a. Menanyakan tentang salah satu dari dua hal atau lebih dalam rangka ta’yin
(menentukan atau memilih jawaban), contohnya :
ِ سافِر أ َ ْم َح
امد؟ َ أ َ زَ يْد ُم
Pertanyaan diatas dijawab dengan cara menentukan atau memilih antara : زَ يْدatau امد
ِ َح.
Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
سافَ َر َز ْي ٌد
َ
Maka untuk menanyakan tentang hal itu dengan menggunakan : (أapakah) ada dua
bentuk, yaitu :
َ َأ
سافَ َر زَ يْد؟
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
َ ، نَعَ ْم: ya , Zaid telah bersafar, atau disingkat dengan : نَعَ ْمsaja.
1. سافَ َر زَ يْد
َ ُ لَ ْم ي، َْل: tidak, Zaid tidak bersafar, atau disingkat dengan : َْلsaja.
2. سافِ ْر زَ يْد
َ ُأ َ لَ ْم ي
سافِ ْر زَ يْد؟
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
َ ُ لَ ْم ي، نَ َع ْم: ya , Zaid (memang) tidak bersafar, atau disingkat dengan : نَ َع ْم
1. سا ِف ْر زَ يْد
saja.
َ ، َبلَى: tidak begitu, (bahkan) Zaid bersafar, atau disingkat dengan : > َبلَى
2. سافَ َر زَ يْد
saja.
سافِ ْر
َ ُي: fi’il mudhari’ / majzum / bis sukun.
ُأ َ زَ ْيد
Catatan :
1. Jumlah Ismiyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan isim, contoh : ُْال َولَد
َجا ِلسdan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat
sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
1. Mubtada`
2. Khabar
3. Jumlah Fi’iliyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan fi’il, contoh : س َ َج َل
ْ
ُال َو َلدdan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat
sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
1. Fi’il
2. Faa’il
Hamzah qotho’ bentuknya seperti bentuk kepala Ain ( ) ء ;أyaitu berupa hamzah yang
selalu diucapkan dengan ber-harokat fathah, dhommah atau kasroh. Tidak gugur
pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau ditengah-tengah kalimat. Dan tidak
gugur sekalipun berada diantara dua kalimat yang tersambung, tertulis di atas Alif
bilamana berharokat fathah atau dhommah, dan dibawah Alif bilamana berharokat
kasroh.
Contoh berikut ini, mungkin akan memperjelas pemahaman tentang Hamzah qotho’.
Huruf yang ditampilkan dengan warna biru, itulah yang disebut dengan Hamzah qotho’.
Sementara itu huruf yang ditampilkan dengan warna hijau disebut dengan Alif,
sedangkan huruf berwarna merah disebut sebagai Hamzah washol.
Hamzah Washal ini dari sisi Nuthq (pembunyiannya) ada dua macam :
- Tertulis (dalam bentuk huruf alif) dan berbunyi à, i, u, ini berlaku jika Hamzah
Washal tidak didahului oleh kalimah lain, contohnya :
اِ ْستِ ْغفَار – اِ ْست َ ْغ ِف ْر – اِ ْست َ ْغ َف َر
Dibaca : istaghfara – istaghfir – istighfaarun.
- Tertulis (dalam bentuk huruf alif) tapi tidak berbunyi à,i atau u, ini berlaku jika
Hamzah Washal didahului oleh kalimah lain, contohnya :
َو ا ْست َ ْغفَ َر – َو ا ْست َ ْغ ِف ْر – َو ا ْس ِت ْغفَار
Jadi yang berbunyi disini adalah : harakat kalimah sebelum hamzah, yaitu kata : َو
(waw), Sehingga dibaca : wastaghfara – wastaghfir – wastighfaarun. Dan tidak dibaca :
wa istaghfara – wa istaghfir – wa istighfaarun.
- Satu jenis huruf , yaitu : (الAliif Laam Ta’riif), contoh : hamzah pada kalimah :
اب
ُ َ الـْـــ ِكتـ
Untuk harakat hamzah washal, maka : jika kalimah tersebut tidak didahului oleh
kalimah lain, maka hamzah washal berbunyi fathah, jadi اب
ُ َ الـْـــ ِكتـdibaca : al kitaabu.
ْ )اجْ ِل, Khumaasiy ( )اجْ ت َِم ْع, Sudaasiy ()ا ْست َ ْغ ِف ْر.
1. Fi’il Amr : Tsulaatsiy (س
2. Fi’il Maadhi : Khumaasiy ( )اجْ ت َ َم َع, Sudaasiy ( )ا ْست َ ْغفَ َر.
- Setiap Mashdar yang yang berasal dari fi’il-fi’il : Khumaasy ( )اجْ ِت َماع, Sudaasiy
( )ا ْس ِت ْغفَار.
Catatan : Pada point ke-3 dan ke-4 : Untuk harakat hamzah washal, maka : jika kalimah-
kalimah tersebut ini tidak didahului oleh kalimah lain, maka hamzah washal berbunyi
kasroh.
َه ْم َزةُ ا ْلقَ ْط ِعHamzah Qatha’ adalah : Hamzah yang terletak diawal kata, tertulis dan selalu
berbunyi (baik jika kalimah yang berhamzah qatha’ tersebut tidak didahului oleh
kalimah lain, maupun jika ia didahului oleh kalimah lain), contohnya :
إِ ْخ َراج – أ َ ْخ ِرجْ – أ َ ْخ َر َج
Artinya : mengeluarkan – keluarkanlah (olehmu)! – pengeluaran