Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN OBSERVASI

THARIQAH SYADZILIYAH

Dosen Pengampu :
Kholid Zamzami, M.Si

Oleh :
Abdul Muis A. (18620036)
Endah Eni (18620040)
Deviliena Assyifa (18620084)
Mahda Nurdiana (18620114)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan Observasi...........................................................................................
1.4 Manfaat Observasi..........................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III PELAKSANAAN OBSERVASI
3.1 Lokasi dan Waktu Observasi....................................................................
3.2 Subjek dan Objek Observasi.........................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................
BAB IV HASIL OBSERVASI
4.1 Gambaran Umum......................................................................................
4.2 Identitas Thariqah.....................................................................................
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Thariqah..................................................................
4.4 Struktur Organisasi.........................................................................................
4.5 Wawancara dengan Mursyid Thariqah.............................................
4.6 Riyadhah dan Dzikir Thariqah..............................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................
5.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan yang menimbulkan stress, kecemasan, depresi dan emosi negatif
tidak dapat dihindari individu. Hal ini disebabkan perubahan kehidupan yang
semakin cepat dan kompleks. Oleh karena itu, setiap individu memiliki cara
tersendiri yang beragam untuk mengatasi permasalahan kehidupannya. Beberapa
orang lebih memilih jalan keagamaan sebagai strategi untuk mengatasi masalahnya.
Orang-orang yang beragama menjalankan perintah-perintah atau beribadah menurut
agama yang diyakininya. Manusia selalu membutuhkan kehadiran Tuhan dalam
setiap langkah kehidupannya, dalam suatu penyelesaian masalahpun manusia akan
senatiasa meminta pertolongan Tuhan dalam doanya.
Suatu ajaran spiritual dan perilaku-perilaku beragama diajarkan dalam sebuah
lembaga-lembaga yang bertujuan untuk menguatkan keagamaan dan membentuk
emosi individu yang stabil. Dewasa ini, suatu ajaran ketenangan batin yang menjadi
faktor utama penyelesaian masalah secara positif diajarkan pada suatu tarekat-
tarekat tertentu. Tarekat memiliki pengaruh sangat besar dalam berbagai bidang
kehidupan, baik sosial, politik, budaya maupun pendidikan yang banyak tergambar
dalam dinamika dunia pesantren.1
Thoriqoh berarti jalan seperti di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori
dan Muslim, Nabi Muhammad Saw menyuruh untuk mengikuti sunnah beliau dan
sunnah sahabatnya. Sunnah juga berarti jalan seperti halnya Thariqoh, keduanya
sama-sama berarti jalan akan tetapi istilah tarekat diterapkan dalam beberapa
kelompok orang yang mengikuti madzhab pemikiran yang dikembangkan oleh
seorang alim ataupun syaikh tertentu.2Dalam suatu ajaran tarekat seorang murid
diwajibkan untuk mengamalkan suatu amalan yang telah diajarkan oleh seorang
guru (mursyid). Latihan-latihan tentang ilmu ketasawufan ini harus dikerjakan

1
M. Saifuddin Zuhri, Tarekat Syadziliyah dalam Perspektif Perilaku Perubahan Sosial, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hal. 4
2
Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kezaliman. Penerjemah
Zainul AM (Jakarta: SERAMBI, 1998), 16

3
seorang murid untuk mencapai suatu ketenangan jiwa dan membuka jalan untuk
mencapai jalan Tuhan.
Tarekat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia, sebagaimana
dinyatakan Abu Bakar Aceh dalam M. Saifuddin Zuhri terdapat 41 jenis tarekat.
Sedangkan Jam’iyah ahl al-Thariqah al-Mu’tabarah menyebutkan bahwa jumlahnya
jauh lebih besar, yaitu mencapai 360 jenis tarekat dalam syari’atnya Nabi
Muhammad saw. Salah satunya yang banyak berkembang di Jawa Timur ialah
Tarekat Syadziliyah. Di Jawa Timur terdapat sebuah pondok yang menganut Tarekat
Syadziliyah yaitu Pondok Pesulukan Tarekat Agung (PETA) Tulungagung. Pondok
ini didirikan oleh K.H Muhammad Mustaqiem bin Husain pada 1940, sebagai
tempat untuk menampung murid-murid tarekat yang sedang menjalani suluk. 3
Pada zaman sekarang sudah sangat jarang orang mencari suatu ketenangan dan
pencapaian jalan menuju Tuhan, karena segala sesuatunya sudah tertutup dengan
kepentingan duniawi. Permasalahan dalam kehidupan tidak lagi disandarkan pada
Tuhan melainkan mencari penyelesaian lain yang kadang membuat menuntun manusia
kepada perbuatan menyimpang. Lain halnya dengan murid tarekat ini, mereka
menyandarkan masalahnya pada jalan tasawuf. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menggali lebih dalam bagaimana cara seorang murid tarekat dalam mengatasi dan
menghadapi suatu permasalahan kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diambil beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana gambaran umum Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta Tulungagung?
2. Bagaimana identitas Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta Tulungagung?
3. Bagaimana visi,misi dan tujuan Tarekat Syadziliyah yang berada di Pondok
PetaTulungagung?
4. Bagaimana strukur organisasi Tarekat Syadziliyah yang berada di Pondok Peta
Tulungagung?
5. Bagaimana riyadah/dzikir yang ada pada Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta
Tulungagung?

