Dosen Pengampu :
Chepiq Aziz, M.Pd.
Anggota Kelompok :
1. Astie Noer Hadiyanti
2. Cecep Hidayatuloh
3. Fais Fadilah Prastyo
4. Fajar Atila Gita
5. Fauji Ahmad Kusdinar
6. Lutfi Husaeri
7. M Rizky Ramdhani
8. Nurul Dwi Pajriah
9. Tegar Bahrul Alam
A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini,banyak pro dan kontra terhadap tasawuf yang lahir
sebagai gerakan pemikiran dan praktik kehidupan umat islam. Karena meski
tasawuf itu mempunyai dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits,tetapi dalam
perkembanganya tasawuf mendapat pengaruh dari luar Islam sehingga ada
diantara ajaran tasawuf dianggap tidak sesuai dengan Islam. Untuk menghindari
kecenderungan yang menyimpang ini, maka tasawuf harus dikembalikan kepada
Al-Qur’an dan Hadits.
Selain tasawuf merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
maka tasawuf juga berpengaruh dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, aman,
makmur, sejahtera,dan bahagia maka dari itulah tasawuf sangat besar manfaatnya
bagi kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari Tasawuf Sebagai Media Memajukan Peradaban Manusia?
2. Apa pengertian masyarakat sehat, aman, makmur, sejahtera, bahagia?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat sehat, aman, makmur, sejahtera, bahagia?
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sini tasawuf sering diidentikkan dengan pelarian dari dunia kasat
mata menuju ke dunia spiritual, pelakunya menjadi individu yang egois, lari
dari dunia yang penuh dengan kebengisan, kedzaliman dan kejumudan.
Tanggung jawab tasawuf bukanlah dengan melarikan diri dari kehidupan
dunia nyata, sebagaimana dituduhkan oleh sementara orang yang kurang
setuju terhadap tasawuf, akan tetapi ia adalah suatu usaha untuk
mempersenjatai diri dengan nilai-nilai rohaniah yang baru, yang akan
membentengi diri saat menghadapi problema hidup dan kehidupan yang
serba materialistik
2. Urgensi Tasawuf
Apabila hati telah bersih dari noda, seorang sufi akan merefleksikan
kebenaran sebagaimana adanya. Pandangannya akan terhindar dari gangguan
angan-angan, kesalahan, cinta diri (self love), atau kehendak mencari
keuntungan pribadi (profit seeking). Dalam keadaan hati yang bersih itu
seorang sufi akan mampu mempergunakan akal universal atau kesadaran hati
(heart-counsiosness) yang secara potensial sudah ada dalam dirinya.
3. Jalan Tasawuf
Dalam tasawuf terhadap prinsip-prinsip positif yang mampu
mengembangkan masa depan manusia, seperti melakukan instropeksi
(muhasabah) baik kaitannya dengan masalah-masalah vertikal maupun
horisontal, kemudian meluruskan hal-hal yang kurang baik. Termasuk juga
melakukan serangkaian kegiatan mental yang berat seperti riyadhoh,
mujahadah, khalwat, uzlah, muraqabah, suluk dan sebagainya.
Adapun untuk memasuki pintu tasawuf, atau sufi, ada beberapa tahapan
yang lebih tinggi dari sekedar membersihkan atau mengosongkan diri
(takhali), mengisinya kembali dengan nilai-nilai ilahiyah (tahalli) dan
kemudian tajalli, atau merasakan manifestasi Ilahi dalam kehidupan dunia ini.
Praktek tasawuf didorong oleh bisikan hati atau intuisi, sedang proses
ilmiah atau pengetahuan didasarkan pada pengalaman empiris atau indra.
Kedua hal ini tidak bertentangan, karena berasal dari diri yang sama yaitu
manusia. Karena itu, etika sebagai manifestasi bisikan hati yang baik tidak
bertentangan dengan proses ilmiah atau pengetahuan. Malah keduanya saling
memperkuat untuk keutuhan dan kebaikan manusia. Inilah salah satu makna
penting tasawuf dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang
memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai
kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
“Siapa di antara kamu yang telah merasa aman hatinya, sehat badannya
dan memiliki makanan sehari-harinya maka ia bagaikan telah dianugerahi
dunia.” (HR. at-Tirmidzi)
Sedemikian berharga rasa aman bagi manusia, sampai-sampai balasan di
dunia yang dijanjikan Allah kepada mereka yang menyambut ajakan-Nya antara
lain adalah rasa aman itu. Allah berfirman:
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-
orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. an-
Nur [24]:55)
c. Pengertian Masyarakat Makmur
Kata makmur dalam kamus bahasa Indonesia bermakna sejahtera, serba
kecukupan dan tidak kekurangan.1 Kata makmur yang dimaksud pada
pembahasan di sini diambil dari bahasa arab yaitu kata عمرyang secara bahasa
bermakna menghuni, mendiami, menempati, memanjangkan umur,
memelihara, membangun dan memakmurkan.2 Menurut istilah kata ارةSSالعم
adalah lawan dari kata رابSS خyaitu meruntuhkan atau menghancurkan. Bila
dikatakan أرضه عمرberarti membangun atau memakmurkannya dengan suatu
kemakmuran,3 seperti yang terdapat dalam QS. at-Taubah/9:19.
Artinya:"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di
jalan Allah.”
d. Pengertian Masyarakat Sejahtera
Dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam
Kamus Besar Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat
(terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini
sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman, dan
damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial
sejalan dengan misi Islam itu sendiri. Misi inilah yang sekaligus menjadi misi
kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang
berbunyi:
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.” (Q.S. al-anbiyâ’ [21]: 107).
Terlihat bahwa seluruh aspek ajaran Islam ternyata selalu terkait dengan
masalah kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi
dengan hubungan dengan sesama manusia (habl min Allâh wa habl min an-nâs).
Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal
saleh, yang di dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial
e. Pengertian Masyarakat Hidup Bahagia
Hidup sehat merupakan salah satu syarat untuk hidup bahagia. Orang yang
tidak sehat mungkin sekali tidak bahagia. Selain itu, rasa bahagia muncul dari
dalam diri sendiri berupa sikap hidup, bukan dari luar seperti kekayaan,
kekuasaan, popularitas, dan sebagainya. Sikap hidup itu adalah merasa cukup dan
mensyukuri apa yang di peroleh, bersabar dan senang dengan kehidupannya meski
kurang beruntung. Optimistis dan mencintai kehidupannya.
2. Pengaruh Tasawuh dalam kehidupan masyarakat
a. Pengaruh untuk hidup sehat
Selain makanan dan minuman, ibadah seperti sholat, puasa,dan dzikir juga
ikut berpengaruh positif terhadap kesehatan. Umat islam wajib mengerjakan
sholat selain untuk beribadah kepada Allah juga pada setiap gerakanya
memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Selain sholat, puasa juga mengandung manfaat bagi kesehatan. Dengan
puasa, maka fungsi-fungsi tubuh diistirahatkan dan diberi peluang untuk segar
kembali. Selama berpuasa kegiatan yang biasa berlangsung dalam pencernaan
dikurangi, sehingga memungkinkan tubuh untuk mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak berguna serta memperbaiki kerusakan akibat kesalahan pola makan. Itulah
sebabnya Nabi Muhammad bersabda: “Berpuasalah agar engkau sehat”.
Selain yang diterangkan diatas, Zikir juga bermanfaat bagi kesehatan.
Zikir berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah. Dengan zikir,
pikiran dan perasaan dapat menjadi tenang, sehingga orang akan hidup sehat,
terhindar dari penyakit-penyakit yang biasa timbul dari gangguan jiwa seperti,
stres.
b. Pengaruh untuk hidup aman
Tasawuf mengajarkan kepada kita untuk menjaga silaturahmi antar sesama,
karena dengan terjaganya silaturahmi maka pertikaian antar sesama dapat
diminimalisir sehigga terwujudlah kehidupan masyarakat yang aman
c. Pengaruh Tasawuf untuk hidup makmur dan sejahtera
Ajaran Islam yang pokok (Rukun Islam), seperti mengucapkan dua kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, sangat berkaitan dengan kesejahteraan
sosial. Orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat adalah orang yang
menegaskan komitmen bahwa hidupnya hanya akan berpegang pada pentunjuk
Allah dan Rasul-Nya. Karena, tidak mungkin orang mau menciptakan ketenangan
jika tidak ada komitmen iman dalam hatinya. Demikian pula ibadah shalat
(khususnya yang dilakukan secara berjama’ah), juga mengandung maksud agar
mau memperhatikan nasib orang lain. Ucapan salam pada urutan terakhir rangkain
shalat berupaya mewujudkan kedamaian.
Selanjutnya, dalam ibadah puasa seseorang diharapkan dapat merasakan
lapar sebagaimana yang biasa dirasakan oleh orang lain yang berada dalam
kekurangan. Kemudian, dalam zakat juga tampak jelas unsur kesejahteraan
sosialnya lebih kuat lagi. Demikian pula dengan ibadah haji, yang mengajarkan
seseorang agar memiliki sikap merasa sederajat dengan manusia lain.
d. Pengaruh Tasawuf untuk hidup bahagia
Tasawuf memiliki ajaran untuk hidup bahagia, yaitu sikap- sikap sufistik.
Seperti qana’ah, syukur, sabar, ridha, raja’, dan mahabbah.
Qana’ah berarti merasa cukup, berapapun rizki yang di peroleh tetap merasa
cukup. Sebelum merasa cukup orang harus berikhtiar mencari rezeki yang halal.
Qana’ah bertujuan supaya orang tidak berkeluh kesah dengan apa yang di
milikinya.
Syukur berarti berterima kasih kepada Allah atas nikmat yang di beri
kepada manusia. Syukur dapat di lakukan dalam hati, lisan, dan badan. Syukur
dengan hati ialah selalu ingat kepada Allah. Syukur dengan lisan berarti
mengucapkan takhmid dan syukur dengan badan ialah mentaati ajaran Allah, yaitu
menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.
Sabar berarti menahan. Maksudnya menahan diri dari keluh kesah ketika
menjalankan ajaran Allah dan sewaktu mendapat musibah. Kesabaran ada
beberapa macam:
1. Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, memelihara terus menerus,
menjaganya dengan ikhlas, dan memperbaikinya dengan pengetahuan
2. Sabar untuk menjauhi larangan Allah
3. Sabar ketika mengalami musibah
Ridha berarti senang, maksudnya senang menjadikan Allah sebagai tuhan,
senang kepada ajaran dan takdirnya. Ridha ada 3 macam:
1. Ridha kepada Allah sebagai tuhan maksudnya, tidak mempersekutukannya.
2. Ridha kepada ajaran Allah yang diturunkannya melalui Nabi Muhammad baik
perintah maupun laranganNya
3. Ridha kepada takdir Allah baik dalam keadaan senang maupun sengsara
Raja’ berarti harapan atau optimism yaitu mengharapkan rahmat Allah,
optimism ada 2 tingkat. Tingkat yang paling tinggi adalah harapan para sufi untuk
mendekat dan bertemu kepada Allah, sedangkan yang paling rendah adalah
harapan orang awam yang mengharapkan kesejahteraan di dunia dan keselamatan
di akhirat.
Optimisme dalam kehidupan dunia berarti berharap untuk mendapatkan
kesejahteraan yang baik, seperti rizki yang banyak, kedudukan yang tinggi dalam
pekerjaan, dan menjadi orang yang berkuasa. Untuk mencapai ini orang harus
bekerja keras dengan cara yang halal, orang yamg tidak berikhtiar tetapi
mengharapkan kehidupan yang baik disebut tamanni (berangan-angan).
Sikap sufistik yang membawa hidup menjadi bahagia adalah mahabah.
Mahabah berarti cinta,yaitu mencintai Allah untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Selain itu ada cinta kepada diri sendiri, cinta kepada orang tua yang didalamnya
orang mengetahui kesadarannya tentang sejauh mana keharusan untuk berbuat
baik kepada mereka berdua, sehingga tuhan ridha kepadanya.
BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULAN