2021
MENGKAJI MODEL PENELITIAN TASAWUF DALAM STUDI ISLAM DAN
APLIKASINYA DI ERA MODERN
ABSTRAK
2
LATAR BELAKANG
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas,
tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah. Selanjutnya,
jika sudut pandang yang digunakan adalah pandangan bahwa manusia sebagai makhluk
yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dan jika sudut pandang yang digunakan adalah manusia sebagai
makhluk bertuhan, tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan
percaya kepada Tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju pada kegiatan-
kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.2
3
Moh. Tariqqudin, Sekularitas Tasawuf: Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern
(Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008).
3
Dengan pembersihan jiwa yang mencakup seluruh aspek batiniah ini maka
ajaran tasawuf tidak tersekat dengan waktu yang ditentukan yaitu tidak terdikotomikan
bahwa tasawuf hanya berada dan berlaku pada zaman itu akan tetapi melihat kebutuhan
dan tantangan zaman sekarang yang semakin kompleks dengan tantangan kapitalisme
global yang meradang. Serta tasawuf yang selalu menjadi bagian dari kehidupan
manusia, jika di ibaratkan tasawuf bagaikan air yang mengalir di sendi-sendi kehidupan
maka dari itu tidak pernah berhenti mengalir.4
Dari paparan di atas maka kami tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai model penelitian tasawuf dimana terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi
pokok pembahasannya , yaitu pertama, apakah yang dimaksud dengan tasawuf ? Dan
kedua, bagaimana pengaplikasian tasawuf di era modern? Dengan harapan dapat
menambah wawasan khazanah keilmuan dan keislaman ditanah air tercinta.
LITERATUR REVIEW
4
bukunya yang berjudul “Metodologi Studi Islam” buku tersebut membahas tentang
berbagai aspek Studi Islam: Tafsir, Hadist, Filsafat Islam, Ilmu Kalam, Tasawuf, Fiqih,
Hukum Islam, Pendidikan Islam, Sejarah Islam, dan Pemikiran Modern dalam Islam,
juga berbicara tentang berbagai pendekatan dalam Memahami Agama, Sumber Ajaran
Islam, Metodologi Pemahaman Islam serta berbagai teori dan model penelitian dalam
berbagai disiplin Studi Islam tersebut.
5
sekarang yang semakin kompleks dengan tantangan kapitalisme global yang meradang.
Serta Tasawuf yang selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia, jika di ibaratkan
Tasawuf bagaikan air yang mengalir di sendi-sendi kehidupan maka dari itu tidak
pernah berhenti mengalir.
Dari kelima literatur yang telah kami paparkan, ternyata belum mampu
memberikan pembahasan yang komprehensif mengenai Model Penelitian Tasawuf
dalam Studi Islam dan Aplikasinya di Era Modern Oleh karena itu, makalah ini hadir
untuk meramu pembahasan dari berbagai sumber hingga hadir sebuah pemahaman
mengenai Model Penelitian Tasawuf dalam Studi Islam dan Aplikasinya di Era Modern.
METEDOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini yaitu metode
deskriptif dengan menerapkan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang
digunakan adalah library research (penelitian kepustakaan) yang merupakan
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa
buku, ensklopedi, kamus, jurnal, majalah, dokumen maupun laporan
6
hasil penelitian terdahulu dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah
yang ingin dipecahkan.5
Selain itu, library research akan digunakan sebagai langkah peneliti dalam
menetapkan topik penelitian, melakukan kajian terhadap teori yang berkaitan dengan
topik yang diteliti dengan cara mengumpulkan bahan yang akan diteliti dan dianalisis
lebih lanjut sehingga diperoleh hasil penelitian. Dimana, pemikiran terpenting dalam
pembahasannya ialah memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi mahasiswa
mengenai model penelitian tasawuf dalam studi islam dan aplikasinya di era modern.
KONSEP DASAR
Definisi Penelitian
Penelitian adalah usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah
terhadap sesuatu masalah. Sistematik, karena harus mengikuti prosedur dan langkah-
langkah sebagai suatu kebulatan prosedur.
1. Soerjono Soekanto
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan
konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi
keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.
2. Sanapiah Faisal.
Mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu aktivitas dalam menelaah
suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara tertata dan sistematis
untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diandalkan kebenarannya
mengenai dunia alam dan dunia sosial.
3. Soetrisno Hadi
Menurutnya, penelitian ialah usaha dalam menemukan segala sesuatu untuk
mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada, menggali lebih dalam apa yang
5
Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), 111.
7
telah ada, mengembangkan dan memperluas, serta menguji kebenaran dari apa
yang telah ada namun kebenarannya masih diragukan.