3
Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung, (Tulungagung: Pondok PETA, 2007), hal. 80

4
1.3 Tujuan Observasi
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada observasi iniyaitu untuk:
1. Mengetahui gambaran umum mengenai Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta.
2. Mengetahui identitas Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta Tulungagung.
3. Mengetahui visi,misi dan tujuan Tarekat Syadziliyah yang berada di Pondok Peta
Tulunggagung.
4. Mengetahui strukut organisasi Tarekat Syadziliyah yang berada di Pondok Peta
Tulungagung.
5. Mengetahui riyadah/dzikir yang ada pada Tarekat Syadziliyah di Pondok Peta
Tulungagung.

1.4 Manfaat Observasi


Adapun manfaat yang didapat dari observasi ini adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai ajaran-ajaran dan mengetahui dasar pemikiran
TarekatSyadziliyah.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tarekat


Dari segi etimologi, kata tarekat yang berasal dari bahasa Arab‫طریقة‬yang merupakan
bentuk mashdar (kata benda) dari kata ‫ طریقة – یطرق –طرق‬yang memiliki arti ‫( الكیفیة‬jalan,
cara), ‫( األسلوب‬metode, sistem), ‫( المذھب‬madzhab, aliran, haluan), dan ‫( الحالة‬keadaan).
Pengertian ini membentuk dua makna istilah yaitu metode bagi ilmu jiwa akhlak yang
mengatur suluk individu dan kumpulan sistem pelatihan ruh yang berjalan sebagai
persahabatan pada kelompok-kelompok persaudaraan Islam.4
Abu Bakar Aceh mendefinisikan tarekat itu sebagai jalan,petunjuk dalam
melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan ajaran yangditentukan dan dicontohkan oleh
Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dantabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru,
sambungmenyambungdan rantai-berantai. Guru-guru yang memberikanpetunjuk dan
pimpinan ini dinamakan Mursyid yang mengajar danmemimpin muridnya sesudah
mendapat ijazat dari gurunya pulasebagaimana tersebut dalam silsilahnya. Dengan
demikian ahliTasawwuf yakin, bahwa peraturan-peraturan yang tersebut dalam
ilmuSyari’at dapat dikerjakan dalam pelaksanaan yang sebaik-baiknya.5
Dengan demikian istilah tarekat dalam ilmu tasawuf memilikidua makna, Pertama,
cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi merekayang menempuh hidup sufi (pandangan
pada abad ke-9 dan ke-10Masehi atau sekitar abad ke-1 dan ke-2 Hijriah berarti.Kedua,
sesudahabad ke-11 M atau abad ke-3 H. tarekat mempunyai pengertian sebagai suatu
gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani pada
segolongan kaum muslimin menurut ajaran dan keyakinan tertentu.6

