THARIQAH SYADZILIYAH
Dosen Pengampu :
Kholid Zamzami, M.Si
Oleh :
Abdul Muis A. (18620036)
Endah Eni (18620040)
Deviliena Assyifa (18620084)
Mahda Nurdiana (18620114)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan Observasi...........................................................................................
1.4 Manfaat Observasi..........................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III PELAKSANAAN OBSERVASI
3.1 Lokasi dan Waktu Observasi....................................................................
3.2 Subjek dan Objek Observasi.........................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................
BAB IV HASIL OBSERVASI
4.1 Gambaran Umum......................................................................................
4.2 Identitas Thariqah.....................................................................................
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Thariqah..................................................................
4.4 Struktur Organisasi.........................................................................................
4.5 Wawancara dengan Mursyid Thariqah.............................................
4.6 Riyadhah dan Dzikir Thariqah..............................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................
5.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
M. Saifuddin Zuhri, Tarekat Syadziliyah dalam Perspektif Perilaku Perubahan Sosial, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hal. 4
2
Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kezaliman. Penerjemah
Zainul AM (Jakarta: SERAMBI, 1998), 16
3
seorang murid untuk mencapai suatu ketenangan jiwa dan membuka jalan untuk
mencapai jalan Tuhan.
Tarekat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia, sebagaimana
dinyatakan Abu Bakar Aceh dalam M. Saifuddin Zuhri terdapat 41 jenis tarekat.
Sedangkan Jam’iyah ahl al-Thariqah al-Mu’tabarah menyebutkan bahwa jumlahnya
jauh lebih besar, yaitu mencapai 360 jenis tarekat dalam syari’atnya Nabi
Muhammad saw. Salah satunya yang banyak berkembang di Jawa Timur ialah
Tarekat Syadziliyah. Di Jawa Timur terdapat sebuah pondok yang menganut Tarekat
Syadziliyah yaitu Pondok Pesulukan Tarekat Agung (PETA) Tulungagung. Pondok
ini didirikan oleh K.H Muhammad Mustaqiem bin Husain pada 1940, sebagai
tempat untuk menampung murid-murid tarekat yang sedang menjalani suluk. 3
Pada zaman sekarang sudah sangat jarang orang mencari suatu ketenangan dan
pencapaian jalan menuju Tuhan, karena segala sesuatunya sudah tertutup dengan
kepentingan duniawi. Permasalahan dalam kehidupan tidak lagi disandarkan pada
Tuhan melainkan mencari penyelesaian lain yang kadang membuat menuntun manusia
kepada perbuatan menyimpang. Lain halnya dengan murid tarekat ini, mereka
menyandarkan masalahnya pada jalan tasawuf. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menggali lebih dalam bagaimana cara seorang murid tarekat dalam mengatasi dan
menghadapi suatu permasalahan kehidupan.
3
Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung, (Tulungagung: Pondok PETA, 2007), hal. 80
4
1.3 Tujuan Observasi
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada observasi iniyaitu untuk:
1. Mengetahui gambaran umum mengenai Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta.
2. Mengetahui identitas Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta Tulungagung.
3. Mengetahui visi,misi dan tujuan Tarekat Syadziliyah yang berada di Pondok Peta
Tulunggagung.
4. Mengetahui strukut organisasi Tarekat Syadziliyah yang berada di Pondok Peta
Tulungagung.
5. Mengetahui riyadah/dzikir yang ada pada Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta
Tulungagung.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Muhammad Sabit, Al-Fandi dkk., Dairat al Ma’arif al Islamiyah, (Teheran: Intisyirat Jahannam, 1997),
hal .172
55
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Cet.III, (Solo: CV. Ramadani,
1985), hal. 67
6
As Asmaran,Pengantar Studi Tasawuf. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), hal. 97
Toeri sosial yang dimaksud adalah teori-teori yang termasuk dalam paradigma
definisi sosial, yakni teori interaksionisme simbolik, teori perilaku sosial, teori aksi,
teori perubahan sosial, teori adaptabilitas, dan teori tindakan.
