Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI KLINIS

Tentang

Normal dan Abnormal Dalam Psikologi

Oleh:

Kelompok 1

Diah Wulandari 1915040150

Intan Dwi Sukma 2015040048

Zakiah 2015040097

Biyan Farras 2015040118

Dosen Pengampu:

Fadhilah, S.Psi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2022M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas nikmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Judul dari
makalah “Normal dan Abnormal Dalam Psikologi” makalah ini disusun dengan
tujuan untuk memenuhi syarat dari salah satu tugas mata kuliah “Psikologi Klinis”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen matakuliah yang bersangkutan, atas bimbingannya. Penulis merasa
dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dalam kemampuan
penulis pada penerapan penulisan maupun materi, maka dari itu kami selaku penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, agar dalam penulisan
selanjutnya bisa lebih baik. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat berguna
bagi penulis dan pihak lain yang berkepentingan.

Padang, 7 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1

A. Latar Belakang………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..1

C. Tujuan Masalah……………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….3

A. Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal dalam Psikologi………………...3

B. Penyebab Perilaku Abnormal………………………………………………....4

C. Faktor Abnormalitas…………………………………………………………..8

D. Karakteristik Perilaku Abnormal……………………………………………..9

E. Jenis-jenis Perilaku Abnormal……………………………………………….11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………16

A. Kesimpulan………………………………………………………………….16

B. Saran………………………………………………………………………...16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku Abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi
dalam kehidupan ini. Baik didasari ataupun tidak, perilaku abnormal banyak
terjadi disekitar kita. Ia dapat berbentuk perilaku-perilaku yang jarang
dilakukan, tidak sesuai dengan norma, menyebabkan stress pribadi, tidak
diharabkan disfungsi perilaku (Davinson, Neale, dan Kring,2004). Sayangnya
masyarakat masih kurang memahami perilaku abnormal tersebut, sehingga
perilaku-perilaku abnormal ada sering dipahami secara keliru. Salah satu
perilaku abnormal yang kurang begitu dikenal dan dipahami masyarakat
adalah gangguan bipolar. American Psychology Association (2000)
mendefinisikan gangguan bipolar sebagai gangguan yang disertai satu atau
lebih episode manic atau hipomanik. Berbagai macam neurologis saat ini telah
dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau
kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologi atau tingkah laku.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron
untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya
dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan
ketidakseimbangan bio kimia inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Normal dan Abnormal Dalam
Psikologi?
2. Apa saja Penyebab Perilaku Abnormal?
3. Apa saja Faktor Abnormalitas?
4. Apa saja Karakteristik Perilaku Abnormal?

1
5. Apa saja Jenis-jenis Perilaku Abnormal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Normal dan Abnormal
dalam Psikologi?
2. Untuk mengetahui apa saja Penyebab Perilaku Abnormal?
3. Untuk mengetahui apa saja Faktor abnormalitas?
4. Untuk mengetahui apa saja Karakteristik Perilaku Abnormalitas?
5. Untuk mengetahui apa saja Jenis-jenis Perilaku Abnormal?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal

Normal salah keadaaan sehat (tidak patalogis) dalam hal fungsi


keseluruhan.sedangkan abnormal adalah adalah menyimpang dari yang
normal (tidak biasa terjadi).prilaku normal adalah prilaku yang adekuat (serasi
dan tepat)yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya.sedangkan
prilaku pribadi abnormal adalah sikap hidup yang sesuai dengan pola
kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi
interpersonal dan intersosial yang memuaskan.Perilaku Abnormal adalah
suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak
pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.

Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan


pendekatan. Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam
membuat pedoman tentang normalitas:

1. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat


pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan
perhitungan maupun pikiran awam. Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam
sehari.

2. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan


sering terikat pada faktor sosial kultural setempat. Misal, perilaku menangis

3
berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami
kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya. Jadi, batas antara normal
dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan,
melainkan lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang
membedakan sangatlah tipis.

B. Penyebab Perilaku Abnormal

Menurut tahap-tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku abnormal


dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Penyebab Primer ( Primary Cause )

Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu


gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system
syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis
atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap
sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis
gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.

2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan


terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa
mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child)
mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa
dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang
lebih baik.

3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi


individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang

4
menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh
tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu
karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.

4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah


laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada
seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang
bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda
kesembuhannya.

5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab

Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh


satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan
sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi
sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas
. Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem
dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang
berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak
memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya
karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas
mana sebab mana akibat.

Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat


digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu:

a. Faktor Biologis

Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat


menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan

5
sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh –
pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya
tahan terhadap stress.

b. Faktor – Faktor Psikososial

a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak

Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa


aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis
yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada
masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.

b) Deprivasi Parental

Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang


tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan
social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya:

1) Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan.

2) Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang
tua di rumah.

c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik

Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini
hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah
atau gangguan tertentu pada anak.

d) Struktur keluarga yang patogenik

6
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang
berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan
pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan
perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang
melahirkan gangguan pada para anggotanya:

1. Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan


keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber
atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
secukupnya.

2. Keluarga yang antisosial Keluarga yang menganut nilai – nilai yang


bertentangan dengan masyarakat luas.

3. Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah.

4. Keluarga yang tidak utuh. Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di
rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah
memiliki dua istri dll.

e) Stress berat

Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis.


Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :

1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri.

2) Konflik nilai.

3) Tekanan kehidupan modern.

7
c. Faktor – Faktor Sosiokultural

Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari


masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan
selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :

a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,

b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan,


seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.

c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan


tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.

C. Faktor Abnormalitas

Penyebab yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini


Kartono (1989) sebagai berikut:

a. Faktor keturunan (hereditas)

1. Idiopathy (penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)

2. Psikosis (penyakit mental yang parah)

3. Neurosis (penyakit saraf)

4. Ideocy (ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)

5. Psikosis sifilitik

b. Faktor sebelum lahir (pranatal)

1. Kekurangan nutrisi

2. Infeksi

8
3. Luka

4. Keracunan

5. Menderita penyakit

6. Menderita psikosis

7. Trauma pada kandungan

c. Faktor ketika lahir (natal)

1. Kelahiran dengan tang (tangverlossing)

2. Asphixia (kekurangan O2 dalam udara pernafasan)

3. Prematurity (lahir sebelum waktunya)

4. Primogeniture (primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan


anak pertama)

d. Faktor setelah lahir (pascanatal)

1. Pengalaman traumatik

2. Kejang atau stuip

3. Infeksi pada otak atau selaput otak

4. Kekurangan nutrisi

5. Faktor psikologis

D. Karakteristik Perilaku Abnormal

1. Kejarangan statistic

9
Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang
ditemukan. Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap
normal adalah orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait
atau perilaku tertentu.

2. Pelanggaran norma

Perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau


mencemaskan mereka yang mengamatinya.

3. Distress pribadi

Karakteristik lain dari perilaku abnormal adalah perilaku menciptakan


tekanan dan siksaan besar pada orang yang megalaminya

4. Disabilitas atau disfungsi perilaku

Disabilitas yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang


penting dalam hidup (seperti hubungan kerja atau pribadi), karena
abnormalitas.

5. Yang tidak diharapkan (Unexpectedness)

Tidak semua distress atau diabilitas masuk dalam bidang psikologi


abnormal. Distress seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan
respons yang tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku


yang jarang ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi
yang mengalaminya, yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
hidup normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan.
Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang
sesuai dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang

10
sesuai agar dapat digolongkan sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua
perilaku abnormal yang sesuai dengan satu criteria, juga akan sesuai untuk
criteria yang lainnya.

E. Jenis-jenis Perilaku Abnormal

1. Gangguan Kecemasan

Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi
yang mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal
terhadap stress. Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang
oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan
mencakup sekelompok gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama
(kecemasan merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami bila individu
berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya (fobia dan obsesi
kompulsif). Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik

2. Kecemasan merata (generalized anxiety).

Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang


berlebihan pada stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus
menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan
sult sekali berkonsentrasi dan mengambil keputusan. Keluhan fisik yang lazim
antara lain tidak dapat tenang,tidur terganggu,kelelahan,macam-macam sakit
kepala, kepeningan, jantung berdebar-debar.

3. Gangguan Panik (Panic attacks)

Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut


yang meluap-luap. Pada saat serangan panik individu merasa yakin bahwa
sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan gejala
seperti jantung berdebar-debar,kehabisan nafas,berkeringat, otot-otot

11
bergetar,kepusingan, dan rasa muak. Semua ini akibat dari aktifnya bagian
simpatetik sistem saraf otonomik.

4. Fobia

Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia


mengandung ketakutan yang spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan
ketakutan yang amat sangat terhadap suatu stimulus atau situasi yang menurut
kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut orang yang fobia. Orang
tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak rasional tapi dia
tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat sangat
sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau
situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya tidak didiagnosa sebagai
gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari individu tersebut.

5. Gangguan obsesi kompulsif

Orang yang mengalami gangguan obsesi kompulsi merasa terpaksa


berpikir tentang hal-hal tidak mereka inginkan. Obsesi gangguan terus
menerus dari pikiran/bayangan yang tidak diinginkan. Kompulsif desakan
yang tak tertahankan untuk melaksanakan tindakan/ritual rutin tertentu.
Pikiran obsesi dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif (misalnya pikiran
tentang kuman penyakit yang dihubungkan dengan kompulsi untuk mencuci
alat-alat makan berkali-kali sebelum dipakai). Individu yang mengalami
gangguan obsesi kompulsif,pikiran dan desakan ini sangat mengganggu tetapi
merasa tak berdaya mengendalikannya.

6. Gangguan afektif

Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati


(mood). Orang yang terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik

12
(girang yang tidak wajar) yang parah atau dapat berganti-ganti antara saat-saat
depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah dan dapat berganti-
ganti antara saat-saat depresi atau saat-saat panik. Perubahan suasana hati
semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebut perlu
dirumahsakitkan.

7. Episode manik

Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias


dan percaya diri. Terus berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa
memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat rencana-rencana besar
tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat
mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada
kegembiraan. Episode manik yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep
yang terkenal tentang “raving maniak” . Mereka sangat bersemangat dan
harus selalu aktif. Mereka dapat bolak-balik,menyanyi,berteriak, atau
memukul-mukul dinding selama berjam-jam. Akan marah dan menjadi ganas
bila ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.

8. Gangguan manik depresi

Individu yang mengalami manik dan mengalami depresi secara


berganti-ganti dalam suatu episode yang bersamaan. Kondisi ini disebut
sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu kutub perasaan ke kutub
perasaan yang lain. Gangguan bipolar atau gangguan manik depresif jarang
terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan gangguan afeksi lainnya
karena gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda,lebih
mungkin terjadi dalam keluarga,memberi respons pada beberapa pengobatan
terapis yang berbeda, dan mudah terjadi lagi bila tidak diobati.

9. Gangguan Kepribadian

13
Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan
tidak wajar dalam mengatasi stress atau memecahkan masalah. Sifat-sifat
tersebut biasanya muncul pada masa remaja dan dapat berlangsung sepanjang
hidup.

10. Skizofrenia

Gangguan yang ditandai dengan parahnya,

a. Kekacauan kepribadian
b. Distorsi realita.
c. Ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Biasanya muncul pada umur sangat muda; puncaknya antara umur 25


th-35 th. Kadang-kadang berkembang secara lamban sebagai proses yang
sedikit demi sedikit. Meningkat pada perilaku mengasingkan diri dan perilaku
yang tidak wajar. Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi secara tiba-tiba,
ditandai dengan kerancuan yang intens dan kekacauan emosi. Kasus ini timbul
dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang
memiliki gaya hidup :

a. Cenderung menyendiri.

b. Suka bekerja sendiri.

c. Merasa tidak aman.

Ciri-ciri Skisofrenia :

1. Kekacauan Pikiran dan Perhatian.

Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Individu


tersebut menanggapi begitu banyak stimulus yang bersamaan dan sulit

14
mengambil makna.Pembicaraan para penderita ini tidak relevan, tidak ada
ujung pangkalnya.

2. Kekacauan Persepsi.

Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia tampak lain
bagi penderita tersebut. Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu
keseluruhan.

3. Kekacauan Afektif.

Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal.


Namun ekspresi emosi yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan
kekacauan dalam hatinya dan dapat tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang
penderita mengukapkan perasan yang tidak relevan dengan situasi/pikiran
yang diungkapkan.

4. Delusi dan Halusinasi.

Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang
menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum
adalah keyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran
dan tindakan orang tersebut. Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan
bagian dari keyakinan.

Delusi penganiayaan : Paranoid.

Delusi kehebatan : Orang tersebut kuat dan penting.

Halusinasi Auditorik : Suara-suara.

Halusinasi Visual : Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.

Halusinasi Sensorik : Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita perlu memahami perilaku Abnormal seseoang, sebab “ orang
berperilaku abnormal” biasanya tampak di dalam kelas dan dia menampakkan
perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksinya denga lingkungan.
Perilaku Abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam
kehidupan ini. Baik didasari ataupun tidak, perilaku abnormal banyak terjadi
disekitar kita. Ia dapat berbentuk perilaku-perilaku yang jarang dilakukan,
tidak sesuai dengan norma, menyebabkan stress pribadi, tidak diharabkan
disfungsi perilaku (Davinson, Neale, dan Kring,2004). Fungsi otak yang kuat
bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu
pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia
yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia inilah
yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal.

B. Saran
Saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Bagi para pembaca dan rekan-rekan lainnya, jika ingin
menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh maka kami
mengharapkan dengan rendah hati agar membaca buku-buku ilmiah yang
berkaitan dengan makalah ini

16
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito Wirawan.1983.Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: Rja Grafindo


Persada
King, Laura A., 2010, Psikolgi Dasar, Jakarta: Salemba Humanika

Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama

17

Anda mungkin juga menyukai