2.2 Teori-teori sosial yang Relevan

4
Muhammad Sabit, Al-Fandi dkk., Dairat al Ma’arif al Islamiyah, (Teheran: Intisyirat Jahannam, 1997),
hal .172
55
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Cet.III, (Solo: CV. Ramadani,
1985), hal. 67
6
As Asmaran,Pengantar Studi Tasawuf. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), hal. 97
Toeri sosial yang dimaksud adalah teori-teori yang termasuk dalam paradigma
definisi sosial, yakni teori interaksionisme simbolik, teori perilaku sosial, teori aksi,
teori perubahan sosial, teori adaptabilitas, dan teori tindakan.
1) Teori Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik merupakan perspektif teoritik denganorientasi metodologi
tertentu yang pada awal perkembangannya lebih menekankan pada studi tentang
perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan masyarakat
atau kelompok, sehingga sebagian sosiolog berpendapat bahwa perspektif ini hanya
dapat diterapkan pada fenomena mikro sosiologi. Teori interaksionisme simbolik
digunakan untuk melihat pengaruh Mursyid (guru tarekat) pada perilaku sosial
pengamal (Murid) tarekat Syadziliyah.7
2) Teori Perilaku Sosial
Kata “perikelakuan” dipakai oleh Weber untuk perubahan-perubahan-perubahan
yang bagi si pelaku mempunyai arti subjektif (geme inter sinn). Teori perilaku sosial
ini digunakan untuk memahami dan menganalisis pola terjadinya perilaku sosial
Pengamal(murid) tarekat syádziliyah, sehingga dapat menginterpretasikan perilaku
tersebut.8
3) Teori Aksi
Teori ini mengikuti karya Weber (1959), Adapun asumsi fundamental teori ini
dikemukakan oleh Hinkle (1963)dengan merujuk pada karya Mac Iver, Znaniecki
dan Parsonssebagai berikut: (1) tindakan manusia timbul dari tindakansendiri
sebagai objek dan dari situasi eksternal dalam posisinyasebagai objek; (2) sebagai
subjek, manusia bertindak atauberperilaku untuk mencapai tujuan-tuuan tertentu,
jaditindakan manusia bukan tanpa tujuan; (3) dalam bertindakmanusia
menggunakan cara,teknik, prosedur, metode sertaperangkat yang diperkirakan cocok
untuk mencapai tujuantersebut: (4) kelangsungan tindakan manusia hanya
dibatasipada kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya; (5) menusia
memilih, menilai dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang dan yang telah
dilakukannya; (6) ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral
diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan; (7) studi antar hubungan yang

7
George, Ritzer, Contemporary Sociological Theory, (New York: Alfred A Knopft. 1988), hal 327
8
Ibid.

7
bersifat sosial subjektif memerlukan pemakaian teknikpenemuan yang bersifat
subjektif seperti pemahaman (verstehen), imajinasi, penyusunan kembali secara
ramah dan seakan-akan mengalami sendiri.9
4) Teori Adaptabilitas
Konsep adaptabilitas yang digunakan dalam kontekssosial,secara khusus muncul
dalam keadaan (1) kosong, yakniketika begitu luas dan samar maknanya sehingga
lebihmenghasilkan kebingungan bukannya kejelasan, atau (2) terlibat dalam
pernyataan yang kedengarannya bagus tetapisecara logis tampak cacat bila ditilik
dari kejelasan fungsional,atau (3) terlibat dalam paparan tentang kecenderungan-
kecenderungan dinamis masyarakat manusia yang tentu salah. Teori Adaptabilitas
ini digunakan untuk memahami dan juga mendeskripsikan bagaimana penyesuaian
diri (adaptabilitas) Mursyid (guru Tarekat), para Imam Khususiyah (ketuakelompok)
dan para Pengamal (murid) Tarekat Syâdziliyahatas berbagai perubahan yang terjadi
pada mereka.10
5) Teori Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat terjadi secara cepat ataupun
lambat, tergantung kepada situasi lingkungan maupun faktor-faktor lain yang saling
berkaitan. Menurut Ravik Karsidi,perubahan sosial dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupanmanusia. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-
lapis,dimulai dari kelompok terkecil atau mulai dari tingkatindividu, keluarga
hingga tingkat dunia. Perubahan sosial ini digunakan untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri Pengamal (Murid) tarekat, begitu juga perubahan yang terjadi padaImam
Khususiyah (ketuakelompok)Tarekat Syâdziliyahakibat dari pengaruhMursyid (guru
tarekat).11

9
Ibid., hal 328.
10
Antony, Giddens,The Constitution of Society, Outline of The Theory of Struction, (Cambridge:Policy
Press, 1995), hal.282.
11
Saifuddin, Zuhri, Tarekaat Syadziliyah dalam Perspektif Perilaku Perubahan Sosial,
(Yogyakarta:Teras, 2011), hal. 32.
.

8
6) Teori Tindakan
Teori tindakan (action theory) sebagai suatu teoritersendiri sebenarnya berpotensi
untuk berdiri di "tengah"untuk merujukkan kutub sosiologisme (fakta sosial)
dengankutub interpretativisme (definisi sosial). Teori tindakan ini digunakan untuk
dapat menginterpretasikan tindakan-tindakan pelaku tersebut. Yang dimaksud ialah,
tindakan sosial untuk memahami hubungan antara para pengamal (Murid) tarekat
dengan Mursyid (guru Tarekat), dan antara Pengamal (murid) dengan Pengamal
(murid) Tarekat Syâdziliyah.12