1) Teori Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik merupakan perspektif teoritik denganorientasi metodologi
tertentu yang pada awal perkembangannya lebih menekankan pada studi tentang
perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan masyarakat
atau kelompok, sehingga sebagian sosiolog berpendapat bahwa perspektif ini hanya
dapat diterapkan pada fenomena mikro sosiologi. Teori interaksionisme simbolik
digunakan untuk melihat pengaruh Mursyid (guru tarekat) pada perilaku sosial
pengamal (Murid) tarekat Syadziliyah.7
2) Teori Perilaku Sosial
Kata “perikelakuan” dipakai oleh Weber untuk perubahan-perubahan-perubahan
yang bagi si pelaku mempunyai arti subjektif (geme inter sinn). Teori perilaku sosial
ini digunakan untuk memahami dan menganalisis pola terjadinya perilaku sosial
Pengamal(murid) tarekat syádziliyah, sehingga dapat menginterpretasikan perilaku
tersebut.8
3) Teori Aksi
Teori ini mengikuti karya Weber (1959), Adapun asumsi fundamental teori ini
dikemukakan oleh Hinkle (1963)dengan merujuk pada karya Mac Iver, Znaniecki
dan Parsonssebagai berikut: (1) tindakan manusia timbul dari tindakansendiri
sebagai objek dan dari situasi eksternal dalam posisinyasebagai objek; (2) sebagai
subjek, manusia bertindak atauberperilaku untuk mencapai tujuan-tuuan tertentu,
jaditindakan manusia bukan tanpa tujuan; (3) dalam bertindakmanusia
menggunakan cara,teknik, prosedur, metode sertaperangkat yang diperkirakan cocok
untuk mencapai tujuantersebut: (4) kelangsungan tindakan manusia hanya
dibatasipada kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya; (5) menusia
memilih, menilai dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang dan yang telah
dilakukannya; (6) ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral
diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan; (7) studi antar hubungan yang
7
George, Ritzer, Contemporary Sociological Theory, (New York: Alfred A Knopft. 1988), hal 327
8
Ibid.
7
bersifat sosial subjektif memerlukan pemakaian teknikpenemuan yang bersifat
subjektif seperti pemahaman (verstehen), imajinasi, penyusunan kembali secara
ramah dan seakan-akan mengalami sendiri.9
4) Teori Adaptabilitas
Konsep adaptabilitas yang digunakan dalam kontekssosial,secara khusus muncul
dalam keadaan (1) kosong, yakniketika begitu luas dan samar maknanya sehingga
lebihmenghasilkan kebingungan bukannya kejelasan, atau (2) terlibat dalam
pernyataan yang kedengarannya bagus tetapisecara logis tampak cacat bila ditilik
dari kejelasan fungsional,atau (3) terlibat dalam paparan tentang kecenderungan-
kecenderungan dinamis masyarakat manusia yang tentu salah. Teori Adaptabilitas
ini digunakan untuk memahami dan juga mendeskripsikan bagaimana penyesuaian
diri (adaptabilitas) Mursyid (guru Tarekat), para Imam Khususiyah (ketuakelompok)
dan para Pengamal (murid) Tarekat Syâdziliyahatas berbagai perubahan yang terjadi
pada mereka.10
5) Teori Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat terjadi secara cepat ataupun
lambat, tergantung kepada situasi lingkungan maupun faktor-faktor lain yang saling
berkaitan. Menurut Ravik Karsidi,perubahan sosial dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupanmanusia. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-
lapis,dimulai dari kelompok terkecil atau mulai dari tingkatindividu, keluarga
hingga tingkat dunia. Perubahan sosial ini digunakan untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri Pengamal (Murid) tarekat, begitu juga perubahan yang terjadi padaImam
Khususiyah (ketuakelompok)Tarekat Syâdziliyahakibat dari pengaruhMursyid (guru
tarekat).11
9
Ibid., hal 328.
