Anda di halaman 1dari 4

Rekap Hasil Diskusi Daring Makalah “Karakteristik dan Solusi Tasawuf Kontemporer di Era

Industri 4.0” oleh Kelompok 2

Kelompok 1:

1. Rikko Aji Setiawan (4120066)


2. Agus Riyono (4118415)

Daftar Pertanyaan:

1. Umi Khafidhoh (4120007)


Pertanyaan : Bagaimana contoh implementasi takhalli, tahalli, dan tajalli dilingkungan
mahasiswa?

Dijawab oleh : Rikko Aji Setiawan


Implementasi tersebut yakni mendidik mahasiswa untuk dapat memaknai kehidupan
dengan beramal sholih sebagai bekal untuk menghadapi tantangan-tantangan yang
kiranya akan dihadapi oleh mahasiswa untuk mendidik kematangan akhlak dan
kedewasaan pola pikir mahasiswa dalam mencegah fenomena zaman yang serba
diwarnai tindakan-tindakan amoral. Pemikiran mahasiswa akan tumbuh berkembang
dengan berpijak pada iman kepada Allah dan terdidik untuk takut, ingat, bersandar,
meminta pertolongan dan berserah diri pada-nya, ia akan memiliki potensi dan respon
secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaaan dan kemuliaan.

2. Nur Atik Safina (4120043)


Pertanyaan: Jika seseorang yg sudah menemukan jatidiri spritualnya atau
hubungannya dengan tuhan namun mereka malah terasing dari modernitas.
Bagaimana pendapat sufi terhadap hal tersebut?

Dijawab oleh: Agus Riyono


Kemungkinan tasawuf dipandang sebagai “ancaman” bagi gaya hidup (life style)
modern yang saat ini digandrungi mayoritas masyarakat. Tasawuf dikira sebagai suatu
kehidupan yang tidak boleh mengikuti perkembangan zaman, miskin, terasing, dan
beribadah tanpa henti (seperti Puasa, Shalat, Dzikir dan sebagainya dalam waktu dan
porsi yang tidak terbatas). Sehubungan dengan salah pemahaman seperti di atas, maka
banyak orang awam yang anti terhadap tasawuf.

3. Nailatul Rizqia (4120055)


Pertanyaan: Sebagai anak muda milenial, tindakan apa yang seharusnya kita lakukan
ketika menjumpai orang yang buta hatinya sehingga menolak adanya ilmu tasawuf?

Dijawab oleh: Agus Riyono


Tindakan resmi (formal) dan bersifat majazi atau metamorphosis, sedangkan bahwa
tasawuf adalah akhlak mulia dan ia tidak dapat diperoleh sampai orang tersebut
menuntut dari diri sendiri prinsip-prinsip moral, dan membuat tindakan-tindakanmu
sesuai dengan prinsip-prinsip moral itu dan memenuhi tuntutan-tuntutannya

4. Indy Qorni Qorbina (4120017).


Pertanyaan: Bagaimana perkembangan tasawuf falsafi di Indonesia?

Dijawab oleh: Agus Riyono


Tasawuf Falsafi berkembang cukup pesat di Nusantara, Islamisasi generasi awal
diwarnai oleh ajaran tasawuf, ditandai dengan Islam yang cepat diterima oleh
penduduk asli yang awalnya akrab dengan pengaruh mistik Hindu-Budha. Tasawuf
yang berperan pada periode awal tersebut adalah tasawuf filosofis yang dapat
dikategorikan sebagai jenis ketakterhinggaan mistik yang manifestasinya identik
dengan perkembangan wujudiyah teori tajalliyat Ibn Arabi. Seiring dengan
perkembangan tasawuf filosofis di Indonesia, ajaran tasawuf filosofis telah
mengalami perdebatan dan kontroversi di kalangan para sufi itu sendiri. Perdebatan
muncul, selain dari perbedaan penafsiran doktrin Ibnu Arabi, juga dipicu oleh
perbedaan faktor sosial politik masing-masing pihak yang bersengketa. Sehingga
perdebatan tersebut memunculkan kelompok-kelompok di dalamnya, yaitu Pertama,
kelompok pendukung paham Wahdat al-wujud; kedua, kelompok yang menentang
paham Wahdat al-wujud; dan ketiga, kelompok moderat yang dipimpin oleh Abd
Rauf Singkel
5. Rihhadatul Aisy Sakinah (4120044)
Pertanyaan: Bagaimana memaknai takhalil dalam sikap tasawuf untuk menghadapi
kehidupan sosial?

Dijawab oleh: Rikko Aji Setiawan


Memaknai takhali dalam kehidupan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam menuntaskan permasalahan dan penyakit sosial yang ada, amalan yang terdapat
dalam ajaran tasawuf akan membimbing seseorang dalam mengarungi kehidupan
dunia menjadi manusia yang arif, bijaksana dan profesional dalam kehidupan
bermasyarakat dan memberikan nilai-nilai spiritual dan sosial yang jelas. Bentuk
ajaran yang ditawarkan untuk membersikan jiwa dan penyakit sosial tersebut. Dengan
demikian hal tersebut bisa menjadi benteng kita dari berbagai pengaruh negarif yang
ditimbulkan dari pergaulan kehidupan masyarakat.

6. Wardah Mahirdini (4120076)


Pertanyaan: “ Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat, karena ajaran
dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq)." Jelaskan maksud didasarkan pada rasa
(dzauq) itu seperti apa?

Dijawab oleh: Rikko Aji Setiawan


Dzauq sendiri yaitu rasa yang diterima oleh hati atau bathin. Seperti rasa tenteram
karena merasa nikmat(ladzat) dalam berdzikir, shalat, dan lain sebagainya.

Lantas mengapa tasawuf falsafi tidak dapat dipandnag sebagai filsafat ? . Karena
Tasawuf falsafi adalah sebuah aliran dalam bertasawuf yang menggabungkan antara
visi mistik dan visi yang rasional. Tasawuf falsafi merupakan hasil dari pemikiran-
peminkiran para tokoh-tokoh yang diungkapkan dengan bahasa filosofis.Tasawuf ini
tidak bisa dikatakan sebagai Tasawuf yang murni karena telah menggunakan
pendekatan fikiran dan rasio, namun juga tidak bisa dikatakan filsafat seutuhnya
karena didasarkan pada rasa. Dengan kata lain Tasawuf Falsafi merupakan
penggabungan antara rasa dan rasio.
7. Dhina Safrina (4120019)
Pertanyaan: Dalam makalah disebutkan bahwa "tasawuf merupakan suatu usaha dan
upaya dalam rangka mensucikan diri (tazkiyyatunnafs) dengan cara menjauhkan dari
pengaruh kehidupan dunia yang meyebabkan lalai dari Allah SWT", menurut
kelompok kalian bagaimana cara agar bisa menyeimbangkan antara kehidupan dunia
dan akhirat?

Dijawab oleh: Rikko Aji Setiawan


Cara menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat diantaranya yakni:
1. Mendahulukan ibadah wajib
2. Menjalankan ibadah sunah
3. Bersungguh sungguh dalam bekerja
4. Menyibukkan diri dengan kegiatan bermanfaat
5. Bahagia dan sedih secukupnya
Dan niatkan semua kegiatan kita sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, serta
dalam kehidupan yang kita jalani tidak menyimpang dari norma-norma agama.

Anda mungkin juga menyukai