2.3 Tarekat Syadziliyah


Pendiri tarekat Syadziliyah adalah Abu Hasan al-Syadzily. Beliau lahir pada
tahun 551 H, adapula yang mengatakan tahun 553 H. Bahkan dalam kitab “ An
Nafahat al Syadziliyah”, beliau lahir pada tahun 593 H. Jadi belum ada kesepakatan
mengenai tahun berapa beliau dilahirkannya. Beliau wafat pada bulan Ramadhan
656 H. Abu Hasan al-Syadzily berpendapat. Bahwa tidak melarang kepada seorang
salik yang memiliki harta berlimpah, dengan segala kemewahannya, asalkan hatinya
tidak tergantung pada harta yang dimilikinya. Tarekat Syadziliyah bersifat inklusif
kalau dilihat dari ajarannya, serta prilaku pengamal maupun mursyid (Guru tarekat).
Tarekat Syadziliyah mempunyai pemikiran yang moderat dan terbuka. Tentunya ada
perbedaan dengan tarekat-tarekat yang lainnya menganai ajaran maupun pemikiran
tentang tarekat itu sendiri.
Tarekat Syadziliyah ini salah satu tarekat yang banyak penganutnya di
Indonesia, serta tarekat yang dominan terbuka ajaranya terhadap lingkungan kondisi
social masyarakat Indonesia. Karena di Indonesia merupakan Negara yang
berkalangan intelektual dan orang-orangnya kaya. Tarekat ini berupaya untuk
mengisi dalam kehidupan masyarakat, agar nilai spiritual tetap ada beriringan di
berbagai macam kalangan ummat.

12
Ibid.,hal. 33

9
BAB III
PELAKSANAAN OBSERVASI

3.1 Lokasi dan Waktu Observasi


Lokasi Observasi : Rumah Bapak Yansur (Imam Khususiyah)
Alamat : desa pendem, Batu, Malang Prov. Jawa Timur
Waktu Observasi :Wawancara dilakukan pada tanggal 6 April 2019 dan melakukan
praktik Thariqah Syadziliyah pada malam Selasatepatnya
padatanggal 8 dan 15 April 2019.

3.2 Subjek dan Objek Observasi


1. Subjek observasi yang kami pilih sebagai narasumber yaitu Bapak Yansur
selaku Imam Khususiyah.
2. Objek observasi yang kami teliti adalah Thariqah Syadziliyah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam observasi ini adalah
wawancara dan pengamatan serta dokumentasi yang dilakukan di rumah Bapak Yansur
selaku Imam Khususiyah yang berada di daerah Batu. Kami juga ikut serta
dalamkegiatan rutinan thariqah pada malam selasa yang diimami oleh bapak Yansur
bagi jama’ah putra dan bagi jama’ah putri diimami oleh istri Bapak Yansur. Untuk
mendukung pengamatan dan dokumentasi kami menggunakan alat rekam yaitu
Handphone.

10
BAB IV
HASIL OBSERVASI

4.1 Gambaran Umum


Sesuai dengan namanya tarekat ini didirikan oleh Abu Hasan al Syadzili yang
kemudan dipergunakan untuk nama tarekatnya kemudian dinisbatkan menjadi
namaSyadziliyah. Nama lengkap Syadzili adalah Ali bin Abdullah bin Abd Al Jabbar
Abu al Hasan al Syadzili, yang mana silsilah keluarganya berasal dari keturunan Hasan
bin Ali bin Abi Thalib atau dengan kata lain adalah keturunan Siti Fatimah anak
perempuan Nabi Muhammad SAW. Ia sendiri pernah menuliskan garis keturnannya
menjadi Ali bin Abdullah bin Abd Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Hasan bin Ali bin Abi
Thalib.13
Lahir di desa Amman, Afrika sekitar tahun 573 Hijriyah, di masa mudanya ia
sempat pergi ke Tunisia untuk belajar di sana dan sempat pergi ke Mekkah untuk
menunaikan haji beberapa kali dan di sana ia bertemu dengan Syekh Abdul Qadir Al
Jilani setelah itu ia bertolak ke Iran dan bertemu dengan Abu Fatah al-Wasithi seseorang
yang pertama kali berteman dengan as-Syadzili. Syadzili adalah murid dari Abd. al
Salam Ibn Masyisy. Sejak kecil ia telah menunjukkan sifat- sifat saleh dan sufi. Ia
memakai khirqah yang dianugerahkan dari dua orang gurunya yang terbesar, yakni Abu
Abdullah bin Harazim dan Abdullah Abdussalam ibn Masjisy. Yang mana kedua guru
tersebut penganut dari khalifah Abu Bakar dan Khalifah Ali Bin Thalib.14
Abu Hasan al-Syadzili merupakan salah seorang sufi yang luar biasa, seorang
tokoh sufi terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh wali-wali kebatinan dalam
kitab-kitabnya, baik karena kepribadiaanya maupun dalam fikiran dan ajaran-ajaranya.
Hampir tak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan
ucapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk menguatkan suatu uraian
atau pendirian.15

