Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama Islam adalah agama yang lahir di negeri arab. Melalui malaikat
Jibril Allah SWT, menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. turunnya
wahyu tersebut terjadilah adanya sumber utama dalam agama islam dan sekaligus
mukjizat nabi muhammad SAW yang kekal sampai akhir zaman yaitu al-Qur’an
al-Karim. Selain al-Qur’an agama islam juga mempunyai sumber lain sebagai
rujukan, apabila didalam al-qur’an tidak dijelaskan secara lengkap, yaitu al-
Hadits. Hadits adalah sabda nabi Muhammad SAW. AL-Qur’an dan hadits tidak
bisa dipisahkan keduanya harus bersama-sama karena jika suatu masalah didalam
al-qur’an tidak menjelaskan secara lengkap dan total, maka haditslah yang akan
menjelasakannya.
Kedua sumber tersebut dalam segi bahasanya adalah menggunakan bahasa
Arab, karena agama islam sendiri lahir  di negeri arab. Oleh karena itu, itu kita
sebagai umat islam dituntuk untuk bisa berbahasa arab. Sebagai pengantar agar
kita semua bisa berbahasa arab, disini penulis akan menyebutkan beberapa kosa
kata bahasa arab tentang anggota tubuh dan sedikit membahas tentang beberapa
kaidah yang ada di dalam kaidah bahasa Arab. Yaitu isim dhomir.
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian isim dhomir?


2. Apa fungsi isim dhomir?
3. Apa jenis- jenis isim dhomir?
4. Bagaimana cara menggunaan isim dhomir ?

C. Tujuan

5. Untuk mengetahui pengertian isim dhomir


6. Untuk mengetahui fungsi isim dhomir.
7. Untuk mengetahui jenis – jenis isim dhomir.
8. Untuk mengetahui cara menggunakan isim dhomir

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian isim dhomir


Definisi Dhomir adalah lafadz yang menunjukkan arti seseorang (perkara)
yang memiliki keadaan ghoib atau hadir. Isim Dhomir menurut Zakaria (2004:39)
adalah kata ganti, baik kata ganti orang kesatu, kedua, atau ketiga. Sementara
Ni’mah (t.t:113) mendefinisikan isim dhomir sebagai Isim mabni yang
menunjukkan orang pertama (yang berbicara), atau orang kedua (yang diajak
bicara), atau orang ketiga (yang tidak hadir dalam pembicaraan)”. Dari definisi di
atas dapat disimpukan bahwa isim dhomir adalah isim yang berfungsi sebagai
kata ganti orang dalam bahasa Arab. Kata ganti orang tersebut menunjukkan
orang pertama orang dan orang ketiga .1
CATATAN :
1. Pengertian ghoib yaitu seseorang selainnya orang yang berbicara dan
selainnya orang yang diajak bicara . contoh ‫هُ َو‬  (Dia) dan  ‫هُ ْم‬ ( Mereka ).
2. Sedangkan hadir itu memiliki arti bahwa orang yang hadir, bukan
keadaan hadirnya. Dhomir hadir dibagi menjadi 2 yaitu
a. Mutakallim yaitu seseorang yang menceritakan keadaannya
sendiri. Contoh ‫َأنَا‬  ( Saya) dan   ُ‫نَحْ ن‬ ( Kami).
b. Mukhotob yaitu seseorang yang menghadapi pembicaraan
( orang kedua ). contoh َ‫َأ ْنت‬  ( Kamu ) dan  ‫َأ ْنتُ ْم‬ ( Kalian ).2
B. Fungsi isim dhomir
 Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan
sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang. Isim dhomir itu bersifat

1
Alifah Dzatun Nitho Qoin, “Nomina Permanent (Isim Mabni) Dalam Buku Khulashoh Nurul Yaqin
Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, (skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa Dan
Sastra Asing Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang ,2015), h.19
2
M. Sholehudiin Shofwan, Mabadi Asshorfiyah Jilid II (Jombang : Darul Hikmah 2000), h. 2

2
mabni ( tetap).3 Isim (nomina) yang bentuk akhirnya selalu tetap dan tidak
berubah dalam keadaan apapun.4 Dhamir termasuk dalam golongan Isim Ma'rifah.
Contoh:

         َ‫َأحْ َم ُد يَرْ َح ُم اَْألوْ الَد‬ = Ahmad menyayangi anak-anak.


