MODUL PERKULIAHAN
W612100028 –
Gangguan-
Gangguan
Psikologis
Psikopatologi, Abnormal,
Asesmen klinis dan Diagnonis Multiaksial
01
Agustini, M.Psi.,Psikolog
Psikologi Psikologi
Salah satu tantangan tersulit yang dihadapi mereka yang terjun dibidang psikologi
abnormal adalah mendefinisikan perilaku abnormal. Di sini kami mempertimbangkan
beberapa karakteristik yang dianggap sebagai komponen perilaku abnormal. Kita
akanmelihat bahwa satu karakter tunggal tidaklah cukup, namun masing-masing berperan
dan mencakup beberapa bagian dari kemungkinan difinisi lengkapnya. Konsekuensinya,
abnormalitas umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik
sekaligus. Definisi terbaik yang kami berikan menggunakan beberapa karakteristik
kejarangan statistik, pelanggaran norma, distress pribadi, ketidakmampuan atau
disfungsi, dan respons yang tidak diharapkan (unexpectedness).
1. Kejarangan Statistik
Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan.
Sebagai contoh episode depresi dan mania, terjadi pada 1% dari populasi. Kurva normal
atau kurva berbentuk lonceng, menempatkan mayoritas manusia dibagian tengah dalam
kaitan dengan karakteristik tertentu, sangat sedikit yang berada dikedua bagian astrem.
Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal merujuk bahwa
orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.
Walaupun beberapa perilaku atau karakteristik yang jarang terjadi yang terdapat pada
orang-orang tertentu kita anggap sebagai sesuatu yang abnormal, dalam beberapa kasus
tidak terdapat hubungan sama sekali. Memiliki kemampuan atletik yang hebat merupakan
sesuatu yang jarang terjadi, namun beberapa perilaku tertentu yang jarang terjadi, seperti
mengalami halusinasi atau depresi yang mendalam, masuk dalam lingkup yang dibahas
dalam buku ini. Sayangnya, komponen statistik hanya memberikan sedikit panduan bagi
kita dalam menentukan perilaku mana yang jarang terjadi yang harus dipelajari para
psikopatolog.
2. Pelanggaran Norma
3. Distress Pribadi
karakteristik lain dari beberapa bentuk abnormalitas adalah tekanan pribadi yaitu,
perilaku dinilai abnormal jika menciptakan tekanan dan siksaan besar pada orang yang
mengalaminya. Distress pribadi jelas sesuai dengan banyak bentuk abnormalitas yang
dibahas dalam buku ini. Orang-orang yang mengalami gangguan anxietas dan depresi
benar-benar sangat menderita. Namun, beberapa gangguan tidak selalu menyebabkan
distress. Psikopat sebagai contoh, memperlakukan orang lain dengan tanpa perasaan
dan mungkin terus-menerus melanggar hukum tanpa sedikitpun merasa bersalah,
menyesal, ataupun cemas. Dan tidak semua bentuk distress sebagai contoh, kelaparan
atau rasa sakit ketika melahirkan menjadi bagian dari studi di dalam bidang ini.
Kami telah menjelaskan bahwa tidak semua distress atau disabilitas masuk dalam
bidang psikologi abnormal. Distress dan disabilitas seringkali dianggap abnormal bila hal
tersebut merupakan respons tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan (Wakefield,
1992). Sebagai contoh, gangguan anxietas didiagnosa bila kecemasan tidak diharapkan
dan diluar proporsi dalam suatu situasi, sebagaimana bila seseorang selalu cemas akan
situasi keuangannya. Kelaparan, disisi lain merupakan respon yang diharapkan bila kita
tidak makan sehingga tidak termasuk dalam kondisi distress yang relevan dengan
perilaku abnormal. Sekali lagi, tidak ada satu karakter tunggal yang menghasilkan definisi
yang memuaskan, namun secara secara bersama-sama memberikan kerangka kerja
yang bermanfaat untuk mulai mendefinisikan abnormalitas.
Dalam sebuah tulisan yang berpengaruh dan dibahas secara luas. Wakefield (1992)
mengemukakan bahwa gangguan mental dapat didefinisikan sebagai disfungsi
berbahaya. Penting untuk dicatat bahwa definisi tersebut terdiri dari dua bagian: penilaian
bobot, yaitu bagian berbahaya dari definisi tersebut dan komponen objektif ilmiah bagian
disfungsi.
Sejarah Psikopatologi
Demonologi Awal
Doktrin bahwa wujud yang jahat, seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan
mengendalikan pikiran dan tubuhnya disebut demonologi. Contoh-contoh pemikiran
demonologis terdapat dalam berbagai manuskrip Cina, Mesir, Bibilonia, dan Yunani Kuno.