13
Moh. Ardani, “Tarekat Syadziliyah Terkenal dengan Variasi Hizb-nya dari Abu Hafsh, Siraj al Din,
Thaqahat al Auliya”, dalam Sri Mulyati et.al, Mengenal dan Memahai Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 57
14
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Cet.III, (Solo: CV. Ramadani,
1985), hal. 306
15
Aboebakar Atjeh, Tarekat Dalam Tasawwuf, Cet.VI, (Kelantan: Pustaka Aman Press, 1993), hal. 40

11
Syadzili ini juga membaca beberapa kitab diantaranya Ihya Ulumuddin dari Al
Ghazali, Qut al Qulub dari Abu Thali, al Mawafiq wa al Mukhatabah dari Muhammad
Abd al abbar yang kemudian ia tularkan ilmu tersebut kepada muridnya. Kemudian
dikatakan jika Syadzili menghafalkan Alquran dan Hadis serta pernah mempelajari ilmu
ilmu agama secara otodidak, dikatakan jika Syadzili menjadi pejuang pembela tanah
airnya yakni keikutsertaannya dalam pertempuran Mansyurah membela dari serangan
Perancis.
Hingga pada tahun 646 H ia mengalami kebutaan namun di tengah
keterbatasannya itu ia masih mampu mengajarkan ajarannya itu pada para muridnya,
beberapa diantara muridnya yakni Izz al Din Abd al Salam, Ibn al Hajib dan meninggal
pada 656 H atau 1258 M di Humaithra ketika dalam perjalanan pulang dari ibadah haji.
Sebelum meninggal ia memiliki firasat yang mana pada ibadah haji terakhirnya ia
memerintahkan kepada Khadamnya untuk membawa bakul kecil yang dibuat dari daun
kurma, kemudian ketika sampai di Hamistra ia mandi dan sholat dua rakaat, di saat
dalam sujudnya ya yang terakhir itulah Syadzili meninggal dunia.
Dijelaskan oleh Aboebakar Atjeh bahwa tarekat Syadziliyah ini merupakan
tarekat yang silsilahnya sambung sampai kepada Hasan bin Ali, melalu Ali bin Abi
Thalib dan sampai pada Nabi Muhammad saw, dapat dikatakan bahwa tarekat ini
merupakan tarekat termudah mengenai ilmu dan amal, ihwal dan maqam, ilham dan
maqal, dapat menghantarkan penganutnya kepada jazab, mujahadah, hidayah, asrar dan
keramat.16
Dijelaskan oleh kitab-kitbnya tarekat Syadziliyah bahwa tarekat ini tidak
memberi syarat yang sulit pada syaikh tarekat, hanya saja seorang syaikh tersebut harus
meninggalkan segala maksiat, memelihara ibadah yang diwajibkan, melakukan ibadah-
ibadah sunnah semampunya, zikir kepada Allah sebanyak 1000x atu lebih sehari
semalam, istighfar 100x, shalawat kepada Nabi 100x atau lebih sehari semalam, serta
zikir yang lain.17

