Teori konsentris
Teori ini mengambarkan tata ruang kota menjadi sejumlah inti yang berdiri
sendiri. Tata ruang kota dalam teori ini terbagi menjadi
Menurut mumford
Eopolis
Merupakan tahap pertama sebuah kota yaitu desa yang kehidupannya berbasis pada sektor agraris.
Polis
Tahap ini menandakan sudah berkembangnya pola hidup masyarakat diantaranya munculnya
spesialisasi mata pencaharian dan mekanisasi pertanian.
Metropolis
Merupakan sebuah kota yang berfungsi sebagai ibukota negara atau wilayah kekuasaan. Fase ini
menjadi puncak perkembangan kota sebagai tempat kehidupan.
Megalopolis
Pada fase ini kota sudah menunjukkan tahap pertama dari penurunan fungsi kota karena adanya
berbagai masalah sosial maupun lingkungan.
Tyranopolis
Pada tahap ini kota menunjukkan memburuknya situasi politik, dengan kekacauan dimana-mana.
Necropolis
Tahap ini adalah tahap akhir atau kematian sebuah kota. Warga mulai mengungsi dan meninggalkan
kota karena sudah tidak ada pengharapan lagi di sana.
Menurut griffit
Infantile
Ini merupakan tahap awal perkembangan kota dimana kota belum dibagi ke dalam zona-zona khusus.
Juvenile
Tahap ini merupakan fase remaja dimana kota sudah mulai dibagi menjadi zona-zona seperti perumahan
atau pabrik dalam skala kecil.
Mature
Merupakan tahap kota dewasa yang dicirikan dengan adanya zona perumahan, zona komersil, dan zona
industri kota. Adanya tata ruang yang jelas menandakan kematangan sebuah kota di setiap sisi.
Senile
Tahap ini disebut sebagai tahap kehancuran kota dimana degradasi fisik, sosial dan ekonomi terjadi. Laju
pertumbuhan manusia tidak terbendung dan daya dukung kota sudah tidak bisa lagi mengatasi
pertumbuhan penduduk. Contoh kota seperti ini banyak terjadi di negara berkembang seperti Jakarta.
Karena adanya perbedaan wilayah dalam hal ketersediaan dan kemampuan sumber daya, maka untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan sendiri, wilayah lain menjual dan mengirimkan
surplus produksinya ke wilayah yang kekurangan dan memiliki permintaan. Seperti ini nih kalau
misalnya di gambarkan.
b. Adanya Kesempatan untuk Berintervensi (Intervening Opportunity)
Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan perantara yang dapat
menghambat timbulnya interaksi antarwilayah.
sebenarnya secara potensial antara wilayah A dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena
masing-masing wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat berperan
sebagai produsen dan konsumen.
Namun karena ada wilayah lain, yaitu C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan
interaksi antara A dan B menjadi lemah. Dalam hal ini, wilayah C berperan sebagai intervening area atau
wilayah perantara.
Intervening opportunity dapat pula diartikan sebagai sesuatu hal atau keadaan yang dapat melemahkan
jalinan interaksi antarwilayah karena adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan.
c. Adanya Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang (Spatial Transfer Ability)
Faktor yang juga memengaruhi kekuatan interaksi adalah kemudahan pemindahan manusia, barang,
jasa, gagasan, dan informasi antara satu wilayah dan wilayah lainnya.
1. Model Gravitasi
Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton (1687). Inti
dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik
menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan
berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara kedua benda tersebut. Secara matematis, model gravitasi Newton ini dapat diformulasikan
sebagai berikut.
2. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) me rupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly. Teori ini
memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik
Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industry atau pusat pelayanan
masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar
terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
Contoh soal:
Kota A memiliki jumlah penduduk 20.000 jiwa, sedangkan kota B 30.000 jiwa. Jarak antara kedua kota
tersebut adalah 100 kilometer. Di manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar
terjangkau oleh penduduk setiap kota tersebut?
3. Teori Grafik
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah adalah kondisi
prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jumlah
dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentunya sangat memperlancar
laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu sependapat bahwa
antara satu wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga
membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai
wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.
Adapun daya tarik kota yang menjadi faktor penarik urbanisasi antara lain adalah :
1. Luasanya lapangan kerja di daerah kota, baik lapangan kerja formal maupun
lapangan kerja non formal.
2. Upah tenaga kerja di kota lebih tinggi dibandingkan upah kerja di desa.
3. Adanya keinginan untuk mencari pengalaman baru di kota.
4. Adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang labih tinggi.
5. Kota memiliki banyak tempat hiburan dan fasilitas kehidupan yang tidak ada di
desa.
Adapun faktor pendorong urbanisasi yang berasal dari daya dorong kehidupan
pedesaan antara lain adalah :
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.