         ‫هُ َو يَرْ َح ُمهُ ْم‬          = Dia menyayangi mereka.

Pada contoh di atas, kata ‫ احمد‬diganti dengan ‫ ( هو‬dia ) sedangkan ‫االؤالد‬


(anak – anak ) diganti dengan ‫( هم‬mereka). Kata ‫هُ َو‬ dan ‫هُ ْم‬ dinamakan Dhamir atau
Kata Ganti.
Menurut fungsinya, ada dua golongan Dhamir yaitu:
         DHAMIR RAFA' ( ‫ض ِميْر َر ْفع‬
َ  ) yang berfungsi sebagai Subjek
         DHAMIR NASHAB ( ‫ض ِميْر نَصْ ب‬ )
َ yang berfungsi sebagai Objek.

Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir
Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam
kalimat.
Dalam kalimat: ‫هُ َو يَرْ َح ُمهُ ْم‬ ( Dia menyayangi mereka ):
- Kata ‫هُ َو‬ (dia) adalah Dhamir Rafa', sedangkan:
- Kata ‫هُ ْم‬ (mereka) adalah Dhamir Nashab.
Adapun bentuk dari dhomir – dhomir tersebut sebagai berikut :
Dhamir Rafa' Dhamir Nashab Dhamir Rafa' Dhamir Nashab

‫َأنَا‬ ‫ي‬ َّ‫َأ ْنتُن‬ َّ‫ُكن‬

ُ‫نَ ْحن‬ ‫نَا‬ ‫ُه َو‬ ُ‫ه‬

َ‫َأ ْنت‬ ‫َك‬ ‫ِه َي‬ ‫هَا‬

3
Hakim Taufiqul, Program Pemula Membaca Kitab Kuning ( Jepara:Al – Falah Offset
2003) h. 2
4
Alifah Dzatun Nitho Qoin, “Nomina Permanent (Isim Mabni) Dalam Buku Khulashoh Nurul Yaqin
Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, (skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa Dan
Sastra Asing Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang ,2015), h.17

3
ِ ‫َأ ْن‬
‫ت‬ ‫ِك‬ ‫ُه َما‬ ‫ُه َما‬

‫َأ ْنتُ َما‬ ‫ُك َما‬ ‫ُه ْم‬ ‫ُه ْم‬

‫َأ ْنتُ ْم‬ ‫ُك ْم‬ َّ‫هُن‬ َّ‫هُن‬

          Dhamir Nashab adalah turunan (bentuk lain) dari Dhamir Rafa' yang terdiri
dari: Dhamir Nashab berfungsi sebagai objek dan tidak dapat berdiri sendiri; ia
terikat dengan kata lain dalam suatu kalimat, baik itu dengan Isim, Fi'il ataupun
Harf.

C. Pembagian Dhomir.
Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam
ُ ‫قُ ْم‬
lafazh( sekaligus bisa diucapkan ) Seperti huruf Taa’ pada kata kerja ‫ت‬
( Aku telah berdiri ). Dhomir bariz dibagi 2 yaitu :
a. Muttashil yaitu isim dhomir yang tidak bisa berada di awal kalimat
dan tidak dapat jatuh setelah ‫ اال‬kecuali dalam keadaan ikhtiar. Untuk
itu tidak boleh dikatakan ‫ اكرم اال ك‬.5 Tetapi hal ini terkadang terjadi
pada syair secara syadz, seperti dalam ungkapan seorang penyair
sebagai berikut :

ِ ‫ي فَ َمالِي عَوْ ضُ ِإالّهُ نَا‬


‫ص ُر‬ ِ ْ‫َأ ُعو ُذ بِ َربِّ ْال َعر‬
ْ ‫ش ِم ْن فَِئ ٍة بَغ‬
َّ َ‫ َعل‬ × ‫َت‬

Aku berlindung pada Tuhan yang memiliki Arsy….daripada golongan


orang yang menganiayaiku……maka sebab itu….tidaklah bagiku
seorang penolong kecuali Dia selamanya….

