Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TASAWUF SEBAGAI MEDIA MEMAJUKAN PERADABAN MANUSIA


DAN TASAWUF SEBAGAI MEDIA MEWUJUDKAN MASYARAKAT
SEHAT, AMAN, MAKMUR, SEJAHTERA DAN BAHAGIA
Di susun untuk memenuhi tugas Al – Islam

Dosen Pengampu :
Chepiq Aziz, M.Pd.

Anggota Kelompok :
1. Astie Noer Hadiyanti
2. Cecep Hidayatuloh
3. Fais Fadilah Prastyo
4. Fajar Atila Gita
5. Fauji Ahmad Kusdinar
6. Lutfi Husaeri
7. M Rizky Ramdhani
8. Nurul Dwi Pajriah
9. Tegar Bahrul Alam

FAKULTAS TEKNIK TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERISTAS ISLAM NUSANTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada zaman modern ini,banyak pro dan kontra terhadap tasawuf  yang lahir
sebagai gerakan pemikiran dan praktik kehidupan umat islam. Karena meski
tasawuf itu mempunyai dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits,tetapi dalam
perkembanganya tasawuf  mendapat pengaruh dari luar Islam sehingga ada
diantara ajaran tasawuf dianggap tidak sesuai dengan Islam. Untuk menghindari
kecenderungan yang menyimpang ini, maka tasawuf harus dikembalikan kepada
Al-Qur’an dan Hadits.
Selain tasawuf merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
maka tasawuf juga berpengaruh dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, aman,
makmur, sejahtera,dan bahagia maka dari itulah tasawuf sangat besar manfaatnya
bagi kehidupan manusia.
B.      Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari Tasawuf Sebagai Media Memajukan Peradaban Manusia?
2. Apa pengertian  masyarakat sehat, aman, makmur, sejahtera, bahagia?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat sehat, aman, makmur, sejahtera, bahagia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tasawuf Sebagai Media Memajukan Peradaban Manusia


1. Polemik Tasawuf

H.A.R. Gibb, pakar sejarah peradaban Islam terkemuka, mengemukakan


bahwa kaum Muslim dari kalangan ini memandang tasawuf sebagai
“pelestarian takhayul”, “kemunduran budaya”, atau penyimpangan dari
“Islam sejati”. Gibb tampaknya cukup sensitif dengan realitas tasawuf
sampai-sampai memahami bahwa sikap semacam ini cenderung
“memupuskan ekspresi pengalaman keagamaan paling autentik” dari Dunia
Islam.

Dalam perkembangannya, tasawuf sering menjadi obyek kritikan keras


baik dari muslim atau non-muslim. Kritik ini diargumentasikan dari sebagian
para pengikut tasawuf yang terlalu jauh tenggelam dalam dunia tasawuf
sehingga terkesan ‘lari’ dari kehidupan dunia. Bersifat a-sosial; bersifat
terlalu spiritualistik, dengan melupakan segi-segi kesalehan sosial atau
substansial. Tasawuf juga sering disejajarkan dengan spiritualisme isolatif;
spiritualisme orang-orang yang lemah dan egois, yang tidak tahan
menghadapi kejahatan dan bahaya, kemudian lari ke `uzlah tanpa
mengindahkan aspek-aspek sosial.

Dikalangan kaum Muslim berpendidikan Barat dan berkecenderungan


politik, tasawuf menjadi kambing hitam bagi “kemunduran” Islam. Menurut
pendapat ini, tasawuf menjadi agama kaum awam dan mengandung unsur-
unsur takhayul yang diambil dari agama-agama lain atau budaya-budaya
lokal. Karena itu, agar Islam kembali berjaya-yang menurut para pengkritik
seperti itu mencakup sains dan tekhnologi modern- tasawuf haruslah
dienyahkan.

