Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER TASAWUF

“Pengaruh Organisasi MATAN di Era 4.0 terhadap Jalan Menuju Seorang Sufi di
Kalangan Milenial (MATAN UNJ)”
Dosen Pengampu: Firdaus Wajdi, M.A., Ph.D

Oleh:
SALMAN ZUHDI
1404621037
PAI A 2021

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


JAKARTA TIMUR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era 4.0 ini, rasanya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di Indonesia
sendiri, perkembangan teknologi dan informasi sudah berkembang pesat. Dampak
dari era 4.0 ini tentu sangat besar untuk dunia industri dan juga perilaku di masyarkat.
Tidak dapat dipungkiri, perlahan semua akan beralih ke era digital. Sehingga interaksi
antara manusia dan teknologi sudah tidak terelakkan lagi. Semua pemenuhan
kebutuhan kini sudah tersedia secara digital, mulai dari jual-beli, jasa, hingga
transaksi pembayaran bahkan, sumber pengetahuan dengan mudah diakses oleh
masyarakat.
Kemajuan yang telah diraih di era globalisasi ini memberikan dampak yang
besar bagi kehidupan manusia. Dilihat dari dampak positifnya, segala aspek
kehidupan manusia dari berbagai bidang menjadi mudah terpenuhi, baik segi fasilitas,
penunjang aktivitas kehidupan manusia dan sebagainya. Sementara, apabila ditinjau
dari dampak negatifnya, banyak manusia yang mengalami kehampaan spiritual, krisis
moral dan sebagainya. Sehingga tak sedikit orang yang mempunyai harta berlimpah,
jabatan tinggi namun berujung pada bunuh diri. Akan tetapi, apakah masyarakat
sudah tau bagaimana cara mengatasi dampak dari era 4.0 ini?
Pada titik ini, tasawuf memiliki peran penting dalam menjadi rujukan serta
solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi di era ini. Tasawuf merupakan
khazanah keilmuan yang memiliki perannya sendiri dalam membimbing manusia agar
tidak tersesat dari fitrahnya. Pada dasarnya, ia berfokus pada cara membersihkan jiwa
sebersih mungkin agar manusia memperoleh kedekatan kepada Allah SWT. Dari
usaha pembersihan jiwa inilah yang nantinya akan lahir pribadi tangguh dengan iman
dan akhlak yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari era 4.0 dan tasawuf serta tujuan dan manfaatnya?
2. Bagaimana peran dari tasawuf di era 4.0 ini?
3. Apa saja organisasi yang mengajarkan tasawuf di era 4.0 ini?
4. Apa latar belakang serta profil dari Matan?
5. Pandangannya terhadap tasawuf di era 4.0?
6. Bagaimana cara tasawuf berdialog dan pengaplikasiannya dalam kalangan
milenial?
7. Apa saja ciri-ciri khusus dan hal menarik dari tasawuf melalui Matan?

C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya paper ini agar para pembaca dapat mengetahui urgensi
dari pembelajaran tasawuf terutama bagi kalangan milenial yang berada pada era 4.0,
dimana pada era ini banyak orang yang mengalami kehampaan spiritual, kehilangan
moral dan sebagainya sehingga banyak masyarakat menjadi mudah putus asa dan
stress dengan permasalahan yang dihadapi.  maka, diperlukannya solusi untuk dapat
mengatasi dampak negatif itu, dengan  belajar tasawuf diharapkan menjadi solusi
yang tepat. Salah satu cara belajar Tasawuf itu dapat pula dipelajari melalui
organisasi. Serta tujuan lainnya adalah untuk pemenuhan tugas paper mata kuliah
Tasawuf pada ujian tengah semester 113.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definsi Tasawuf dan Era 4.0