10
Antony, Giddens,The Constitution of Society, Outline of The Theory of Struction, (Cambridge:Policy
Press, 1995), hal.282.
11
Saifuddin, Zuhri, Tarekaat Syadziliyah dalam Perspektif Perilaku Perubahan Sosial,
(Yogyakarta:Teras, 2011), hal. 32.
.
8
6) Teori Tindakan
Teori tindakan (action theory) sebagai suatu teoritersendiri sebenarnya berpotensi
untuk berdiri di "tengah"untuk merujukkan kutub sosiologisme (fakta sosial)
dengankutub interpretativisme (definisi sosial). Teori tindakan ini digunakan untuk
dapat menginterpretasikan tindakan-tindakan pelaku tersebut. Yang dimaksud ialah,
tindakan sosial untuk memahami hubungan antara para pengamal (Murid) tarekat
dengan Mursyid (guru Tarekat), dan antara Pengamal (murid) dengan Pengamal
(murid) Tarekat Syâdziliyah.12
12
Ibid.,hal. 33
9
BAB III
PELAKSANAAN OBSERVASI
10
BAB IV
HASIL OBSERVASI
13
Moh. Ardani, “Tarekat Syadziliyah Terkenal dengan Variasi Hizb-nya dari Abu Hafsh, Siraj al Din,
Thaqahat al Auliya”, dalam Sri Mulyati et.al, Mengenal dan Memahai Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 57
14
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Cet.III, (Solo: CV. Ramadani,
1985), hal. 306
15
Aboebakar Atjeh, Tarekat Dalam Tasawwuf, Cet.VI, (Kelantan: Pustaka Aman Press, 1993), hal. 40
11
Syadzili ini juga membaca beberapa kitab diantaranya Ihya Ulumuddin dari Al
Ghazali, Qut al Qulub dari Abu Thali, al Mawafiq wa al Mukhatabah dari Muhammad
Abd al abbar yang kemudian ia tularkan ilmu tersebut kepada muridnya. Kemudian
dikatakan jika Syadzili menghafalkan Alquran dan Hadis serta pernah mempelajari ilmu
ilmu agama secara otodidak, dikatakan jika Syadzili menjadi pejuang pembela tanah
airnya yakni keikutsertaannya dalam pertempuran Mansyurah membela dari serangan
Perancis.
Hingga pada tahun 646 H ia mengalami kebutaan namun di tengah
keterbatasannya itu ia masih mampu mengajarkan ajarannya itu pada para muridnya,
beberapa diantara muridnya yakni Izz al Din Abd al Salam, Ibn al Hajib dan meninggal
pada 656 H atau 1258 M di Humaithra ketika dalam perjalanan pulang dari ibadah haji.
Sebelum meninggal ia memiliki firasat yang mana pada ibadah haji terakhirnya ia
memerintahkan kepada Khadamnya untuk membawa bakul kecil yang dibuat dari daun
kurma, kemudian ketika sampai di Hamistra ia mandi dan sholat dua rakaat, di saat
dalam sujudnya ya yang terakhir itulah Syadzili meninggal dunia.
Dijelaskan oleh Aboebakar Atjeh bahwa tarekat Syadziliyah ini merupakan
tarekat yang silsilahnya sambung sampai kepada Hasan bin Ali, melalu Ali bin Abi
Thalib dan sampai pada Nabi Muhammad saw, dapat dikatakan bahwa tarekat ini
merupakan tarekat termudah mengenai ilmu dan amal, ihwal dan maqam, ilham dan
maqal, dapat menghantarkan penganutnya kepada jazab, mujahadah, hidayah, asrar dan
keramat.16
Dijelaskan oleh kitab-kitbnya tarekat Syadziliyah bahwa tarekat ini tidak
memberi syarat yang sulit pada syaikh tarekat, hanya saja seorang syaikh tersebut harus
meninggalkan segala maksiat, memelihara ibadah yang diwajibkan, melakukan ibadah-
ibadah sunnah semampunya, zikir kepada Allah sebanyak 1000x atu lebih sehari
semalam, istighfar 100x, shalawat kepada Nabi 100x atau lebih sehari semalam, serta
zikir yang lain.17
16
Atjeh, Pengantar Ilmu, 308.