Definisi Tasawuf
Dari segi kebahasaan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang
dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah
yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut
pindah dengan nabi dari Makkah ke Madinah. Saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam
melaksanakan shalat berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci. Sophos (bahasa Yunani:
hikmah), dan suf (kain wol kasar).6
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dan pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan
Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia. Dengan menempatkan
pengertian yang proporsional, tasawuf tidak mengesankan keterbelakangan,
kemunduran atau semacamnya, melainkan justeru memperlihatkan ketangguhan jiwa
dalam menghadapi berbagai problema hidup yang senantiasa datang silih berganti.
Menurut Imam Junaid, seorang tokoh tasawuf yang berasal dari Baghdad.
Tasawuf memiliki arti sebagai sikap mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap
sifat rendah.
Sedangkan menurut Syeikh Ahmaz Zorruq, pelaku tasawuf yang berasal dari
Maroko. Beliau menjelaskan Tasawuf merupakan ilmu yang dapat memperbaiki hati
6
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), cet III,
56-57.
8
dan memfungsikan hati semata-mata untuk Allah SWT. Hal itu dilakukan dengan cara
menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan islam.
Studi Islam atau Kajian Islam, dalam makna etimologis (bahasa), adalah
merupakan terjemahan dari istilah Dirasah Islamiyah dalam bahasa Arab, yang dalam
studi keislaman di Eropah disebut Islamic Studies. Dengan demikian, Studi Islam
(Kajian Islam) secara harfiah (bahasa) dapat dinyatakan sebagai “kajian tentang hal-hal
yang berkaitan dengan agama keislaman”,7 atau bisa dinyatakan sebagai “usaha
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam”.
Adapun secara istilah (terminologi) studi Islam adalah kajian secara sistematis
dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam hal-hal
yang berkaitan dengan agama Islam, baik yang menyangkut sumber-sumber ajaran
Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam
kehidupan.
Definisi Modern
Istilah “modern” berasal dari kata Latin modernus yang artinya “baru saja; just
now”. Pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman” (kita mengenal
pembagian zaman menjadi zaman purba, zaman pertengahan, dan zaman modern),
tetapi yang lebih penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban
modern ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan
teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal). Tumbuhnya sains dan teknologi modern
diikuti oleh berbagai inovasi di segenap bidang kehidupan.
Tasawuf merupakan salah satu unsur yang vital dalam Islam, sehingga tanpa
adanya pemahaman mengenai gagasan dan bentuk-bentuk sufistik yang mereka
7
Tim Penulis IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2002), 1.
9
kembangkan, kita bersusah payah menelusuri kehidupan keagamaan Nabi Muhammad
SAW yang tampak di permukaan saja. Shahib Khaja Khan mengatakan juga, kalau
Islam dipisahkan dari aspek esoteriknya (tasawuf), maka ia hanya akan menjadi
kerangka formalitas saja yang akhirnya dari segi linguistic (kebahasaan) dapat dipahami
bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap kebajikan. Sikap
jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak mulia. Intisari dari sufisme
adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan
dengan mengasingkan diri dan berkontempelasi. Kedua, sufi (suci). Seorang sufi adalah
orang yang disufikan atau yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah
mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama. Dalam arti yang lain sufi atau
sufiyah diartikan sebagai orang yang selalu mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, sufi merupakan orang yang mensucikan
dirinya dengan mengingat Allah (Dzikrullah), menempuh jalan kembali kepada Allah
sampai kepada pengetahuan yang hakiki (ma`rifah).
Pada umumnya para sufi memandang diri mereka sebagai muslim yang paling
sungguh-sungguh terhadap panggilan Allah untuk merasakan kehadiran-Nya, baik di
dunia maupun di dalam dirinya. Mereka cenderung lebih menekankan pada diri zahir.
Sedangkan dalam level teologi, para sufi lebih banyak membahas rahmat, kelembutan
dan keindahan Tuhan dari pada pembahasan mengenai kekerasan dan kemurkaan
Tuhan. Ketiga, syari'at. Secara etimologi syari’at berasal dari bahasa Arab syara a,
yasyra u, syar an wasyariatan yang berarti jalan ke tempat air . Kata ini kemudian
dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus yang harus dituntut,
Sedangkan menurut terminologi syari’at berarti jalan yang ditetapkan Tuhan dimana
manusia harus mengarahkan hidupnya untuk mewujudkan kehendak Tuhan agar
hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat. Makna ini meliputi seluruh panduan Allah
kepada hamba-nya. Dengan demikian syari at merupakan dasar-dasar hukum Islam
yang bersifat umum yang dapat dijadikan pedoman manusia dalam setiap aspek
kehidupannya. Keempat, thariqah. Ditinjau dari segi bahasa, tarikat mengandung
banyak arti, yaitu; jalan, jalan menuju kebenaran (dalam ilmu tasawuf), ilmu tasawuf,
cara atau aturan hidup (dalam keagamaan dan kebatinan), persekutuan para penuntut
ilmu tasawuf: tarikat. Harun Nasution mengatakan kata tarikat merupakan jalan yang
10
harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan untuk sedekat mungkin dengan Tuhan.