Tasawuf atau Sufisme (bahasa Arab: ‫وف‬555‫تص‬, ) merupakan ilmu untuk
mengenali bagaimana metode menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun
dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awal
mulanya ialah gerakan zuhud (menghindari hal duniawi) dalam Islam, serta dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam
Sufi) kerap dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau gabungan
dari sebagian tradisi. Pemikiran Sufi timbul di Timur Tengah pada abad ke-8, saat ini 
tradisi ini telah tersebar ke segala belahan dunia. Sufisme ialah suatu konsep dalam
Islam, yang didefinisikan oleh para ahli bagaikan bagian batin, ukuran mistis Islam;
yang lain berkomentar bahwa sufisme merupakan filosofi perennial yang sudah
terdapat saat sebelum kedatangan agama, ekspresi yang tumbuh bersama agama
Islam.
Berikut sebagian penafsiran tasawuf bagi para pakar, ialah:
 Mr. G. B. J Hiltermann & Prof. Dr. P. Van De Woestijne
Bagi mereka, tasawuf ialah mengerti mistik dalam agama Islam sebagaimana
Taoisme di Tiongkok dan Yoga di India. Tasawuf juga dapat digolongkan ke dalam
dunia asketis – mistis dalam ajaran Islam.
 Dr. C. B. Van Haeringen
Menurut Dr. C. B. Van haeringen, pengertian tasawuf adalah aliran kerohanian
mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam.
 J. Kramers Jz
Menurut J. Kramers Jz, tasawuf merupakan ajaran mistik yang dianut oleh
sekelompok kepercayaan di timur terutama daerah sekitar Persi dan India yang
mengajarkan bahwa setiap yang ada di dunia merupakan sesuatu yang khayali,
manusia dianggap sebagai pancaran dari Tuhan dan sudah seharusnya selalu berusaha
untuk kembali bersatu dengan Tuhan.
Selanjutnya, definisi dari Era industri 4.0 ini. Dikutip dari Encyclopaedia
Britannica (2015), revolusi industri keempat ini mencirikan serangkaian pergolakan
sosial, politik, budaya, serta ekonomi. Ini akan berlangsung selama abad ke-21,
membangun pada ketersediaan luas teknologi digital yang merupakan hasil dari
revolusi industri ketiga. Pada industri keempat ini sebagian besar didorong oleh
konvergensi inovasi digital, biologis dan fisik. Revolusi industri keempat ini akan
mengaitkan pergantian sistemik di banyak sektor dan aspek kehidupan manusia.

B. Tujuan dan Manfaat Bertasawuf


Sebenarnya apa saja tujuan dan manfaat dari belajar tasawuf itu?
Berikut tujuan tasawuf diantaranya adalah:
1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
2. Membebaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
3.  Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
4. Mencapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
5. Memantapkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan), dalam makna
bahwa Allah SWT melihat hamba-hambaNya dari atas arsy dan meliputi mereka
dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat), pendengaran (sama’) dan
penglihatan (bashar) Nya.
6. Mencapai kekuatan iman yang dahulu pernah dimiliki para sahabat Rasulullah
SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syari’at dan meniupkan ruh kehidupannya,
sehingga menghasilkan motivasi untuk kalangan muslimin untuk dapat memimpin
kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan maupun politik. Tidak hanya itu
mereka juga mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik
peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada
dari alenasi dan kehancuran.
Beberapa manfaat tasawuf adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan hati dalam berinteraksi dengan Allah
2. Membersihkan diri dari pengaruh materi
3. Menerangi jiwa dari kegelapan
4. Memperteguh dan menyuburkan keyakinan agama
5. Mempertinggi akhlak manusia
6. Untuk mencari tuhan
7. Untuk menyatukan diri dengan Tuhan
Lalu, Bagaimana pendapat dari organisasi MATAN terhadap tujuan & manfaat
tasawuf?
Menurut Hafis maulana ihsan sebagai ketua MATAN UNJ, “Tujuan dan
manfaat itu sendiri dalam MATAN UNJ sangatlah penting. karena di era kontemporer
atau modern ini, secara realitanya manusia gandrung kepada materialisme. jadi, kalau
kita berkaca pada barat, mereka terlalu menggaung-gaungkan materialisme sehingga
lupa dengan spiritualnya dan lebih bangga terhadap kepintaran mereka. Tapi disatu
sisi, ketika mereka mendapatkan masalah, seketika merasa langsung down sendiri
tanpa adanya penyelesaian dalam masalah tersebut. Yang menyebabkan mereka
mudah bunuh diri dan juga stress. Maka, pentingnya tasawuf ini untuk diamalkan
apalagi di era kontemporer. MATAN sendiri diharapkan agar dapat membendung
pemikiran ekstrim kalangan milenial dalam dakwahnya yang santun dan damai.sesuai
dengan ahlussunnah wal jamaah”

