Anda di halaman 1dari 12

1

MODUL PERKULIAHAN

W612100028 –
Gangguan-
Gangguan
Psikologis
Psikopatologi, Abnormal,
Asesmen klinis dan Diagnonis Multiaksial

Apakah Yang Dimaksud Dengan Perilaku Abnormal?

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

01
Agustini, M.Psi.,Psikolog
Psikologi Psikologi
Salah satu tantangan tersulit yang dihadapi mereka yang terjun dibidang psikologi
abnormal adalah mendefinisikan perilaku abnormal. Di sini kami mempertimbangkan
beberapa karakteristik yang dianggap sebagai komponen perilaku abnormal. Kita
akanmelihat bahwa satu karakter tunggal tidaklah cukup, namun masing-masing berperan
dan mencakup beberapa bagian dari kemungkinan difinisi lengkapnya. Konsekuensinya,
abnormalitas umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik
sekaligus. Definisi terbaik yang kami berikan menggunakan beberapa karakteristik
kejarangan statistik, pelanggaran norma, distress pribadi, ketidakmampuan atau
disfungsi, dan respons yang tidak diharapkan (unexpectedness).

1. Kejarangan Statistik

Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan.
Sebagai contoh episode depresi dan mania, terjadi pada 1% dari populasi. Kurva normal
atau kurva berbentuk lonceng, menempatkan mayoritas manusia dibagian tengah dalam
kaitan dengan karakteristik tertentu, sangat sedikit yang berada dikedua bagian astrem.
Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal merujuk bahwa
orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.

Kejarangan statistik digunakan secara ekplisit dalam mendiagnosa retardasi mental.


Walaupun sejumlah kriteria digunakan untuk mendiagnosa retardasi mental, intelegensi
rendah merupakan kriteria utama. Bila IQ seseorang di bawah 70, fungsi intelektualnya
dinilai cukup dibawah normal untuk disebut sebagai retardasi mental.

Walaupun beberapa perilaku atau karakteristik yang jarang terjadi yang terdapat pada
orang-orang tertentu kita anggap sebagai sesuatu yang abnormal, dalam beberapa kasus
tidak terdapat hubungan sama sekali. Memiliki kemampuan atletik yang hebat merupakan
sesuatu yang jarang terjadi, namun beberapa perilaku tertentu yang jarang terjadi, seperti
mengalami halusinasi atau depresi yang mendalam, masuk dalam lingkup yang dibahas
dalam buku ini. Sayangnya, komponen statistik hanya memberikan sedikit panduan bagi
kita dalam menentukan perilaku mana yang jarang terjadi yang harus dipelajari para
psikopatolog.

2. Pelanggaran Norma

Karakteristik lain yang dipertimbangkan dalam menentukan abnormalitas adalah


apakah perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan
mereka yang mengamatinya. Perilaku antisosial psikopat juga sesuai dengan definisi ini,
sebagaimana juga ritual klompleks yang dilakukan penderita obsesif kompulsif dan

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


2 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
percakapan pasien psikotik dengan suara khayalan. Namun, tetap saja komponen ini
terlalu luas sekaligus terlalu sempit. Pelaku kejahatan dan pria/wanita tuna susila
melanggar norma sosial, namun umumnya tidak selalu dipelajari dalam bidang psikologi
abnormal dan orang yang sangat pencemas, yang umumnya dinilai sebagai karakter
utama dalam bidang psikologi abnormal, umumnya tidak melanggar norma sosial dan
tidak akan mengganggu banyak orang yang mengamatinya. Selain itu, keragaman
budaya dapat mempengaruhi bagaimana orang-orang memandang norma sosial dalam
satu budaya mungkin diangap abnormal dalam budaya lain.

3. Distress Pribadi

karakteristik lain dari beberapa bentuk abnormalitas adalah tekanan pribadi yaitu,
perilaku dinilai abnormal jika menciptakan tekanan dan siksaan besar pada orang yang
mengalaminya. Distress pribadi jelas sesuai dengan banyak bentuk abnormalitas yang
dibahas dalam buku ini. Orang-orang yang mengalami gangguan anxietas dan depresi
benar-benar sangat menderita. Namun, beberapa gangguan tidak selalu menyebabkan
distress. Psikopat sebagai contoh, memperlakukan orang lain dengan tanpa perasaan
dan mungkin terus-menerus melanggar hukum tanpa sedikitpun merasa bersalah,
menyesal, ataupun cemas. Dan tidak semua bentuk distress sebagai contoh, kelaparan
atau rasa sakit ketika melahirkan menjadi bagian dari studi di dalam bidang ini.