16
Atjeh, Pengantar Ilmu, 308.
17
Ibid., 308.

12
4.2 Identitas Thariqah
Tarekat syadziliyah berpusat di pondok peta yang bertempat di Tulunggangung,
namun memiliki titik-tiitk penyebaran salah satunya di daerah Malang. Di daerah
malang sendiri, terdiri dari beberapa titik yang tersebar setiap 5 km. Kami mengunjungi
cabang tarekat syadziliyah di desa Pendem kecamatan Junrejo kota Batu. Kami di
dampingi oleh pak Yansur sebagai imam tarekat syadziliyah di daerah tersebut.
Pondok Pesulukan Tarekat Agung (PETA).Pondok PETA sedikit berbeda
dengan pondok pesantren pada umumnya yang mengajar banyak kitab-kitab yang
berhubungan syariat agama Islam ataupun mengajarkan dan menghafalkan al-
quran.Akan tetapi pondok PETA mengembangkan atau mengajarkan tarekat
Syadziliyah, Qodiriyah wan Naqsabandiyah maupun Naqsabandiyah.Tarekat Qadiriyah
adalah tarekat yang didirikan oleh Syeh Abdul Qodir Jaelani.Tarekat Qodiriyah
berkembang dan berpusat di Irak dan Syiria, dan pada akhirnya berkembang dibanyak
negara tidak terkecuali di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.Tarekat Qodiriyah
dikenal sangat luas, dan apabila murid sudah mencapai derajat Syeh Abdul Qodir, maka
murid tidak harus terus mengikuti tarekat gurunya.Selain itu karena terlalu luasnya
perkembangan tarekat Qodiriyah, sehingga tarekat ini mempunyai banyak cabang
tarekat yang yang mengikutinya. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah sebuah
tarekat yang menyatukan dua tarekat besar, yaitu Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah.
Penggabungan dua tarekat tersebut adalah modifikasi khusus sehingga terbentuk sebuah
tarekat yang mandiri yang berbeda dengan tarekat induknya.Perbedaan itu terutama
dalam hal metode riyadah dan bentuk-bentuk upacara ritualnya.Penggabungan dan
modifikasi yang demikian ini memang sesuatu yang sering terjadi dalam tarekat
Qadiriyah. Pendiri tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah Ahmad Khatib bin Abd
al-Ghaffar al-Sambasi al- Jawi.18
Pondok PETA tepatnya berada di jantung kota Tulungagung dan sekitar 200
meter dari alun-alun kota Tulungagung atau sekitar 100 meter dari masjid agung kota
Tulungagung. Sekilas fisik pondok PETA jika dilihat dari depan tidak nampak seperti
sebuah pondok sebagaimana mestinya, hanya terlihat seperti rumah pada umumnya dan
dikelilingi banyak pertokoaan, setelah masuk kedalam pondok barulah suasana kental

18
Ahmad, Zainuri. Jurnal Kajian Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, (Surabaya: Tasamuh, 2014), hal. 24

13
tarekat akan terasa. Pondok PETA didirikan oleh kiai Mustaqim bin Muhammad Husain
pada tahun 1930, yang sebelumnya dikenal sebagai Pondok Kauman. Pendirian tersebut
sebagai dasar mulai adanya aktifitas pengajaran ilmu ruhani dan tarekat oleh kiai
Mustaqim kepada murid-murid beliau.Namun,pada tahun 1933 kiai Mustaqim mulai
melakukan pembinaan rohani secara intesif dengan kegiatan berwirid secara berjamaah
bersama para murid beliau.19
Di masa awal pejuangan kiai Mustaqim dalam tujuannya memperbaiki akhlak
masyarakat Tulungagung yang pada saat itu masih kental dengan ajaran-ajaran ilmu
kejawen. Kiai Mustaqim mendirikan sebuah bangunan kecil berupa langgar (Musholla)
tepat di lokasi dimana pondok PETA sekarang berdiri. Langgar tersebut digunakan kiai
Mustaqim untuk melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dan sedikit tausiah pada
masyarakat sekitar ketika selesai melaksanakan sholat berjamaah.
Perjuangan kiai Mustaqim dalam menyebarkan ajaran-ajaran agama islam di
tulungagung pada awalnya mengalami banyak rintangan dan mengalami banyak hujatan
dari orang-orang di sekitar tempat tinggal kiai Mustaqim. Tidak hanya dari masyarakat
sekitar, namun Kiai Mustaqim juga mendapat perlawanan dari tokoh-tokoh masyarakat
karena mereka menganggap ajaran yang dibawah oleh kiai Mustaqim adalah ajaran
sesat dan akan dapat membahayakan orang-orang sekitar. Bukan hal muda dalam
menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam di lingkungan orang-orang yang masih awam
dengan ajaran agama islam. Namun kiai Mustaqim sendiri tetap teguh dengan
tujuannya.
Adapun hal yang pertama kali ditanamkan kiai Mustaqim kepada murid murid
beliau adalah menjauhkan diri dari sifat-sifatkemusyrikan.Karena pada saat itu
masyarakat di desa Kauman masih kental dengan ajaran animisme dan dan di kenal
mempunyai ilmu kanuragan yang tinggi. Untuk mengubah kebiasaan masyarakat
tersebut, maka sebelum menjadi murid kiai Mustaqim dan mengikuti tarekat, seseorang
itu harus mensucikan pikiran dan hatinya dari hal-hal yang berhubungan dengan mistis
dan menganut ajaran lain selain ajaran yang diperbolehkan oleh Allah SWT.
Hingga pernah suatu ketika kiai Mustaqim membawa orang-orang yang ingin
berguru kepada beliau untuk mandi dan berendam di pantai popoh atau lebih dikenal

