Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tasawuf
Dosen Pengampu:
Dr. HM. Ridlwan Hambali, Lc., MA
Disusun Oleh:
Maimanah Zumaro Ummu Haniyah NIM:2020.01.01.1807
Vita Alfiana NIM:2020.01.01.1813
Kasif NIM:
2
Hamdan Rasyid, menambahan bahwa fenomena menarik sebagian masyarakat di
kota-kota besar sekarang ini, yaitu mereka mulai tertarik untuk mempelajari untuk
memperaktikan pola hidup sufistik.
Dengan demikian, penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tasawuf
kontemporer dilahirkan tidak lain adalah untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
mengatasi permasalahan spiritual dan sosial masyarakat modern yang sudah berada
dalam keadaan krisis. Masa mengkhawatiran dan meresahkan bagi kelangsungan hidup
mereka. Apa yang dulu mereka acukan, buang dan hilangkan, kini mereka cari, mereka
kejar, dan merea butuhkan untuk mengobati kegelisahanya. Mengingat sakit mereka
bukan fisik melainkan batin, aspek esoterislah yang bisa membantu. Aspek esoteris dalam
Islam dikenal dalam tasawuf1
C. Pengertian Tasawuf Kontemporer
Sudah banyak para ahli dan intelektual Muslim yang mendefinisian pengertian
tasawuf, baik dari segi bahasa maupun istilah, bahan asal-usulnya. Namun dalam
makalah ini aan mengutip pendapat dari salah satu tokoh dari tokoh-tokoh inteletual
muslim, yaitu DR. Haji Abdul Karim Amrullah, atau yang lebih dikenal dengan Hamka.
Hamka berpandangan bahwa kata tasawuf diambil dari kata Shuffah atau kaum
Shuffah,yaitu segolongan sahabat Rasuluallah yang memisahkan diri di satu tempat
tersendiri disamping Masjid Nabawi, yang mereka ini memilki pola hidup menjahui
dunia. Ada juga yang mengatakan Tasawuf berasal dari bahasa Yunani yang diArabkan
yaitu Theosofie berarti ilmu pengetahuan, yang kemudian diarabkan menjadi tasawuf.
Sedangkan dalam segi istilah tasawuf adalah ajaran bagaimana berakhlak dengan akhla
rabbaniyah, seperti iman, ibadah, dakwah, amal saleh, dan akhlak mulia. 2 Sedangkan
pengertian kontemporer secara bahasa yaitu dari kata bahasa Inggris, Contemporary yang
artinya zaman sekarang atau modern. Dalam hal ini bisa dipahami bahwa yang dimaksud
tasawuf kontomporer adalah
“Ajaraan kesufian yang berbau spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa
melupakan tugas sosialnya sebagai makhluk dengan senantiasa hidup aktif dan optimis
terhadap perubahan zaman yang dianamis. Menjalin hubungan dengan Allah yang
1
Muhammad Basyrul Muvid, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta:Amzah, 2020), 12-13
2
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Republika, 2015), 1
3
berorientasi kepada dunia secara prporsional. Inilah yang akan melahirkan sosok manusia
yang muslim yang shaleh spiritual an saleeh secara sosial.”
Tasawuf kontomporer lahir secara historis melalui prilaku kesufian dari orang
keorang bergerak kearah gerakan keagamaan dan menyejarah dalam konsep makhuh
spiritual.3
Hamka menyebutkan tasawuf sebagai “shifa’ul qalbi”, yaitu upaya sesorang untuk
membersihkan hati, pembersihan budi pekerti dari perangai-perangai yang tercela, lalu
memperhias dirinya dengan perangai atau karakter terpuji. Pendefinisian tasawuf
tersebut, memiliki kesamaan istilah dalam literatur tasawuf, yaitu tazkiyatun nafs
(penyucian jiwa). Titik kesamaan dapat ditinjau dari perbuatannya, yaitu pembersihan
karakter dari perangai atau karakter tercela. Pemikiran tasawuf Hamka di atas, bisa dilihat
ketika menafsirkan QS. asy-Syams: 9-10 dalam kitabnya “Tafsir al-Azhar”. Hamka
menjelaskan bahwa penyakit yang paling berbahaya bagi jiwa adalah syirik, mendustakan
kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw., sifat hasud, dengki, benci, dendam,
sombong, dan angkuh. Penyakit-penyakit tersebut merupakan pintu pembuka berbagai
kejahatan besar.
