PENDAHULUAN
1
spiritual diperlukan oleh pasien dan keluarga dalam mencari arti dari
peristiwa kehidupan yang dihadapi termasuk penderitaan karena sakit dan
merasa tetap dicintai oleh sesama manusia dan tuhan.
Hal ini dapat dimengerti karena pasien di rumah sakit trutama pasien
rawat inap bukan hanya menderita berbagai penyakit fisik akan tetapi
mereka juga mengalami berbagai tekanan dan gangguan mental spiritual
dariyang ringan sampai yang berat sebagai akibat dari penyakit yang
dideritanya (priyanto, 2009)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Distress Spiritual ?
2. Bagaimana etiologi dari Distress Spiritual ?
3. Bagaimana karakteristik dari Distress Spiritual ?
4. Apa saja Tanda dan Gejala dari Distress Spiritual ?
5. Bagaimana Mekanisme Koping Distres Spiritual ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien distress spiritual ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi asuhan
keperawatan distres spritual.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari distress spiritual
b. Untuk mengetahui etiologi dari distress spiritual
c. Untuk mengetahui karakteristik dari Distress Spiritual
d. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Distress Spiritual
e. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Distres Spiritual ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang
untuk sembuh. Selama sakit atau kehilangan, misalnya saja, individu
merasa kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung
pada orang lain. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan
seseorang mencari makna tentang apa yang terjadi, dan dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terasing. Untuk itu
diharapkan perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses
keperawatan (Potter & Perry, 2004).
4
keagamaan ( seperti pembatasan perawatan intensif, kurangnya privasi,
kurang tersedianya makanan atau diet khusus), keyakinan yang
ditentang keluarga, teman sebaya; dan yang berhubungan dengan
perpisahan orang yang dicintai. (Rahayu Winarti,2016)
7. Kecacatan akibat kecelakaan atau bencana alam atau buatan manusia
8. Kehilangan orang yang berarti atau harta benda akibat bencana
9. Gangguan akibat kerusakan atau hilangnya potensi atau situasi
lingkungan yang selama ini akrab dengan pasien
5
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdoa
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
6
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi
positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi
spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,
petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor,
dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu
seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual
dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
7
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap
stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull).
Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional
adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau
memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan
sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir
dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu
kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian
lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan
kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk
mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam
mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang
bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV
akan melakukan aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya
tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat
anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan
istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-obatan yang
memperparah keadan sakitnya.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji
adanya indikator langsung status spiritual pasien dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah anda merasa keimanan anda dapat membantu anda?
Dengan cara apa keimanan tersebut penting bagi anda saat ini?
b. Bagaiman saya dapat membantu anda menjalankan keimanan
anda? Misalnya, apakah anda ingin saya membacakan buku doa
untuk anda?
c. Apakah anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual
atau layanan keagamaan dari rumah sakit?
d. Tolong beri tahu saya tentang aktivitas agama tertentu yang
penting bagi anda?
2. Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap status spiritual pasien
dengan melakukan langkah berikut :
a. Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati buku-
buku yang ada disamping tempat tidur atau program telivisi
yang dilihat pasien. Juga catat apakah kehidupan pasien tampak
memiliki arti, nilai, dan tujuan.
b. Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah
Tuhan dalam arti tradisional, anggota kluarga, atau kekuatan
bersumber dari dalam dirinya? Catat siapa yang paling banyak
diperbincangkan oleh pasien, atau tanyakan, Siapa yang
penting bagi anda?
c. Amati apakah pasien sedang berdoa ketika anda memasuki
ruangan, sebelum makan, atau saat tindakan.
d. Amati barang-barang, seperti litratur keagamaan,rosario, kartu
ucapan semoga lekas sembuh yang bersifat keagamaan
disamping tempat tidur pasien.
9
e. Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan
antara kepercayaan spiritual dan kondisi kesehatannya, terutama
untuk pernyataan seperti, mengapa Tuhan membiarkan hal ini
menimpa saya? atau Jika saya beriman, saya pasti akan
sembuh.
10
kesehatan akhir kehidupan 7. Memfasilitasi lain
spiritual, yang 4. Keterlibatan peningkatan mengklarifikasi
dibuktikan sosial: interaksi sosialisasi pada nilai yang mereka
oleh indikator sosial dengan klien anut untuk
berikut (sebut- individu, 8. Memfasilitasi memfasilitasi
kan 1-5: kelompok, atau pertumbuhan pengambilan
gangguan organisasi spiritual pada klien keputusan yang
ekstrem, berat, 5. Kesehatan 9. Memberikan efektifv
sedang, spiritual: dukungan spiritual 4. Memberi
ringan, atau hubungan dengan pada klien ketenangan,
tidak ada diri sendiri, orang penerimaan, dan
gangguan): lain, Tuhan, dukungan saat
1. Arti dan seluruh stres
tujuan kehidupan, alam, 5. Memfasilitasi
hidup dan semesta, perkembangan
2. Pencapaian yang sikap positif pada
pandangan meningkatkan situasi tertentu
dunia transendensi diri 6. Meningkatkan
spiritual serta kenyamanan fisik
3. Kemampua memberdayakan dan kedamaian
n untuk diri psikologis pada
mencintai tahap akhir hidup
dan 7. Memfasilitasi
memaafkan kemampuan
4. Kemampua orang lain untuk
n untuk berinteraksi
berdoa dan dengan orang lain
beribadah 8. Memfasilitasi
5. Interaksi pertumbuhan
dengan kapasitas pasien
pimpinan untuk
spiritual mengidentifikasi,
11
6. Hubungan berhubungan
dengan diri dengan, dan
sendiri memanggil
sumber makna,
3. Klien akan: tujuan,
1. Klien akan kenyamanan,
memahami kekuatan, dan
bahwa harapan dalam
penyakit hidup mereka
adalah 9. Membantu pasien
suatu untuk merasakan
tantangan seimbang dan
terhadap terhubung dengan
sistem tuhan
keyakinan
2. Memhami
bahwa
terapi
bertentanga
n dengan
sistem
kepercayaa
n
3. Menunjukk
an teknik
koping
untuk
menghadap
i distress
spiritual
4. Mengungka
pkan
12
penerimaan
terhadap
keterbatasa
n ikatan
budaya atau
keagamaan
5. Mendisuksi
kan praktik
dan keluhan
spiritual
4. Klien yang
menjelang ajal
akan:
1. Mengungka
pkan
penerimaan
atau
kesiapan
menghadap
i kematian
2. Berbahagia
dengan
hubungan
sebelumnya
3. Mengungka
pkan kasih
sayang
terhadap
orang
terdekat
13
C. Evaluasi
1. Pasien selalu menujukkan harapan, yang dibuktikan dengan
mengungkapkan keyakinan, arti hidup, kedamaian diri.
2. Pasien menunjukkan tidak ada gangguan kesehatan spiritual
yang dibuktikan dengan mampu untuk mencintai dan
memaafkan, mampu untuk berdoa dan beribadah.
3. Pasien mampu memahami bahwa penyakit adalah suatu
tantangan terhadap sistem keyakinan.
4. Pasien mampu memahami bahwa terapi bertentangan dengan
sistem kepercayaan.
5. Pasien mampu menunjukkan teknik koping untuk menghadapi
distress spiritual.
6. Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap
keterbatasan ikatan budaya atau keagamaan.
7. Pasien mampu mendiskusikan praktik dan keluhan spiritual.
8. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan penerimaan
atau kesiapan menghadapi kematian.
9. Pasien yang menjelang ajal mampu berbahagia dengan
hubungan sebelumnya.
10. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan kasih
sayang terhadap orang terdekat.
D. Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan dengan distres spiritual
adalah berfokus pada kemampuan pasien, keluarga, dan perawat
yang menangani pasien dan keluarganya. Berikut ini adalah format
dokumentasi asuhan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat pasien
dan keluarga dengan distres spritual.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritualitas adalah dimensi manusia, dan dengan demikian
dimensi praktek Keperawatan. Fokus pada tanggung jawab perawat
untuk menyediakan kerohanian meliputi penilaian, diagnosis,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Ini adalah langkah-langkah yang
mendefinisikan proses keperawatan, yang merupakan scien- tific metode
pelayanan keperawat adalah diterapkan dalam praktek.
Distres spiritual adalah suatu gangguan yaang berhubungan
dengan prinsip kehidupan, keyakinan, kepercayaan atau keagamaan
pasien yang menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual akibat
masalah-masalah fisik atau psikososial yan dialami (Dochterman, 2004).
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC
Potter, P.A., & Perry, A.G. 2004. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
16