Anda di halaman 1dari 17

MENGKAJI MODEL PENELITIAN TASAWUF DALAM STUDI ISLAM DAN

APLIKASINYA DI ERA MODERN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

Mata Kuliah Metedologi Studi Islam

Dosen Pengampu: Afif Muammar, M.H.I

Disusun oleh Kelompok 9 (HK/A Semester 1)

1. Fatkhul Bakhtiar (2108201004)


2. Putri Ghina Roudhotul Jannah (2108201022)
3. Defilatul Fazriyah (2108201032)

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2021
MENGKAJI MODEL PENELITIAN TASAWUF DALAM STUDI ISLAM DAN
APLIKASINYA DI ERA MODERN

Fatkhul Bakhtiar, Putri Ghina Roudhotul Jannah, Defilatul Fazriyah

Jurusan Hukum Keluarga


Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: fatkhulbakhtiar26@gmail.com, pputrighina@gmail.com, dan
defilatulfazr@gmail.com

ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk memaparkan lebih dalam mengenai definisi


model penelitian tasawuf dalam studi Islam dan aplikasinya di era modern. Dengan
menggunakan metode deskriptif yang menerapkan pendekatan kualitatif, serta jenis
penelitian library research (penelitian kepustakaan), makalah ini menyimpulkan bahwa
pertama, tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Kedua, tasawuf modern ini, lebih mengutamakan ihsan yang bersifat konkret
yang menyentuh langsung dengan kehidupan social kemasyarakatan, bukan dengan
sesuatu yang bersifat abstrak, karena ibadah itu adalah hal yang wajib bagi setiap
hamba, tetapi hanya menyangkut hubungan seseorang dengan sangg khalik yang
tentunya tidak berdampak apa-apa bagi orang lain, sebab itu hanyalah untuk
kebahagiaan akhirat saja. Sedangkan dalam tasawuf modern, harus ada keseimbangan
antara dunia dengan akhirat, sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan dengan
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

Kata Kunci: Tasawuf, Studi Islam, dan Modern.

2
LATAR BELAKANG

Menurut Harun Nasution menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan


tasawuf, yaitu al-Suffah (ahl al-Suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi dari
Makkah ke Madinah, shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam pelaksanaan sholat
berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci, Sophos (bahasa Yunani yang berarti hikmah) dan
suf (kain wol kasar). Jika diperhatikan secara seksama tampak lima istilah tersebut
bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan terpuji, kesederhanaan dan kedekatan
dengan Tuhan. Dengan demikian segi kebahasaan tasawuf menggambarkan keadaan
yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola
hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan
yang lebih mulia disisi Allah.1

Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas,
tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah. Selanjutnya,
jika sudut pandang yang digunakan adalah pandangan bahwa manusia sebagai makhluk
yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dan jika sudut pandang yang digunakan adalah manusia sebagai
makhluk bertuhan, tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan
percaya kepada Tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju pada kegiatan-
kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.2

Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari ketidakpuasan


terhadap praktek ajaran Islam yang cenderung formalis dan legalis serta banyaknya
penyimpangan-penyimpangan atas nama hukum agama. Selain itu tasawuf juga sebagai
gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial, moral, dan ekonomi yang ada di
dalam umat Islam. Solusi tasawuf terhadap Formalitas spiritualisasi ritual, merupakan
pembenahan dan elaborasi tindakan fisik kedalam tindakan batin.3
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, cet.22 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 283.
2
Ma’ruf Al-Karakhy dan Abu Thurab An-Nakhasty, Pengantar Ilmu Tasawuf, (IAIN Sumatra
Utara, 1981/1982), 3-4.

3
Moh. Tariqqudin, Sekularitas Tasawuf: Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern
(Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008).

3
Dengan pembersihan jiwa yang mencakup seluruh aspek batiniah ini maka
ajaran tasawuf tidak tersekat dengan waktu yang ditentukan yaitu tidak terdikotomikan
bahwa tasawuf hanya berada dan berlaku pada zaman itu akan tetapi melihat kebutuhan
dan tantangan zaman sekarang yang semakin kompleks dengan tantangan kapitalisme
global yang meradang. Serta tasawuf yang selalu menjadi bagian dari kehidupan
manusia, jika di ibaratkan tasawuf bagaikan air yang mengalir di sendi-sendi kehidupan
maka dari itu tidak pernah berhenti mengalir.4

Perbincangan mengenai tasawuf modern masih hangat sampai sekarang.