4. Disabilitas atau Disfungsi Perilaku

Disabilitas, yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam


hidup (misalnya hubungan kerja atau pribadi) karena abnormalitas, juga dapat menjadi
komponen perilaku abnormal. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat
sebagian ditentukan oleh disabilitas sosial atau pekerjaan (misalnya kinerja yang rendah
ditempat kerja, pertengkaran serius dengan pasangan) yang disebabkan penyalahgunaan
zat. Secara sama, fobia dapat menyebabkan distress dan disabilitas, sebagai contoh
ketakutan naik pesawat yang parah menghambat seseorang memperoleh promosi
jabatan. Seperti halnya penderitaan, disabilitas terjadi dalam beberapa namun tidak
semua gangguan. Sebagai contoh, transvestisme (memakai baju lawan jenis untuk
mendapatkan kenikmatan seksual), yang saat ini didiagnosa sebagai gangguan mental
jika menyebabkan distress bagi mereka yang mengalaminya, bukanlah suatu disabilitas.
Sebagian besar penderita transvetis menikah, menjalani hidup yang wajar, dan biasanya
memakai baju lawan jenis secara sembunyi-sembunyi. Karakteristik lain yang dalam
beberapa situasi dianggap sebagai ketidakmampuan misalnya bertubuh pendek, padahal
Anda ingin menjadi pemain bola basket profesional, tidak termasuk dalam bidang

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


3 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
psikologi abnormal. Sebagaimana disabilitas, kami tidak memliki aturan yang menentukan
disabilitas seperti apa yang dianggap abnormal atau normal.

5. Yang Tidak diharapkan (Unexpectedness)

Kami telah menjelaskan bahwa tidak semua distress atau disabilitas masuk dalam
bidang psikologi abnormal. Distress dan disabilitas seringkali dianggap abnormal bila hal
tersebut merupakan respons tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan (Wakefield,
1992). Sebagai contoh, gangguan anxietas didiagnosa bila kecemasan tidak diharapkan
dan diluar proporsi dalam suatu situasi, sebagaimana bila seseorang selalu cemas akan
situasi keuangannya. Kelaparan, disisi lain merupakan respon yang diharapkan bila kita
tidak makan sehingga tidak termasuk dalam kondisi distress yang relevan dengan
perilaku abnormal. Sekali lagi, tidak ada satu karakter tunggal yang menghasilkan definisi
yang memuaskan, namun secara secara bersama-sama memberikan kerangka kerja
yang bermanfaat untuk mulai mendefinisikan abnormalitas.

Konsep Disfungsi Berbahaya

Dalam sebuah tulisan yang berpengaruh dan dibahas secara luas. Wakefield (1992)
mengemukakan bahwa gangguan mental dapat didefinisikan sebagai disfungsi
berbahaya. Penting untuk dicatat bahwa definisi tersebut terdiri dari dua bagian: penilaian
bobot, yaitu bagian berbahaya dari definisi tersebut dan komponen objektif ilmiah bagian
disfungsi.

Gangguan mental mendifinisikan sebagian oleh Wakefield sebagai perilaku


berbahaya. Jelasnya, penilaian bahwa suatu perilaku dianggap berbahaya memerlukan
beberapa standar dan standar tersebut mungkin tergantung pada nilai-nilai sosiokultural.
Disfungsi dianggap terjadi bila suatu mekanisme internal tidak mampu berfungsi seperti
seharusnya. Dengan mendasarkan sebagian dari definisi tersebut pada teori evolusioner,
Wakefield berharap dapat memberikan komponen objektif dan ilmiah dalam definisi
gangguan mental.

Dalam ilmu kedokteran, disfungsi seringkali dapat diidentifikasikan secara lebih


langsung. Sebagai contoh, penyumbatan pembuluh darah menghambat aliran darah
sehingga meningkatkan penyakit kardiovaskular. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan
darah dan penyumbatan akan menyebabkan pembuluh darah gagal melakukan fungsi
alaminya. Pertanyaan yang penting adalah apakah disfungsi dapat didefinisikan dengan
sangat mudah dan secara objektif dalam bidang gangguan mental.