Pada kaum Yahudi penyimpangan dianggap sebagai kerasukan ruh jahat, karena Tuhan
yang murka tidak lagi melindunginya. Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku
abnormal disebabkan oleh kerasukan ruh jahat, penanganannya sering kali mencakup
eksorsisme, yaitu pengusiran ruh jahat dengan mantera atau siksaan ritualistik.
Somatogenesis
Pada abad kelima SM, Hippocrates (460-377 SM), seringkali dianggap sebagai bapak
ilmu kedokteran modern, yang memisahkan ilmu kedokteran dari agama, sihir, takhayul.
Ia menolak kepercayaan Yunani yang diyakini pada masa itu bawa para dewa
memberikan penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman dan alih-alih
menegaskan bahwa penyakit semacam itu memiliki sebab alami sehingga harus ditangani
seperti penyakit lain seperti demam. Hippocrates berpendapat bahwa ota adalah organ
kesadaran kehidupan intelektual dan emosi, sekaligus ia berpendapat bahwa pikiran dan
perilaku yang menyimpang adalah indikasi terjadinya suatu patologi otak. Hippocrates
seringkali dianggap sebagai salah satu pelopor pertama somatogenesis, suatu istilah
yang merujuk bahwa masalah yang terjadi pada soma, atau tubuh fisik, akan
mengganggu pikiran dan tindakan. Psikogenesis, secara kontras, adalah kepercayaan
bahwa suatu gangguan berawal mula dari faktor psikologis.
Hippocrates percaya bahwa fungsi otak yang normal, demikian juga kesehatan mental,
bergantung pada keseimbangan yang baik diantara empat humor atau cairan tubuh yaitu
darah, cairan empedu hitam, cairan empedu kuning, dan lendir. Ketidakseimbangan
menyebabkan gangguan, Jika seseorang lambat dan tumpul, sebagai contoh,
kemungkinan tubuh mengandungcairan lendir yang banyak. Cairan empedu hitam yang
Fisiologi humoral dari Hippocrates tentu tidak bertahan terhadap penyelidikan ilmiah
diabad setelahnya. walau demikian, premis dasar yang diciptakannya bahwa perilaku
manusia sangat dipengaruhi struktur atau subtansi tubuh dan bahwa perilaku abnormal
disebabkan oleh ketidakseimbangan fisik atau bahkan kerusakan menandai aspek
pemikiran kontemporer. Tujuh abad setelahnya, pendekatan naturalistik Hippocrates
terhadap gangguan secara umum diterima oleh bangsa Yunani dan Romawi, yang
menggunakan pengobatan Yunani setelah kota mereka menjadi pusat kekuasaan Eropa
Kuno.
Ilmu pengetahuan, dibatasi oleh status pengetahuan yang kita miliki saat ini yang
mempengaruhi hasil penelitian ilmiah. Juga dibatasi oleh keterbatasan yang dimiliki
ilmuwan itu sendiri. Sekarang kita kembali ke titik di mana kita mengawali tantangan untuk
tetap objektif dalam upaya memahami dan mempelajari perilaku abnormal. Setiap upaya
seharusnya dilakukan untuk mempelajari perilaku abnormal berdasarkan prinsip-primsip
ilmiah. Namun ilmu pengetahuan bukanlah suatu inisiatif yang sepenuhnya objektif dan
pasti. Seperti dikatakan filsuf ilmu pengetahuan Thomas Kuhn (1962), faktor-faktor
subjektif dan keterbatasan perspektif kita terhadap alam semesta berperan dalam
penelitian ilmiah.
Hal utama dalam penerapan prinsip-prinsip ilmiah, dalam pandangan Kuhn adalah
konsep yang disebut paradigma, suatu kerangka kerja konseptual atau pendekatan yang
mendasari penelitian yang dilakukan ilmuwan. Paradigma, menurut Kuhn, adalah
serangkaian asumsi dasar yang menjadi garis besar penelitian ilmiah, merincikan
berbagai konsep yang akan diterima keabsahannya sebagaimana metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data.
Dua psikolog, Langer dan Abelson (1974), tertarik pada bagaimana orientasi teoritis
atau paradigma mempengaruhi cara pandang ahli klinis yang terlatih terhadap
penyesuaian seseorang, sehingga merea merancang suatu eksperimen untuk meneliti isu
tersebut. Eksperimen tersebut meneliti pengaruh dua paradigma terhadap penilaian klinis.
Terapi perilaku berakar dari cabang belajar perilaku dalam psikologi, yang mengamati
perilaku yang tampak dan memandang perilaku sebagai hasil pembelajaran tertentu. Para
terapis perilaku yakin bahwa perilaku abnormal terbentuk berdasarkan prinsip-prinsip
perilaku pembelajaran yang sama seperti perilaku normal, dan mereka cenderung
terfokus pada perilaky yang muncul.