Apakah tasawuf modern lebih kepada konsep baru atau tasawuf modern adalah tasawuf
yang diimplementasikan di abad modern saat ini tanpa mengurangi atau menambahkan
konsep yang sudah ada tapi lebih kepada pembaharuan sesuai kondisi dan zaman.
Semakin lama perhatian berbagai lapisan masyarakat terhadap tasawuf semakin
berkembang. Tasawuf yang semula merupakan bentuk pemaknaan terhadap hadits
Rosulullah SAW tentang “al-Ihsan”, dalam perkembangan selanjutnya mengalami
perluasan penafsiran. Dalam era sekarang ini apa yang diperlukan oleh dunia Islam
adalah format tasawuf yang konsisten dengan nilai-nilai Islam dan kompatibel terhadap
kecenderungan perubahan gaya hidup masyarakat.

Dari paparan di atas maka kami tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai model penelitian tasawuf dimana terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi
pokok pembahasannya , yaitu pertama, apakah yang dimaksud dengan tasawuf ? Dan
kedua, bagaimana pengaplikasian tasawuf di era modern? Dengan harapan dapat
menambah wawasan khazanah keilmuan dan keislaman ditanah air tercinta.

LITERATUR REVIEW

Mengkaji mengenai Memahami Model Penelitian Tasawuf dalam Studi Islam


dan Aplikasinya di era modern, pada penulisan ini terdapat buku dan jurnal yang
membahas mengenai tema pembahasan tentang Model Penelitian Tasawuf dalam Studi
Islam dan Aplikasinya di era modern di antaranya: pertama, Abbudin Nata dengan
4
Muhammad Taqi Ja’fari, Tasawuf Positif (Sebuah Pengantar), (Jakarta: Nur Al-Huda, 2005),
13.

4
bukunya yang berjudul “Metodologi Studi Islam” buku tersebut membahas tentang
berbagai aspek Studi Islam: Tafsir, Hadist, Filsafat Islam, Ilmu Kalam, Tasawuf, Fiqih,
Hukum Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam, dan Pemikiran Modern dalam Islam,
juga berbicara tentang berbagai pendekatan dalam Memahami Agama, Sumber Ajaran
Islam, Metodologi Pemahaman Islam serta berbagai teori dan model penelitian dalam
berbagai disiplin Studi Islam tersebut.

Kedua, Ma’ruf Al-Karakhy dan Abu Thurab An-Nakhasty dengan jurnalnya


yang berjudul “Pengantar Ilmu Tasawuf”, jurnal tersebut membahas tentang Tasawuf
didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada
ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan jika sudut
pandang yang digunakan adalah manusia sebagai makhluk bertuhan, tasawuf dapat
didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepada Tuhan) yang dapat
mengarahkan jiwa agar selalu tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat
menghubungkan manusia dengan Tuhan.

Ketiga, Moh. Tariqqudin dengan jurnalnya yang berjudul “Membumikan


Tasawuf dalam Dunia Modern”, jurnal tersebut membahas tentang Sufisme terdahulu
secara tegas menempatkan penghayatan keagamaan yang paling benar pada pendekatan
esoteris (pendekatan batiniyah). Dampak dari pendekatan esoteris ini adalah timbulnya
kepincangan dalam aktualisasi nilai-nilai Islam. Oleh karena itu wajar apabila dalam
penampilannya, kaum sufi tidak tertarik untuk memikirkan masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, bahkan terkesan mengarah ke privatisasi agama. Berangkat dari
kenyataan di atas dapat dipahami bahwa dewasa ini sangat diperlukan “reaktualisasi”
(menghidupkan kembali) ajaran-ajaran sufisme dengan bentuk baru (new form) dan
modern. Yaitu tasawuf yang sesuai dengan situasi, kondisi, toleransi, baik bidang
pemberdayaan masyarakat, ilmu-ilmu modern seperti Psikologi, Fisika, Politik,
Kebudayaan, Ekonomi dan bidang-bidang lain yang menjadi kajian keilmuan modern
dewasa ini.