Dari sini tasawuf sering diidentikkan dengan pelarian dari dunia kasat
mata menuju ke dunia spiritual, pelakunya menjadi individu yang egois, lari
dari dunia yang penuh dengan kebengisan, kedzaliman dan kejumudan.
Tanggung jawab tasawuf bukanlah dengan melarikan diri dari kehidupan
dunia nyata, sebagaimana dituduhkan oleh sementara orang yang kurang
setuju terhadap tasawuf, akan tetapi ia adalah suatu usaha untuk
mempersenjatai diri dengan nilai-nilai rohaniah yang baru, yang akan
membentengi diri saat menghadapi problema hidup dan kehidupan yang
serba materialistik

2. Urgensi Tasawuf

Ibnu Qayyim Qalam menyebut para pembahas ilmu ini telah


sependapat bahwa tasawuf adalah moral. Barang siapa di antara kamu
semakin bermoral tentu jiwamu semakin bening. Berawal dari moral yang
baik, maka peradaban akan terbentuk suatu peradaban yang lebih beradab.
Contohnya pada saat Nabi Muhammad SAW membangun suatu peradaban
Islam di Madinah.

Selanjutnya Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari menyebutkan tasawuf


adalah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara mensucikan jiwa, tentang
cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan
yang abadi.

Apabila hati telah bersih dari noda, seorang sufi akan merefleksikan
kebenaran sebagaimana adanya. Pandangannya akan terhindar dari gangguan
angan-angan, kesalahan, cinta diri (self love), atau kehendak mencari
keuntungan pribadi (profit seeking). Dalam keadaan hati yang bersih itu
seorang sufi akan mampu mempergunakan akal universal atau kesadaran hati
(heart-counsiosness) yang secara potensial sudah ada dalam dirinya.

Dengan demikian, nampak jelas bahwa tasawuf sebagai ilmu agama,


khusus berkaitan dengan aspek-aspek moral serta tingkah laku yang
merupakan subtansi Islam. Hakikat tasawuf adalah perpindahan sikap mental,
keadaan jiwa dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik, lebih
tinggi dan lebih sempurna, suatu perpindahan dari alam kebendaan kepada
alam alami.

3. Jalan Tasawuf
Dalam tasawuf terhadap prinsip-prinsip positif yang mampu
mengembangkan masa depan manusia, seperti melakukan instropeksi
(muhasabah) baik kaitannya dengan masalah-masalah vertikal maupun
horisontal, kemudian meluruskan hal-hal yang kurang baik. Termasuk juga
melakukan serangkaian kegiatan mental yang berat seperti riyadhoh,
mujahadah, khalwat, uzlah, muraqabah, suluk dan sebagainya.

Rumusan ajaran tasawuf klasik, khususnya yang menyangkut konsep


zuhud sebagai maqam yang diartikan sebagai sikap menjauhi dunia dan
isolasi terhadap keramaian duniawi, karena semata-mata ingin bertemu dan
ma’rifat kepada Allah SWT. Tasawuf pada satu sisi memang tampak
demikian, eksesif (berlebih-lebihan dan menimbulkan ekses/negatif) dan
eksklusif (bersifat tertutup dan terpisah dari yang lain). Tetapi para sufi
berkata bahwa kamu tidak akan mengerti tasawuf tanpa menjalani praktek-
praktek sufi, mengamalkan amalanamalan sufi.

Gambaran utuh tentang tasawuf hanya bisa dimengerti dengan kearifan


hati yang mampu memahami sesuatu dari berbagai segi. Diperlukan
pengalaman ruhani yang tidak bergantung pada metode indra dan pemikiran,
tetapi dengan melatih amalan sedikit demi sedikit sampai memunculkan
cahaya pembimbing dalam hati. Cahaya ini akan semakin terang ketika ia
dapat membebaskan dirinya dari keterikatan dunia. Dalam tasawuf
terkandung makna yang luas dan dalam. Proses yang ketat, latihan yang
istiqomah dan tekad yang kuat dalam beramal akan menemukan makna
hakikinya, makna tasawuf secara positif.

Adapun zuhud merupakan aspek praktis tasawuf yang pada masa


awalnya tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Ia
tampil dalam rangka memberikan solusi spiritual terhadap problema sosial,
politik, ekonomi dan budaya.

Zuhud hakikatnya bukan menjahui dunia, tapi tiada keterkaitan hati


dengannya. Atau dalam ungkapan Abbas al-‘Aqqad, seorang zuhud adalah
yang tidak dikuasai harta, walau dia memiliki harta. Imam Ghazali sendiri
dalam Ihya mengatakan, tidak ada seorang pun yang berpendapat bahwa
zuhud berarti tidak boleh memiliki harta. Yang ditekankan adalah tidak
terkaitnya hati dengan harta.