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


4 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Salah satu kesulitannya adalah bahwa dalam gangguan mental kita tidak mengetahui
secara pasti disfungsi apa yang terjadi. Mekanisme mental atau biologis yang tidak
berfungsi dengan benar sebagian besar tidak dapat diketahui. Wakefield (1999) mengakui
poin tersebut, sebagian mengacu pada disfungsi yang mungkin terjadi dan bukan pada
terbuti terjadi. Kami juga mempunyai beberapa hipotesis tentang mekanisme
disfungsional yang mungkin terjadi (sebagai contoh depresi disebabkan oleh perasaan
menyalahkan diri sendiri secara berlebihan; skizrofenia disebabkan oleh aktivitas dopamin
yang berlebihan), namun disfungsi yang mungkin berkaitan dengan gangguan mental
jelas memiliki status ilmiah yang berbeda dengan bidang medis. Dan kami juga
mengalami kesulitan dalam memutuskan mana yang mungkin dan tidak mungkin terjadi.
Dengan demikian, kita berada dalam situasi di mana kita menilai satu atau serangkaian
perilaku yang membahayakan, tanpa mengetahui penyebabnya dan kemudian
memutuskannya sebagai gangguan mental karena kita yakin bahwa terjadi malfungsi
beberapa mekanisme internal (yaitu terdapat disfungsi). Bertentangan dengan argumen
Wakefield, konsep disfungsi merupakan suatu hipotesis dan tidak memberikan suatu
definisi gangguan mental yang objektif dan ilmiah.

Sejarah Psikopatologi

Sebagai psikopatolog kami tertarik pada penyebab perilaku menyimpang. Upaya


menemukan penyebab tersebut telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Sebelum abad pendekatan ilmiah, seluruh perwujudan kekuatan baik dan buruk yang
berada diluar kendali manusia seperti gerhana, gempa bumi, badai, kebakaran, penyakit
gawat yang melumpuhkan, berlalunya musim dianggap sebagai hal supranatural. Perilaku
yang tampaknya berada diluar kendali individu dinnterpretasi secara bersama. Banyak
filsuf, teologis, dan dokter di abad lampau yang mempelajari pikiran yang bermasalah
meyakini bahwa penyimpangan merupakan cermin ketidaksenangan para dewa atau
kerasukan setan.

Demonologi Awal

Doktrin bahwa wujud yang jahat, seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan
mengendalikan pikiran dan tubuhnya disebut demonologi. Contoh-contoh pemikiran
demonologis terdapat dalam berbagai manuskrip Cina, Mesir, Bibilonia, dan Yunani Kuno.
Pada kaum Yahudi penyimpangan dianggap sebagai kerasukan ruh jahat, karena Tuhan
yang murka tidak lagi melindunginya. Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku
abnormal disebabkan oleh kerasukan ruh jahat, penanganannya sering kali mencakup
eksorsisme, yaitu pengusiran ruh jahat dengan mantera atau siksaan ritualistik.

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


5 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Eksorsisme umumnya berbentuk serangkaian doa yang rinci, menciptakan suara bising,
memaksa orang yang kerasukan untuk minum ramuan yang rasanya sangat tidak enak,
dan kadangkala tindakan yang lebih ekstrem seperti pemukulan atau dibuat kelaparan,
agar tubuh tidak mengenakkan untuk ditempati ruh jahat.

Somatogenesis

Pada abad kelima SM, Hippocrates (460-377 SM), seringkali dianggap sebagai bapak
ilmu kedokteran modern, yang memisahkan ilmu kedokteran dari agama, sihir, takhayul.
Ia menolak kepercayaan Yunani yang diyakini pada masa itu bawa para dewa
memberikan penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman dan alih-alih
menegaskan bahwa penyakit semacam itu memiliki sebab alami sehingga harus ditangani
seperti penyakit lain seperti demam. Hippocrates berpendapat bahwa ota adalah organ
kesadaran kehidupan intelektual dan emosi, sekaligus ia berpendapat bahwa pikiran dan
perilaku yang menyimpang adalah indikasi terjadinya suatu patologi otak. Hippocrates
seringkali dianggap sebagai salah satu pelopor pertama somatogenesis, suatu istilah
yang merujuk bahwa masalah yang terjadi pada soma, atau tubuh fisik, akan
mengganggu pikiran dan tindakan. Psikogenesis, secara kontras, adalah kepercayaan
bahwa suatu gangguan berawal mula dari faktor psikologis.