Keempat, Muhammad Taqi Ja’fari dengan jurnalnya yang berjudul “Tasawuf


Positif (Sebuah Pengantar)”, jurnal tersebut membahas tentang ajaran tasawuf tidak
tersekat dengan waktu yang ditentukan yaitu tidak terdikotomikan bahwa tasawuf hanya
berada dan berlaku pada zaman itu akan tetapi melihat kebutuhan dan tantangan zaman

5
sekarang yang semakin kompleks dengan tantangan kapitalisme global yang meradang.
Serta Tasawuf yang selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia, jika di ibaratkan
Tasawuf bagaikan air yang mengalir di sendi-sendi kehidupan maka dari itu tidak
pernah berhenti mengalir.

Kelima, Laila Rahma Adhawiyah dengan jurnalnya yang berjudul “Model


Penelitian Agama Islam II (tasawuf, ilmu kalam, tekstualitas, dan sejarah Islam)” jurnal
tersebut membahas tentang model penelitian agama Islam, seperti Tasawuf,
Tekstualitas, Ilmu Kalam dan Sejarah Islam sangat penting dalam pembelajaran studi
Agama Islam. Sufi dan Tasawuf memiliki terminologi tersendiri, sama sekali tidak
berawal dari etimologi karena standar gramatika Arab untuk akar kata tersebut gagal
membuktikannya. Diantara hal-hal penting yang perlu kita pahami dalam konteks ini
adalah bahwa esensinya agama adalah moral, yakni moral seorang hamba kepada
Tuhannya antara dia dengan dirinya sendiri, antara dia dengan keluarganya, dan dia
dengan anggota-anggota masyarakat, yang pada dasarnya ialah Ilmu yang membahas
segala yang berkaitan dengan keyakinan tentang Tuhan. Sedangkan sejarah merupakan
sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang berdasarkan kepada fakta dan peristiwa. Tanpa
adanya fakta maka suatu peristiwa tidak dapat diketahui kebenrannya dan tidak dapat
dibuktikan.

Dari kelima literatur yang telah kami paparkan, ternyata belum mampu
memberikan pembahasan yang komprehensif mengenai Model Penelitian Tasawuf
dalam Studi Islam dan Aplikasinya di Era Modern Oleh karena itu, makalah ini hadir
untuk meramu pembahasan dari berbagai sumber hingga hadir sebuah pemahaman
mengenai Model Penelitian Tasawuf dalam Studi Islam dan Aplikasinya di Era Modern.

METEDOLOGI PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini yaitu metode
deskriptif dengan menerapkan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang
digunakan adalah library research (penelitian kepustakaan) yang merupakan
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa
buku, ensklopedi, kamus, jurnal, majalah, dokumen maupun laporan

6
hasil penelitian terdahulu dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah
yang ingin dipecahkan.5

Selain itu, library research akan digunakan sebagai langkah peneliti dalam
menetapkan topik penelitian, melakukan kajian terhadap teori yang berkaitan dengan
topik yang diteliti dengan cara mengumpulkan bahan yang akan diteliti dan dianalisis
lebih lanjut sehingga diperoleh hasil penelitian. Dimana, pemikiran terpenting dalam
pembahasannya ialah memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi mahasiswa
mengenai model penelitian tasawuf dalam studi islam dan aplikasinya di era modern.

KONSEP DASAR
Definisi Penelitian
Penelitian adalah usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah
terhadap sesuatu masalah. Sistematik, karena harus mengikuti prosedur dan langkah-
langkah sebagai suatu kebulatan prosedur.

Beberapa pengertian tentang konsep penelitian secara teoritis menurut para


ahli,antara lain sebagai berikut :

1. Soerjono Soekanto
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan
konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi
keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.
2. Sanapiah Faisal.
Mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu aktivitas dalam menelaah
suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara tertata dan sistematis
untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diandalkan kebenarannya
mengenai dunia alam dan dunia sosial.
3. Soetrisno Hadi
Menurutnya, penelitian ialah usaha dalam menemukan segala sesuatu untuk
mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada, menggali lebih dalam apa yang

5
Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), 111.