Secara kontras, para ahli klinis yang didik secara lebih tradisioanal cenderung mencari
konflik yang terjadi di dalam diri seseorang, mungkin bahkan tersembunyi dan seringkali
konflik yang tidak jelas menyebabkan gangguan perilaku. Mereka cenderung memandang
perilaku sebagai alat untuk menyimpulkan apa yang terjadi dalam pikiran pasien.
Seringkali kesimpulan ini mengamsumsikan bahwa pasien tidak menyadari beberapa
proses mental tersebut.
Langer dan Abelson beranggapan bahwa karena mereka cenderung dilatih untuk
terfokus pada perilaku yang dapat diamati, para terapis perilaku mungkin kurang dapat
dipengaruhi oleh perkataan bahwa seseorang berada dalam kondisi sakit dibanding
berbeda dengan ahli tradisional yang akan lebih memandang perilaku yang terlihat normal
sebagai topeng untuk menutupi berbagai persoalan yang tersembunyi atau tidak disadari.
Untuk menguji dugaan ini mereka melakukan eksperimen.
Suatu paradigma adalah serangkaian asumsi dasar. suatu perspektif umum, yang
menentukan cara mengonseptualisasikan dan mempelajari suau subjek. Banyak orang
yang mempelajari psikologi abnoral tanpa mempertimbangkan secara ekplisit sifat
Terdapat satu literatur yang dapat dipertimbangkan, berbasis riset dan teori,
membahas faktor-faktor biologis yang elevan dengan psikopatologi. Faktor keturunan
kemungkinan menyebabkan seseorang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap
skizofrenia, depresi mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimiawi dalam otak,
gangguan anxietas mungkin berakar dari kerusakan dalam sistem saraf otonom yang
menyebabkan seseorang sangat mudah terpancing, demensia dapat ditelusuri pada
kerusakan struktur otak. Dalam setiap kasus suatu tipe psikopatologi dianggap
disebabkan oleh terganggunya beberapa proses biologis. Mereka yang menganut
paradigma biologis beramsumsi bahwa jawaban terhadap berbagai pertanyaan dalam
psikopatologi akan ditemukan dalam tubuh manusia.
Genetika perilaku. Ketikaa ovum sel, sel reproduksi wanita, bertemu dengan
spermatozoa milik pria, maka zigot aau telur subur terbentuk. Zigot memiliki 46 kromoson,
jumlah yang menjadi karakteristik manusia. Setiap kromoson terdiri dari ribuan gen yaitu
pembawa informasi genetik (DNA) yang berasal dari orangtua kita.
Genetika perilaku adalah studi mengenai perbedaan perilaku individual yang sebagian
disebabkan perbedaan struktur genetik. Genotip seseorang merupakan formasi
genetiknya yang tidak dapat diamati. Secara kontras, totalitas karakteristik yang dapat
diamati dan bersifat behavioral, seperti tingkat kecemasan, disebut sebagai fenotip.
Genotip seseorang merupakan formasi genetiknya yang tidak dapat diamati. Secara
kontras, totalitas karakteristik yang dapat diamati dan bersifat behavioral, seperti tingkat
kecemasan disebut sebagai fenotip. Genotip merupakan bawaan sejak lahir, namun tidak
boleh dianggap sebagai suatu entitas statik. Gen yang menendalikan berbagai fitur
perkembangan berubah-ubah pada waktu-waktu tertentu, sebagai contoh untuk
mengendalikan berbagai aspek perkembangan fisik.
Fenotip berubah sepanjang waktu dan secara umum dianggap sebagai produk
interkasi antara genotip dan lingkungan. Sebagai contoh, seseorang mungkin dilahirkan
dengan kapasitas intelektual yang tinggi, namun perkembangan potensi genetik tersebut
Penting untuk dipahami bahwa berbagai sindrom klinis merupakan gangguan fenotip,
bukan genotip. Dengan demikian, tidak benar jika dikatakan bahwa gangguan skizofrenia
atau gangguan anxietas langsung diturunkan utamanya hanya genotip gangguan tersebut
yang diturunkan. Apakah genotip tersebut akhirnya menyebabkan gangguan perilaku
fenotipik akan tergantung pada lingkungan dan pengalaman, suatu predisposisi yang juga
disebut diathesis, mungkin diturunkan namun bukan gangguan itu sendiri.
Studi tentang genetika perilaku dilandasi empat metode dasar untuk mengungkap
apakah suatu predisposisi genetik untuk psikopatologi diturunkan dengan
membandingkan antara anggota keluarga, antara orang kembar, penelitian terhadap
orang-orang yang diadopsi, dan anaisis hubungan.
Daftar Pustaka