Anda di halaman 1dari 12

Hamzah Istifham

(ma’nanya : “opo tho”)

 ‫ستِ ْف َه ِام‬ ِ ْ ُ‫ َه ْم َزة‬Hamzah Istifham : Hamzah yang dipakai untuk


ْ ‫اْل‬

a. Menanyakan tentang salah satu dari dua hal atau lebih dalam rangka ta’yin
(menentukan atau memilih jawaban), contohnya :

ِ ‫سافِر أ َ ْم َح‬
‫امد؟‬ َ ‫أ َ زَ يْد ُم‬

– Artinya : “apakah Zaid yang bersafar ataukah Hamid?”.

Pertanyaan diatas dijawab dengan cara menentukan atau memilih antara : ‫زَ يْد‬atau ‫امد‬
ِ ‫ َح‬.
Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

َ ‫أ‬: harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.


َ mubtada` / marfu’ / bidh dhammah.
‫ز ْي ٌد‬:
‫سافِ ٌر‬ َ ‫ ُم‬: khabar / marfu’ / bidh dhammah.
‫أ َ ْم‬: harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
ِ ‫ َح‬: ma’thuf ‘ala ‫زَ يْد‬/ marfu’ / bidh dhammah.
‫امد‬

b. Menanyakan tentang isnad (rangkaian jumlah mufidah), misalnya kita ingin


menanyakan tentang jumlah jumlah mufidah berikut ini :

‫سافَ َر َز ْي ٌد‬
َ

Artinya : “Zaid telah bersafar”.

Maka untuk menanyakan tentang hal itu dengan menggunakan : ‫(أ‬apakah) ada dua
bentuk, yaitu :

*bentuk ke-1 (Hamzah tanpa diiringi harfu nafi) , contoh :

َ َ‫أ‬
‫سافَ َر زَ يْد؟‬

– Artinya : “apakah Zaid telah bersafar?”.

Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
َ ، ‫نَعَ ْم‬: ya , Zaid telah bersafar, atau disingkat dengan : ‫نَعَ ْم‬saja.
1. ‫سافَ َر زَ يْد‬
َ ُ‫ لَ ْم ي‬، َ‫ْل‬: tidak, Zaid tidak bersafar, atau disingkat dengan : َ‫ْل‬saja.
2. ‫سافِ ْر زَ يْد‬

– Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

َ ‫أ‬: harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.


‫سافَ َر‬
َ : fi’il madhi / mabniy / ‘alal fath.
َ fa’il / marfu’ / bidh dhammah.
‫ز ْي ٌد‬:

*bentuk ke-2 (Hamzah + huruf nafi), contoh :

َ ُ‫أ َ لَ ْم ي‬
‫سافِ ْر زَ يْد؟‬

– Artinya : “tidakkah Zaid bersafar?”.

Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :

َ ُ‫ لَ ْم ي‬، ‫نَ َع ْم‬: ya , Zaid (memang) tidak bersafar, atau disingkat dengan : ‫نَ َع ْم‬
1. ‫سا ِف ْر زَ يْد‬
saja.
َ ، ‫ َبلَى‬: tidak begitu, (bahkan) Zaid bersafar, atau disingkat dengan : > ‫َبلَى‬
2. ‫سافَ َر زَ يْد‬
saja.

– Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

َ ‫أ‬: harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.


‫لَ ْم‬: harfu nafi wa jazm / mabniy / ‘alas sukun.

‫سافِ ْر‬
َ ُ‫ي‬: fi’il mudhari’ / majzum / bis sukun.

َ fa’il / marfu’ / bidh dhammah.


‫ز ْي ٌد‬:
ِ ‫َاء ِل ْلقَ ِر ْي‬
‫ب‬ ِ ‫َه ْم َزةُ النِد‬

Hamzah Nida` Lil Qarib

 ِ ‫َاء ِل ْلقَ ِر ْي‬


‫ب‬ ِ ‫ َه ْم َزةُ النِد‬Hamzah Nida` Lil Qarib : Hamzah yang digunakan untuk
memanggil seseorang yang berada dekat dengan sipemanggil, contohnya :

ُ‫أ َ زَ ْيد‬

– Artinya : “wahai zaid”.

– Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

َ ‫أ‬: harfu nida` lil qarib / mabni / ‘alal fath.


ُ‫زَ ْيد‬: munada / mabniy / ‘aladh dhamm / fi mahalli nashb (maf’ul bihi).

Catatan :

Perlu diketahui bahwa Jumlah Mufidah itu ada dua macam :

1. Jumlah Ismiyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan isim, contoh : ُ‫ْال َولَد‬
‫ َجا ِلس‬dan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat
sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
1. Mubtada`
2. Khabar
3. Jumlah Fi’iliyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan fi’il, contoh : ‫س‬ َ ‫َج َل‬
ْ
ُ‫ال َو َلد‬dan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat
sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
1. Fi’il
2. Faa’il

Hamzah qotho’ ( ‫) ء ;أ‬

Hamzah qotho’ bentuknya seperti bentuk kepala Ain ( ‫ ) ء ;أ‬yaitu berupa hamzah yang
selalu diucapkan dengan ber-harokat fathah, dhommah atau kasroh. Tidak gugur
pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau ditengah-tengah kalimat. Dan tidak
gugur sekalipun berada diantara dua kalimat yang tersambung, tertulis di atas Alif
bilamana berharokat fathah atau dhommah, dan dibawah Alif bilamana berharokat
kasroh.

Contoh berikut ini, mungkin akan memperjelas pemahaman tentang Hamzah qotho’.
Huruf yang ditampilkan dengan warna biru, itulah yang disebut dengan Hamzah qotho’.
Sementara itu huruf yang ditampilkan dengan warna hijau disebut dengan Alif,
sedangkan huruf berwarna merah disebut sebagai Hamzah washol.

Hamzah Washol ( ‫)ﭐ‬


Hamzah Washol, bentuknya seperti bentuk kepala shod ( ‫)ﭐ‬, adalah huruf hamzah yang
apabila berada paling awal ia dibaca dan berbunyi a, i dan u dan ketika ada ditengah
tidak terbaca. Hamzah Washol adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai perantara atau
penyambung kepada pengucapan huruf mati atau sukun yang berada setelahnya.
Hamzah Washol terdapat pada kalimah fi’il, kalimah isim maupun kalimah huruf.
Hamzah Washol berada di dua tempat. Ia muncul sebagai tanda kata benda bersamaan
dengan huruf Lam (‫ ا‬dan ‫ )ل‬ia selalu dibaca “a”. Ia juga muncul sebagai tanda kata
kerja perintah (fi’il amr), dan ia dibaca dengan bunyi “i” atau “u”.
Contoh Hamzah washol yang dibaca berbunyi “a”
Contoh Hamzah washol yang dibaca berbunyi “i”
Contoh Hamzah Washol Yang Dibaca “u”

Contoh Hamzah washol yang dibaca berbunyi “ni”


Hamzah Washol di tengah bacaan tidak dibaca, namun muncul bunyi “ni” karena
hamzah washol didah

Contoh Hamzah washol pada kata benda (isim),


selalu dibaca berbunyi “i”
Contoh berikut ini, mungkin akan memperjelas pemahaman tentang Hamzah washol.
Huruf yang ditampilkan dengan warna merah, itulah yang disebut dengan Hamzah
washol. Sementara itu huruf yang ditampilkan dengan warna hijau disebut dengan Alif,
sedangkan huruf berwarna biru disebut sebagai Hamza qotho'.
~~~~~~~~~~~~~**~~~~~~~~~~~~~

Catatan kaki: Perbedaan Antar Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’

‫ص ِل‬ْ ‫ َه َم َزةُ ا ْل َو‬Hamzah Washal


‫ص ِل‬ ْ ‫ َه َم َزةُ ا ْل َو‬Hamzah Washal adalah : Hamzah yang terletak diawal kalimat (kata-kata)
yang dimulai dengan harf saakin (huruf yang tidak berharokat/mati) dengan tujuan agar
harf saakin tersebut dapat terbaca, dan sifat Hamzah Washal ini adalah sebagai Harfu
Ziyadah (huruf tambahan).
Contohnya : huruf hamzah pada kalimat berikut ini :

‫اِ ْستِ ْغفَار – اِ ْست َ ْغ ِف ْر – اِ ْست َ ْغ َف َر‬


Artinya : memohon ampun – mohon ampunlah (kamu)! – permohonan ampun
Tujuan Hamzah Washal:
Hamzah Washal ini bertujuan untuk menghindarkan dimulainya pengucapan kalimah
(kata) dengan harf sakin (huruf yang tidak berharakat, atau biasa disebut sebagian
orang dengan huruf mati), karena semua kalimah didalam bahasa ‘Arab pengucapannya
tidak bisa dimulai dengan harf sakin.

Penulisan Hamzah Washal :


Hamzah Washal ini ditulis dalam bentuk huruf Alif (‫ )ا‬dan tidak boleh meletakkan
tanda Qatha’(‫ )ء‬baik diatas maupun dibawah huruf Alif tersebut .

Perhatikan kedua contoh dibawah!


- ٌ َ‫ستِ ْغف‬
‫ار‬ ْ ِ‫ >— ا‬benar
- ٌ َ‫ستِ ْغف‬
‫ار‬ ْ ‫ >— إ‬salah

Cara Membunyikan Hamzah Washal ;

Hamzah Washal ini dari sisi Nuthq (pembunyiannya) ada dua macam :

- Tertulis (dalam bentuk huruf alif) dan berbunyi à, i, u, ini berlaku jika Hamzah
Washal tidak didahului oleh kalimah lain, contohnya :
‫اِ ْستِ ْغفَار – اِ ْست َ ْغ ِف ْر – اِ ْست َ ْغ َف َر‬
Dibaca : istaghfara – istaghfir – istighfaarun.

- Tertulis (dalam bentuk huruf alif) tapi tidak berbunyi à,i atau u, ini berlaku jika
Hamzah Washal didahului oleh kalimah lain, contohnya :
‫َو ا ْست َ ْغفَ َر – َو ا ْست َ ْغ ِف ْر – َو ا ْس ِت ْغفَار‬
Jadi yang berbunyi disini adalah : harakat kalimah sebelum hamzah, yaitu kata : ‫َو‬
(waw), Sehingga dibaca : wastaghfara – wastaghfir – wastighfaarun. Dan tidak dibaca :
wa istaghfara – wa istaghfir – wa istighfaarun.

Tempat-tempat Hamzah Washal , Washal berada pada :

- Sebagian Isim tertentu, yaitu :


ِ ‫َان – اثْنَت‬
‫َان‬ ِ ‫ا ْس ْم – ابْن – ا ْبنَة – ْام ُرؤ – ْام َرأَة – اثْن‬
Untuk harakat hamzah washal, maka : jika kalimah-kalimah tersebut tidak didahului
oleh kalimah lain, maka hamzah washal berbunyi kasroh.

- Satu jenis huruf , yaitu : ‫(ال‬Aliif Laam Ta’riif), contoh : hamzah pada kalimah :
‫اب‬
ُ َ ‫الـْـــ ِكتـ‬
Untuk harakat hamzah washal, maka : jika kalimah tersebut tidak didahului oleh
kalimah lain, maka hamzah washal berbunyi fathah, jadi ‫اب‬
ُ َ ‫الـْـــ ِكتـ‬dibaca : al kitaabu.

- Setiap Fi’il berikut :

ْ ‫ )اجْ ِل‬, Khumaasiy ( ‫)اجْ ت َِم ْع‬, Sudaasiy (‫)ا ْست َ ْغ ِف ْر‬.
1. Fi’il Amr : Tsulaatsiy (‫س‬
2. Fi’il Maadhi : Khumaasiy (‫ )اجْ ت َ َم َع‬, Sudaasiy (‫ )ا ْست َ ْغفَ َر‬.

- Setiap Mashdar yang yang berasal dari fi’il-fi’il : Khumaasy (‫ )اجْ ِت َماع‬, Sudaasiy
(‫ )ا ْس ِت ْغفَار‬.

Catatan : Pada point ke-3 dan ke-4 : Untuk harakat hamzah washal, maka : jika kalimah-
kalimah tersebut ini tidak didahului oleh kalimah lain, maka hamzah washal berbunyi
kasroh.

‫ َه ْم َزةُ ا ْلقَ ْط ِع‬Hamzah Qatha’

‫ َه ْم َزةُ ا ْلقَ ْط ِع‬Hamzah Qatha’ adalah : Hamzah yang terletak diawal kata, tertulis dan selalu
berbunyi (baik jika kalimah yang berhamzah qatha’ tersebut tidak didahului oleh
kalimah lain, maupun jika ia didahului oleh kalimah lain), contohnya :
‫إِ ْخ َراج – أ َ ْخ ِرجْ – أ َ ْخ َر َج‬
Artinya : mengeluarkan – keluarkanlah (olehmu)! – pengeluaran

Anda mungkin juga menyukai