7
telah ada, mengembangkan dan memperluas, serta menguji kebenaran dari apa
yang telah ada namun kebenarannya masih diragukan.

Definisi Tasawuf
Dari segi kebahasaan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang
dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah
yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut
pindah dengan nabi dari Makkah ke Madinah. Saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam
melaksanakan shalat berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci. Sophos (bahasa Yunani:
hikmah), dan suf (kain wol kasar).6

Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dan pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan
Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia. Dengan menempatkan
pengertian yang proporsional, tasawuf tidak mengesankan keterbelakangan,
kemunduran atau semacamnya, melainkan justeru memperlihatkan ketangguhan jiwa
dalam menghadapi berbagai problema hidup yang senantiasa datang silih berganti.

Adapun Tasawuf menurut para ahli adalah :

 Tasawuf Menurut Imam Junaid

Menurut Imam Junaid, seorang tokoh tasawuf yang berasal dari Baghdad.
Tasawuf memiliki arti sebagai sikap mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap
sifat rendah.

 Tasawuf menurut Sahal Al-Tustury

Sahal Al Tustury menjelaskan tasawuf sebagai terputusnya hubungan dengan


manusia. Hal ini tentu bertujuan untuk terus menerus berhubungan dan membangun
kecintaan yang mendalam kepada Allah.

 Syeikh Ahmad Zorruq

Sedangkan menurut Syeikh Ahmaz Zorruq, pelaku tasawuf yang berasal dari
Maroko. Beliau menjelaskan Tasawuf merupakan ilmu yang dapat memperbaiki hati

6
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), cet III,
56-57.

8
dan memfungsikan hati semata-mata untuk Allah SWT. Hal itu dilakukan dengan cara
menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan islam.

Definisi Studi Islam

Studi Islam atau Kajian Islam, dalam makna etimologis (bahasa), adalah
merupakan terjemahan dari istilah Dirasah Islamiyah dalam bahasa Arab, yang dalam
studi keislaman di Eropah disebut Islamic Studies. Dengan demikian, Studi Islam
(Kajian Islam) secara harfiah (bahasa) dapat dinyatakan sebagai “kajian tentang hal-hal
yang berkaitan dengan agama keislaman”,7 atau bisa dinyatakan sebagai “usaha
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam”.

Adapun secara istilah (terminologi) studi Islam adalah kajian secara sistematis
dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam hal-hal
yang berkaitan dengan agama Islam, baik yang menyangkut sumber-sumber ajaran
Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam
kehidupan.

Definisi Modern

Istilah “modern” berasal dari kata Latin modernus yang artinya “baru saja; just
now”. Pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman” (kita mengenal
pembagian zaman menjadi zaman purba, zaman pertengahan, dan zaman modern),
tetapi yang lebih penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban
modern ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan
teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal). Tumbuhnya sains dan teknologi modern
diikuti oleh berbagai inovasi di segenap bidang kehidupan.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Definisi Tasawuf dalam Studi Islam

Tasawuf merupakan salah satu unsur yang vital dalam Islam, sehingga tanpa
adanya pemahaman mengenai gagasan dan bentuk-bentuk sufistik yang mereka

7
Tim Penulis IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2002), 1.

9
kembangkan, kita bersusah payah menelusuri kehidupan keagamaan Nabi Muhammad
SAW yang tampak di permukaan saja. Shahib Khaja Khan mengatakan juga, kalau
Islam dipisahkan dari aspek esoteriknya (tasawuf), maka ia hanya akan menjadi
kerangka formalitas saja yang akhirnya dari segi linguistic (kebahasaan) dapat dipahami
bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap kebajikan. Sikap
jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak mulia. Intisari dari sufisme
adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan
dengan mengasingkan diri dan berkontempelasi. Kedua, sufi (suci). Seorang sufi adalah
orang yang disufikan atau yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah
mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama. Dalam arti yang lain sufi atau
sufiyah diartikan sebagai orang yang selalu mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, sufi merupakan orang yang mensucikan
dirinya dengan mengingat Allah (Dzikrullah), menempuh jalan kembali kepada Allah
sampai kepada pengetahuan yang hakiki (ma`rifah).

