Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH METODE STUDI ISLAM

MODEL PENELITIAN TASAWUF


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Dosen Pengangampu : Dr. Afrahul Fadillah Daulay


Disusun Oleh :
Ayu Rahmawati Siregar (0303203144)
Khairunnisa Harahap (0303201056)
Eka Syaputri (0303203132)
Salmah Siregar (0303203115)
Siti Mutiah Siregar (0303203140)

BKPI-3 / SEMESTER II
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.P 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Ia
mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang bersifat lahiriyah muapun
bathiniyah.
Tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk terlibat secara
aktif dalam mengatasi masalah-masalah keduniawian. Hal ini terlihat bahwa tuntutan zaman
yang semakin membara membuat sebagian masyarakat cenderung mengarah kepada
degradasi moral dan keterpurukan akhlak. Manusia cenderung melakukan sesuatu atas dasar
kebebasan. Sehingga ia semene-mena dan acuh tak acuh terhadap akibat yang ditimbulkan
oleh perbuatannya.
Tasawuf memiliki potensi dan otoritas yang tinggi dalam menangani masalah ini.
Tasawuf secara intensif memberikan pendekatan-pendekatan agar manusia selalu merasakan
kehadiran Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk mengatasi krisis akhlak
yang terjadi di masyarakat islam di masa lalu (klasik) tahun 650-1250 M. Masa dimana
kehidupan manusia bersifat foya-foya dan suka menghamburkan harta.
Ilmu Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian dan
pengembangan dalam dalam Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Oleh karena itu,perlu
disinggung pula masalah penelitian Agama Islam.Ruang lingkup yang mencakup penelitian
agama, yakni :
1. Memahami dan mengkaji kitab-kitab yang merupakan sumber baru dari suatu agama
2. Mengkaji hasil-hasil ijtihad para ulama yang merupakan sumber dinamika dalam
pengembangan ajaran suatu agama.
3. Perilaku dan pola-pola kehidupan umat beragama yang nyata-nyata hidup dan berada di
tengah-tengah masyarakat umat manusia. Oleh para ahli-ahli ilmu sosial disebut fenomena
keagamaan.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman dan membudayakan pengamalan
agama sesuai dengan tingkat perkembangan peradaban umat manusia. Penelitian atau studi
dalam bidang ilmu tasawuf objekya bisa berwujud ajaran-ajaran ulama-ulama sufi masa
lampau yang telah terbukukan dalam kitab-kitab kuning ataupun yang masih dalam bentuk
tulisan tangan. Adapun medan yang masih terbentang luas dan belum banyak dijamah oleh
para peneliti orientalis adalah fenomena kehidupan para kelompok-kelompok sufi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Bidang ini mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang bersifat
lahiriyah muapun bathiniyah (esoterik). Melalui cara-cara atau ramalan-ramalan dalam dunia
kesufian, manusia diharapkan dapat tampil sebagai seorang yang berkepribadian jujur dan
benar dalam segala hal. Tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk
terlibat secara aktif dalam mengatasi masalah-masalah keduniawian. Tasawuf memiliki
potensi dan otoritas yang tinggi dalam menangani masalah ini.
Tasawuf secara intensif memberikan pendekatan-pendekatan agar manusia selalu
merasakan kehadiran Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk mengatasi
krisis akhlak yang terjadi di masyarakat islam di masa lalu (klasik) tahun 650-1250 M. Masa
dimana kehidupan manusia bersifat foya-foya dan suka menghamburkan harta.
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf. Harun Nasution misalnya, menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan
tasawuf yaitu:al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah nabi dari makkah ke
madinah, Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjamaah, Sufiyaitu
bersih dan suci,Shopos dan (Bahasa Yunani yang artinya Hikmah) danShuf(kain wol
kasar).
Ditinjau dari lima bahasa di atas, maka tasawuf dari segi istilah menggambarkan keadaan
yang selalu beroreantasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola
hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih
mulia disisi Allah.Sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh,
memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang
menyesatkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf brasal dari bahasa yunani kuno yang telah di
arabkan, theo safie artiya ilmu ketuhanan, kemudian di arabkan dan di ucapkan dengan lidah
orang arab sehingga berubah menjadi tasa-wuf.
Selanjutnya, secara istilah tasawuf memiliki tiga sudut pandang pengertian.
-Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Tasawuf dapat didefinisikan
sebagai upaya penyucian diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
- Kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang. Sebagai makhluk
yang harus berjuang, manusia harus berupaya memperindah diri dengan akhlak yang
bersumber pada ajaran agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt.
-Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan. Sebagai fitrah yang memiliki
kesadaran akan adanya Tuhan, harus bisa mengarahkan jiwanya serta selalu memusatkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungna dengan Tuhan.
Jika ketiga definisi tasawuf tersebut satu sama lainnya di hubungkan, maka segera
nampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan
yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan
allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
Fungsi dari tasawuf adalah mengingatkan kembali manusia siapa ia sebenarnya, yang
berarti manusia dibangunkan dari mimpinya yang ia sebut dengan kehidupan sehari-hari dan
bahwa jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan khayali egonya itu yang memiliki
timbangan obyektif di dalam apa yang di sebut kehidupan dunia menurut bahasa keagamaan.