C. Peran Tasawuf di Era 4.0


Ciri khas yang berkembang di dalamnya berupa rasionalitas, materialisme,
individualisme bahkan perkembangan ilmu dan teknologi. Singkatnya, kehidupan
manusia pada era ini tergantung pada sebuah proses globalisasi. Kemajuan yang telah
diraih di era globalisasi ini memberikan dampak yang besar bagi kehidupan manusia.
Dilihat dari dampak positifnya, segala aspek kehidupan manusia dari berbagai bidang
menjadi mudah terpenuhi, baik segi fasilitas, penunjang aktivitas kehidupan manusia
dan sebagainya. Sementara, apabila ditinjau dari dampak negatifnya, banyak manusia
yang mengalami kehampaan spiritual, krisis moral dan sebagainya. Sehingga tak
sedikit orang yang mempunyai harta berlimpah, jabatan tinggi namun berujung pada
bunuh diri.
Pada titik ini, tasawuf memiliki peran penting dalam menjadi rujukan serta
solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi di era ini. Tasawuf merupakan
khazanah keilmuan yang memiliki perannya sendiri dalam membimbing manusia agar
tidak tersesat dari fitrahnya. Pada dasarnya, ia berfokus pada cara membersihkan jiwa
sebersih mungkin agar manusia memperoleh kedekatan kepada Allah SWT. Dari
usaha pembersihan jiwa inilah yang nantinya akan lahir pribadi tangguh dengan iman
dan akhlak yang baik. Kehadiran tasawuf sesungguhnya menjawab persoalan
kehampaan spiritual dan krisis moral. Kehampaan spiritual merupakan salah satu
problem mendasar yang dialami oleh umat manusia saat ini. Hal ini terjadi karena
manusia telah kehilangan visi ke-Illahiaan.

D. Organisasi Tasawuf di Era 4.0


Kelompok-kelompok uzlah mahasiswa kerap memainkan peranan penting
dalam memperkenalkan relevansi tasawuf. Terutama kelompok uzlah yang muncul di
masjid-masjid kampus seperti Salman ITB, Salahuddin UGM, dan Giffari IPB
(Institut Pertanian Bogor). Training-training organisasi mahasiswa pada akhir 1980an
juga tidak jarang diisi dengan bahan yang berkaitan dengan ajaran sufi. Untuk
memahami fenomena ini kita harus kembali melihat situasi tahun 1980-an. Sejauh
mengenai gerakan uzlah di kalangan mahasiswa tidak sukar dijawab. Sebagai dampak
dari demo-demo anti pemerintah yang gencar dilakukan mahasiswa, pemerintah
ketika itu melarang kampus dijadikan ajang kegiatan politik. Organisasi ekstra
universiter seperti HMI, PMKRI, GMNI, IMM, PMII dan lain-lain dihalau keluar dari
kampus-kampus besar.
Kebijakan depolitisasi ini dijawab oleh mahasiswa-mahasiswa Islam di
beberapa kampus terkemuka seperti ITB, IPB, UGM, dan UI dengan
menyelenggarakan kegiatan pengajian dan pembelajaran secara sembunyi-sembunyi
dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Tujuannya ialah menyusun strategi baru
perjuangan dan sekaligus memperdalam penghayatan agama.
Namun secara umum bangkitnya kembali gairah terhadap tasawuf di kalangan
terpelajar pada tahun 1980-an sangat terkait dengan kehampaan spiritual yang mulai
dirasakan di tengah pesatnya pembangunan ekonomi. Masyarakat kota, yang sebagian
besar adalah orang-orang yang hijrah dari daerah, mulai merasakan dirinya berada di
tengah budaya baru yang asing, terutama sistem nilai, pola hidup dan pergaulannya.
Di tengah pesatnya peradaban materialistik tumbuh di sekitarnya, mereka merasakan
hilangnya dimensi kerohanian yang teramat penting dalam memelihara hidupnya.
Dalam masa kontemporer ini, terdapat beberapa organisasi yang mengajarkan
mengenai tasawuf atau bisa dibilang juga tareqat, seperti acara dzikir ustadz haryono
(Pimpinan Pesantren Al-Madinah, Pasuruan, Jawa Timur), Organisasi Majlis Zikir
Az-Zikra pimpinan ust. Arifin Ilham, Organisasi Manajemen Qalbu (MQ) pimpinan
K.H. Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym, organisasi Muhammadiyah,dan juga
organisasi MATAN. Di samping itu, kegiatan spiritual perkotaan juga diramaikan
sekelompok anggota tarekat, yakni Qadiriyyah dan Naqsybandiyyah (TQN), yang
secara rutin menyelenggarakan pengajian manakiban. Terdapat sekitar 158 tempat
manakiban yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta. Kegiatan ini menandai
bangkitnya aktifitas sufisme di perkotaan, bersama dengan kegiatan zikir dan do’a
seperti telah dijelaskan di atas.
Namun, dalam paper ini saya hanya akan membahas mengenai organisasi
yang terkenal dalam kalangan milenial, sesuai dengan tema paper yang mengacu pada
keterkaitan organisasi dalam mempelajari tasawuf dikalangan milenial, yaitu
organisasi MATAN. Dan objek penelitian terkait MATAN ini akan saya lakukan
terhadap organisasi MATAN UNJ yang berada pada lingkup kampus serta dimana
isinya adalah para mahasiswa golongan milenial. Lantas bagaimanakah latar belakang
dan profil dari MATAN itu sendiri? Hingga akhirnya, dapat berdiri menjadi sebagai
salah satu organisasi tarekat dalam kalangan milenial yang terkenal.