Pada umumnya para sufi memandang diri mereka sebagai muslim yang paling
sungguh-sungguh terhadap panggilan Allah untuk merasakan kehadiran-Nya, baik di
dunia maupun di dalam dirinya. Mereka cenderung lebih menekankan pada diri zahir.
Sedangkan dalam level teologi, para sufi lebih banyak membahas rahmat, kelembutan
dan keindahan Tuhan dari pada pembahasan mengenai kekerasan dan kemurkaan
Tuhan. Ketiga, syari'at. Secara etimologi syari’at berasal dari bahasa Arab syara a,
yasyra u, syar an wasyariatan yang berarti jalan ke tempat air . Kata ini kemudian
dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus yang harus dituntut,
Sedangkan menurut terminologi syari’at berarti jalan yang ditetapkan Tuhan dimana
manusia harus mengarahkan hidupnya untuk mewujudkan kehendak Tuhan agar
hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat. Makna ini meliputi seluruh panduan Allah
kepada hamba-nya. Dengan demikian syari at merupakan dasar-dasar hukum Islam
yang bersifat umum yang dapat dijadikan pedoman manusia dalam setiap aspek
kehidupannya. Keempat, thariqah. Ditinjau dari segi bahasa, tarikat mengandung
banyak arti, yaitu; jalan, jalan menuju kebenaran (dalam ilmu tasawuf), ilmu tasawuf,
cara atau aturan hidup (dalam keagamaan dan kebatinan), persekutuan para penuntut
ilmu tasawuf: tarikat. Harun Nasution mengatakan kata tarikat merupakan jalan yang

10
harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan untuk sedekat mungkin dengan Tuhan.
Tarikat kemudian mengandung arti organisasi (tarikat), dan tiap tarikat mempunyai
syekh, upacara ritual bentuk zikir sendiri. Secara lebih khusus lagi thariqah di kalangan
sufi berarti sistem dalam rangka melakukan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-
sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji dan memperbanyak zikir dengan
penuh ikhlas semata-mata untuk mengharap bertemu dan bersatu secara rohaniyah
dengan Tuhan Jalan dalam thariqah itu antara lain terus menerus menghindarkan diri
dari suatu yang melupakan Tuhan. Kelima, hakikat. Secara etimologi, hakikat berarti
inti sesuatu, puncak atau sumber asal dari sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan
sebagai aspek lain dari syariat yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek bathiniyah. Keenam,
ma’rifat. Secara etimologi, ma’rifat berarti pengetahuan atau pengenalan. Sedangkan
kata ma’rifat juga dapat diartikan sebagai pengetahuan mengenal tuhan dengan hati atau
(qalbu). 8

Model-Model Penelitian Tasawuf

Secara garis besar, penelitian tasawuf dapat dibagi kedalam beberapa model
penelitian sebagai berikut :

A. Model Sayyed Husein Nasr

Sayyed Husein Nasr selama ini dikenal sebagai ilmuwan muslim kenamaan di
abad modern yang amat produktif dalam melahirkan berbagai karya ilmiah.
Perhatiannya terhadap pengembangan studi Islam demikian besar, termasuk kedalam
bidang tasawuf. Hasil penelitiannya dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam bukunya
berjudul Tasawuf Dulu dan Sekarang yang diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M dan
diterbitkan oleh Pustaka Firdaus, Jakarta tahun 1985. Di dalam buku tersebut disajikan
hasil penelitiannya di bidang tasawuf dengan menggunakan pendekatan tematik, yaitu
pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu.
Diantaranya uraian tentang fungsi tasawuf, yaitu tasawuf dan pengutuhan manusia. Di
dalamnya dinyatakan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk menjalin hubungan yang
intens dengan Tuhan dalam upaya mencapai kebutuhan manusia. Selanjutnya