Adapun untuk memasuki pintu tasawuf, atau sufi, ada beberapa tahapan
yang lebih tinggi dari sekedar membersihkan atau mengosongkan diri
(takhali), mengisinya kembali dengan nilai-nilai ilahiyah (tahalli) dan
kemudian tajalli, atau merasakan manifestasi Ilahi dalam kehidupan dunia ini.

4. Tasawuf Sebagai Spirit Islam

Tasawuf merupakan sebagai perwujudan dari ihsan, yakni penghayatan


seseorang terhadap agamanya. Dalam hadis diatas Rosulullah SAW
menempatkan Al-Ihsan pada posisi terakhir, yakni setelah Al-Iman dan Al-
Islam. Hal ini memberi pengertian bagi kita, bahwa derajat Al-Ihsan, yang
bisa juga disebut dengan tasawuf, dapat dicapai oleh seseorang jika ia telah
beriman dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan islam secara sempurna.
Karena AlIhsan merupakan perwujudan dari kuatnya Tauhid dalam hati
seseorang. Ihsan secara terminologis mempunyai banyak makna yang berupa,
indah, baik dan sempurna. Makna yang terkandung secara terminologis
tersebut tidak hanya berlaku pada kondisi hubungan internal seorang individu
dengan Tuhannya tetapi termanifestasikan dalam bentuk hubungan antar
manusia lewat etika dan moral.

Tasawuf mengajarkan bahwa perbuatan manusia didorong oleh bisikan


hati. Itu sebabnya hati harus dibersihkan dari hal-hal yang buruk, kemudian
diisi dengan hal-hal yang baik. Kalau hati terbiasa dengan hal-hal yang baik,
maka bisikan hatinya akan baik, sehingga akan melahitkan perbuatan yang
baik pula. Sebaliknya, bila hati terbiasa dengan hal-hal buruk, maka bisikan
hatinya menjadi buruk, yang kemudian mendorongnya kepada perbuatan
buruk pula.

5. Tasawuf dan Sosial

Di dalam tasawuf ada ajaran-ajaran yang sangat berkaitan dengan


kehidupan konkrit yang menata hubungan antar sesama manusia. Esklusivitas
dalam dunia tasawuf adalah satu bagian stigma yang harus dipugar menjadi
tasawuf yang lebih ramah pada realitas, sehingga kemudian terciptalah satu
tasawuf yang inklusif.

Nilai-nilai yang terkandung dalam tasawuf adalah nilai-nilai Islam,


dalam hal ini termasuk ajaran yang disebut futuwwah dan Itsar. Doktrin ini
sangat prinsipil dalam tasawuf, yakni mau mengorbankan apa saja yang
dimilkinya. Sejalan dengan futuwwah ialah al-Itsar, yaitu mementingkan
orang lain daripada diri sendiri. Sepintas lalu nilai itsar tidak mengenal
kompetisi, karena kompetesi mengandung nilai yang kebalikannya, yaitu
mendahulukan diri sendiri daripada orang lain.

Jika futuwwah mempunyai banyak titik berat pada dampak


perseorangan, maka alItsar mempunyai dampak sosial. Sikap menyantuni
kaum lemah, mendorong untuk melakukan tindakan yang mencerminkan
solidaritas sosial. Bersamaan dengan kecintaan kepada orang miskin ini ada
sikap lain yang mnyertainya, yakni sikap menahan diri untuk tidak hidup
mewah. Sikap-sikap seperti itu, hanya ada pada diri seorang (sufi) yang telah
benar-benar menghayati agama Islam.

6. Tasawuf dan Intelektualisme

Intelektualisme adalah ruh peradaban Islam. Tak sulit melacak peran


serta kaum sufi dalam ranah intelektual. Tokoh-tokoh fikih seperti Imam
Syafii, Imam Malik dan para mujtahid lainnya adalah kaum sufi seperti al-
Nawawi yang dikenal sebagai Quthbil Aqthab pada masanya, tak kalah pula
Imam Subki, Abdul Wahab As Sya’rani dan tokoh lainnya. Dalam literatur
Islam ditemukan banyak fakta bahwa tasawuf sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan semangat intelektualisme.

