-foya dan suka menghamburkan harta.
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf. Harun Nasution misalnya, menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan
tasawuf yaitu:al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah nabi dari makkah ke
madinah, Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjamaah, Sufiyaitu
bersih dan suci,Shopos dan (Bahasa Yunani yang artinya Hikmah) danShuf(kain wol
kasar).
Ditinjau dari lima bahasa di atas, maka tasawuf dari segi istilah menggambarkan keadaan
yang selalu beroreantasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola
hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih
mulia disisi Allah.Sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh,
memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang
menyesatkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf brasal dari bahasa yunani kuno yang telah di
arabkan, theo safie artiya ilmu ketuhanan, kemudian di arabkan dan di ucapkan dengan lidah
orang arab sehingga berubah menjadi tasa-wuf.
Selanjutnya, secara istilah tasawuf memiliki tiga sudut pandang pengertian.
-Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Tasawuf dapat didefinisikan
sebagai upaya penyucian diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
- Kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang. Sebagai makhluk
yang harus berjuang, manusia harus berupaya memperindah diri dengan akhlak yang
bersumber pada ajaran agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt.
-Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan. Sebagai fitrah yang memiliki
kesadaran akan adanya Tuhan, harus bisa mengarahkan jiwanya serta selalu memusatkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungna dengan Tuhan.
Jika ketiga definisi tasawuf tersebut satu sama lainnya di hubungkan, maka segera
nampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan
yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan
allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
Fungsi dari tasawuf adalah mengingatkan kembali manusia siapa ia sebenarnya, yang
berarti manusia dibangunkan dari mimpinya yang ia sebut dengan kehidupan sehari-hari dan
bahwa jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan khayali egonya itu yang memiliki
timbangan obyektif di dalam apa yang di sebut kehidupan dunia menurut bahasa keagamaan.
5. Model A.J.Arberry
Arberry, salah seorang peneliti Barat kenamaan banyak melakukan studi keislaman, termasuk
dalam bidang tasawuf. Dalam bukunya berjudul Pasang surut Aliran Tasawuf, Arberry
mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu antara pendekatan tematik dengan
pendekatan tokoh. Dengan pendekatan demikian ia coba kemukakan tentang Firman Tuhan,
kehidupan nabi,para zahid,para sufi,para ahli teori tasawuf, strukur teori tasawuf, struktur
teori dan amalan tasawuf, tarikat sufi, teosofi dalam aliran yasawuf serta runtunhnya aliaran
tasawuf. Dari isi penelitian tersebut, Nampak bahwa Arberry menggunakan analisa
kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut dipahami berdasarkan konteks sejarahnya, dan
tidak dilakukan proses aktualisasi nilai atau mentrasformasikan ajaran-ajaran tersebut ke
dalam makna kehidupan modern yang lebih luas.[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf, diantaranya:
1. al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah nabi dari makkah ke madinah
2. Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjamaah
3. Sufiyaitu bersih dan suci
4. Shopos dan (Bahasa Yunani yang artinya Hikmah) dan,
5. Shuf(kain wol kasar).
Dari segi istilah menggambarkan keadaan yang selalu beroreantasi kepada kesucian jiwa,
mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela
berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.
Berbagai bentuk dan model penelitian tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Model Sayyed Husein Nasr
2. Model Mustafa Zabri
3. Model Kautsar Azhari Noor
4. Model Harun Nasution
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap bisa menyampaikan ilmu dan memberikan
manfaat bagi pembaca. Apabila dalam penyusunan makalah terdapat kesalahan baik dalam
penyusunan kata-kata maupun isi materi, kami mohon masukan. Dengan demikian akan lebih
baik dan lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Ahmad ali riyadi,memahami metodologi studi islam, (yogyakart: teras, 2013), hlm 121.
[2]Endang saifuddin anshar, kuliah islam, (jakarta: Rajawali press, 1986), hlm 156.
[3]Abuddin nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1998), hlm
240.
[4]Ibid, 246.