8
Jurnal pendidikan agama islam ,2018.

11
dikemukakan tentang problema lingkungan dalam cahaya tasawuf, penaklukan alam dan
ajaran Islam tentang pengetahuan timur.9

B. Model Mustafa Zahri

Mustafa Zahri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf dengan menulis


buku berjudul Kunci Memahami Ilmu Tasawuf diterbitkan oleh Bina Ilmu, Surabaya,
tahun 1995. Penelitian yang dilakukannya bersifat eksploratif yakni menggali ajaran
tasawuf dari berbagai literatur ilmu tasawuf. Dalam buku yang berjumlah 26 tersebut,
disajikan tentang kerohanian yang didalamnya dimuat tentang contoh kehidupan Nabi
Muhammad SAW., kunci mengenal Tuhan, sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian
dalam menentramkan batin, tarekat dari segi arti dan tujuannya. Selanjutnya,
dikemukakan tentang membuka tabir (hijab) yang membatasi diri dengan Tuhan,
dzikrullah, istighfar, bertaubat, doa, waliyullah, keramat, mengenal diri sebagai cara
untuk mengenal Tuhan, makna Lailahaillallah,hakikat pengertian tasawuf, catatan
sejarah perkembangan tasawuf dan ajaran tentang ma’rifat.10

Dengan demikian penelitian tersebut semata-mata bersifat eksploratif yang


menekankan pada ajaran yang terdapat dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis
oleh para ulama terdahulu serta dengan mencari sandaran pada Al-Qur’an dan Al-
Hadist.

C. Model Kautsar Azhari Noor

Kautsar Azhari Noor selaku dosen pada Fakultas Ushuluddin Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam rangka penulisan disertasinya
memusatkan perhatian pada penelitian di bidang tasawuf. Judul penelitiannya adalah
Ibn Arabi: Wahdat al-wujud dalam Perdebatan, yang telah diterbitkan oleh Paramadina,
Jakarta, tahun 1955. Dengan judul tersebut, terlihat bahwa penelitian yang ditempuh
Kautsar adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya yang khas, Ibn Arabi dengan
pahamnya Wahdat Al-Wujud penelitian ini cukup menarik, karena dilihat dari segi
paham yang dibawakannya, yaitu Wahdat Al-Wujud telah menimbulkan kontroversi di
kalangan para ulama, karena paham tersebut dinilai membawa mereka reinkarnasi, atau
paham serba Tuhan, yakni Tuhan menjelma dalam berbagai ciptaan-Nya, sehingga

Sayyed Husein Nasr,op. Cit., 2.


9

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu,1995), cet.1, 2-3.
10

12
dapat mengganggu keberadaan zat Tuhan. Wahdat Al-Wujud yang berarti kesatuan
wujud adalah lanjutan dari paham hulul. Ibn Arabi yang Nama lengkapnya Muhy Al-
Din Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol pada tahun 1165 M.

D. Model Harun Nasution

Harun Nasution, Guru besar dalam bidang Teologi dan Filsafat Islam yang
menaruh perhatian terhadap penelitian di bidang tasawuf. Hasil penelitiannya di bidang
tasawuf ia tuangkan antara lain dalam bukunya yang berjudul Falsafat dan Mistisme
dalam Islam, yang di terbitkan oleh Bulan Bintang, Jakarta, terbitan pertama tahun
1973. Penelitian yang dilakukan Harun Nasution pada bidang tasawuf ini mengambil
pendekatan tematik, yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk
dekat pada tuhan, zuhud dan station-station lain, al -mahabbah, Al -ma’rifah ,al -fana
dan al- baqa, al-ittihad, al –bulul, dan wahdat al wujud. Pada tiap topik tersebut selain
di jelaskan tentang isi ajaran dari tiap topik tersebut dengan data-data yang di dasarkan
pada literatur kepustakaan, juga di lengkapi dengan tokoh yang memperkenalkannya.
Selain itu Harun Nasution mencoba mengemukakan latar belakang sejarah timbulnya
paham tasawuf dalam islam.11

E. Model A.J. Arberry

Arberry, salah seorang peneliti Berat kenamaan, banyak melakukan studi


keislaman, termasuk penelitian dalam bidang tasawuf. Dalam bukunya berjudul Pasang
Surut Aliran Tasawuf, Arberry mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu
antara pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh. Dengan pendekatan demikian ia
coba kemukakan firman Tuhan, kehidupan nabi, para zahid, para sufi, para ahli teori
tasawuf, struktur teori tasawuf, struktur teori dan amalan tasawuf, tarikat sufi, teosofi
dalam aliran tasawuf, serta runtuhnya aliran tasawuf. 12 Dari isi penelitian tersebut,
tampak bahwa Arbeery menggunakan analisis kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut
dipahami berdasarkan konteks sejarahnya, dan tidak di lakukan proses aktualisasi nilai
atau mentrasformatikan ajaran-ajaran tersebut ke dalam makna kehidupan modern yang
lebih luas.

Aplikasi Tasawuf di Era Modern


11
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam (Jakarta :Bulan Bintang 1978) cet. II, 93.
12
A.J. Arberry, Pasang Surut Aliran Tasawuf, (Bandung: Mizan, 1985), cet. I.

13
Era modern yang terjadi saat ini banyak memberikan kemudahan dalam segala
aktivitas sehari-hari manusia. Bisa dibilang apa yang disebut modernisasi itu seakan
menjadi “dewa penolong” diberbagai hal. Modernisasi telah memberikan kemudahan
mulai dari saat manusia membuka mata di pagi hari pertama hingga malam menutup
mata. Bahkan modernisasi telah membantu manusia sejak dilahirkan di dunia ini.

Di zaman modern ini dapat dikatakan semua bidang menggunakan teknologi


canggih. Hampir semua aspek kehidupan sudah cenderung menggunakan teknologi
canggih.  Bahkan istilah high-end technology sudah “mendarah daging” di dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Mulai dari teknologi untuk publik maupun
kepentingan individu. Hasil karya dari teknologi ini secara tidak langsung
mempengaruhi gaya hidup manusia, kenapa? karena prinsip dasar diciptakannya
teknologi adalah untuk memudahkan kehidupan manusia dalam memenuhi berbagai
kebutuhannya. Hal ini mendorong manusia untuk merubah gaya hidupnya dari yang
sebelumnya serba manual dan sederhana ke gaya hidup yang instan dan
praktis.13  Hingga ujungnya, semua ini akan mempengaruhi pola berpikir, dan gaya
hidup kita dalam menjalani hidup.

Tasawuf atau sufisme diakui dalam sejarah telah berpengaruh besar atas
kehidupan moral dan spiritual Islam sepanjang ribuan tahun yang silam. Selama kurun
waktu itu tasawuf  begitu lekat dengan dinamika kehidupan masyarakat luas, bukan
sebatas kelompok kecil yang eksklusif dan terisolasi dari dunia luar. Maka kehadiran
tasawuf di dunia modern ini sangat diperlukan, guna membimbing manusia agar tetap
merindukan Tuhannya, dan bisa juga untuk orang-orang yang semula hidupnya glamour
dan suka hura-hura menjadi orang yang asketis (Zuhud pada dunia). Proses modernisasi
yang makin meluas di abad modern kini telah mengantarkan hidup manusia menjadi
lebih materealistik dan individualistic. Perkembangan industrialisasi dan ekonomi yang
demikian pesat, telah menempatkan manusia modern ini menjadi manusia yang tidak
lagi memiliki pribadi yang merdeka, hidup mereka sudah diatur oleh otomatisasi mesin
yang serba mekanis, sehingga kegiatan sehari-hari pun sudah terjebak oleh alur rutinitas
yang menjemukan. Akibatnya manusia sudah tidak acuh lagi, kalau peran agama
menjadi semakin tergeser oleh kepentingan materi duniawi.

13
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 18.