17
Ibid., 308.
12
4.2 Identitas Thariqah
Tarekat syadziliyah berpusat di pondok peta yang bertempat di Tulunggangung,
namun memiliki titik-tiitk penyebaran salah satunya di daerah Malang. Di daerah
malang sendiri, terdiri dari beberapa titik yang tersebar setiap 5 km. Kami mengunjungi
cabang tarekat syadziliyah di desa Pendem kecamatan Junrejo kota Batu. Kami di
dampingi oleh pak Yansur sebagai imam tarekat syadziliyah di daerah tersebut.
Pondok Pesulukan Tarekat Agung (PETA).Pondok PETA sedikit berbeda
dengan pondok pesantren pada umumnya yang mengajar banyak kitab-kitab yang
berhubungan syariat agama Islam ataupun mengajarkan dan menghafalkan al-
quran.Akan tetapi pondok PETA mengembangkan atau mengajarkan tarekat
Syadziliyah, Qodiriyah wan Naqsabandiyah maupun Naqsabandiyah.Tarekat Qadiriyah
adalah tarekat yang didirikan oleh Syeh Abdul Qodir Jaelani.Tarekat Qodiriyah
berkembang dan berpusat di Irak dan Syiria, dan pada akhirnya berkembang dibanyak
negara tidak terkecuali di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.Tarekat Qodiriyah
dikenal sangat luas, dan apabila murid sudah mencapai derajat Syeh Abdul Qodir, maka
murid tidak harus terus mengikuti tarekat gurunya.Selain itu karena terlalu luasnya
perkembangan tarekat Qodiriyah, sehingga tarekat ini mempunyai banyak cabang
tarekat yang yang mengikutinya. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah sebuah
tarekat yang menyatukan dua tarekat besar, yaitu Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah.
Penggabungan dua tarekat tersebut adalah modifikasi khusus sehingga terbentuk sebuah
tarekat yang mandiri yang berbeda dengan tarekat induknya.Perbedaan itu terutama
dalam hal metode riyadah dan bentuk-bentuk upacara ritualnya.Penggabungan dan
modifikasi yang demikian ini memang sesuatu yang sering terjadi dalam tarekat
Qadiriyah. Pendiri tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah Ahmad Khatib bin Abd
al-Ghaffar al-Sambasi al- Jawi.18
Pondok PETA tepatnya berada di jantung kota Tulungagung dan sekitar 200
meter dari alun-alun kota Tulungagung atau sekitar 100 meter dari masjid agung kota
Tulungagung. Sekilas fisik pondok PETA jika dilihat dari depan tidak nampak seperti
sebuah pondok sebagaimana mestinya, hanya terlihat seperti rumah pada umumnya dan
dikelilingi banyak pertokoaan, setelah masuk kedalam pondok barulah suasana kental
18
Ahmad, Zainuri. Jurnal Kajian Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, (Surabaya: Tasamuh, 2014), hal. 24
13
tarekat akan terasa. Pondok PETA didirikan oleh kiai Mustaqim bin Muhammad Husain
pada tahun 1930, yang sebelumnya dikenal sebagai Pondok Kauman. Pendirian tersebut
sebagai dasar mulai adanya aktifitas pengajaran ilmu ruhani dan tarekat oleh kiai
Mustaqim kepada murid-murid beliau.Namun,pada tahun 1933 kiai Mustaqim mulai
melakukan pembinaan rohani secara intesif dengan kegiatan berwirid secara berjamaah
bersama para murid beliau.19
Di masa awal pejuangan kiai Mustaqim dalam tujuannya memperbaiki akhlak
masyarakat Tulungagung yang pada saat itu masih kental dengan ajaran-ajaran ilmu
kejawen. Kiai Mustaqim mendirikan sebuah bangunan kecil berupa langgar (Musholla)
tepat di lokasi dimana pondok PETA sekarang berdiri. Langgar tersebut digunakan kiai
Mustaqim untuk melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dan sedikit tausiah pada
masyarakat sekitar ketika selesai melaksanakan sholat berjamaah.
