Disusun Oleh :
Nurma (2012020029)
Dosen Pembimbing :
2023 M / 1442 H
I
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat,
karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“penyebab terjadinya perilaku abnormal” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap malalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta penegetahuan kita mengenai Penyebab Perilaku
Abnormal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekira nya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan katakata yang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.
1
DAFTAR PUSTAKA
A. KESIMPULAN ........................................................................... 21
B. SARAN ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................22
2
BAB I
PENDAHULUAN
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa
patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini
ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang
anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya
fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi
psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan
neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain
tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku
seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk
mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan
menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan
bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku
abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga
memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang
diturunkan.
3
4. Apa saja kriteria perilaku abnormal ?
5. Apa saja jenis – jenis dari perilaku abnormal ?
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
‘Slide-PSY-107-Chapter-14-Psychological-Disorders (1)’.
1
5
gangguan yang gejala – gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi
(peracunan obat – obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan
dari gaya hidup seseorang.2
2
(Kartini Kartono, 1989)
3
Doug Newsom, Jim Haynes, and Art Linda Helcher, ‘Licensed to : IChapters User
Printed in Canada’, Introduction to Entrepreneurship, 2004.
6
Catatan penting : Interaksi antara gen dan lingkungan berperan penting
dalam gangguan psikologis.
2. Peran system saraf
Pakar psikopatologi merumuskan teori mengenai peran aktivitas
neurotransmitter yang mempengaruhi kepribadian. Contoh : orang yang impulsive
mungkin memiliki aktivitas serotonin rendah. Perlu diketahui bahwa serotonin
berfungsi untuk mengatur perilaku, mood, dan proses berpikir.
3. Proses perilaku dan kognitif
Learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari)
Teori Seligman menyebutkan bahwa orang menjadi gelisah dan depresi
ketika mereka membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki control atas stress
yang terjadi dalam hidupnya (baik yang mereka lakukan maupun tidak).
Modelling
Belajar melalui observasi dan imitasi(meniru) perilaku orang lain.
Eskperimen bandura mengenai bobo doll eskperimen menemukan bahwa anak
yang diperlihatkan perilaku agresif dari model maka cenderung merespon dengan
Tindakan agresif pula.
4. Pengaruh emosional
Terdapat istilah fight or flight response adalah reaksi biologis terhadap
stres yang mengancam yang mengarahkan sumber daya pada tubuh (aliran darah,
pernafasan) untuk melawan (fight) atau menjauhi (flight) ancaman. Misalnya
ketika sedang dimarahi oleh orang lain, kita punya pilihan untuk memarahi orang
tersebut juga (fight) atau mendiamkan orang tersebut (flight).
Catatan penting: mood dan emosi berbeda, mood (suasana perasaan)
adalah periode emosi yang bertahan lama, sedangkan emosi adalah keadaan
perasaan dan Tindakan yang dipicu oleh kejadian yang disertai dengan respon
fisiologis.
5. Pengaruh sosial dan interpersonal
Grant, Patterson dan yager (1988) menemukan bahwa orang lansia yang
memiliki dukungan sosial kecil dari keluarga menunjukkan tingkat depresi tinggi
dan kualitas hidup yang kurang memuaskan. Pentingnya dukungan sosial bagi
7
kesejahteraan mental seseorang. Mencari dan memilih didalam lingkungan yang
baik akan membuatmu lebih bahagia.
6. Faktor perkembangan
Dalam perjalanan hidup terdapat banyak fase perkembangan dari bayi,
anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Setiap perubahan menuju dari fase
berikutnya tentunya mengalami pergejolakan. Ada banyak masa-masa krisis
kehidupan selama kita hidup dan tentunya jika kita mampu menghadapinya dan
mampu melewatinya kita akan menjadi manusia yang bertumbuh. Namun, jika
kita tidak mampu menetapkan pilihan yang bijak selama fase kehidupan kita,
maka ada kerentanan gangguan psikologis.4
B.1 Penyebab Perilaku Abnormal Menurut Sumber Asalnya
1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat
perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti
kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis
lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku,
mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor – Faktor Psikososial
a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman,
rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit
disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak –
kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b) Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua,
berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social.
Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya:
1) Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan.
4
Durand, V.M., Barlow, D.H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
8
2) Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama
orang tua di rumah.
9
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari
masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan
selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :
a) Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b) Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan,
seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c) Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan
tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.5
10
traumatis, asosiasi yang dipelajari, persepsi yang terdestorsi, dan cara berpikir
yang salah.
c. Faktor Sosiokultural
Istilah sosiokultural mengacu pada berbagai lingkaran pengaruh sosial
pada hidup kita misalnya teman, rekan kerja, keluarga, dan juga budaya.