Hamka dalam pendekatan tasawufnya yang memiliki basis pada koridor syari’at
agama (tasawwûf masyru’). Hal ini, dibuktikan bahwa konsep tasawufnya memiliki
kerangka agama di bawah pondasi akidah yang bersih dari praktikpraktik kesyirikan, dan
amalan-amalan lain yang bertenangan dengan syari’at. Pendidikan karakter dalam
pendekatan tasawuf modern, menawarkan trilogi konsep tasawuf, yaitu: takhalli, tahalli,
dan tajalli. Takhalli, adalah pembebasan diri dari sifat-sifat tercela. Tahalli, adalah
tahapan mengisi dan berhias diri dengan sikap-sikap terpuji. Tajalli merupakan
penghayatan rasa ke- Allahan atau dalam istilah Hamka, “Kelihatan Allah di dalam hati”.
Penggunaan istilah tasawuf yang diimbuhi dengan kata “modern”, sebenarnya tidak bisa
dilepaskan dari kedekatan
3
Muhammad Basyrul Muvid, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta:Amzah, 2020), 17-18
4
ditawarkan Hamka berdasar pada prinsip tauhid, bukan pencarian pengalaman
mukasyafah. Jalan tasawufnya dibangun lewat sikap zuhud yang dapat dirasakan melalui
peribadatan resmi. Penghayatan berupa pengamalan takwa, bukan keinginan untuk
bersatu dengan Allah. Refleksi tasawuf modern Hamka, berupa nilai kepekaan sosial-
religius (sosial keagamaan), bukan karena ingin mendapatkan karamah (kekeramatan)
yang bersifat magis, dan metafisis.
4
Supriyadi Miftahol Jannah, Pendidikan Karakter Dalam TasawufModern Hamka dan Tasawuf Transformatif
Kontemporer, (Sidoarjo:Halaqo, 2019), 91
5
6. Mengembalikan manusia epda eksistensi dan esensinya sebagai mahluk tuhan agar
dapat mengenalidirinya secara benar dan akhirnya bisa mengenal tuhan.5
E. Pendidikan karakter dalam Tasawuf Kontemporer
Beberapa konsep pendidikan karakter yang ditawarkan Hamka, diantaranya
adalah ikhlas, khauf, zuhud, dan tawakkal.
Konsep Ikhlas
Ikhlas diartikan sebagai sesuatu yang bersih, tidak ada campuran, dan ibarat emas asli
Hamka (1992) . Hamka mencontohkan,bahwa pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu
dinamakan al-ikhlash. Oleh karenanya, seseorang yang mengerjakan sesuatu perkerjaan
semata-mata kerena mengharap puji orang lain, maka keikhlasan amalannya itu karena
majikan dan untuk majikan tersebut. Begitu pula, seseorang yang memburu harta dari
pagi hingga sore, karena semata-mata memikirkan perut, maka ikhlasnya itu ditujukan
kepada perutnya. Hamka membentangkan lawan ikhlas adalah syirik. Keduanya, antara
ikhlas dan syirik ini menurut Hamka tidaklah dapat disatukan, sebagaimana tidak dapat
dipertemukannya antara gerak dan diam. Hamka menjelaskan bahwa keikhlasan tidak
dapat tegak tanpa adanya shiddiq (sifat benar). Demikian itu dikarenakan kebenaran
dalam diri seseorang menjauhkan dirinya dari keadaan hipokrit (munafik). Argumentasi
Hamka tersebut, diperkuat dengan keyakinannya bahwa, ikhlas tidak
dapat dipisahkan dengan shiddiq (benar).
Konsep Khauf
Hamka diartikan sebagai rasa takut yang timbul karena adanya azab, siksa da kemurkaan
dari Allah. Hamka meletakkan posisi rasa takut yang ada pada diri manusia, hanya
kepada Allah sebagaimana dalam al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 175. Hamka juga
mengakui bahwa rasa takut manusia, terdapat rasa takut yang berkonotasi negatif. Rasa
takut negatif tersebut dilahirkan dari sifat Jubn (kemarahan yang telah dingin membeku),
yaitu rasa takut karena menyangka, adanya bahaya atau perkara yang tidak diinginkan.