Perjuangan kiai Mustaqim dalam menyebarkan ajaran-ajaran agama islam di
tulungagung pada awalnya mengalami banyak rintangan dan mengalami banyak hujatan
dari orang-orang di sekitar tempat tinggal kiai Mustaqim. Tidak hanya dari masyarakat
sekitar, namun Kiai Mustaqim juga mendapat perlawanan dari tokoh-tokoh masyarakat
karena mereka menganggap ajaran yang dibawah oleh kiai Mustaqim adalah ajaran
sesat dan akan dapat membahayakan orang-orang sekitar. Bukan hal muda dalam
menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam di lingkungan orang-orang yang masih awam
dengan ajaran agama islam. Namun kiai Mustaqim sendiri tetap teguh dengan
tujuannya.
Adapun hal yang pertama kali ditanamkan kiai Mustaqim kepada murid murid
beliau adalah menjauhkan diri dari sifat-sifatkemusyrikan.Karena pada saat itu
masyarakat di desa Kauman masih kental dengan ajaran animisme dan dan di kenal
mempunyai ilmu kanuragan yang tinggi. Untuk mengubah kebiasaan masyarakat
tersebut, maka sebelum menjadi murid kiai Mustaqim dan mengikuti tarekat, seseorang
itu harus mensucikan pikiran dan hatinya dari hal-hal yang berhubungan dengan mistis
dan menganut ajaran lain selain ajaran yang diperbolehkan oleh Allah SWT.
Hingga pernah suatu ketika kiai Mustaqim membawa orang-orang yang ingin
berguru kepada beliau untuk mandi dan berendam di pantai popoh atau lebih dikenal
19
Purnawan, Buchori. Perjalanan Sang Pendekar, (Tulungagung: Pondok PETA. 2016) hal. 37
14
dengan sebutan pantai selatan, hal tersebut beliau lakukan dengan tujuan untuk
mengeluarkan atau membersihkan khodam-khodam ilmu hitam dari dalam tubuh atau
jiwa si murid. Karena apabila seorang murid atau salik yang melakukan perjalanan
menuju kepada Allah SWT, sedangkan di masa lalunya dia pernah memiliki ilmu hitam
atau ilmu kejawen dan khodam ilmu hitam itu masih bercokol di dalam tubuh si murid,
maka khodam itu tentu akan sangat mengganggu dan menjadi penghalang (nyrimpeti)
bagi si salik tersebut.20
4.3.2 Misi
Melakukan pengenalan dengan ThariqahSyadziliyah lalu diberikan ijazah
ditulungagung kemudian riyadhoh.
4.3.3 Tujuan
1. Dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan latihan jiwa (riyadhoh)
berjuang melarang hawa nafsu (mujahadah) membersikan diri dari sifat-
sifat tercelah dan diisi dengan sifat-sifat yang terpuji dengan melalui
perbaikan budi pekerti dalam berbaga seginya.
2. Dengan bertarekat dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah dengan
melalui jalan mengamalkan wirid, dzikiran dan dibarengi dengan tafakkur
yang secara terus-menerus.
3. Dengan bertarekat akan timbul perasaan takut kepada Allah sehingga
timbul pula dalam diri seseorang itu suatu usaha untuk menghindarkan diri
dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa
kepada Allah.
20
Ibid., hal. 76
15
4. Jika tarekat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan terhadap
Allah, maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma’rifat,
sehingga dapat diketahui pula segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan
rasulnya secara terang benderang.