ِ َّ‫او َرنَا ِإال‬


‫ك َديَّا ُر‬ ِ ‫ارتَنَا × أالَّ يُ َج‬ ِ ‫َو َما َعلَ ْينَا ِإ َذا َما ُك ْن‬
َ ‫ت َج‬
5
M. Sholihuddin Shofwan, “Mabadi’ Ash – Shorfiyyah” Pengantar Al Qowa’id Ash – Shorfiyyah
(Jombang :Darul Hikmah 2006) Hal 11

4
(wahai kekasih…) tidaklah kami menaruh perhatian…
bilamana dikau sudi menjadi tetangga kami…seakan tidak ada
tetangga lain kecuali hanya dikau seorang…6
Ada tiga macam dhomir muttashil yaitu:
 Dhomir Rofa‟ Muttashil Yaitu kata ganti yang selamanya
menempel pada fi‟il (verba) dan ‫ كان واخواتها‬contoh ‫ درست‬.
 Dhomir Nashob Muttashil Yaitu kata ganti yang menempel
pada fi‟il (sebagai maf‟ul bih) dan ‫ ان‬beserta saudara-
saudaranya (sebagai isimnya ‫ ان‬.Contohnya: ‫ ان‬. ‫ان•••ه موج•••ود‬
adalah huruf taukid dan nashob dan huruf ‫( ه‬yang menempel
pada ‫ ( ان‬adalah dhomir muttashil yang mabni dhomah yang
bermahal nashob sebagai isim.Sementara itu, lafadh ‫موج••ود‬
merupakan khobarnya ‫ ان‬.
 Dhomir Jar Muttashil Yaitu kata ganti yang menempel pada
isim sebagai mudhof ilaih, dan yang menempel pada huruf jar
sebagai majrur (Ni‟mah t.t:116). Contoh ‫منك‬.7

b. munfasil yaitu isim dhomir yang bisa berada di awal kalimat atau
jatuh setelah ‫ اال‬contoh ‫رايت اال اياك‬8. Dhomir munfashil dibagi menjadi
dua macam, yaitu: dhomir rofa‟ munfashil dan dhomir nashob
munfashil.Dhomir Rofa‟ Munfashil Yaitu kata ganti yang berdiri
sendiri dan bermahal rofa‟ berupa mubtada‟ (topic), Contoh ‫َأنَا‬ .
Sedangkan dhomir nashob yaitu kata ganti orang yang dii‟robkan
dengan mahal nashob berupa maf‟ul bih (obyek). Contoh ‫اياك‬
2. Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh
akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ‫َأ ْنت‬

6
Bahaud Din Abdullah Ibnu A’qil,Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil 1(Bandung : Sinar Baru
Algensindo) h. 53
7
Alifah Dzatun Nitho Qoin, “Nomina Permanent (Isim Mabni) Dalam Buku Khulashoh Nurul Yaqin
Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, (skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa Dan
Sastra Asing Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang ,2015),h.21
8
M. Sholihuddin Shofwan, “Mabadi’ An-Nahwiyyah” Pengantar Memahami Al Jurumiyah
(Jombang : Darul Hikmah 1999) h. 138

5
( Kamu ) dalam kata ‫( قُ ْم‬Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam
lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud adalah ‫َأ‬
َ‫ ْنت‬karena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.Al-Mustatir
terbagi menjadi dua:
a. Al-Mustatir wajib, yaitu tempatnya isim dhomir yang disimpan tidak
mungkin digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang bukan Dhomir)
ataupun Dhomir Munfashil.
Contoh ‫ ( نجتهد‬kita bersungguh – sungguh ) fa’il dalam lafadz ini
adalah berupa isim dhomir yang disimpan secara wajib yang
taqdirnya ( kira – kiranya ) berupa lafadz ‫ نحن‬.
Tempatnya ‫ نحن‬yang disimpan tidak boleh ditempati dengan isim
dhohir , diucapkan ‫ نجتهد القوم‬atau juga tidak boleh ditempati dengan
isim dhohir, diucapkan ‫ نحن نجتهد‬, jika diucapkan demikian maka
lafadz ‫ نحن‬tidak sebagai fa’il, tetaoi sebagai taukid (penguat ) dari isim
dhomir yang disimpan secara wajib.9
Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Al Azhar, Az- Zainiyyah
(Hamisnya Kitab Dahlan Alfiyyah) halaman 23 yang menjelaskan
tentang perintah ulama mewajibkan menyimpan isim dhomir pada 8
tempat, yaitu :
 Pada fi’il amar yang waqi’ mufrod mukhotob
 Fi’il mudhori’
 Isim fi’il amar
 Isim fi’il mudhori’
 Fi’il – fi’il yang digunakan mengecualikan
 Dan mashdar yang mengganti fi’il amar
 Fi’il ta’ajjub
 Lafadz yang mengikuti wazan ‫ افعل‬yang menunjukkan arti
mengunggulkan.10
b. Al-Mustatir jawaz, yaitu tempatnya isim dhomir yang disimpan bisa
9
M. Sholehudiin Shofwan, Mabadi Asshorfiyah Jilid II (Jombang : Darul Hikmah 2000), h. 7
10
Ibid., h. 8