Hamka kemudian mencontohkan seseorang yang membayangkan terjadinya sesuatu
yang belum pasti terjadi baik perkara besar maupun kecil. Rasa takut yang berkonotasi
5
Muhammad Basyrul Muvid, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta:Amzah, 2020), 21-25
6
negatif di atas, menjadi sebab hilangnya rasa kebahagiaan. Hamka menjelaskan bahwa
hidup yang bahagia adalah hidup yang mempunyai perasangka dan
pengharapan yang baik, cita-cita yang kuat, angan-angan yang teguh, dan tidak
memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Hamka mencontohkan seseorang yang
enggan berniaga karena takut rugi, enggan menyewa toko besar takut tidak terbayar
sewanya, enggan beristri takut tidak terbelanjai nafkahnya. Beberapa penjelasan di atas,
menunjukkan Hamka secara lebih khusus menyoroti sikap takut terhadap sesuatu yang
disebut “kematian”. Seseorang takut mati, menurut Hamka disebabkan oleh enam hal;
(1) tidak tahu hakikat mati, (2) tidak insaf kemana kita pergi sesudah mati, (3) takut kena
siksa, (4) tidak tahu kemana diri sesudah mati, (5) takut sedih akan meninggalkan harta,
(6) takut sedih karena meninggalkan anak. Hamka juga memberikan solusi, bahwa rasa
takut tersebut harus dilawan dengan pemahaman yang benar terhadap hakikat
kematian secara menyeluruh. Artinya, seseorang mesti memiliki ilmu yang benar
mengenai proses kematian dan akhir dari perjalanannya Hamka (1984) .
Konsep Zuhud
Hamka menegaskan kondisi zuhud pada seorang hamba itu muncul atas manifestasi dari
keimanan. Zuhud yang benar menurutnya adalah tidak perhatian kepada yang lain
kecuali kepada Allah. Hamka menggambarkan bahwa orang yang zuhud bukanlah
mereka yang tidak mempunyai apa-apa, akan tetapi memiliki apa saja namun tidak
dimiliki oleh apa-apa. Konsep Zuhud tersebut di atas, Hamka mengutip al- Qur’an surah
at-Takaatsur ayat 1-2. Berdasarkan ayat tersebut,bahwa tujuan dari segala yang ada di
dunia ini, baik itu kekayaan ataupun kehormatan, merupakan penghubung seseorang
yang memilikinya dengan Allah-nya. Sebab, bagaimanapun segala urusan kehidupan
orang yang zuhud itu, akan kembali kepadaNya kelak di akhirat. Kemudian Hamka
menjelaskan hakikat kekayaan. Kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan yang
mencukupkan terhadap pemiliknya sebagai nikmat Allah dan tidak akan mengecewakan
pemiliknya. Arguementasi Hamka, bahwa kekayaan itu datang dari pemiliknya yaitu
Allah, dan akan kembali kepada pemiliknya Hamka (1990a) . Oleh karenanya, seorang
7
pelaku zuhud (zahid) bukannya menolak harta benda dan kekayaan serta isi dunia yang
dapat menjadikan ia memudahkan melakukan amal perbuatan, sebagaimana
ungkapannya bahwa orang yang zahid, adalah orang yang tidak dipengaruhi harta,
walaupun seluas isi dunia ini dia yang punya.
Konsep Tawakkal
Hamka mengartikan tawakkal dengan arti penyerahan keputusan setiap sesuatu perkara
atau urusan hidup manusia, berupa ikhtiar dan usahanya hanya kepada Allah pemilik
sekalian alam Hamka (1990a). Makna tawakkal yanhg dimaksudkan adalah sebagaimana
kisah perjalanan Hijrahnya Rasulullah bersama Abu Bakar atas perintah Allah ke negeri
Madinah. Di dalam perjalanannya Rasulullah berusaha sekuat tenaga dan dengan daya
serta cara untuk lepas dari kejaran orang-orang kafir hingga ke bukit Tsur. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia setinggi derajatnya seperti Rasulullah saja masih
membutuhkan ikhtiar dan usaha. Melalui pelajaran dari shirah nabawi tersebut di atas,
Hamka menegaskan bahwa manusia tidak boleh langsung lari kepada takdir kalau ikhtiar
belum sempurna, melainkan dengan izin Allah. Prinsip tawakkal yang dibangun Hamka,
bukanlah tawakkal yang fatalistik. Dalam hal ini, Hamka tidak mengenyampingkan peran
ikhtiar, tetapi ia juga menekankan bahwa ikhtiar juga bukan segala-galanya. Tanpa seizin
Allah, tidak ada ikhtiar yang sanggup mencapai kesuksesan. Artinya,
Hamka membangun pengertian tawakkal melalui prinsip ketauhidan yang sempurna. 6
6
Supriyadi Miftahol Jannah, Pendidikan Karakter Dalam TasawufModern Hamka dan Tasawuf Transformatif
Kontemporer, (Sidoarjo:Halaqo, 2019), 93-94
8
di bagian Islam di tandai berbagai artikulasi agama, yaitu fundamentalisme Islam yang
sangat eksoterik dan literalistik, juga menggerakkan sufisme dan tarekat.
Manusia modern tertarik pada dunia spiritual intinya hanya mencari keseimbangan
baru dalam kehidupan. Misalnya kaum eksistensialisme yang memandang manusia ingin
kembali merdeka dan bebas . Hal ini merupakan petanda urgensi dan signifikansi
tasawuf modern. Beberapa faktor arti penting tasawuf bagi manusia modern yaitu:
1. Tasawuf bersifat fitri pada setiap manusia, berpotensi untuk mendesain corak
sejarah dan peradaban dunia.
2. Tasawuf sebagai alat pengendali dan pengontrol sehingga mengantar manusia pada
keunggulan dan kejayaan akhlak.
3. Tasawuf memiliki relevansi dan signifikansi karena seimbang memberikan kesejukan
dan disiplin syari’ah
Tasawuf ini menjadi sebuah obat yang krisis dalam kerohanian. Misalnya Islam, sarat
akan ajaran-ajaran spiritual dipandang alternatif di masa mendatang. Huston Smith
berpendapat bahwa spiritualitas masa depan bersumber dari agama otentik atau agama
samawi. Menurut Seyyed Hossein Nasr, bahwa agama otentik adalah agama samawi.
karena semua agama samawi seperti Islam memilki sebuah tujuan dalam mendekatkan
dan mempertemukan antara manusia dengan Tuhanya melalui ajaran-ajaran tasawuf.7
G. KESIMPULAN
Tasawuf kontomporer (zaman sekarang) merupakan suatu ajaran yang tidak hanya
mengasingkan diri (zuhud) atau menyucikan diri dari kemewahan dunia, tetapi
mengajarkan manusia langsung terjun kemasyarakat untuk ikut menjawab dan
memberikan solusi terhadap suatu permasalahan. Tasawuf kontemporer ini menuntut
manusia agar tidak meninggalkan urusan didunia, karena dunia dapat mengantarkan
manusia untuk lebih dekat dengan Allah dan tetap menjaga hati dari kenikmatan dunia
yang melalaikan
7
Mahdi, “Urgensi Akhlak Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern”, Jurnal Edueksos, ()
9
H. Daftar Pustaka
Muvid basyrul Muhammad. Tasawuf Kontemporer, (Jakarta:Amzah, 2020)
Mahdi, “Urgensi Akhlak Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern”, Jurnal Edueksos
10
Daftar Pusataka
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafir, As-Sirah An-Nabawiyah li Ibni Hisyam,
( Jakarta timur:DARUL FALAH, 1421 H./Juli 2000 M) HAL,123-124
Al-Habib al-Mursyid M. Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Suruju Dzolam (Lirboyo:Pustaka
Gerbang Lama 1910-2010, Juni 2010)HAL:50-52
Muhadharat Tarikh Al-Umam Al-Islamiyyah, Al-Khudri, hal.1/62 dan Rahmatun lil ‘Alamin,
1/38-39. Ada beberapa pendapat tentang penentuan tanggal bulan April, karena adanya
perbedaan dalam kalender Masehi.
11