E. Latar Belakang Berdirinya MATAN


Fenomena radikalisme dan positivisme di kalangan mahasiswa melahirkan
pola pergerakan mahasiswa yang eksklusif dan pragmatis. Pola pergerakan mahasiswa
demikian telah menjadi keprihatinan banyak kalangan. Karena sejarah mencatat
bahwa pergerakan mahasiswa di tanah air telah menorehkan “tinta emas” saat
perjuangan kemerdekaan hingga gerakan reformasi. Melalui pergerakan mahasiswa
sebagai elemen pemuda telah ikut mempersembahkan kemerdekaan bangsa ini dari
segala bentuk penjajahan.
Lahirnya era reformasi telah melahirkan gerakan demokrasi begitu kuat di
tengah masyarakat. Atas nama demokrasi masyarakat dapat mengekspresikan gagasan
dan pendapatnya secara bebas, sehingga dalam tataran tertentu memunculkan
“kebebasan” tanpa batas. Kebebasan yang tidak hanya merampas hak orang lain,
tetapi bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang ada di tengah masyarakat hingga
bertentangan dengan ideologi bangsa yang mengancam eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Eforia “kebebasan” tersebut telah membangkitkan kembali kesadaran dan
semangat memperjuangkan demokrasi Pancasila yang menolak radikalisme dan
positivisme. Di mana nilai-nilai luhur bangsa, seperti saling menghormati, toleransi
(tasamuh), moderat (tawasuth) dan prinsip keseimbangan (I’tidal) yang telah
mengakar dan membudaya di tengah masyarakat Indonesia sejak leluhur bangsa ini,
harus terus ditumbuhsuburkan di kalangan anak bangsa ini. Adalah para pengamal
thoriqoh (masyayikh dan para murid thoriqoh) di antara yang memberikan perhatian
serius terhadap fenomena tersebut di atas. Mereka merasa prihatin terhadap gejala
radikalisme, pragmatisme dan positivisme yang belakangan berkembang di
masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa. Karena sangat disadari betul oleh para
pengamal thoriqoh bahwa mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang akan
melanjutkan kepemimpinan bangsa ini.
Bagi para pengamal thoriqoh, mahasiswa adalah aset bangsa yang harus dibina
dan dijaga dari segala bentuk yang dapat merusak kepribadian dan akhlak mereka.
Dalam konteks ini, gagasan untuk melakukan pembinaan terhadap mahasiswa
menjadi sebuah keniscayaan bagi lahirnya generasi penerus bangsa yang memiliki
ketinggian intelektual dan kedalaman spiritual. Dua unsur yang menjadi pra syarat
bagi calon pemimpin bangsa ini.
Kalau begitu, bagaimana latar belakang terbentuknya MATAN UNJ ya?
Menurut Ketua MATAN UNJ, ”Latar belakang dari berdirinya MATAN UNJ
erat kaitannya dengan awal mula berdirinya MATAN. MATAN (underbouw dari
JATMAN) itu dibentuk oleh Habib Luthfi bin Yahya, di daerah pekalongan, Atas
adanya keresahan dari gerakan ekstrimis di kampus. Kenapa organisasi ini dikaitkan
dengan tasawuf? Karena tasawuf itu merupakan ajaran yang cenderung menyentuh
batiniah, menekankan untuk dekat dengan Allah dengan cara-cara yang santun dan
damai. Alasan lainnya, ingin membuat sebuah wadah bagi para mahasiswa yang
mungkin sudah berbaiat dengan salah satu thariqat, sehingga tergabung dalam suatu
wadah. Dan Habib Luthfi bin Yahya juga menekankan nilai nasionalisme dalam
MATAN ini, agar para mahasiswa yang tergabung dalam MATAN selain intelektual
dan spiritual, juga cinta kepada tanah air. Intinya, MATAN ini sama seperti NU dan
banom-banom lainnya, tetapi ciri khasnya lebih ke arah menyebarkan Islam yang
damai dalam kemasan dakwah tasawuf.”, Begitu tuturnya.