Abnormalitas dapat pula disebabkan oleh kejadin-kejdian pada salah satu konteks
sosial tersebut. Penyebab sosiokultural misalnya, pertama gangguan dalam
hubungan asmara, hubungan samara yang gagal dapat menimbulkan depresi yang
memungkinkan tindakan bunuh diri. Kedua masalah dalam hubungan yang luas,
dibesarkan oleh orang tua yang sadis dapat pula menyebabkan seseorang
membangun pola hubungan yang dicirikan dengan kontrol dan luka emosional.
Ketiga hura-hura politik atau sosial bahkan pada level yang relatif lokal dapat
memunculkan emosi dari kecemasan yang menganggu hingga ketakutan yang tak
tertahankan. keempat diskriminasi terhadap kelompok sosial seseorang terutama
kaum minoritas baik yang menyangkut ras, budaya, orientasi seksual, atau
kecacatan.6
Coleman (1984) membahas beberapa perspektif penyebab tingkah laku
abnormal dengan membedakan antara penyebab primer, penyebab predisposisi,
penyebab yang mencetuskan dan penyebab yang menguatkan (reinforcing).
a. Penyebab primer adalah kondisi yang harus dipenuhi agar suatu
gangguan dapat muncul, meskipun dalam kenyataan gangguan tersebut tidak atau
belum muncul. Contoh dalam bidang psikologi adalah kecemasan yang terjadi
ketika seorang anak masih kecil. Ini merupakan penyebab primer yang harus ada
untuk terjadinya suatu gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku, meskipun
perilaku menyimpang itu belum tentu dalam kenyataanya akan benar-benar terjadi.
b. Penyebab predisposisi adalah keadaan sebelum munculnya suatu
gangguan yang merintis kemungkinan terjadinya suatu gangguan di masa yang
akan datang. Misalnya sifat tertutup dapat merupakan predisposisi gangguan
perilaku menghindar di kemudian hari.
6
Richard P. Halgin dkk, Psikologi Abnormal, jilid 1, edisi 6, (Yogyakarta : Salemba
Humanika, 2006), hal.9.
11
c.Penyebab yang mencentuskan ialah suatu peristiwa yang sebenarnya
tidak begitu parah namun seolah-olah merupakan sebab timbulnya perilaku
abnormal itu, padahal sebenarnya telah ada predisposisi sebelumnya. Misalnya,
seorang yang sejak lama sudah banyak memendam frustasi (predisposisi), setelah
terjadinya suatu peristiwa sepele (peristiwa pencetus) mengalami gangguan jiwa.
d.Penyebab yang menguatkan (reinforcing) ialah peristiwa yang terjadi
pada seseorang yang memantapkan suatu keadaan atau kecenderungan tertentu,
yang telah ada sebelumnya. Misalnya seorang yang sudah dendam pada
sekelompok suku tertentu diberi informasi yang mendukung rasa dendam itu.
2. Faktor-Faktor penyebab perilaku Abnormal menurut islam
Ada dua faktor penyebab perilaku abnormal menurut islam, yaitu faktor
internal dan eksternal:
a. Faktor internal.
Seseorang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, dalam hal
ini akan dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman batin dalam hidupnya.
Apabila ia menghadapi suatu problematika hidup, ia menghadapinya dengan sabar
dan tidak mudah putus asa karena sebenarnya dalam diri manusia yang beriman,
tidak terjadi putus asa atau yang sifatnya merugikan.
Sikap yang diambil seseorang dalam menghadapi problematika hidup, juga
berpengaruh terhadap kesehatan mental. Bagi orang yang beragama, kesukaran
atau bahaya sebesar apapun yang harus dihadapinya, dia akan waras dan sabar,
karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari
cobaan Allah terhadap hamba-Nya yang beriman. Dia tidak memandang setiap
kesukaran dan ancaman terhadap dirinya dengan cara yang negatif, tetapi
sebaliknya melihat bahwa di celah-celah kesukaran itu terdapat harapan-harapan.