6
digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang bukan Dhomir) ataupun
Dhomir Munfashil. Contoh ‫ زيد يقوم اى هو قيقال زيد يقوم ابوه‬11
Tempat – tempat dhomir mustatir wajib ada 4 yaitu
1) Fi’il amar yang ditujukan kepada satu mukhottob seperti lafadz
‫ ( افعل‬kerjakanlah ). Dhomir yang diperkirakan itu adalah ‫انت‬,
tidak boleh ditampakkan karena tempatnya tidak boleh diduduki
oleh isim dhohir.
2) Fi’il mudhori yang huruf awalnya hamzah seperti lafadz ‫اوافق‬
( aku setuju ). Dhomir yang waji mustatir itu asalnya adalah ‫انا‬.
Apabila dikatakan ‫ انا اوافق‬maka lafadz ‫ انا‬hanya berfungsi
mengukuhkan makna dhomir yang mustatir
3) Fi’il mudhori yang huruf awalnya nun seperti lafadz ‫( نختبط‬kami
merasa iri ). Taqdir dhamir yang mustatir itu adalah ‫نحن‬.
4) Fi’il mudhori yang huruh awalnya ta, ditujukan untuk seorang
mukhotob seperti dalam lafadz ‫ ( تشكر‬kamu bersyukur) . dhomir
ada padanya adalah lafadz ‫انت‬.12

D. Penggunaan Dhomir di dalam kata kerja


Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan
bentuk kata kerja itu sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau perintah.
Fi'il atau Kata Kerja dibagi atas tiga golongan besar menurut waktu terjadinya:

1. FI'IL Madli ( ‫ضي‬


ِ ‫ ) فِعْل َما‬atau Kata Kerja Lampau. Yaitu lafadz yang
menunjukkan arti pekerjaan dengan disertai zaman yang telah lewat /
zaman madli contoh ‫ ( كتب زيد‬zaid telah menulis ), sebelum lafadz ini
dikhabarkan, pekerjaan menulisnya sudah selesai

11
Pengurus Pondok Tegal Rejo, Sulamut Tashil Fi Tarjumatil Al Fiyyah Ibnu Malik Juz Ul Awwal
(Magelang : T. P. 1993), h. 28
12
Bahaud Din Abdullah Ibnu A’qil,Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil 1(Bandung : Sinar Baru
Algensindo) ,h. 56

7
2. Fi'il Mudhari' ( ‫ارع‬
ِ ‫ض‬َ ‫ ) فِعْل ُم‬atau Kata Kerja sekarang.yaitu lafadz yang
menunjukkan arti pekerjaan dengan disertai zaman hal / istiqbal. Contoh
‫ ( يرجع زيد غدا‬zaid akan kembali besok ) , ketika mengkhabarkan lafadz
‫ يرجع‬pekerjaan kembali pulang akan dilakukan setelah mengkhabarkan.13
Yang dimulai dengan huruf mudhoro’ah yang yang berupa hamzah dan
nun yang menunjukkan arti takallum dan dimulai dengan huruf ta’ yang
menunjukkan arti mukhotob.14

Baik Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami


perubahan bentuk sesuai dengan jenis Dhamir dari Fa'il ( ‫ ) فَا ِعل‬atau
pelaku pekekerjaan itu. Untuk Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut
terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi'il Mudhari', perubahan
bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.