F. Profil MATAN
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa fenomena gerakan mahasiswa yang
radikal dan pragmatis di beberapa perguruan tinggi telah menjadi keprihatinan
masyarakat yang consent terhadap moralitas bangsa, terutama kalangan thoriqoh.
Gagasan awal MATAN bermula dari diskusi kecil di sore hari tanggal 2 Agustus 2009
Pukul 15.30 – 17.00 di emperan dalem Habib Luthfi bin Ali Bin Yahya Pekalongan,
antara DR. H. Hamdani Mu‟in, M.Ag dengan KH. Dimyati Rois( Mustasyar PBNU
Periode 2010 – 2015 dan Pengasuh Pesantren Al-Fadlu Kaliwungu ), bersama
beberapa mahasiswa; Abdul Rosyid, M.Mahfudz, Syariful Anam, Asep Syaiful
Zulfikar,M.Ridlo, Kholid Abdillah, Nurul Mu‟amar,Dedi Rosadi, Ubaidillah dan
Riyadli Muhlisin. Saat itu diskusi tentang keprihatinan terhadap fenomena
radikalisme dan pragmatisme di kalangan mahasiswa. Mbah Dimyati Rois pun sangat
memberikan apresiasi dan dukungan atas visi pergerakan spiritualitas dan
intelektualitas di kalangan mahasiswa yang diwacanakan oleh mereka.
Diskusi intensif pun berlanjut bersama Habib Luthfi, Rois „Am JATMAN, di
dalem beliau, tepatnya Pukul 21.00 – 22.30. Sungguh luar biasa, gagasan dan visi
pergerakan mahasiswa tersebut disambut beliau dengan penuh apresiatif. Bahkan
setelah mendengarkan deskripsi tentang fenomena pergerakan mahasiswa yang
cenderung radikal dan pragmatis, dengan spontan, Habib Luthfi mengatakan : “Kita
dirikan MATAN” !. Ditanya oleh Kang Hamdani “Apa MATAN itu Mbah ?” , beliau
menjawab “MATAN itu singkatan Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al- Mu‟tabaroh An-
Nahdliyyah”. Serentak para tamu yang hadirpun, khususnya Hamdani cs mengamini
dan mengucapkan rasa syukur dan gembira atas penamaan “MATAN” tersebut.
Bahkan tidak berhenti di situ, Habib Luthfi pun berharap besar dengan
MATAN, hingga beliau mengucapkan “Saya ingin lahir mursyid- mursyid dari
MATAN !”. Subhanallah, sungguh sangat mulia dan besar harapan beliau dari
MATAN. Semoga Allah swt memberikan kekuatan kepada kader-kader MATAN
untuk dapat merealisasikan cita-cita mulia beliau, amin. Dan selanjutnya beliau
memberikan arahan dan do‟a kepada Hamdani cs agar diberikan kekuatan oleh Allah
swt dengan mengijazahkan ayat Kursi dan mensarankan untuk ziyarah ke makam-
makam Auliya. Sebenarnya jauh sebelum kelahiran MATAN, pada tahun 2000 Rois
Am Maulana Habib Luthfi sudah berkeinginan untuk mengorganisir kalangan pemuda
berthoriqoh, dan hal ini baru dapat terealisasi pada periode ke 3 kepemimpinan beliau
sebagai Rois Am di JATMAN tepatnya pada Muktamar ke XI di Kabupaten Malang,
Jawa Timur.
Gagasan dibentuknya MATAN dimulai setelah diskusi dengan Habib Luthfi
dan KH. Dimyati Rois di atas, tepatnya dimulai sejak Agustus 2009 di Pondok
Pesantren Al-Ibrahimiyyah Kranggan III Kaliwungu Kendal Jawa Tengah, pesantren
asuhan Hamdani Mu‟in. Di mulai dengan merumuskan SOP - JUKNIS MATAN
hingga kepanitiaan deklarasi MATAN. Ada beberapa tokoh yang juga ikut
mendampingi dan membantu dalam proses kelahiran MATAN, beliau adalah Drs.
KH. Chabib Thoha, MA (Mudir „Am JATMAN periode 2010 – 2012) dan Drs. KH.
Muhammad Masroni (Sekjen JATMAN) Untuk mendapat dukungan dan doa dari para
masyayikh, maka dilakukan sosialisasi MATAN melalui sowan-sowan ke beberapa
masyayikh, seperti ke Mbah KH. Sahal Mahfudz, KH. Musthofa Bisri (Gus Mus),
Mbah KH. Maemun Zubaer. Di samping itu, sosialisasi MATAN pun dilakukan ke
pejabat pemerintahan, seperti Mendiknas Prof. Muhammad Nuh, Menag H. Maftuh
Basuni, Menhut MS Ka‟ban dan Pangdam IV Dioponegoro.
Namun seiring waktu, atas arahan dan masukan dari Habib Luthfi bin Yahya,
deklarasi MATAN akhirnya dilakukan bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di
Pondok Pesantren Al- Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal
10– 14 Januari 2012 M / 16 – 20 Shafar 1433 H. Muktamar XI mensepakati lahirnya
MATAN sebagai Badan Lajnah Mustaqilah dari JATMAN. Dan tepatnya pada acara
penutupan Muktamar XI tersebut Rois „Am JATMAN Habib Luthfi mendeklarasikan
MATAN. Mundurnya pendeklarasian MATAN didasarkan atas pertimbangan
strategis dan harapan Habib Luthfi yang menghendaki agar MATAN lahir atas dasar
niat suci, ikhlas dan niat berjuang, bukan karena dorongan nafsu atau hanya eforia
semata. Subhanallah, ternyata itu lah tarbiyah beliau yang luar biasa kepada mereka
yang diamanati untuk mengawal MATAN.
Penjabaran profil di atas merupakan bagian dari profil pusat. Maka, sejak
kapankah MATAN UNJ berdiri?
Gagasan MATAN UNJ bermula dari diskusi kecil yang berlangsung antara
DR. H. Hamdani Mu’in, M.Ag dengan KH. Dimyati Rois (Mustasyar PBNU periode
2010-2015) yang saat itu hadir beberapa mahasiswa. Saat itu diskusi tentang
keprihatinan terhadap fenomena radikalisme di kalangan mahasiswa. Kemudian pada
tahun 2016 dalam acara UNJ BERSHALAWAT di gedung B, ketika Habib Luthfi bin
Yahya menjadi salah satu pengisi acara dalam kegiatan tersebut, beliau membentuk
sekaligus mengesahkan beberapa mahasiswa menjadi anggota dan juga pengurus
MATAN UNJ. Namun, secara administrasinya tahun berdiri MATAN UNJ berada
pada tahun 2017.
 