19
Purnawan, Buchori. Perjalanan Sang Pendekar, (Tulungagung: Pondok PETA. 2016) hal. 37

14
dengan sebutan pantai selatan, hal tersebut beliau lakukan dengan tujuan untuk
mengeluarkan atau membersihkan khodam-khodam ilmu hitam dari dalam tubuh atau
jiwa si murid. Karena apabila seorang murid atau salik yang melakukan perjalanan
menuju kepada Allah SWT, sedangkan di masa lalunya dia pernah memiliki ilmu hitam
atau ilmu kejawen dan khodam ilmu hitam itu masih bercokol di dalam tubuh si murid,
maka khodam itu tentu akan sangat mengganggu dan menjadi penghalang (nyrimpeti)
bagi si salik tersebut.20

4.3 Visi, Misi dan Tujuan Thariqah


4.3.1 Visi
1. Meminta terangnya hati.
2. Tetapnya iman dan islam.
3. Manfaat barokah dunia dan akhirat.
4. Selamat dunia dan akhirat.

4.3.2 Misi
Melakukan pengenalan dengan ThariqahSyadziliyah lalu diberikan ijazah
ditulungagung kemudian riyadhoh.

4.3.3 Tujuan
1. Dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan latihan jiwa (riyadhoh)
berjuang melarang hawa nafsu (mujahadah) membersikan diri dari sifat-
sifat tercelah dan diisi dengan sifat-sifat yang terpuji dengan melalui
perbaikan budi pekerti dalam berbaga seginya.
2. Dengan bertarekat dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah dengan
melalui jalan mengamalkan wirid, dzikiran dan dibarengi dengan tafakkur
yang secara terus-menerus.
3. Dengan bertarekat akan timbul perasaan takut kepada Allah sehingga
timbul pula dalam diri seseorang itu suatu usaha untuk menghindarkan diri
dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa
kepada Allah.

20
Ibid., hal. 76

15
4. Jika tarekat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan terhadap
Allah, maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma’rifat,
sehingga dapat diketahui pula segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan
rasulnya secara terang benderang.

4.4 Struktur Organisasi

Mursyid
(Kyai Salafudin)

Imam Ketua Admin Admin


Khususiyah Kelompok Data Darma

Jama'ah
Thariqah

4.5 Wawancara dengan Mursyid Thoriqoh


Thoriqoh syadziliyah yang berada di desa pendem, Batu, Malang adalah
thoriqoh yang bermatan dari pondok pesantren peta Tulungagung. Thoriqoh ini di
mulai sejak tahun 2005. Thariqah Syadziliyah menitikberatkan pada rasa syukur
dalam setiap keadaan. Adapun kegiatan khususiyah dilakukan setiap hari seni
malam selasa, hari sabtu wage malam ahad kliwon, dan hari jumat kliwon di
tulungagung.

4.6 Riyadhah dan Dzikir Thoriqoh


Adapun amalan-amalan dalam Thariqah Syadziliyah adalah sebagai berikut:
1. Puasa 40 hari takrur ruh

16
2. Sholat hajat 6 kali salam
 Rakaat pertama: Ayat Kursi
 Rakaat kedua : Surat Al-Ikhlas
3. Sholat Taubat 2 kali salam
 Rakaat pertama:Surat Al- Insyirah
 Rakaat kedua : Surat Al- Fiil
3. Shalat Witir 3 rakaat
 Sholat I
 Rakaat pertama :Surat Al-Qadr
 Rakaat kedua :Surat Al-Ikhlas
 sholat II
 Membaca Surat Al-Ikhlas, Al- Falaq, dan An- Nas
kemudian duduk bersila
4. Membaca tawasul
5. Membaca laqotjaa akum 100x
6. Membaca Ayat Kursi 100x
7. Membaca doa Ayat Kursi
Adapun amalan yang diamalkan ba’da maktubah
1. Lillahi taala alfatihah
2. Membaca laqodjaa akum 11x
3. Membaca Ayat Kursi 11x
4. Membaca doa Ayat Kursi
5. Aurod qodiriyah (bagi yang sudah dibaiat)

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Pendiri Tarekat Syadziliyah yaitu Abu al-Hasan al-Syadzili. Selanjutnya