B. Model Penelitian Tasawuf


Sejalan dengan fungsi dan peran taswuf yang demikian itu, maka di kalangan para ahli telah
timbul upaya untuk melakukan penelitian tasawuf. Berbagai bentuk dan model penelitian
tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Model Sayyed Husein Nasr


Sayyed Husein Nasr selama ini dikenal sebagai ilmuwan muslim kenamaan di abad modern
yang amat produktif dalam melahirkan berbagai karya ilmiah. Perhatiannya terhadap
pengembangan studi islam begitu besar,termasuk kedalam bidang tasawuf. Hasil
penelitiannya dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam bentuk bukunya berjudul Tasawuf Dulu
dan Sekarang yang diterjemahkan oleh Abdul Hadi WM dan diterbitkan oleh pustaka
firdaus,Jakarta tahun 1985.
Didalam buku tersebut disajikan hasil penelitiannya di bidang tasawuf dengan menggunakan
pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai
dengan tema-tema tertentu. Diantaranya uraian tentang fungsi tasawuf, yaitu tasawuf dan
pengutuhan manusia. Di dalamnya dinyatakan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk
nenjalin hubungan yang intens dengan Tuhan dalam upaya mencapai keutuhan manusia.
Selanjutnya dikemukakan pula tentang tingkatan-tingkatan kerohanian dalam taswuf,
manusia di dalam kelanggengan ditengah perubahan yang Nampak. Setelah itudikemukakan
pula perkembangan taswuf yang terjadi pada abad ketujuh dan mazhab Ibn Arabi, serta islam
dan pertemuan agama-agama. Selanjutnya dikemukakan tentang problema lingkungan dalam
cahaya taswuf, penaklukan alam dan ajaran islam tentang pengetahuan timur.
Dari Uraian singkat di atas terlihat bahwa model penelitian taswuf yang diajukan Husein
Nasr adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan pada studi
kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.