G. Pandangan Organisasi MATAN terhadap Tasawuf di Era 4.0
Dari hasil wawancara, Ketua MATAN UNJ mengungkapkan, “Dari perihal
ini, sebenarnya menjadi visi juga bagi MATAN. MATAN itu ingin menebarkan
tasawuf yang intinya mutabarah (benar-benar nyambung sanadnya, jelas tapi bukan
yang zuhudnya terlalu berlebihan) karena era kontemporer ini bukan sebuah hal yang
baru apalagi aneh terkait kemajuan teknologi. Jadi, tasawuf yang ada di MATAN itu
ingin menebarkan tasawuf yang mendekatkan diri pada Allah tapi juga memanfaatkan
yang ada di zaman ini, tetap menyesuaikan dengan konteksnya. Kalau sesuai jargon
MATAN yaitu intelektual, spiritual, dan nasionalisme, jadi dari ketiganya, MATAN
ingin mengembangkan dan mengdakwahkan hal itu. Mahasiswa tidak hanya pintar
saja, tidak hanya sholeh secara spiritual, dan tidak hanya cinta tanah air saja tapi,
ketiganya digabungkan.” Ujarnya
MATAN UNJ berkomitmen tinggi untuk memperkuat ajaran Islam Ahlusunah
wal Jamaah di lingkungan kampus. Upaya itu dilakukan dengan giat menggelar
berbagai kegiatan modern berbasis tradisi keagamaan.Bagaimanakah bentuk konkrit 
kegiatan tersebut yang dilakukan dalam MATAN UNJ? Selengkapnya, akan ada pada
pembahasan selanjutnya.

H. Cara Tasawuf  “Berdialog” dengan kalangan milenial di Era 4.0


Dilansir dari wawancara bersama ketua MATAN UNJ, “Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya,karena kita konteksnya berada pada zaman era kontemporer
(serba modern) nah, automatis MATAN ini harus dapat menyesuaikan dengan hal
itu.ya, sudah jelas seperti yang dicontohkan oleh Habib Luthfi bin Yahya (sang
penggagas), kita harus bisa masuk kedalam zaman ini. Kalau kata beliau pas
SILATNAS (silahturahmi nasional) kemaren yang diadakan di Kalimantan, beliau
berpesan kepada kader MATAN untuk pada akhirnya dapat memanfaatkan media-
media sosial sebagai bentuk dakwah tasawuf MATAN ini, sehingga MATAN dapat
menyesuaikan. Bukan hanya mengadakan kajian-kajian secara offline saja tapi juga
melalui media teknologi yang sekarang sedang berkembang pesat. Kemudian, beliau
juga bilang, kita juga harus bisa memakmurkan lewat ekonomi,istilahnya semangat
terhadap hal berwirausaha. MATAN harus bisa berdakwah lewat situ.”
Semakin penasaran, saya pun bertanya kembali terkait Bagaimana kemudian
pengaplikasian/penerapan/pengembangan tasawuf untuk kalangan milenial dalam
organisasi MATAN?
Hafis Maulana Ihsan selaku ketua MATAN UNJ menjawab, “Pak Andy
selaku pembina sempat mengatakan bahwa MATAN sudah selayaknya melestarikan
berbagai kegiatan yang mengarah pada penguatan Islam rahmatan lil alamin.
Misalnya seperti kita mengadakan pelatihan public speaking, soft skill,pelatihan
desain, pelatihan kewirausahaan, dll. Tetapi, tetap disisipkan nilai-nilai
ketasawufannya/spiritualnya. Pak Andy pun mengatakan bahwa Islam yang dipahami
oleh MATAN adalah Islam yang menguatkan kasih sayang dan tanpa memunculkan
kekerasan di dalamnya.”
Kemudian, Apa saja program kerja yang terdapat dalam MATAN UNJ?
1. Kajian kitab ketasawufan
Kegiatan rutinan yang dilakukan MATAN UNJ setiap dua minggu sekali,
mengambil kitab tasawuf yang harus abis setiap pembahasan pada pertemuan.
2. Pembahasan kajian tematik yang mengaitkan dengan tasawuf
Kegiatan satu bulan sekali atau tentatif, melihat isu yang sedang hangat
diperbincangkan, misalnya bayang-bayang kepemimpinan dalam pandangan
tasawuf.
3. Amaliyah rutinan
Seperti kita ngaji amaliah dzikiran, yaasiin-an, baca ratib,baca maulid tapi, bukan
hanya itu saja melainkan, bisa juga berdiskusi santai sama kakak senior membahas
terkait tasawuf.