Tarikat kemudian mengandung arti organisasi (tarikat), dan tiap tarikat mempunyai
syekh, upacara ritual bentuk zikir sendiri. Secara lebih khusus lagi thariqah di kalangan
sufi berarti sistem dalam rangka melakukan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-
sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji dan memperbanyak zikir dengan
penuh ikhlas semata-mata untuk mengharap bertemu dan bersatu secara rohaniyah
dengan Tuhan Jalan dalam thariqah itu antara lain terus menerus menghindarkan diri
dari suatu yang melupakan Tuhan. Kelima, hakikat. Secara etimologi, hakikat berarti
inti sesuatu, puncak atau sumber asal dari sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan
sebagai aspek lain dari syariat yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek bathiniyah. Keenam,
ma’rifat. Secara etimologi, ma’rifat berarti pengetahuan atau pengenalan. Sedangkan
kata ma’rifat juga dapat diartikan sebagai pengetahuan mengenal tuhan dengan hati atau
(qalbu). 8
Secara garis besar, penelitian tasawuf dapat dibagi kedalam beberapa model
penelitian sebagai berikut :
Sayyed Husein Nasr selama ini dikenal sebagai ilmuwan muslim kenamaan di
abad modern yang amat produktif dalam melahirkan berbagai karya ilmiah.
Perhatiannya terhadap pengembangan studi Islam demikian besar, termasuk kedalam
bidang tasawuf. Hasil penelitiannya dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam bukunya
berjudul Tasawuf Dulu dan Sekarang yang diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M dan
diterbitkan oleh Pustaka Firdaus, Jakarta tahun 1985. Di dalam buku tersebut disajikan
hasil penelitiannya di bidang tasawuf dengan menggunakan pendekatan tematik, yaitu
pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu.
Diantaranya uraian tentang fungsi tasawuf, yaitu tasawuf dan pengutuhan manusia. Di
dalamnya dinyatakan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk menjalin hubungan yang
intens dengan Tuhan dalam upaya mencapai kebutuhan manusia. Selanjutnya
8
Jurnal pendidikan agama islam ,2018.
11
dikemukakan tentang problema lingkungan dalam cahaya tasawuf, penaklukan alam dan
ajaran Islam tentang pengetahuan timur.9
Kautsar Azhari Noor selaku dosen pada Fakultas Ushuluddin Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam rangka penulisan disertasinya
memusatkan perhatian pada penelitian di bidang tasawuf. Judul penelitiannya adalah
Ibn Arabi: Wahdat al-wujud dalam Perdebatan, yang telah diterbitkan oleh Paramadina,
Jakarta, tahun 1955. Dengan judul tersebut, terlihat bahwa penelitian yang ditempuh
Kautsar adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya yang khas, Ibn Arabi dengan
pahamnya Wahdat Al-Wujud penelitian ini cukup menarik, karena dilihat dari segi
paham yang dibawakannya, yaitu Wahdat Al-Wujud telah menimbulkan kontroversi di
kalangan para ulama, karena paham tersebut dinilai membawa mereka reinkarnasi, atau
paham serba Tuhan, yakni Tuhan menjelma dalam berbagai ciptaan-Nya, sehingga
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu,1995), cet.1, 2-3.
10
12
dapat mengganggu keberadaan zat Tuhan. Wahdat Al-Wujud yang berarti kesatuan
wujud adalah lanjutan dari paham hulul. Ibn Arabi yang Nama lengkapnya Muhy Al-
Din Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol pada tahun 1165 M.
Harun Nasution, Guru besar dalam bidang Teologi dan Filsafat Islam yang
menaruh perhatian terhadap penelitian di bidang tasawuf. Hasil penelitiannya di bidang
tasawuf ia tuangkan antara lain dalam bukunya yang berjudul Falsafat dan Mistisme
dalam Islam, yang di terbitkan oleh Bulan Bintang, Jakarta, terbitan pertama tahun
1973. Penelitian yang dilakukan Harun Nasution pada bidang tasawuf ini mengambil
pendekatan tematik, yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk
dekat pada tuhan, zuhud dan station-station lain, al -mahabbah, Al -ma’rifah ,al -fana
dan al- baqa, al-ittihad, al –bulul, dan wahdat al wujud. Pada tiap topik tersebut selain
di jelaskan tentang isi ajaran dari tiap topik tersebut dengan data-data yang di dasarkan
pada literatur kepustakaan, juga di lengkapi dengan tokoh yang memperkenalkannya.