2. Model Mustafa Zabri


Mustafa Zahri memusatkan perhatiannya terhadap taswuf dengan menulis buku berjudul
kunci Memahami Ilmu Tasawuf diterbitkan oleh Bina Ilmu, Surabaya, tahun 1995. Penelitian
yang dilakukan bersifat eksploratif, yakni menggali ajaran tasawuf dan berbagi literatur ilmu
tasawuf. Dalam buku yang berjumlah 26 (dua puluh enam bab) tersebut, disajikan tentang
kerohanian yang didalamnya dimuat tentang contoh kehidupan Nabi Muhammad SAW,
kunci mengenal Tuhan,sendi kekuatan batin,Fungsi kerohanian dalam menentramkan
batin,tarekat dari segi arti dan tujuannya.
Selanjutnya dikemukakan tentang membuka tabir (bijab) yang membatasi diri dengan Tuhan,
zikrullah, istighfar dan bertaubat, doa, waliyullah, keramat, mengenal diri sebagai cara untuk
mengenal Tuhan,makna laila illa Allah, hakikat pengertian tasawuf, catatan sejarah
perkembangan tasawuf dan ajaran tentang ma’rifat.
Dengan demikian penelitian tersebut semata bersifat eksploratif yang menekankan pada
ajaran yang terdapat dalam tasawuf berdasarkan literatur yang tertulis oleh para ulama
terdahulu serta dengan mencari sandaran pada al-Qur’an Hadits.

3. Model Kautsar Azhari Noor


Kautsar Azhar Noor melakukan penelitian yang berjudulIbn Arabi :Wabdat al-Wujud dalam
perdebatan, dan telah diterbitkan oleh parmadian, Jakarta, tahun 1995. Dengan judul tersebut,
terlihat bahwa penelitian yang ditempuh kautsar adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya
yang khas, yang dalam hal Ibn Arabi dengan pahamnya Wahdat al-Wujud. Penelitian ini
cukup menarik, karena dilihat dari segi paham yang dibawakannya, yaitu Wahdat al-Wujud
telah menimbulkan kontroversi dikalangan para ulama, karena paham tersebut dinilai
membawa paham reinkamasi, atau paham serba Tuhan, yakni Tuhan menjelma dalam
berbagai ciptaan-Nya, sehingga dapat mengganggu keberadaan zat Tuhan.
Paham wahdat al-Wujud ini timbul dari paham bahwa Allah sebagaiman diterangkan dalam
uraian tentang hulul, ingin melihat diri-Nya diluar diri-Nya. Oleh karena itu dijadikan-Nya
ala mini. Maka ini merupakan cerminbagi Allah. Dikala ia ingin melihat diri-Nya, ia melihat
kepada alam, pada benda-benda yang ada dalam alam, karena dalam tiap-tiap benda itu
terdapat sifat Tuhan mekihat diri-Nya.Dari sini timbullah paham kesatuan. Yang ada dalam
alam ini kelihatan banyak, tetapi sebenarnya itu satu. Tak ubahnya halini sebagai orang yang
melihat dirinya dalam beberapa cermin yang diletakkan disekelilingnya. Didalam tiap cermin
ia lihat dirinya, dalam cermin itu dirinya kelihatan banyak, tetapi dirinya sebenarnya satu.
Inilah yang selanjutnya menimbulkan perdebatan yang menghebohkan, karena dapat
membawa paham seolah-olah Tuhan ada di mana-mana, menyatu dengan benda-benda alam,
padahal yang sesungguhnya bukanlah demikian. Tuhan tetap satu, yang banyak itu hanyalah
sifat Tuhan, bukan zat- Nya. Dengan demikian mereka yang mengira Ibn Arabi membawa
paham banyak Tuhan, tidaklah tepat. Tuhan dalam arti zat-Nya tetap satu, namum sifat-Nya
banyak. Sifat Tuhan yang banyak itu pun dalam arti kualitas atau mutunya berbeda dengan
sifat yang dimiliki manusia. Tuhan misalnya, Maha Mengetahui, dan pengetahuannya itu
meliputi segala sesuatu dan tidak terbatas, sedangkan sifat manusia tidak mencakup segala
hal, dan sifatnya amat terbatas.