dhamir Fi’il madhi Fi'il Mudhari' Terjemah

‫َأنَا‬ ُ ‫فَ َع ْل‬


‫ت‬ ‫َأ ْف َع ُل‬ saya mengerjakan
ُ‫نَحْ ن‬ ‫فَ َع ْلنَا‬ ‫نَ ْف َع ُل‬ kami mengerjakan
‫َأ ْنت‬ َ َ‫فَ َع ْلت‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ engkau (lk) mengerjakan
‫َأ ْنت‬ ِ ِ ‫فَ َع ْل‬
‫ت‬ َ‫تَ ْف َعلِ ْين‬ engkau (pr) mengerjakan
‫ا‬ ‫َأ ْنتُ َم‬ ‫فَ َع ْلتُ َما‬ ‫تَ ْف َعالَ ِن‬ kamu berdua mengerjakan
‫َأ ْنتُم‬ ْ ‫فَ َع ْلتُ ْم‬ َ‫تَ ْف َعلُوْ ن‬ kalian (lk) mengerjakan
‫َأ ْنتُ ّن‬ َ ‫فَ َع ْلتُ َّن‬ َ‫تَ ْف َع ْلن‬ kalian (pr) mengerjakan
‫هُو‬ َ ‫فَ َع َل‬ ‫يَ ْف َع ُل‬ dia (lk) mengerjakan
‫ِهي‬ َ ْ َ‫فَ َعل‬
‫ت‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ dia (pr) mengerjakan
‫ا‬ ‫هُ َم‬ َ‫فَ َعال‬ ‫يَ ْف َعالَ ِن‬ mereka berdua (lk) mengerjakan
‫ا‬ ‫هُ َم‬ ‫فَ َعلَتَا‬ ‫تَ ْف َعالَ ِن‬ mereka berdua (pr) mengerjakan
‫هُم‬ ْ ‫فَ َعلُوْ ا‬ َ‫يَ ْف َعلُوْ ن‬ mereka (lk) mengerjakan

13
M. Sholehudiin Shofwan, Mabadi Asshorfiyah Jilid I Pengantar Al Qowa’id Ash – Shorfiyyah
(Jombang : Darul Hikmah 2000), h. 9
14
M. Sholehudiin Shofwan, Mabadi Asshorfiyah Jilid II (Jombang : Darul Hikmah 2000), h. 2

8
‫ه ُّن‬ َ َ‫فَ َع ْلن‬ َ‫يَ ْف َع ْلن‬ mereka (pr) mengerjakan

3. FI'IL AMAR atau Kata Kerja Perintah adalah kalimat yang


menunjukkan arti perintah yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh
Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.Perlu diingat
bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai
orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir
Mukhathab terdiri dari: َ‫ َأ ْنت‬- ‫ت‬
ِ ‫ َأ ْن‬- ‫ َأ ْنتُ َما‬- ‫ َأ ْنتُ ْم‬- َّ‫ َأ ْنتُن‬.

Fa'il Fi'il Amar Tarjamah


َ‫َأ ْنت‬ ْ‫اِ ْف َعل‬ (engkau -lk) kerjakanlah!
ِ ‫َأ ْن‬
‫ت‬ ‫اِ ْف َعلِ ْي‬ (engkau -pr) kerjakanlah!
‫َأ ْنتُ َما‬ َ‫اِ ْف َعال‬ (kamu berdua) kerjakanlah!
‫َأ ْنتُ ْم‬ ‫اِ ْف َعلُوْ ا‬ (kalian -lk) kerjakanlah!
‫َأ ْنتُ َّن‬ َ‫اِ ْف َع ْلن‬ (kalian -pr) kerjakanlah!

Dalam menempatkan marja' dhamir (tempat kembalinya dhamir),


secara aghlabiyah haruslah sesuai, misalnya tazkir haruslah dengan
tazkir, dan ta'nist. namun terkadang bisa saja, berbeda dari ketentuan
ini, karena ada beberapa alasan, seperti contoh kalimat ‫( يد‬tangan),
atau kalimat ‫( اذن‬telinga), pada kedua kalimat, kita jumpai dalam kitab
kitab, marja' dhamir nya dengan dhamir ta'nist, mengapa demikian?

9
Padahal ‫يد‬, atau ‫ اذن‬keduanya adalah kalimat tazkir. Jawaban nya
adalah berdasarkan satu qaidah ini

‫ما كان متعددا من االعضاء يؤنث‬

”Sesuatu dari anggota badan yang mempunyai lebih dari satu juzuk,
maka kalimat itu di anggap sebagai kalimat ta'nist”

Penjelasan qaidah:

Pada diri manusia terdapat 2 anggota badan secara umum, yaitu


anggota yang anggota yang mempunyai lawan dan ada yang tidak,
contoh anggota yang mempunyai lawan adalah kaki, tangan, mata,
telinga dan contoh anggota yang tidak mempunyai lawan adalah
hidung, kepala,dll.