Mursyid
(Kyai Salafudin)
Jama'ah
Thariqah
16
2. Sholat hajat 6 kali salam
Rakaat pertama: Ayat Kursi
Rakaat kedua : Surat Al-Ikhlas
3. Sholat Taubat 2 kali salam
Rakaat pertama:Surat Al- Insyirah
Rakaat kedua : Surat Al- Fiil
3. Shalat Witir 3 rakaat
Sholat I
Rakaat pertama :Surat Al-Qadr
Rakaat kedua :Surat Al-Ikhlas
sholat II
Membaca Surat Al-Ikhlas, Al- Falaq, dan An- Nas
kemudian duduk bersila
4. Membaca tawasul
5. Membaca laqotjaa akum 100x
6. Membaca Ayat Kursi 100x
7. Membaca doa Ayat Kursi
Adapun amalan yang diamalkan ba’da maktubah
1. Lillahi taala alfatihah
2. Membaca laqodjaa akum 11x
3. Membaca Ayat Kursi 11x
4. Membaca doa Ayat Kursi
5. Aurod qodiriyah (bagi yang sudah dibaiat)
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
18
Allah, maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma’rifat,
sehingga dapat diketahui pula segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan
rasulnya secara terang benerang.
4. Struktur Organiasi dari Thoriqoh Syadziliyah Pndok Peta adalah: Mursyid
(Kyai Salafudin), Imam Khususiyah, Ketua Kelompok, Admin Data, Admin
Darma, Jamaah Thoriqoh
5. Riyadhoh atau dzikir : Adapun amalan yang ada dalam thoriqoh Syadziliyah
adalah sebagai berikut:Puasa 40 hari takrur ruh, Sholat hajat 6 kali salam
(Rokaat pertama : ayat kursi, Rokaat kedua : surat al ikhlas), sholat taubat 2
kali salam (rokaat pertama : surat al insyirah, rokaat kedua: surat al fiil),
sholat witir 3 rokaat (sholat I : rokaat pertama : surat al qadr, rokaat kedua
: surat al ikhlas), sholat II(membaca surat al ikhlas, al falaq, dan annas),
kemudian duduk bersila, Membaca tawasul , Membaca laqotjaa akum 100x,
Membaca ayat kursi 100x, Membaca doa ayat kursi, Adapun amalan
yang diamalkan ba’da maktubah : Lillahi taala alfatihah, Membaca laqodjaa
akum 11x, Membaca ayat kursi 11x, Membaca doa ayat kursiAurod qodiriyah
(bagi yang sudah dibaiat)
5.2 Saran
Penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagian kecil dari berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh mursyid dan pengikut tarekat Syadziliyah. Penulis
menyarankan agar penelitian ini tidak berhenti sampai disini. Untuk penelitian
selanjutnya agar dikaji lebih mendalam dengan ilmu pengetahuan yang
komprehensif.
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN
20
Logo Pondok Pesantren PETA Tulungagung
21
DAFTAR PUSTAKA
Andani, muh. 2005. Mengenal dan memahami tarekat- tarekat di Indonesia.
Jakarta kencana
Atjeh, Aboebakar. 1985. Pengantar ilmu tarekat. Solo CV ramadani
Atjeh, Aboebakar. 1993. Tarekat dan tasawuf. Kulantan Aman Press
As asmaran. 1994. Pengantar studi tasawuf. Jakarta grasindo
Buchori, Purnawan. 2007. Manaqib sang quthub agung. Tulungagung Pondok
PETA
Giddens, antony. 1995. The constitution of society,outline of the theory of
struction. Cambridge Policy Press
Kabbani, M.hisyam. 1986. Tasawuf dan ihsan antivirus kebatilan dan
kedzaliman. Jakarta serambi
Ritzer, George. 1988. Contemporary Sociological Theory, New York: Alfred A
Knopft
Sabit, M & Al- fandi. 1997. Dairat ma`arif al islamiyah. Tehiran : intisyitat
jahanam
Zainuri, ahmad. 2014. Jurnal Kajian Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, Surabaya:
Tasamuh
Zuhri, M. saifuddin. 2011. Tarekat Syadziliyah dalam Perspektif Perilaku Perubahan
Sosial Yogyakarta: Teras,
22