4. Model Harun Nasution


Harusn Nasution, Guru Besar dalam bidang Teologi dan Filsafat islam juga menaruh
perhatian terhadap penelitian dibidang tasawuf ia tuangkan antara lain dalam bukunya
berjudul Falsafat dan Mistismedalam Islam, yang diterbitkan oleh Bulan Bintang, Jakarta,
terbitan pertama tahun 1973. Penelitian yang dilakukan Harun Nasution pada bidang tasawuf
ini mengambil pendekatan tematik, yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema
jalan untuk dekat pada Tuhan,zuhud dan station-station lain, al-mahabbah, al-ma’rifah, al-fan
dan al-baqa, al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud. Pda setiap topikl tersebut selain
dijelaskan tentang isi ajaran dari tiap topic tersebut dengan data-data yang didasarkan pada
literature kepustakaan, juga dilengkapi dengan tokoh yang memperkenalkannya. Selain itu
Harun Nasution mencoba mengemukakan latar belakang sejarah timbulnya paham tasawuf
dalam Islam.
Penelitian yang menggunakan pendekatan tematik tersebut terasa lebih menarik karena
langsung menuju kepada persoalan tasawuf dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat
tokoh. Penelitian tersebut sepenuhnya dersifat deskriptif eksploratif, yakni menggambarkan
ajaran sebagaimana adanya dengan mengemukakannya sedemikian rupa walaupun hanya
dalam garis besarnya saja. Dengan penelitian seperti ini peneliti mengemukakan apa adanya
dengan sedikit melakukan perbandingan antar satu ajaran dengan ajaran tasawuf lainnya,
namun hal ini pun bukan ditujukan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari ajaran-
ajaran tersebut, tetapi sekedar intuk memperjelas ajaran tersebut.Hal ini biasanya dilakukan
dalam suatu penelitian deskripitif, karena tidak ada problema atau teori tertentu yang akan
diuji kebenarannya.

5. Model A.J.Arberry
Arberry, salah seorang peneliti Barat kenamaan banyak melakukan studi keislaman, termasuk
dalam bidang tasawuf. Dalam bukunya berjudul Pasang surut Aliran Tasawuf, Arberry
mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu antara pendekatan tematik dengan
pendekatan tokoh. Dengan pendekatan demikian ia coba kemukakan tentang Firman Tuhan,
kehidupan nabi,para zahid,para sufi,para ahli teori tasawuf, strukur teori tasawuf, struktur
teori dan amalan tasawuf, tarikat sufi, teosofi dalam aliran yasawuf serta runtunhnya aliaran
tasawuf. Dari isi penelitian tersebut, Nampak bahwa Arberry menggunakan analisa
kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut dipahami berdasarkan konteks sejarahnya, dan
tidak dilakukan proses aktualisasi nilai atau mentrasformasikan ajaran-ajaran tersebut ke
dalam makna kehidupan modern yang lebih luas.[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf, diantaranya:
1. al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah nabi dari makkah ke madinah
2. Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjamaah
3. Sufiyaitu bersih dan suci
4. Shopos dan (Bahasa Yunani yang artinya Hikmah) dan,
5. Shuf(kain wol kasar).
Dari segi istilah menggambarkan keadaan yang selalu beroreantasi kepada kesucian jiwa,
mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela
berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.
Berbagai bentuk dan model penelitian tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Model Sayyed Husein Nasr
2. Model Mustafa Zabri
3. Model Kautsar Azhari Noor
4. Model Harun Nasution

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap bisa menyampaikan ilmu dan memberikan
manfaat bagi pembaca. Apabila dalam penyusunan makalah terdapat kesalahan baik dalam
penyusunan kata-kata maupun isi materi, kami mohon masukan. Dengan demikian akan lebih
baik dan lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Ahmad. 2013. Memahami Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Teras


Endang, Saifuddin.1986. Kuliah Islam. Jakarta: Rajawali press
Nata, Abuddin.1998. Metodologi Studi Isl

[1]Ahmad ali riyadi,memahami metodologi studi islam, (yogyakart: teras, 2013), hlm 121.
[2]Endang saifuddin anshar, kuliah islam, (jakarta: Rajawali press, 1986), hlm 156.
[3]Abuddin nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1998), hlm
240.
[4]Ibid, 246.

Anda mungkin juga menyukai