Selain itu Harun Nasution mencoba mengemukakan latar belakang sejarah timbulnya
paham tasawuf dalam islam.11
13
Era modern yang terjadi saat ini banyak memberikan kemudahan dalam segala
aktivitas sehari-hari manusia. Bisa dibilang apa yang disebut modernisasi itu seakan
menjadi “dewa penolong” diberbagai hal. Modernisasi telah memberikan kemudahan
mulai dari saat manusia membuka mata di pagi hari pertama hingga malam menutup
mata. Bahkan modernisasi telah membantu manusia sejak dilahirkan di dunia ini.
Tasawuf atau sufisme diakui dalam sejarah telah berpengaruh besar atas
kehidupan moral dan spiritual Islam sepanjang ribuan tahun yang silam. Selama kurun
waktu itu tasawuf begitu lekat dengan dinamika kehidupan masyarakat luas, bukan
sebatas kelompok kecil yang eksklusif dan terisolasi dari dunia luar. Maka kehadiran
tasawuf di dunia modern ini sangat diperlukan, guna membimbing manusia agar tetap
merindukan Tuhannya, dan bisa juga untuk orang-orang yang semula hidupnya glamour
dan suka hura-hura menjadi orang yang asketis (Zuhud pada dunia). Proses modernisasi
yang makin meluas di abad modern kini telah mengantarkan hidup manusia menjadi
lebih materealistik dan individualistic. Perkembangan industrialisasi dan ekonomi yang
demikian pesat, telah menempatkan manusia modern ini menjadi manusia yang tidak
lagi memiliki pribadi yang merdeka, hidup mereka sudah diatur oleh otomatisasi mesin
yang serba mekanis, sehingga kegiatan sehari-hari pun sudah terjebak oleh alur rutinitas
yang menjemukan. Akibatnya manusia sudah tidak acuh lagi, kalau peran agama
menjadi semakin tergeser oleh kepentingan materi duniawi.
13
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 18.
14
Pokok-pokok ajaran tasawuf yang dipandang penting dan relefan untuk diamalkan pada
era modern saat ini salah satunya yaitu:
Tasawuf Akhlaq
Sikap istimewa kaum sufi adalah dalam memberikan makna terhadap institusi-
institusi Islam ajaran Agama Islam mereka pandang dari dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah (luar) dan aspek bathiniyah (dalam). Pendalaman dan pengamalan aspek
“dalamnya” adalah yang paling utama tanpa mengabaikan aspek “luarnya” yang
dimotifasikan untuk pembersihkan jiwa. Tanggapan perenungan mereka lebih
berorientsi pada aspek “dalam”, yaitu cara hidup yang lebih mengutamakan rasa dan
rencana, lebih mementingkan keagungan tuhan dan bebas dari egoisme. Sebagai
perilaku perorangan yang terbaik dalam mengontrol diri, kesetiaan dan realisasi
kehadiran Tuhan yang tetap dalam segala peilaku dan perasaan seseorang.
Bagian terpenting dari tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dengan
Tuhan, sehingga merasa dan sadar berada di “hadirat” Tuhan. Keberadaan itu dirasakan
sebagai nikmat dan kebahagiaan yang hakiki.
Sufisme perlu dimasyarakatkan pada kehidupan modern yang sekarang karena terdapat
3 (tiga) tujuan penting, yaitu: 14
Jadi tasawuf modern ini, lebih mengutamakan ihsan yang bersifat konkret yang
menyentuh langsung dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, bukan dengan sesuatu
yang bersifat abstrak, karena ibadah itu adalah hal yang wajib bagi setiap hamba, tetapi
hanya menyangkut hubungan seseorang dengan sangg khalik yang tentunya tidak
14
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), cet. III, 376-377.
15
berdampak apa-apa bagi orang lain, sebab itu hanyalah untuk kebahagiaan akhirat saja.
Sedangkan dalam tasawuf modern, harus ada keseimbangan antara dunia dengan
akhirat, sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan dengan kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat.15
KESIMPULAN
Kedua, tasawuf modern ini, lebih mengutamakan ihsan yang bersifat konkret
yang menyentuh langsung dengan kehidupan social kemasyarakatan, bukan dengan
sesuatu yang bersifat abstrak, karena ibadah itu adalah hal yang wajib bagi setiap
hamba, tetapi hanya menyangkut hubungan seseorang dengan sangg khalik yang
tentunya tidak berdampak apa-apa bagi orang lain, sebab itu hanyalah untuk
kebahaggiaan akhirat saja. Sedangkan dalam tasawuf modern, harus ada keseimbangan
antara dunia dengan akhirat, sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan dengan
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
16
Ja’fari, Muhammad Taqi. Tasawuf positif (sebuah pengantar). Jakarta: Nur Al-Huda.
2005.
Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1983.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2016.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan. 1996.
Sukur, M. Amin. Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1999.
Rahmat, Jalaluddin Rahmat. Islam Alternatif. Bandung: Mizan. 1991.
Zahri, Mustafa Zahri. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu. 1995.
17