Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiapmanusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan
dengan tuhannya punsemakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi
sakit menjadi lemah dalam segala hal,tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta.
Dalampelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus
memiliki peran utama dalammemenuhi kebutuhan spiritual. Perawat
dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebihpada saat pasien akan
dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian,terdapat
keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana
kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan
tidak hanya berupa aspek biologis,tetapi juga aspek spiritual. Aspek
spiritual dapat membantu membangkitkan semangatpasien dalam proses
penyembuhan (asmadi, 2008)
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas merupakan hal yang tidak bisa
diabaikan. Kebutuhan spiritualitas telah terbukti dapat memberikan
kekuatan pada pasien pada saat menghadapi penyakitnya. Pasien yang
dalam keadaan sakit tentu membutuhkan penguatan dan pendampingan
spiritual selama di rawat, dibutuhkan peran aktif perawat dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien selama berada di rumah sakit.
Namun pada kenyataannya kebutuhan pasien akan spiritual jarang sekali
terpenuhi oleh perawat selama pasien dirawat di rumah sakit. Keadaan ini
tentu akan mengurangi kepuasan pasien, karena salah satu dari
kebutuhannya tidak terpenuhi kebutuhan spiritual sebagai bagian dari
kebutuhan manusia secara utuh hanya dapat dipenuhi apabila perawat
dibekali dengan kemampuan memberi asuhan keperawatan dengan
memperhatikan aspek spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan
holistik pasien sebagai mahluk yang utuh dan unik. Pemenuhan kebutuhan

1
spiritual diperlukan oleh pasien dan keluarga dalam mencari arti dari
peristiwa kehidupan yang dihadapi termasuk penderitaan karena sakit dan
merasa tetap dicintai oleh sesama manusia dan tuhan.
Hal ini dapat dimengerti karena pasien di rumah sakit trutama pasien
rawat inap bukan hanya menderita berbagai penyakit fisik akan tetapi
mereka juga mengalami berbagai tekanan dan gangguan mental spiritual
dariyang ringan sampai yang berat sebagai akibat dari penyakit yang
dideritanya (priyanto, 2009)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Distress Spiritual ?
2. Bagaimana etiologi dari Distress Spiritual ?
3. Bagaimana karakteristik dari Distress Spiritual ?
4. Apa saja Tanda dan Gejala dari Distress Spiritual ?
5. Bagaimana Mekanisme Koping Distres Spiritual ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien distress spiritual ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi asuhan
keperawatan distres spritual.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari distress spiritual
b. Untuk mengetahui etiologi dari distress spiritual
c. Untuk mengetahui karakteristik dari Distress Spiritual
d. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Distress Spiritual
e. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Distres Spiritual ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Distress Spiritual


Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami
dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang
lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(EGC, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan
dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan
diintegrasikan biologis dan psikososial (EGC, 2011). Dengan kata lain kita
dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.
Monod (2012) menyatakan distres spiritual muncul ketika
kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghadapi
penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada Tuhan.
Distres spiritual dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri
sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya (Mesnikoff, 2002 dalam
Hubbell et al, 2006).
Kozier (2004) juga mengidentifikasi beberapa faktor yang
berhubungan dengan distres spiritual seseorang meliputi masalah-masalah
fisiologis antara lain diagnosis penyakit terminal, penyakit yang
menimbulkan kecacatan atau kelemahan, nyeri, kehilangan organ atau
fungsi tubuh atau kematian bayi saat lahir, masalah terapi atau pengobatan
antara lain anjuran untuk transfusi darah, aborsi, tindakan pembedahan,
amputasi bagian tubuh dan isolasi, masalah situasional antara lain
kematian atau penyakit pada orang-orang yang dicintai, ketidakmampuan
untuk melakukan praktek spiritual (Carpenitto, 2002 dalam
Kozier et al, 2004). Karakteristik pasien yang mengalami distres
spiritual menurut Dover (2001) antara lain: pasien putus asa, tidak
memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap dirinya dijauhi Tuhan, dan
tidak melakukan kegiatan ibadah. Ketika sakit, kehilangan atau nyeri

3
menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang
untuk sembuh. Selama sakit atau kehilangan, misalnya saja, individu
merasa kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung
pada orang lain. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan
seseorang mencari makna tentang apa yang terjadi, dan dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terasing. Untuk itu
diharapkan perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses
keperawatan (Potter & Perry, 2004).

B. Etiologi Distres Spiritual


Adapun etiologi distres spiritual adalah :
1. Ketidaksiapan menghadapi kematian dan pengalaman kehidupan
setelah kematian, Kehilangan agama yang merupakan dukungan utama
( merasa ditinggalkan oleh Tuhan), Kegagalan individu untuk hidup
sesuai dengan ajaran agama, Ketidakmampuan individu untuk
merekonsiliasi penyakit dengan keyakinan spiritual(Achir Yani H,
2008)
2. Ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman
terhadap integritas(Potter & Perry, 2005 dalam Grace Yopi, 2013).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual individu (Craven &Hirnle,2009
dalam Hendra saputra,2014)
4. Terkait dengan patofisiologi tantangan pada sistem keyakinan atau
perpisahan dari ikatan spiritual sekunder karena berbagai akibat,
misalnya kehilangan bagian atau fungsi tubuh; penyakit terminal;
penyakit yang membuat kondisi lemah;nyeri;trauma; dan keguguran
atau kelahiran mati. (Rahayu Winarti,2016)
5. Hal hal terkait dengan konflik antara program atau tindakan yang
ditentukan oleh keyakinan, meliputi : aborsi, isolasi, pembedahan,
amputasi, tranfusi darah, pengobatan, pembatasan diet, dan prosedur
medis. (Rahayu Winarti,2016)
6. Hal yang berkaitan dengan situasional, kematian atau penyakit dari
orang terdekat; keadaan yang memalukan pada saat melakukan ritual

4
keagamaan ( seperti pembatasan perawatan intensif, kurangnya privasi,
kurang tersedianya makanan atau diet khusus), keyakinan yang
ditentang keluarga, teman sebaya; dan yang berhubungan dengan
perpisahan orang yang dicintai. (Rahayu Winarti,2016)
7. Kecacatan akibat kecelakaan atau bencana alam atau buatan manusia
8. Kehilangan orang yang berarti atau harta benda akibat bencana
9. Gangguan akibat kerusakan atau hilangnya potensi atau situasi
lingkungan yang selama ini akrab dengan pasien

C. Karakteristik Distres Spiritual


Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat
hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
4) Penerimaan
5) Cinta
6) Memaafkan diri sendiri
7) Keberanian
b. Marah
c. Kesalahan
d. Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam

5
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdoa
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien distres spiritual
(melalui wawancara)adalah:
1. Selalu menanyakan kebenaran keyakinan yang dianutnya (contohnya
pasien kurang atau tidak yakin lagi dengan nilai yang selama ini
dianutnya).
2. Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau nilai yang dianutnya
3. Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukannya secara rutin
4. Perasaan ragu terhadap nilai atau keyakinan yang dimilikinya
5. Menyatakan perasaan tidak ingin hidup
6. Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan yang
dimilikinya
7. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan
8. Mengekspresikan perasaan marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini,
penderitaan atau kematian.

E. Mekanisme Koping Distres Spiritual


Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi
distres spiritual:
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan
pada kepentingan orang lain.

6
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi
positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi
spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,
petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor,
dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu
seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual
dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth


menguraikan yang positif (Teknik Koping) dalam menghadapi stress,
yaitu:
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)
Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan
individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan
situasi dan lingkungan (Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di
bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting,
diantaranya adalah:
a. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana
teori dari Colleys looking-glass self: rasa percaya diri, dan
kemampuan untuk mengatasi masalah yg dihadapi.
b. Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri
dan situasi (internal control) dan external control (bahwa
kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar)
sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya
(looking for silver lining).

7
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap
stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull).
Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional
adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau
memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan
sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir
dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu
kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian
lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan
kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk
mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam
mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang
bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV
akan melakukan aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya
tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat
anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan
istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-obatan yang
memperparah keadan sakitnya.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji
adanya indikator langsung status spiritual pasien dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah anda merasa keimanan anda dapat membantu anda?
Dengan cara apa keimanan tersebut penting bagi anda saat ini?
b. Bagaiman saya dapat membantu anda menjalankan keimanan
anda? Misalnya, apakah anda ingin saya membacakan buku doa
untuk anda?
c. Apakah anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual
atau layanan keagamaan dari rumah sakit?
d. Tolong beri tahu saya tentang aktivitas agama tertentu yang
penting bagi anda?
2. Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap status spiritual pasien
dengan melakukan langkah berikut :
a. Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati buku-
buku yang ada disamping tempat tidur atau program telivisi
yang dilihat pasien. Juga catat apakah kehidupan pasien tampak
memiliki arti, nilai, dan tujuan.
b. Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah
Tuhan dalam arti tradisional, anggota kluarga, atau kekuatan
bersumber dari dalam dirinya? Catat siapa yang paling banyak
diperbincangkan oleh pasien, atau tanyakan, Siapa yang
penting bagi anda?
c. Amati apakah pasien sedang berdoa ketika anda memasuki
ruangan, sebelum makan, atau saat tindakan.
d. Amati barang-barang, seperti litratur keagamaan,rosario, kartu
ucapan semoga lekas sembuh yang bersifat keagamaan
disamping tempat tidur pasien.

9
e. Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan
antara kepercayaan spiritual dan kondisi kesehatannya, terutama
untuk pernyataan seperti, mengapa Tuhan membiarkan hal ini
menimpa saya? atau Jika saya beriman, saya pasti akan
sembuh.

B. Rencana tindakan keperawatan

No Diagno Tujuan/Kriteri Hasil NOC Intervensi NIC Rasionalisasi


. sa a Hasil
Kepera
watan
1. Distress 1. Klien 1. Kualitas hidup: 1. Meningkatan 1. Membantu pasien
spiritua menunjukkan tingkat persepsi koping klien untuk beradaptasi
l harapan, yang positif tentang 2. Memberi dengan stressor,
dibuktikan situasi hidup saat dukungan kepada perubahan, atau
oleh indikator ini klien dan keluarga ancaman yang
berikut 2. Harapan: dalam membuat dialami dan
(sebutkan 1-5: optimisme yang keputusan menggangu
tidak pernah, secara pribadi 3. Mengklarifikasi pemenuhan
jarang, memuaskan serta nilai dalam tuntutan dan
kadang- mendukung pengambilan peran dalam
kadang, hidup keputusan kehidupan
sering, atau 3. Pengakhiran 4. Memberi 2. Memberikan
selalu): kehidupan yang dukungan emosi informasi dan
mengungkapk bermartabat: kepada klien dukungan untuk
an keyakinan, tindakan pribadi 5. Memfasilitasi pasien yang
arti hidup, untuk penumbuhan membuat
kedamaian diri mempertahankan harapan pada klien keputusan terkait
kendali dan 6. Melakukan perawatan
2. Klien kenyamanan perawatan kesehatan
menunjukkan dalam mendekati menjelang ajal 3. Membantu orang

10
kesehatan akhir kehidupan 7. Memfasilitasi lain
spiritual, yang 4. Keterlibatan peningkatan mengklarifikasi
dibuktikan sosial: interaksi sosialisasi pada nilai yang mereka
oleh indikator sosial dengan klien anut untuk
berikut (sebut- individu, 8. Memfasilitasi memfasilitasi
kan 1-5: kelompok, atau pertumbuhan pengambilan
gangguan organisasi spiritual pada klien keputusan yang
ekstrem, berat, 5. Kesehatan 9. Memberikan efektifv
sedang, spiritual: dukungan spiritual 4. Memberi
ringan, atau hubungan dengan pada klien ketenangan,
tidak ada diri sendiri, orang penerimaan, dan
gangguan): lain, Tuhan, dukungan saat
1. Arti dan seluruh stres
tujuan kehidupan, alam, 5. Memfasilitasi
hidup dan semesta, perkembangan
2. Pencapaian yang sikap positif pada
pandangan meningkatkan situasi tertentu
dunia transendensi diri 6. Meningkatkan
spiritual serta kenyamanan fisik
3. Kemampua memberdayakan dan kedamaian
n untuk diri psikologis pada
mencintai tahap akhir hidup
dan 7. Memfasilitasi
memaafkan kemampuan
4. Kemampua orang lain untuk
n untuk berinteraksi
berdoa dan dengan orang lain
beribadah 8. Memfasilitasi
5. Interaksi pertumbuhan
dengan kapasitas pasien
pimpinan untuk
spiritual mengidentifikasi,

11
6. Hubungan berhubungan
dengan diri dengan, dan
sendiri memanggil
sumber makna,
3. Klien akan: tujuan,
1. Klien akan kenyamanan,
memahami kekuatan, dan
bahwa harapan dalam
penyakit hidup mereka
adalah 9. Membantu pasien
suatu untuk merasakan
tantangan seimbang dan
terhadap terhubung dengan
sistem tuhan
keyakinan
2. Memhami
bahwa
terapi
bertentanga
n dengan
sistem
kepercayaa
n
3. Menunjukk
an teknik
koping
untuk
menghadap
i distress
spiritual
4. Mengungka
pkan

12
penerimaan
terhadap
keterbatasa
n ikatan
budaya atau
keagamaan
5. Mendisuksi
kan praktik
dan keluhan
spiritual

4. Klien yang
menjelang ajal
akan:
1. Mengungka
pkan
penerimaan
atau
kesiapan
menghadap
i kematian
2. Berbahagia
dengan
hubungan
sebelumnya
3. Mengungka
pkan kasih
sayang
terhadap
orang
terdekat

13
C. Evaluasi
1. Pasien selalu menujukkan harapan, yang dibuktikan dengan
mengungkapkan keyakinan, arti hidup, kedamaian diri.
2. Pasien menunjukkan tidak ada gangguan kesehatan spiritual
yang dibuktikan dengan mampu untuk mencintai dan
memaafkan, mampu untuk berdoa dan beribadah.
3. Pasien mampu memahami bahwa penyakit adalah suatu
tantangan terhadap sistem keyakinan.
4. Pasien mampu memahami bahwa terapi bertentangan dengan
sistem kepercayaan.
5. Pasien mampu menunjukkan teknik koping untuk menghadapi
distress spiritual.
6. Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap
keterbatasan ikatan budaya atau keagamaan.
7. Pasien mampu mendiskusikan praktik dan keluhan spiritual.
8. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan penerimaan
atau kesiapan menghadapi kematian.
9. Pasien yang menjelang ajal mampu berbahagia dengan
hubungan sebelumnya.
10. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan kasih
sayang terhadap orang terdekat.

D. Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan dengan distres spiritual
adalah berfokus pada kemampuan pasien, keluarga, dan perawat
yang menangani pasien dan keluarganya. Berikut ini adalah format
dokumentasi asuhan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat pasien
dan keluarga dengan distres spritual.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritualitas adalah dimensi manusia, dan dengan demikian
dimensi praktek Keperawatan. Fokus pada tanggung jawab perawat
untuk menyediakan kerohanian meliputi penilaian, diagnosis,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Ini adalah langkah-langkah yang
mendefinisikan proses keperawatan, yang merupakan scien- tific metode
pelayanan keperawat adalah diterapkan dalam praktek.
Distres spiritual adalah suatu gangguan yaang berhubungan
dengan prinsip kehidupan, keyakinan, kepercayaan atau keagamaan
pasien yang menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual akibat
masalah-masalah fisik atau psikososial yan dialami (Dochterman, 2004).

B. Saran

Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam


penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan.
Untuk itu kami mengharapkan saran agar kami dapat meningkatkan
kualitas makalah yang akan dibuat selanjutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi pembaca, khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam
mempelajari keperawatan jiwa mengenai distress spiritual.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hubbell et al. 2012. Spiritual Care Practices of Nurse Practitioners in Federally


Designated non Metropolitan Areas of North Carolina. Journal of The
American Academy of Nurse Practitioners, 18, 85-91.

Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan


Klasifikasi. (2012-2014). Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC

Monod et al. 2010. Instrumen Measuring Spirituality in Clinical Research: A


Sistematic Review. Journal General Internal Medicine, 26, 1345-1357.

Pesut, B. (2008). A conversation on diverse perspectives of spirituality innursing


literature.Nursing Philosophy,9(2), 98109.

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2004. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4.
Jakarta: EGC.

Taylor, E. (2006). Prevalence and associated factors of spiritual needsamong


patients with cancer and family caregivers.Oncology NursingForum,33(4),
730735.

16

Anda mungkin juga menyukai