Dia tidak akan menyalahkan orang lain atau mencari sebab-sebab negatif pada
orang lain
Dengan beriman dan bertakwa, manusia mampu bersikap tenang dan sabar
dalam menghadapi problema hidup dan mampu berfikir secara seimbang serta
kondisi kejiwaannya penuh dengan ketentraman dan kedamaian karena selalu
mengingat Allah. Menurut Ustman Najati, mengingat Allah yang dimaksud dalam
12
ayat tersebut adalah ingat kepada Allah yang dapat menimbulkan perasaan
tenteram dan tenang. Di dalam jiwanya tidak ada perasaan bersalah. Ini
merupakan terapi bagi kegelisahan yang dirasakan manusia ketika ia merasa
lemah dan tidak punya penyangga serta penolong dalam menghadapi berbagai
tekanan dan masalah kehidupan.7
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti
keadaan ekonomi, kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun lingkungan pendidikan dan sebagainya.
Sebenarnya faktor internal itu lebih dominan pengaruhnya dibandingkan
dengan faktor eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Daradjat (1982: 15),
bahwa sesungguhnya ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin
itu tergantung dari faktor ekonomi, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi
lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.8
7
Nuruladzkiyah.blogspot.com diakses pada tanggal 10 Februari 2017 pukul 10.00 WIB
8
Nevid S Jeffrey, Rathrus A Spencer,Greene Beverly. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta :. Erlangga.
13
Pertanyaan-pertanyaan penting seperti itu tidak mudah untuk dijawab.
Namun, tidak berarti tertutup jalan untuk mencoba mencari jawabannya.
Salah satu kelompok profesional bidang esehatan mental, Mental Healt
Professionals, telah membuat diagnosis formal tentang psychological disorder.
Dalam melakukan diagnosis atas gejala yang kelihatan melalui perilaku-perilaku
yang tidak biasa, para ahli psikologi klinis tersebut menggunakan beberapa
kriteria yang berbeda satu dengan lainnya.
Ada tiga kriteria yang umum digunakan untuk menentukan
seseorang menderita psychological disorder. Ketiga kriteria tersebut
terdiri atas: deviance, personal distress, dan maladaptive behavior (Weiten,
2002).9 Berikut penjelasan masing-masing kriteria
Deviance
Perilaku yang dianggap menyimpang karena berbeda dengan yang
dianggap masyarakat sebagai perilaku yang dapat diterima. Yang disebut
normal itu memang ada perbedaan antara satu budaya dengan budaya yang
lain. Namun demikian, semua budaya memiliki norma bersama. Dan ketika
seseorang melanggar standar norma bersama ini, dia akan dicap sebagai
orang yang sakit mental. Contohnya adalah yang disebut transvestic feticism,
yaitu suatu perilaku seorang laki-laki akan terangsang secara seksual dengan
mengenakan pakaian perempuan. Perilaku ini dianggap sebagai perilaku
menyimpang (disorder) secara seksual, sebab perilaku laki-laki yang
mengenakan baju perempuan tadi dianggap bertentangan dengan norma dari
berbagai aturan budaya
Maladaptive
Sesuatu yang dianggap sebagai psychological disorder karena
perilaku adaptif harian terganggu/rusak. Artinya, seseorang mengalami
masalah dalam hal penyesuaian diri dengan lingkungan sosial mereka.
Kriteria ini dianggap sebagai kriteria kunci dalam melakukan diagnosis
penyimpangan perilaku para pengguna narkoba. Sebenarnya alkohol atau
9
HUMANIORA Vol.4 No.1 April 2013: 692-704
14
drugs, dalam diri sendiri bukanlah hal buruk atau penyimpangan. Akan tetapi,
ketika penggunaan obat-obat terlarang ini mulai mengganggu kehidupan sosial
atau fungsi kerja seseorang, perilaku menyimpang itu menjadi nyata. Dalam
hal ini, kualitas maladaptive perilaku tersebut, terutama ketika sudah mulai
menjadi ancaman bagi kehidupan sosial di sekitarnya, telah membuat hal itu
menjadi peyimpangan.
Personal Distress
Suatu diagnosis atas psychological disorder yang didasarkan pada
laporan seseorang tentang besarnya penderitaan yang dialaminya. Ini adalah
kriteria yang tidak biasa, yang dikenakan pada seseorang yang terancam
oleh depresi atau kecemasan. Orang yang mengalami depresi, umpamanya,
iya atau tidak, mengalami penyimpangan atau perilaku maladaptive. Orang seperti
ini biasanya dicap sebagai yang memiliki penyakit (disorder) ketika mereka
melukiskan penyakit dan penderitaan subjektif mereka kepada teman-
temannya, kepada keluarga, atau kepada siapa saja yang dia temui.
Penderitaan subjektif maksudnya penyakit yang lebih merupakan kenyataan
dalam tingkat kejiwaan, dan bukan dalam kenyataan faktual fisik mereka.10
15
Menurut penelitian, sekitar 15-20 persen psikopat merupakan seorang
pembunuh, pemerkosa dan perampok. Selebihnya adalah seseorang yang
penampilannya sempurna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik yang luar
biasa serta pandai bertutur kata.
2. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual dapat diartikan sebagai dorongan seksual yang
ditujukan kepada objek yang tidak lazim, atau pemenuhan kebutuhan seksual
dengan cara yang tidak lazim pula dan tidak wajar. Ada dua macam kelainan dari
tingkah laku ini yaitu:
16
Incest – Berpusat pada saudara kandung atau keluarga yang tidak
diperbolehkan melakukan pernikahan sebagai objek pemuasan seksualnya.
b. Kelainan Pada Cara
Pada kriteria ini, yang menjadi objek pemuasan seksual adalah lawan jenis namun
dengan cara yang tidak lazim.
17
3. Psikoneurosis
Juga dikenal dengan nama neurosis, ini adalah suatu kondisi gangguan
mental yang hanya mempengaruhi sebagian kepribadian sehingga penderitanya
masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Biasanya diekspresikan secara
tidak sadar dalam bentuk mekanisme pertahanan diri atau self defense mechanism.
Bentuk – bentuk neurosis adalah:
a.Fugue
Asal katanya dari bahasa Latin Fugere yang berarti melarikan diri.
Individu yang mengalami fugue bisa saja secara mendadak meninggalkan rumah
dan semua yang dikenalnya lalu mengambil identitas baru. Hal ini biasanya terjadi
karena seseorang berusaha lari dari kenyataan setelah mengalami tekanan berat.
Fugue berbeda dengan amnesia, dan bukan merupakan gangguan kepribadian
ganda karena identitas baru tersebut tidak selengkap identitas dalam kepribadian
ganda.
b. Somnabulisme
Berasal dari kata somnus yang berarti tidur dan ambulare yang berarti
berjalan, definisi dari somnabulisme adalah tidur berjalan. Seperti dalam keadaan
trance, penderita tidur sambil berjalan dan melakukan sesuatu hal. Walaupun
sekilas hal ini tidak terlihat serius, nyatanya berjalan dalam tidur kerap
mendatangkan bahaya bagi penderitanya.
c. Multiple Personality
d.Fobia
18
Rasa takut yang berlebihan terhadap objek atau terhadap sesuatu tanpa
bisa dijelaskan, dan tidak jarang menyebabkan stres atau depresi, cemas dan panik
yang ekstrem.
e. Obsesi
f. Histeria
Suatu bentuk gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang intens.
Histeria ditandai dengankejadian dimana ada kurangnya kontrol atas kesadaran
dan emosi seseorang, lalu tiba – tiba mengalami ledakan emosional.
g. Hipokondria
4. Psikosis
Psikosis Fungsional
19
Artinya yaitu yang ditandai dengan disitegrasi kepribadian serta tidak
mampu melakukan kegiatan sosial. Beberapa jenis psikosis fungsional yaitu:
Psikosis Organik
11
Dosen psikologi. perilaku-abnormal
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal
adalah ilmu jiwa yang mempelajari tentang tingkah laku atau perilaku maladatif
seseorang. Jika seseorang mengalami psikologi yang abnormal maka orang
tersebut akan cenderung memperlihatkan perilaku-perilaku yang abnormal
sehingga akan orang tersebut melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku
dalam kehidupannya.
Untuk menangani penyimpangan-penyimpangan, maka dilakukan berbagai
pendekatan, yang lebih berfokus pada pendekatan biologis yang memberikan
terapi-terapi obat dan pendekatan psikologis yang memfokuskan pada terapi
konseling keseorang psikolog, psikiater dan para pekerja kesehatan lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraan serta ketenangan kehidupan perasaan penderita
gangguan-gangguan psikologi tersebut.
B. Saran
Bagi para Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami dengan baik
konsep-konsep dan teori, karateristik serta tipe-tipe abnormalitas, sehingga dapat
membedakan antara perilaku abnormal dan normal, mahasiswa juga diharapkan
untuk dapat mengontrol diri agar senantiasa berperilaku sehat dan normal baik
secara mental maupun fisik dalam kehidupan sehari-hari.
21
DAFTAR PUSTAKA
Durand, V.M., Barlow, D.H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gea, Antonius Atosökhi, ‘Psychological Disorder Perilaku Abnormal: Mitos Dan
Kenyataan’,Humaniora,4.1(2013)
Newsom, Doug, Jim Haynes, and Art Linda Helcher, ‘Licensed to : IChapters
User Printed in Canada’, Introduction to Entrepreneurship, 2004
Slide-PSY-107-Chapter-14-Psychological-Disorders (1)’
22