Di dalam ibarat ibarat kitab sering kita jumpai bahwa saat di


kembalikan dhamir kepada kalimat ‫ االذن‬,‫ اليد‬,‫الرجل‬, di kembalikan
dengan ta’nist dan kepada kalimat ‫ الرأس‬،‫ الشم‬dengan dengan tazkir itu
di karenakan berpedoman pada qaedah di atas.

(Kitab I'annatut Thalibin, Juz I, Halaman 41)

Kaidah dhamir, merupakan salah di antara kaidah yang secara nilai


diproduksi ulama’ sebagai ijtihad. Bagaimana pun, hal ini terefleksi

10
sebagai alat untuk mengungkap isi rahasia daripada ayat di dalam Al-
Qur’an.

Penggunaan Dhamir dalam Al-Quran


Dhamir dalam bahasa Indonesia, dinamakan dengan “kata ganti”.
Tapi, dhamir juga isim ma’rifah yang mabni dan berfungsi untuk
mewakili penyebutan segala hal. Disebut mabni, karena merupakan
isim yang tidak berubah harokat kesudahannya, baik dalam suasana
rofa’, nashob, maupun jar. Jika dii’rob melulu, tentu menempati
kedudukan saja, sedangkan harokat akhir tidak berubah.

Sehingga yang pasti, dhamir secara kaidah untuk diterapkannya ke


dalam Al-Qur’an, tentu memiliki karakteristik tersendiri sebagai
aturan yang bertujuan supaya tidak terjadi adanya pengulangan
dalam penyebutan kata. Lantaran demikian, ada beberapa kaidah
dhamir yang perlu dicermati dengan baik, yakni:
Kaidah Pertama:
‫ حمل عليه‬, ‫اذا كان في االية ضمير يحتمل عوده الي اكثر من مذكوروامكن الحمل علي الجميع‬

“Bila dalam ayat terdapat dhamir yang mungkin kembali kepada yang
lebih banyak daripada yang disebutkan, dan dapat dibawa kepada
semua, maka dibawa semuanya itu”.

Adapun contohnya, sebagaimana tercatat dalam firman Allah, yang


berbunyi:

‫ان ِإنَّ َك َكا ِد ٌح ِإلَ ٰى َربِّكَ َكد ًْحا فَ ُماَل قِي ِه‬ َ ‫يَا َأيُّ َها اِإْل ْن‬
•ُ ‫س‬

11
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-
Nya (QS. Al-Insyiqaq: 6).

Dhamir pada ayat ini adalah (‫ ) ِه‬yang terdapat dalam kata (‫)مالقي‬.
Sebagian mufassir berpendapat, tempat kembalinya dhamir tersebut
adalah kata (‫)ربك‬. Sehingga diberi makna “kamu pasti akan bertemu
Tuhanmu”. Peristiwa bertemu dengan Tuhan, memang banyak
dikemukakan dalam beberapa ayat, sehingga pendapat di atas dapat
dibenarkan.

Maka, makna ayat ini adalah sesuai dengan tempat kembalinya


dhamir yang ternyata dapat dimaknai dengan benar. Karena
sesungguhnya, setiap manusia itu akan menjumpai hasil dari amal
perbuatannya kelak di akhirat. Dan kata yang telah disebutkan, dapat
dikatakan seluruhnya benar sebagai tempat kembali dhamir pada ayat
di atas.

Kaidah Kedua:
‫ فاالصل عوده للمضاف‬,‫اذا ورد مضاف ومضاف اليه وجاء بعد هما ضمير‬

“Bila terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih, kemudian datang dhamir,


maka hukum dasarnya adalah bahwa ia dikembalikan kepada
mudhaf”.

Kaidah pokoknya adalah ketika terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih


sebelum dhamir, maka dikembalikan ke mudhaf, kecuali ada
petunjuk-petunjuk lain yang mengharuskan dikembalikan kepada

12
mudhaf ilaih. Sebagai contohnya, tercatat dalam firman Allah, yang
berbunyi:

‫ان لَظَلُو ٌم َكفَّا ٌر‬ ُ ‫سَأ ْلتُ ُموهُ ۚ وَِإنْ تَ ُعدُّوا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ اَل ت ُْح‬
َ ‫صوهَا ۗ ِإنَّ اِإْل ْن‬
•َ ‫س‬ َ ‫َوآتَا ُك ْم ِمنْ ُك ِّل َما‬

Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan


segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah) (QS. Ibrahim: 34).

Susunan mudhaf dan mudhaf ilaih di dalam ayat di atas, adalah ( ‫نعمة‬
‫)هللا‬. Kata (‫ )نعمة‬adalah mudhaf dan kata (‫ )هللا‬adalah mudhaf ilaih.
Sesudah (‫)نعمة هللا‬, terdapat dhamir (‫ )ها‬yang terangkai dengan (‫)التحصوا‬.
Dhamir (‫ )ها‬yang terdapat di dalam ayat tersebut, kembalinya adalah (
‫)نعمة‬. Karenanya, dhamir (‫ )ها‬adalah muannats dan kata (‫ )نعمة‬adalah
muannats. Hal inilah yang menjadi pokok untuk diungkapkan ayat di
atas.

Kaidah Ketiga:

‫ مع كون الجميع مقصودا‬, ‫قد يذكر شيئان• ويعود الضمير علي احدهما اكتفاء بذكره عن االخر‬

“adakalanya dua hal disebutkan, sedangkan dhamir kembali kepada


salah satunya, karena dipandang cukup menyebutkan salah satunya
itu, sedangkan yang dituju semuanya”.

13
Adapun contohnya, sebagaimana tercatat dalam firman Allah, yang
berbunyi:

‫ان‬ ُّ ‫ت َوالنَّ ْخ َل َوال َّز ْر َع ُم ْختَلِفًا ُأ ُكلُهُ َوال َّز ْيتُونَ َو‬
•َ ‫الر َّم‬ ٍ ‫ت َو َغ ْي َر َم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫ت َم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫شَأ َجنَّا‬ َ ‫َوه َُو الَّ ِذي َأ ْن‬
‫س ِرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل يُ ِح ُّب‬ َ ‫ُمتَشَابِ ًها َو َغ ْي َر ُمتَشَابِ ٍه ۚ ُكلُوا ِمنْ ثَ َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَ ْو َم َح‬
ْ ُ‫صا ِد ِه ۖ َواَل ت‬
ْ ‫ا ْل ُم‬
َ‫س ِرفِين‬

Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung


dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-An’am: 141).

Pada ayat di atas, dhamir yang dimaksud adalah (ُ‫ )ه‬yang terangkai
dengan kata (‫)أكل‬. Sementara tempat kembalinya dhamir,
dimungkinkan kepada dua term yang sebelumnya, yakni (‫ )النحل‬dan (
‫)الزرع‬. Namun, dhamir yang dimaksud kaidah ini, yaitu yang terangkai
dengan kata benda dan terletak pada akhir ayat, maka tempat
kembalinya adalah (‫)الزرع‬. Pada ayat di atas, yang bermacam-macam
buahnya adalah tanaman.

Kaidah Keempat:

14
‫قد يثنى الضمير مع كونه عائدا على أحد المدكورين دون األخر‬

“Adakalanya dhomir mutsanna, sedangkan kembalinya kepada salah


satu yang disebutkan itu”

Adapun contohnya, sebagaimana yang tercatat dalam firman Allah,


yang berbunyi:

َ ‫سيَا• ُحوتَ ُه َما فَات ََّخ َذ‬


َ ‫سبِيلَهُ• فِي ا ْلبَ ْح ِر‬
‫س َربًا‬ ِ َ‫فَلَ َّما بَلَ َغا َم ْج َم َع بَ ْينِ ِه َما ن‬

Artinya: Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu (QS. Al-Kahfi: 61).

Dhamir yang menjadi persoalan dalam ayat ini adalah (‫)هما‬, yang
berkaitan dengan (‫)حوت‬. Dhamir (‫ )هما‬dalam rangkaian kata itu
merupakan kata ganti dari Musa dan muridnya yang disebut pada
ayat sebelumnya, Tempat kembali yang dimaksud pada ayat tersebut
bukan kepada keduanya, Musa dan muridnya, tetapi hanya kepada
muridnya. Hal ini dipahami dari konteks ayat bahwa yang membawa
ikan itu bukan keduanya, melainkan murid Musa.