nama tarekat ini dinisbahkan kepada namanya Syadziliyah.Secara lengkap
nama pendirinya adalah Ali ibn Abdullah bin Abd Jabbar Abu al Hasan al-
syadziili. Beliau dilahirkan di desa Ghumarra, yang mana silsilah keluarganya
berasal dari keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib atau dengan kata lain
adalah keturunan Siti Fatimah anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Ia
sendiri pernah menuliskan garis keturnannya menjadi Ali bin Abdullah bin
Abd Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
2. Tarekat syadziliyah berpusat di pondok peta yang bertempat di
Tulunggangung, namun memiliki titik-tiitk penyebaran salah satunya di
daerah Malang.Penggabungan dua tarekat tersebut adalah modifikasi khusus
sehingga terbentuk sebuah tarekat yang mandiri yang berbeda dengan tarekat
induknya.Perbedaan itu terutama dalam hal metode riyadah dan bentuk-
bentuk upacara ritualnya
3. Adapun Visi Misi dan Tujuan Thoriqoh Syadziliyah adalah
Visi: Meminta terangnya hati ,Tetapnya iman dan islam, Manfaat barokah
dunia dan akhirat, Selamat dunia dan akhirat
Misi: Melakukan pengenalan dengan tarekat syadziliyah lalu diberikan ijazah
di tulungagung kemudian riyadhoh.
Tujuan: Dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan latihan jiwa
(riyadhoh) an berjuang melarang hawa nafsu (mujahadah) membersikan diri
dari sifat-sifat tercelah dan diisi dengan sifat-sifat yang terpuji dengan melalui
perbaikan budi pekerti dalam berbaga seginya, Dengan bertarekat dapat
mewujudkan rasa ingat kepada Allah dengan melalui jalan mengamalkan
wirid, dzikiran dan dibarengi dengan tafakkur yang secara terus-menerus.
Dengan bertarekat akan timbul perasaan takut kepada Allah sehingga timbul
pula dalam diri seseorang itu suatu usaha untuk menghindarkan diri dari
segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah.
Jika tarekat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan terhadap

18
Allah, maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma’rifat,
sehingga dapat diketahui pula segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan
rasulnya secara terang benerang.
4. Struktur Organiasi dari Thoriqoh Syadziliyah Pndok Peta adalah: Mursyid
(Kyai Salafudin), Imam Khususiyah, Ketua Kelompok, Admin Data, Admin
Darma, Jamaah Thoriqoh
5. Riyadhoh atau dzikir : Adapun amalan yang ada dalam thoriqoh Syadziliyah
adalah sebagai berikut:Puasa 40 hari takrur ruh, Sholat hajat 6 kali salam
(Rokaat pertama : ayat kursi, Rokaat kedua : surat al ikhlas), sholat taubat 2
kali salam (rokaat pertama : surat al insyirah, rokaat kedua: surat al fiil),
sholat witir 3 rokaat (sholat I : rokaat pertama : surat al qadr, rokaat kedua
: surat al ikhlas), sholat II(membaca surat al ikhlas, al falaq, dan annas),
kemudian duduk bersila, Membaca tawasul , Membaca laqotjaa akum 100x,
Membaca ayat kursi 100x, Membaca doa ayat kursi, Adapun amalan
yang diamalkan ba’da maktubah : Lillahi taala alfatihah, Membaca laqodjaa
akum 11x, Membaca ayat kursi 11x, Membaca doa ayat kursiAurod qodiriyah
(bagi yang sudah dibaiat)

5.2 Saran
Penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagian kecil dari berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh mursyid dan pengikut tarekat Syadziliyah. Penulis
menyarankan agar penelitian ini tidak berhenti sampai disini. Untuk penelitian
selanjutnya agar dikaji lebih mendalam dengan ilmu pengetahuan yang
komprehensif.

19
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Foto setelah pelaksanaan pelaksanaan thoriqoh

20
Logo Pondok Pesantren PETA Tulungagung

21
DAFTAR PUSTAKA
Andani, muh. 2005. Mengenal dan memahami tarekat- tarekat di Indonesia.
Jakarta kencana
Atjeh, Aboebakar. 1985. Pengantar ilmu tarekat. Solo CV ramadani
Atjeh, Aboebakar. 1993. Tarekat dan tasawuf. Kulantan Aman Press
As asmaran. 1994. Pengantar studi tasawuf. Jakarta grasindo
Buchori, Purnawan. 2007. Manaqib sang quthub agung. Tulungagung Pondok
PETA
Giddens, antony. 1995. The constitution of society,outline of the theory of
struction. Cambridge Policy Press
Kabbani, M.hisyam. 1986. Tasawuf dan ihsan antivirus kebatilan dan
kedzaliman. Jakarta serambi
Ritzer, George. 1988. Contemporary Sociological Theory, New York: Alfred A
Knopft
Sabit, M & Al- fandi. 1997. Dairat ma`arif al islamiyah. Tehiran : intisyitat
jahanam
Zainuri, ahmad. 2014. Jurnal Kajian Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, Surabaya:
Tasamuh
Zuhri, M. saifuddin. 2011. Tarekat Syadziliyah dalam Perspektif Perilaku Perubahan
Sosial Yogyakarta: Teras,

22

Anda mungkin juga menyukai