Hippocrates mengklasifikasikan gangguan mental ke dalam tiga kategori: mania,


melankolia, dan prenitis atau demam otak. Melalui ajarannya, fenomena perilaku
abnormal semakin jelas berada dalam wilayah penanganan para dokter alih-alih para
pendeta. Penanganan yang diharapkan Hippocrates cukup berbeda dari siksaan dalam
pengusiran ruh jahat. Untuk melankolia, sebagai contoh, ia menyarankan ketentraman,
ketenangan, kehati-hatianndalam menyantap makanan dan minuman dan tidak
melakukan aktivitas seksual. Rutinitas semacam itu diasumsikan memberikan efek
menyehatkan bagi otak dan tubuh. Karena Hippocrates lebih mempercayai penyebab
alami daripada supranatural, ia bergantung pada pengamatan langsung yang
dilakukannya dan memberikan kontribusi yang berharga sebagai ahli klinis. Ia juga
mewariskan catatan sangat rinci yang menggambarkan berbagai sintom yang dewasa ini
dikenal terdapat dalam epilepsi, delusi alkoholik, stroke, dan paranoia.

Hippocrates percaya bahwa fungsi otak yang normal, demikian juga kesehatan mental,
bergantung pada keseimbangan yang baik diantara empat humor atau cairan tubuh yaitu
darah, cairan empedu hitam, cairan empedu kuning, dan lendir. Ketidakseimbangan
menyebabkan gangguan, Jika seseorang lambat dan tumpul, sebagai contoh,
kemungkinan tubuh mengandungcairan lendir yang banyak. Cairan empedu hitam yang

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


6 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dominan adalah penyebab melankolia, terlalu banyak cairan empedu kuning
menyebabkan mudah tersinggung dan kecemasan, dan telalu banyak darah
menyebabkan berubah-ubahnya temperamen.

Fisiologi humoral dari Hippocrates tentu tidak bertahan terhadap penyelidikan ilmiah
diabad setelahnya. walau demikian, premis dasar yang diciptakannya bahwa perilaku
manusia sangat dipengaruhi struktur atau subtansi tubuh dan bahwa perilaku abnormal
disebabkan oleh ketidakseimbangan fisik atau bahkan kerusakan menandai aspek
pemikiran kontemporer. Tujuh abad setelahnya, pendekatan naturalistik Hippocrates
terhadap gangguan secara umum diterima oleh bangsa Yunani dan Romawi, yang
menggunakan pengobatan Yunani setelah kota mereka menjadi pusat kekuasaan Eropa
Kuno.

Subjektivitas dalam Ilmu Pengetahuan: Peran Paradigma

Ilmu pengetahuan, dibatasi oleh status pengetahuan yang kita miliki saat ini yang
mempengaruhi hasil penelitian ilmiah. Juga dibatasi oleh keterbatasan yang dimiliki
ilmuwan itu sendiri. Sekarang kita kembali ke titik di mana kita mengawali tantangan untuk
tetap objektif dalam upaya memahami dan mempelajari perilaku abnormal. Setiap upaya
seharusnya dilakukan untuk mempelajari perilaku abnormal berdasarkan prinsip-primsip
ilmiah. Namun ilmu pengetahuan bukanlah suatu inisiatif yang sepenuhnya objektif dan
pasti. Seperti dikatakan filsuf ilmu pengetahuan Thomas Kuhn (1962), faktor-faktor
subjektif dan keterbatasan perspektif kita terhadap alam semesta berperan dalam
penelitian ilmiah.

Hal utama dalam penerapan prinsip-prinsip ilmiah, dalam pandangan Kuhn adalah
konsep yang disebut paradigma, suatu kerangka kerja konseptual atau pendekatan yang
mendasari penelitian yang dilakukan ilmuwan. Paradigma, menurut Kuhn, adalah
serangkaian asumsi dasar yang menjadi garis besar penelitian ilmiah, merincikan
berbagai konsep yang akan diterima keabsahannya sebagaimana metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data.

Suatu paradigma memiliki implikasi besar terhadap bagaimana ilmuwan bekerja


sepanjang waktu, karena yang melakukan penelitian berdasarkan paradigma yang sama
terikat kepada aturan dan standar yang sama dalam praktik ilmiah. Paradigma merinci
berbagai persoalan yang akan diteliti oleh para ilmuwan dan bagaimana mereka
melakukan penelitian tersebut. Paradigma merupakan bagian instrinsik ilmu pengetahuan,
berperan sebagai fungsi vital dalam mengindikasikan berbagai aturan yang harus diikuti.

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


7 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam istilah yang lebih mudah dipahami paradigma dapat dikatakan sebagai perspektif
umum atau pendekatan, suatu kecenderungan untuk mengamati faktor-faktor tertentu
tanpa mengamati yang lainnya. Selain masuknya berbagai bias yang tidak dapat dihindari
dalam definisi dan pengumpulan data, suatu paradigma juga dapat mempengaruhi
interpretasi terhadap fakta-fakta. Dengan kata lain. makna yang diberikan terhadap suatu
data dapat tergantung pada keluasan suatu paradigma.