Dalam sejarah ilmu pengetahuan Islam, al-Farabi adalah sufi yang


brilian. Konon, dia membaca buku fisika Ariestoteles tidak kurang dari 40
dan De Animenya Ariestoteles 200 kali. Ia menulis Ihshan al-
Ulum(ensiklopedi sains yang pertama). Ia menulis Madinah al-Fadhilah (buku
sosiologi dan politik). Al-Farabi adalah seorang raksasa dalam sains Islam,
tetapi hal itu tidak pernah mengahmbatnya menjadi sufi. Salah seorang murid
al-Farabi mendirikan kelompok pecinta ilmu pengetahuan di Baghdad pada
tahun 970 Kelompok ini menghidupkan tradisi intelektual yang mulai
terancam di zaman itu. Tiga belas tahun kemudian, mungkin diilhami oleh
kelompok murid al-Farabi ini, di Bashrah berdiri Ikhwan al-Shafa yang ingin
memperbaiki umat Islam, menyucikan mereka secara moral, spiritual dan
politik. Ikhwan alShafa adalah semacam gerakan sufi sebagai gerakan ilmu
pengetahuan. Mereka berkumpul, berdiskusi, dan merekam pembicaraan
mereka ke dalam 51 risalah yang sampai kepada kita. Dalam risalah itu,
mereka bukan saja membicarakan masalah tauhid, akhlak dan kesucian, tetapi
juga mendiskusikan gelombang suara, gerhana, kimia dan fenomena-
fenomena alam lainnya. Mereka bukan saja mengulas dialektika Socrates,
tetapi juga kezuhudan Ali bin Abi Thalib.

Melihat kenyataan di atas maka secara hipotesis berani dikatakan


bahwa semakin seorang terbenam dalam pekerjaan intelektual, maka dia juga
semakin rindu kepada kehangatan spiritualitas (sufisme). Di Barat,
belakangan ini bahkan beberapa pemenang hadiah Nobel adalah ilmuwan-
ilmuwan yang sangat besar kecenderungan mistiknya. Dalam filsafat ilmu,
bahkan ada aliran romantisme yang menganggap bahwa penemuan-penemuan
ilmiah dimulai dari pengalaman mistik.

7. Peran Tasawuf bagi Kehidupan Modern

Masyarakat modern menyimpan problema hidup yang sulit


dipecahkan. rasionalisme, sekularisme, materialisme dan sebagainya ternyata
tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya, akan tetapi
sebaliknya, menimbulkan kegelisahan hidup ini.

Apabila masyarakat modern ini menempatkan diri pada proporsinya,


dan ingin menghilangkan problema psikologis dan etik, maka menurut
Hessein Nasr ialah kembali kepada agama melalui tasawuf. Bagi tasawuf,
penyelesaian dan perbaikan keadaan itu tidak dapat dengan sempurna hanya
dicari dalam kehidupan lahir, karena kehidupan lahir itu hanya merupakan
gambaran dari kehidupan manusia yang digerakkan oleh tiga kekuatan pokok,
yaitu akal, syahwat, dan nafsu amarah. Jika ketiganya dapat diseimbangkan,
maka hidup manusia akan menjadi normal.

Manfaat tasawuf bukannya untuk mengembalikan nilai kerohanian


atau lebih dekat pada Allah, tapi juga bermanfaat dalam berbagai bidang
kehidupan manusia modern. Tasawuf melatih manusia agar memiliki
ketajaman bathin dan kehalusan budi pekerti. Sikap bathin dan kehalusan budi
pekerti menyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan
kemanusiaan pada setiap masalah yang dihadapi. Dengan cara demikian, ia
akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan tercela menurut agama.

Praktek tasawuf didorong oleh bisikan hati atau intuisi, sedang proses
ilmiah atau pengetahuan didasarkan pada pengalaman empiris atau indra.
Kedua hal ini tidak bertentangan, karena berasal dari diri yang sama yaitu
manusia. Karena itu, etika sebagai manifestasi bisikan hati yang baik tidak
bertentangan dengan proses ilmiah atau pengetahuan. Malah keduanya saling
memperkuat untuk keutuhan dan kebaikan manusia. Inilah salah satu makna
penting tasawuf dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Disamping itu, dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu


pengetahuan satu dan yang lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada
dalam satu jalan dan satu tujuan. Dan di pihak lain, perasaan beragama yang
didukung oleh ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap. Ilmu
memberi kekuatan dan menerangi jalan, dan agama memberi harapan dan
dorongan bagi jiwa.

Akhirnya, sekarang dunia tampaknya sepakat sains harus dilandasi


etika, tetapi karena etika pun akar pemikirannya filsafat pula, maka etika pun
masih mengandung masalah. Untuk itu, yang diperlukan adalah akhlak yang
bersumber pada al-Qur’an dan hadits. Ajaran akhlaq tasawuf perlu
disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan,
teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu
dilandasi ajaran agama tasawuf.
B.  Tasawuf Sebagai Media Mewujudkan Masyarakat Sehat, Aman, Makmur,
Sejahtera, Bahagia Hidup Sehat
1. Pengertian tasawuf sebagai media mewujudkan masyarakat sehat, aman,
makmur, sejahtera, bahagia hidup sehat

Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang
memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai
kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

a. Pengertian masyarakat Sehat


Hidup sehat meliputi fisik dan jiwa. Kesehatan fisik biasanya tergantung
pada makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus
sehat dan halal. Maka diperlukan makanan yang sehat dan halal, makanan dan
minuman yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit dan yang haram dapat
membentuk karakter yang buruk, dan karakter yang buruk merupakan cermin dari
jiwa yang tidak sehat.
 Dalam tasawuf makanan dianjurkan lebih banyak sayur-sayuran dan
buah-buahan, serta sebaiknya  tidak boleh terlalu banyak makan daging, karena
daging dapat membentuk karakter yang keras.
Makanan haram bukan hanya babi, minuman haram bukan hanya
minuman keras, tetapi yang dimaksud makanan dan minuman haram yang
dihasilkan dengan cara yang haram seperti curian, korupsi, dll.
 Menurut Syekh Hakim Mu’inuddin Chisyti, dikalangan sufi ada daftar
menu makanan Nabi Muhammad SAW yang patut diperhatikan dalam
memelihara kesehatan yaitu:
1.      Apel, khasiatnya memperkuat jantung
2.      Pisang, memperlancar buang air
3.      Sereal, bermanfaat bagi orang demam
4.      Kemangi, dapat memperkuat jantung
5.      Wortel, dapat memperlancar menstruasi
6.      Kopi, dapat menyembuhkan desentri
7.      Jeruk, baik untuk jantung dan kulit
8.      Madu, dapat menyembuhkan diare
9.      Bayam, dapat melembutkan usus besar
10.  Jahe, dapat meperbaiki pencernaan, dll. 
b. Pengertian Masyarakat Aman
Rasa aman adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan. Karena itu, tidak heran
jika ditemukan sekian banyak firman Allah dan beraneka kosakata yang
digunakan oleh Al-Qur’an dan Sunnah untuk mengajak semua pihak agar
menciptakan keamanan dan perdamaian di bumi ini. Nabi Muhammad SAW juga
bersabda:

 “Siapa di antara kamu yang telah merasa aman hatinya, sehat badannya
dan memiliki makanan sehari-harinya maka ia bagaikan telah dianugerahi
dunia.” (HR. at-Tirmidzi)
 Sedemikian berharga rasa aman bagi manusia, sampai-sampai balasan di
dunia yang dijanjikan Allah kepada mereka yang menyambut ajakan-Nya antara
lain adalah rasa aman itu. Allah berfirman:
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-
orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.  (QS. an-
Nur [24]:55)
c. Pengertian Masyarakat Makmur
Kata makmur dalam kamus bahasa Indonesia bermakna sejahtera, serba
kecukupan dan tidak kekurangan.1 Kata makmur yang dimaksud pada
pembahasan di sini diambil dari bahasa arab yaitu kata ‫ عمر‬yang secara bahasa
bermakna menghuni, mendiami, menempati, memanjangkan umur,
memelihara, membangun dan memakmurkan.2 Menurut istilah kata ‫ارة‬SS‫العم‬
adalah lawan dari kata ‫راب‬SS‫ خ‬yaitu meruntuhkan atau menghancurkan. Bila
dikatakan ‫ أرضه عمر‬berarti membangun atau memakmurkannya dengan suatu
kemakmuran,3 seperti yang terdapat dalam QS. at-Taubah/9:19.
Artinya:"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di
jalan Allah.”
d. Pengertian Masyarakat Sejahtera
Dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam
Kamus Besar Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat
(terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini
sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman, dan
damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial
sejalan dengan misi Islam itu sendiri. Misi inilah yang sekaligus menjadi misi
kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang
berbunyi:
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.” (Q.S. al-anbiyâ’ [21]: 107).
Terlihat bahwa seluruh aspek ajaran Islam ternyata selalu terkait dengan
masalah kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi
dengan hubungan dengan sesama manusia (habl min Allâh wa habl min an-nâs).
Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal
saleh, yang di dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial
e. Pengertian Masyarakat Hidup Bahagia
Hidup sehat merupakan salah satu syarat untuk hidup bahagia. Orang yang
tidak sehat mungkin sekali tidak bahagia. Selain itu, rasa bahagia muncul dari
dalam diri sendiri berupa sikap hidup, bukan dari luar seperti kekayaan,
kekuasaan, popularitas, dan sebagainya. Sikap hidup itu adalah merasa cukup dan
mensyukuri apa yang di peroleh, bersabar dan senang dengan kehidupannya meski
kurang beruntung. Optimistis dan mencintai kehidupannya.
2.      Pengaruh Tasawuh dalam kehidupan masyarakat
a. Pengaruh untuk hidup sehat
Selain makanan dan minuman, ibadah seperti sholat, puasa,dan dzikir juga
ikut berpengaruh positif terhadap kesehatan. Umat islam wajib mengerjakan
sholat selain untuk beribadah kepada Allah juga pada setiap gerakanya
memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Selain sholat, puasa juga mengandung manfaat bagi kesehatan. Dengan
puasa, maka fungsi-fungsi tubuh diistirahatkan dan diberi peluang untuk segar
kembali. Selama berpuasa kegiatan yang biasa berlangsung dalam pencernaan
dikurangi, sehingga memungkinkan tubuh untuk mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak berguna serta memperbaiki kerusakan akibat kesalahan pola makan. Itulah
sebabnya Nabi Muhammad bersabda:  “Berpuasalah agar engkau sehat”.
Selain yang diterangkan diatas, Zikir juga bermanfaat bagi kesehatan.
Zikir berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah. Dengan zikir,
pikiran dan perasaan dapat menjadi tenang, sehingga orang akan hidup sehat,
terhindar dari penyakit-penyakit yang biasa timbul dari gangguan jiwa seperti,
stres.
b. Pengaruh untuk hidup aman
Tasawuf mengajarkan kepada kita untuk menjaga  silaturahmi antar sesama,
karena  dengan terjaganya silaturahmi maka pertikaian antar sesama dapat
diminimalisir sehigga terwujudlah kehidupan masyarakat yang aman
c. Pengaruh Tasawuf  untuk hidup makmur dan sejahtera
Ajaran Islam yang pokok (Rukun Islam), seperti mengucapkan dua kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, sangat berkaitan dengan kesejahteraan
sosial. Orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat adalah orang yang
menegaskan komitmen bahwa hidupnya hanya akan berpegang pada pentunjuk
Allah dan Rasul-Nya. Karena, tidak mungkin orang mau menciptakan ketenangan
jika tidak ada komitmen iman dalam hatinya. Demikian pula ibadah shalat
(khususnya yang dilakukan secara berjama’ah), juga mengandung maksud agar
mau memperhatikan nasib orang lain. Ucapan salam pada urutan terakhir rangkain
shalat berupaya mewujudkan kedamaian.
Selanjutnya, dalam ibadah puasa seseorang diharapkan dapat merasakan
lapar sebagaimana yang biasa dirasakan oleh orang lain yang berada dalam
kekurangan. Kemudian, dalam zakat juga tampak jelas unsur kesejahteraan
sosialnya lebih kuat lagi. Demikian pula dengan ibadah haji, yang mengajarkan
seseorang agar memiliki sikap merasa sederajat dengan manusia lain.
d. Pengaruh Tasawuf  untuk hidup bahagia
Tasawuf  memiliki ajaran untuk hidup bahagia, yaitu sikap- sikap sufistik.
Seperti qana’ah, syukur, sabar, ridha, raja’, dan mahabbah.
Qana’ah berarti merasa cukup, berapapun rizki yang di peroleh tetap merasa
cukup. Sebelum merasa cukup orang harus berikhtiar mencari rezeki yang halal.
Qana’ah bertujuan supaya orang tidak berkeluh kesah dengan apa yang di
milikinya.
Syukur berarti berterima kasih kepada Allah atas nikmat yang di beri
kepada manusia. Syukur dapat di lakukan dalam hati, lisan, dan badan. Syukur
dengan hati ialah selalu ingat kepada Allah. Syukur dengan lisan berarti
mengucapkan takhmid dan syukur dengan badan ialah mentaati ajaran Allah, yaitu
menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.
Sabar berarti menahan. Maksudnya menahan diri dari keluh kesah ketika
menjalankan ajaran Allah dan sewaktu mendapat musibah. Kesabaran ada
beberapa macam:
1. Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, memelihara terus menerus,
menjaganya dengan ikhlas, dan memperbaikinya dengan pengetahuan
2. Sabar untuk menjauhi larangan Allah
3. Sabar ketika mengalami musibah
Ridha berarti senang, maksudnya senang menjadikan Allah sebagai tuhan,
senang kepada ajaran dan takdirnya. Ridha ada 3 macam:
1. Ridha kepada Allah sebagai tuhan maksudnya, tidak mempersekutukannya.
2. Ridha kepada ajaran Allah yang diturunkannya melalui Nabi Muhammad baik
perintah maupun laranganNya
3. Ridha kepada takdir Allah baik dalam keadaan senang maupun sengsara
Raja’ berarti harapan atau optimism yaitu mengharapkan rahmat Allah,
optimism ada 2 tingkat. Tingkat yang paling tinggi adalah harapan para sufi untuk
mendekat dan bertemu kepada Allah, sedangkan yang paling rendah adalah
harapan orang awam yang mengharapkan kesejahteraan di dunia dan keselamatan
di akhirat.
Optimisme  dalam kehidupan dunia berarti berharap untuk mendapatkan
kesejahteraan yang baik, seperti rizki yang banyak, kedudukan yang tinggi dalam
pekerjaan, dan menjadi orang yang berkuasa. Untuk mencapai ini orang harus
bekerja keras dengan cara yang halal, orang yamg tidak berikhtiar tetapi
mengharapkan kehidupan yang baik disebut tamanni (berangan-angan).
Sikap sufistik yang membawa hidup menjadi bahagia adalah mahabah.
Mahabah berarti cinta,yaitu mencintai Allah untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Selain itu ada cinta kepada diri sendiri, cinta kepada orang tua yang didalamnya
orang mengetahui kesadarannya tentang sejauh mana keharusan untuk berbuat
baik kepada mereka berdua, sehingga tuhan ridha kepadanya.
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN

Tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Kapanpun dan dimanapun tasawuf senantiasa melekat untuk dilaksanakan
dan akan memberi arah dalam hidup ini. Pelaku tasawuf akan mencapai
keberhasilan dan kejenihan hati, juga mendapatkan ketenangan hidup,
stabilitas ekonomi, kebahagiaan, dan mampu memacu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosi dan spiritualnya. Pelaku tasawuf pun dapat
memandang dunia sebagai perladangan menuju akhirat yang tidak akan di
sia-siakan, bertindak lebih bijak dan seimbang dalam memperlakukan diri
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Imarah, Muhammah. 1998. Islam dan Keamanan Sosial. Jakarta:Gema Insan


Press
2. Muzakkir. 2018. Hidup sehat dan bahagia dalam perspektif tasawuf. Jakarta:
Prenadamedia Group
3. 4.Rahmat, Aibdi. 2017. Manusia Sebagai Pemakmur Bumi: Jurnal Manhaj Vol. 5
No.
4. Rahardjo, Wahyu. 2007. Kebahagiaan Sebagai Suatu Proses Pembelajaran: Jurnal
5. Peneliian Psikologi Vol. 2 No. 12.
6. Sudirman. 2008. Manfaat Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Jakarta: Pustaka
Irvan
7. Tebba,Sudirman. Tasawuf Positif, (Bogor:Kencana,2003), hal.29.
8. Tebba,Sudirman. 2008. Manfaat Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, Jakarta:
Pustaka Irvan.

Anda mungkin juga menyukai