14
Pokok-pokok ajaran tasawuf yang dipandang penting dan relefan untuk diamalkan pada
era modern saat ini salah satunya yaitu:

Tasawuf Akhlaq

Sikap istimewa kaum sufi adalah dalam memberikan makna terhadap institusi-
institusi Islam ajaran Agama Islam mereka pandang dari dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah (luar) dan aspek bathiniyah (dalam). Pendalaman dan pengamalan aspek
“dalamnya” adalah yang paling utama tanpa mengabaikan aspek “luarnya” yang
dimotifasikan untuk pembersihkan jiwa. Tanggapan perenungan mereka lebih
berorientsi pada aspek “dalam”, yaitu cara hidup yang lebih mengutamakan rasa dan
rencana, lebih mementingkan keagungan tuhan dan bebas dari egoisme. Sebagai
perilaku perorangan yang terbaik dalam mengontrol diri, kesetiaan dan realisasi
kehadiran Tuhan yang tetap dalam segala peilaku dan perasaan seseorang.

Bagian terpenting dari tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dengan
Tuhan, sehingga merasa dan sadar berada di “hadirat” Tuhan. Keberadaan itu dirasakan
sebagai nikmat dan kebahagiaan yang hakiki.

Sufisme perlu dimasyarakatkan pada kehidupan modern yang sekarang karena terdapat
3 (tiga) tujuan penting, yaitu: 14

1) Turut serta berperan menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan


akibat hilangnya nilai-nilai spiritual.
2) Memperkenalkan literature atau pemahaman tentang aspek esoterik (kebatinan)
Islam, baik terhadap masyarakat Muslim yang mulai melupakannya maupun non
Muslim.
3) Untuk menegaskan kembali, bahwa aspek esoterik Islam, yakni sufisme
merupakan jantung dari ajaran Islam sehingga bila wilayah ini kering dan tidak
berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lain ajaran Islam.

Jadi tasawuf modern ini, lebih mengutamakan ihsan yang bersifat konkret yang
menyentuh langsung dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, bukan dengan sesuatu
yang bersifat abstrak, karena ibadah itu adalah hal yang wajib bagi setiap hamba, tetapi
hanya menyangkut hubungan seseorang dengan sangg khalik yang tentunya tidak

14
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), cet. III, 376-377.

15
berdampak apa-apa bagi orang lain, sebab itu hanyalah untuk kebahagiaan akhirat saja.
Sedangkan dalam tasawuf modern, harus ada keseimbangan antara dunia dengan
akhirat, sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan dengan kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat.15

KESIMPULAN

Berdasarkan pemahaman mengenai model penelitian tassawuf dalam studi


islam dan aplikasinya di era modern dapat ditarik dua kesimpulan diantaranya;
Pertama, tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Tasawuf merupakan salah satu unsur yang vital dalam Islam, sehingga tanpa
adanya pemahaman mengenai gagasan dan bentuk-bentuk sufistik yang mereka
kembangkan, Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dan pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan
Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia. Dengan menempatkan
pengertian yang proporsional, tasawuf tidak mengesankan keterbelakangan,
kemunduran atau semacamnya, melainkan justeru memperlihatkan ketangguhan jiwa
dalam menghadapi berbagai problema hidup yang senantiasa datang silih berganti.

Kedua, tasawuf modern ini, lebih mengutamakan ihsan yang bersifat konkret
yang menyentuh langsung dengan kehidupan social kemasyarakatan, bukan dengan
sesuatu yang bersifat abstrak, karena ibadah itu adalah hal yang wajib bagi setiap
hamba, tetapi hanya menyangkut hubungan seseorang dengan sangg khalik yang
tentunya tidak berdampak apa-apa bagi orang lain, sebab itu hanyalah untuk
kebahaggiaan akhirat saja. Sedangkan dalam tasawuf modern, harus ada keseimbangan
antara dunia dengan akhirat, sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan dengan
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Arberry A.J. Pasang Surut Aliran Ttasawuf. Bandung: Mizan. 1985


15
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), cet. IV, 158.

16
Ja’fari, Muhammad Taqi. Tasawuf positif (sebuah pengantar). Jakarta: Nur Al-Huda.
2005.
Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1983.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2016.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan. 1996.
Sukur, M. Amin. Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1999.
Rahmat, Jalaluddin Rahmat. Islam Alternatif. Bandung: Mizan. 1991.
Zahri, Mustafa Zahri. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu. 1995.

17

Anda mungkin juga menyukai