Sebuah Contoh Paradigma dalam Psikologi Abnormal

Dua psikolog, Langer dan Abelson (1974), tertarik pada bagaimana orientasi teoritis
atau paradigma mempengaruhi cara pandang ahli klinis yang terlatih terhadap
penyesuaian seseorang, sehingga merea merancang suatu eksperimen untuk meneliti isu
tersebut. Eksperimen tersebut meneliti pengaruh dua paradigma terhadap penilaian klinis.

Terapi perilaku berakar dari cabang belajar perilaku dalam psikologi, yang mengamati
perilaku yang tampak dan memandang perilaku sebagai hasil pembelajaran tertentu. Para
terapis perilaku yakin bahwa perilaku abnormal terbentuk berdasarkan prinsip-prinsip
perilaku pembelajaran yang sama seperti perilaku normal, dan mereka cenderung
terfokus pada perilaky yang muncul.

Secara kontras, para ahli klinis yang didik secara lebih tradisioanal cenderung mencari
konflik yang terjadi di dalam diri seseorang, mungkin bahkan tersembunyi dan seringkali
konflik yang tidak jelas menyebabkan gangguan perilaku. Mereka cenderung memandang
perilaku sebagai alat untuk menyimpulkan apa yang terjadi dalam pikiran pasien.
Seringkali kesimpulan ini mengamsumsikan bahwa pasien tidak menyadari beberapa
proses mental tersebut.

Langer dan Abelson beranggapan bahwa karena mereka cenderung dilatih untuk
terfokus pada perilaku yang dapat diamati, para terapis perilaku mungkin kurang dapat
dipengaruhi oleh perkataan bahwa seseorang berada dalam kondisi sakit dibanding
berbeda dengan ahli tradisional yang akan lebih memandang perilaku yang terlihat normal
sebagai topeng untuk menutupi berbagai persoalan yang tersembunyi atau tidak disadari.
Untuk menguji dugaan ini mereka melakukan eksperimen.

Paradigma Terkini Dalam Psikopatologi Dan Terapi

Suatu paradigma adalah serangkaian asumsi dasar. suatu perspektif umum, yang
menentukan cara mengonseptualisasikan dan mempelajari suau subjek. Banyak orang
yang mempelajari psikologi abnoral tanpa mempertimbangkan secara ekplisit sifat

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


8 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
paradigma yang mereka gunakan. Paradigma biologis tentang perilaku abnormal adalah
lanjutan dari hipotesis somatogenik. Studi perilaku abnormal dalam sejarahnya berkaitan
dengan ilmu kedokteran. Banyak pekerja di masa awal dan kontemporer menggunakan
model penyakit fisiologis sebagai basis untuk memahami perilaku menyimpang. Dalam
bidang perilaku abnormasl terminologi medis tidak pernah terhapus.

1. Pendekatan Kontemporer Terhadap Paradigma Biologis

Terdapat satu literatur yang dapat dipertimbangkan, berbasis riset dan teori,
membahas faktor-faktor biologis yang elevan dengan psikopatologi. Faktor keturunan
kemungkinan menyebabkan seseorang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap
skizofrenia, depresi mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimiawi dalam otak,
gangguan anxietas mungkin berakar dari kerusakan dalam sistem saraf otonom yang
menyebabkan seseorang sangat mudah terpancing, demensia dapat ditelusuri pada
kerusakan struktur otak. Dalam setiap kasus suatu tipe psikopatologi dianggap
disebabkan oleh terganggunya beberapa proses biologis. Mereka yang menganut
paradigma biologis beramsumsi bahwa jawaban terhadap berbagai pertanyaan dalam
psikopatologi akan ditemukan dalam tubuh manusia.

Genetika perilaku. Ketikaa ovum sel, sel reproduksi wanita, bertemu dengan
spermatozoa milik pria, maka zigot aau telur subur terbentuk. Zigot memiliki 46 kromoson,
jumlah yang menjadi karakteristik manusia. Setiap kromoson terdiri dari ribuan gen yaitu
pembawa informasi genetik (DNA) yang berasal dari orangtua kita.