I. Model Pembelajaran Tasawuf


Model pembelajaran tasawuf yang dilakukan dalam MATAN UNJ, biasanya
lebih ke melakukan amaliah rutinan seperti membaca yaasiin bersama di malam
jum’at, Baca ratib dan dzikir lainnya, ada juga model pembelajaran kajian-kajian
kitab (kitab imam al-ghazali), kajian tematik terkait isu yang sedang marak menjadi
perbincangan tapi yang ada kaitannya dengan tasawuf, melakukan pelatihan dengan
disisipkan nilai spiritual.
Lalu, Apa jenis tasawuf yang diajarkan dalam MATAN UNJ?
Hafis Maulana Ihsan menjawabnya ketika diwawancara, “MATAN UNJ ini tidak
terfokus pada satu jenis tasawuf saja. Kita terbuka terhadap semua jenis tawasuf
seperti taswauf akhlaqi, tasawuf falsafi, tasawuf amali. Nah, MATAN ini lebih
mengambil baiknya dari setiap jenis tasawuf, tidak menutup kemungkinan kita juga
mengambil pemikiran-pemikiran syekh abdul qodir zaelani, dari tokoh Qadiriyyah
dan Naqsybandiyyah. Namun, lebih banyak ke tasawuf amali seperti amalan dzikir
tapi, kita juga tidak memaksa untuk berbaiat dalam satu tareqat. MATAN ini cukup
menjadi wadah pengenalan/ pembelajaran terkait tareqat.kalau di JATMAN kita
sudah harus bertareqat dalam satu tareqat.tapi, di JATMAN itu juga merupakan dari
perkumpulan tareqat juga.”, begitulah yang dikatakan beliau
Kemudian, dikutip dari salah satu jurnal dalam HAYULA, untuk mewujudkan
cita-cita pergerakan dakwah MATAN maka berpegang kepada lima prinsip utama
sebagai narasi keislaman yang dibangun adalah sebaimana berikut (Ahsani, 2016):
1. Tafaqquh fi al-din (Pengasahan kemampuan dan ketajaman intelektual)
2. Iltizamut al-nafsi (Ketaatan kepada Allah SWT, Baginda Rasul Muhammad Saw,
dan Ulil Amri)
3. Tazkiyat al-nafsi (Upaya pembersihan dan penyucian diri)
4. Hifdz al-aurad wa al-adzkar (Upaya menjaga keseluruhan waktunya diniatkan
untuk beribadah kepada Allah SWT)
5. Khidmah lil-ummah (Memberikan drama bakti kepada umat manusia, bangsa dan
negara sebagai wujud pengabdian kepada Allah SWT)
MATAN diharapkan dapat mengkontekstualisasikan kelima prinsip tersebut pada
seluruh sendi kehidupan untuk membentuk generasi dan calon pemimpin bangsa yang
mempunyai karakter, yaitu: Nasionalisme, Intelektual, dan Sufistik.

J. Ciri-ciri Khusus dan Hal yang Menarik dalam MATAN


MATAN ialah organisasi yang berazaskan Islam ‘Ala Ahli As-Sunnah wa Al-
Jama’ah dengan menganut salah satu mazhab empat yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’i,
dan Hambali dalam bidang fiqih, menganut ajaran Al-Asy’ariyyah dan Al-
Maturidiyyah dalam bidang aqidah, dan menganut paham Al-Qusyairi, Hasan Al-
Bashri, Abu Qasim Junaidi Al-Baghdadi, Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, dan
sesamanya dalam bidang tasawuf/thariiqah.
Ciri khusus dari MATAN ialah tidak fokus hanya pada satu tareqat. Jadi, kita
ini kompleks punya banyak beragam, yang penting itu kita mengambil kesamaan dari
tiap-tiap tareqat/ ajaran tasawuf, memandukan dengan unsur nasionalisme, unsur
konteks wilayah dimana kita berada yaitu Indonesia, mendakwahkan dengan unsur-
unsur budaya di Indonesia Terus MATAN ini juga menyesuaikan dengan zaman
seperti era kontemporer ini sehingga tidak kolot dalam perubahan zaman yang ada.
Hal apa yang membuat milenial memilih MATAN sebagai jalan menuju
seorang sufi? Seperti yang dikatakan oleh ketua MATAN, “MATAN ini jadi wadah
yang cukup representatif, dia tidak terlalu fokus pada satu ajaran tapi, dia jadi wadah
yang berwarna sehingga dapat kita pelajari serta bisa kita selami terkait apa-apa aja
pemikiran dari tiap-tiap tareqat atau tasawuf. Cukup relevan bagi kalangan milenial
terutama mahasiswa dalam mempelajari tasawuf.”, demikianlah katanya.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Era 4.0 ini memang sudah tidak asing lagi, sangat erat keterkaitannya dengan
era modern yang mana manusia sangat bergantung pada kecanggihan teknologi.
Sehingga, menyebabkan kehampaan spiritual, meningkatnya kemudah putus asa-
an dan stress dalam menghadapi masalah. Sudah sepatutnya kita sebagai kalangan
milenial terutama mahasiswa harus bisa mengatasi dampak negatif tersebut. Habib
Luthfi bin Yahya telah memberikan solusi dengan mendirikannya organisasi
MATAN sebagai jalan kalangan milenial dalam jalan menuju seorang sufi.
Ditilik, dari penjelasan terkait MATAN yang berada di kampus UNJ,MATAN
termasuk organisasi yang terbuka dengan berbagai tareqat dan mengambil
kebaikan dari berbagai tareqat tersebut. Dengan adanya MATAN ini dilingkup
kampus diharapkan dapat mengatasi pemikiran ekstrim dari seorang
mahasiswa.MATAN juga dinilai dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dengan menggunakan media-media yang marak digunakan oleh kalangan
milenial. MATAN dianggap dapat dengan mudah diterima oleh kalangan milenial
di era 4.0 ini.

B. Kritik dan Saran


Penulis berharap pembaca dapat mengambil hikmah dan mempelajari tasawuf
sebagai solusi untuk dapat mengatasi dampak negatif dalam era globalisasi ini.
Dalam penulisan paper ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan sehingga,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki
tulisannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, “Pembicaraan:Sufisme”


diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme Pada tanggal 26 oktober 2020 jam 23.05
Bospedia, “Pengertian Tasawuf, Tujuan, Manfaat Tasawuf dan ilmu tasawuf” diakses
dari https://www.bospedia.com/2018/05/tasawuf.html pada tanggal 26 oktober jam 23.58
Ari Welianto dalam kompas.com, “Pengertian Industri 4.0 dan penerapannya di
Indonesia”, diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/16/160000169/pengertian-industri-4.0-dan-
penerapannya-di-indonesia?page=all pada tanggal 27 oktober 2020 jam 00:26
Wawancara dengan Ketua MATAN UNJ (Hafis Maulana Ihsan) pada tanggal 17,18
dan 22 Oktober 2020 melalui platform Whatsapp
Rahma Mega,”PERAN TASAWUF DI ERA INDUSTRI 4.0” diakses dari
http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/01/26/peran-tasawuf-di-era-industri-4-0/ pada tanggal 27
oktober jam  15.22 wib
Republika.co.id, “Tasawuf Indonesia, Dulu dan Sekarang” diakses dari
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/11/07/07/lnz1ti-tasawuf-indonesia-
dulu-dan-sekarang pada tanggal 27 oktober 2020 jam 10.08
Tim atau Pengurus MATAN pusat, Sop dan Juknis MATAN (Malang, MATAN
pusat, Februari 2015) hal. 1-2 & 2-5
Ahmad Hakam, Dewi Anggraeni, Abdul Fadhil, “Pola dan Narasi Gerakan
Keislaman di Universitas Negeri Jakarta”, dalam HAYULA, Vol. 4, No.2, Juli 2020, hal.
273-274

Anda mungkin juga menyukai