Kaidah Kelima:

!‫ذا تعاقبت الضمائر أن يتحد مرجعها‬

15
“Bila beberapa dhamir disebutkan berurutan, hukum dasar adalah
bahwa tempat kembalinya satu”

Adapun contohnya, sebagaimana tercatat dalam firman Allah, yang


berbunyi:

‫يب‬
ٌ ‫ص‬ِ ‫ق بِ ِه ْم َذ ْرعًا َوقَا َل ٰ َه َذا يَ ْو ٌم َع‬
َ ‫ضا‬ ِ ‫سلُنَا• لُوطًا‬
َ ‫سي َء بِ ِه ْم َو‬ ُ ‫َولَ َّما َجا َءتْ ُر‬

Artinya: Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu


kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena
kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat
sulit” (QS. Hud: 77).

Pada ayat ini, terdapat dua dhamir (‫)هم‬, yang keduanya terangkai
dengan kata (‫)ب‬. Yang pertama dikaitkan dengan kesusahan yang
akan timbul dengan kaumnya yang menyukai lelaki. Sedangkan yang
kedua, dihubungkan dengan kesusahan yang muncul dengan tamu di
kala mendatanginya.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi Dhomir adalah isim yang berfungsi sebagai kata ganti orang
dalam bahasa Arab. Kata ganti orang tersebut menunjukkan orang
pertama orang dan orang ketiga .
2. Menurut fungsinya, ada dua golongan Dhamir yaitu:
   Dhamir rafa' ( ‫ض ِميْر َر ْفع‬ )
َ yang berfungsi sebagai subjek.
   Dhamir nashab ( ‫ض ِميْر نَصْ ب‬
َ  ) yang berfungsi sebagai Objek
3. Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:
1)   Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam
ُ ‫قُ ْم‬ ( Aku telah berdiri ).
lafazh. Seperti huruf Taa’ pada kata kerja ‫ت‬
2)   Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam
lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti
Dhomir  َ‫َأ ْنت‬ ( Kamu ) dalam kata ‫(قُ ْم‬Berdirilah!) yang meskipun
tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa
Dhomir yang dimaksud adalah  َ‫َأ ْنت‬ karena kata perintah pasti
ditujukan untuk orang kedua.
4. Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan
bentuk kata kerja itu sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau
perintah.
B. Saran
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini,
hendaklah kita selalu mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan,
dari ilmu kita bisa melakukan hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan
selesainya penulisan makalah ini, semoga bisa bermanfaat untuk pembelajaran
isim dhomir nantinya. Aamiin.
C. Penutup
Alhamdulillah, demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan

17
dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi menjadi lebih baiknya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga bisa berguna
bagi semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

A’qil , Bahaud Din Abdullah Ibnu,Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil 1,


Bandung : Sinar Baru Algensindo t.t.
Hakim Taufiqul, Program Pemula Membaca Kitab Kuning , Jepara:Al – Falah
Offset 2003.
M. Sholehudiin Shofwan, “Mabadi Asshorfiyah Jilid 1” Pengantar Al Qowa’id
AshShorfiyyah , Jombang : Darul Hikmah , 2000.
Pengurus Pondok Tegal Rejo, Sulamut Tashil Fi Tarjumatil Al Fiyyah Ibnu Malik
Juz Ul Awwal, Magelang : t. p. ,1993.
Shofwan , M. Sholihuddin, “Mabadi’ An-Nahwiyyah” Pengantar Memahami Al
Jurumiyah , Jombang : Darul Hikmah, 1999.
Shofwan ,M. Sholihuddin, “Mabadi’ Ash – Shorfiyyah” Pengantar Al Qowa’id
Ash – Shorfiyyah 2 , Jombang : Darul Hikmah, 2006.
Shofwan, M. Sholehudiin, “Mabadi Asshorfiyah 2 “ Pengantar Al Qowa’id
AshShorfiyyah , Jombang : Darul Hikmah, 2000.
Qoin, Alifah Dzatun Nitho, “Nomina Permanent (Isim Mabni) Dalam Buku
Khulashoh Nurul Yaqin Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, Skripsi, Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa Dan Sastra Asing Fakultas Bahasa
Dan Seni Universitas Negeri Semarang , 2015.

19

Anda mungkin juga menyukai