Genetika perilaku adalah studi mengenai perbedaan perilaku individual yang sebagian
disebabkan perbedaan struktur genetik. Genotip seseorang merupakan formasi
genetiknya yang tidak dapat diamati. Secara kontras, totalitas karakteristik yang dapat
diamati dan bersifat behavioral, seperti tingkat kecemasan, disebut sebagai fenotip.
Genotip seseorang merupakan formasi genetiknya yang tidak dapat diamati. Secara
kontras, totalitas karakteristik yang dapat diamati dan bersifat behavioral, seperti tingkat
kecemasan disebut sebagai fenotip. Genotip merupakan bawaan sejak lahir, namun tidak
boleh dianggap sebagai suatu entitas statik. Gen yang menendalikan berbagai fitur
perkembangan berubah-ubah pada waktu-waktu tertentu, sebagai contoh untuk
mengendalikan berbagai aspek perkembangan fisik.

Fenotip berubah sepanjang waktu dan secara umum dianggap sebagai produk
interkasi antara genotip dan lingkungan. Sebagai contoh, seseorang mungkin dilahirkan
dengan kapasitas intelektual yang tinggi, namun perkembangan potensi genetik tersebut

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


9 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
akan tergantung pada berbagai faktor lingkungan seperti pola asuh pendidikan. Oleh
karena itu, setiap pengukuran inteligensi paling baik bila dipandang sebagai suatu indeks
fenotip.

Penting untuk dipahami bahwa berbagai sindrom klinis merupakan gangguan fenotip,
bukan genotip. Dengan demikian, tidak benar jika dikatakan bahwa gangguan skizofrenia
atau gangguan anxietas langsung diturunkan utamanya hanya genotip gangguan tersebut
yang diturunkan. Apakah genotip tersebut akhirnya menyebabkan gangguan perilaku
fenotipik akan tergantung pada lingkungan dan pengalaman, suatu predisposisi yang juga
disebut diathesis, mungkin diturunkan namun bukan gangguan itu sendiri.

Studi tentang genetika perilaku dilandasi empat metode dasar untuk mengungkap
apakah suatu predisposisi genetik untuk psikopatologi diturunkan dengan
membandingkan antara anggota keluarga, antara orang kembar, penelitian terhadap
orang-orang yang diadopsi, dan anaisis hubungan.

Pendekatan Biologis dalam Penanganan

Implikasi penting paradigma biologis adalah pencegahan atau penanganan gangguan


mental dapat dilakukan perubahan dalam cara tubuh melakukan fungsinya. Tentu saja
jika suatu kekurangan pada zat kimia tertentu ditemukan sebagai penyebab atau
berperan dalam beberapa masalah, merupakan hal yang masuk akal untuk mencoba
memperbaiki ketidakseimbangan dengan memberikan dosis tepat zat kimia yang
mengalami kekurangan. Dalam kasus semacam itu terdapat hubungan yang jelas antara
memandang suatu gangguan sebagai kerusakan biologis dan upaya memperbaikinya
melalui intervensi biologis.

Walaupun demikian, sebagian besar intervensi biologis dalam penggunaannya secara


umum tidak didasarkan pada pengetahuan tentang apa yang menyebabkan suatu
gangguan tertentu. Meski begitu, penggunaan obat-obatan psikoaktif meningkat. Obat
penenang, seperti valium, efektif untuk menurunkan ketegangan yang berkaitan dengan
beberapa gangguan anxietas, mungkin dengan merangsang sel saraf GABA untuk
menghambat sistem saraf lainnya yang menghasilkan simtom fisiologis kecemasan.
Antidepresan, seperti Prozac, meningkatkan transmisi saraf dalam sel saraf yang
menggunakan serotonin sebagai neurotransmitter dengan menghambat pengembalian
serotonin. Obat-obatan antipsikotik, seperti thorazine yang digunakan dalam penanganan
skizofrenia, mengurangi aktivitas sel syaraf yang menggunakan dopamin sebagai
neurotransmitter dengan menyumbat sel-sel saraf yang menerimanya. Obat-obat stimulan

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


10 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
seringkali digunakan dalam penanganan anak-anak yang mengalami gangguan
kurangnya konsentrasi, obat-obatan tersebut meningkatkan jumlah beberapa
neurotransmitter yang membantu anak-anak berkonsentrasi.

Daftar Pustaka

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


11 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Davison, G.,C, Neale, J.M, Kring., A,M. (2014).Psikologi Abnormal. Edisi ke-9. PT.
Rajagrafindo Persada.Depok.Jakarta.

2021 Gangguan-Gangguan Psikologis


12 Agustini, M.Psi.,Psikolog
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai