SALSABILLA JUWITA
113.21.001
1. Kebutuhan perencanaan kota semakin meningkat karena semakin besarnya tantangan yang
dihadapi kota-kota pada umumnya. Menurut Anda, apa saja tantangan yang dihadapi kota-kota
masa sekarang dan yang akan datang? Apakah intervensi dalam bentuk perencanaan
dibutuhkan dalam pembangunan dan pengembangan sebuah kota? Lengkapi dengan contoh-
contoh nyata yang berjalan di sekitar lingkungan Anda! (20 poin)
2. Mengapa kita perlu memahami kota dari perspektif sejarah, sebutkan salah satu masa/periode
kota dimana anda memilih dalam tugas 1, jelaskan perkembangan kota di masa tersebut! (20
poin)
3. Dalam Webinar RUU SP SDA yang baru saja diselenggarakan, apa saja yang akan diakomodir
dalam Rancangan Undang-undang tersebut, jelaskan alasan signifikansinya (20 poin)
4. Dinamika perkembangan kebijakakan dalam proses dan produk perencanaan kota di Indonesia
telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan adanya UU Cipta Kerja,
a. Bagaimana Produk Rencana berdasarkan Prosedur Perenc Pembangunan Kota Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 25 tahun 2000 (20 poin)
b. Bagaimana Prosedur Perencanaan Tata Ruang Kota ( UU dan PP turunannya, termasuk
perubahan beberapa pasal akibat adanya UU Cipta Kerja ) (20 poin)
JAWABAN
Ya, intervensi dalam bentuk perencanaan dibutuhkan dalam pembangunan dan pengembangan
sebuah kota. Contoh yang berjalan disekitar lingkungan kita yaitu :
• Pemerintah dapat membantu dalam menyediakan infrastruktur, sarana dan prasarana yang
mana masyarakat kurang memiliki kapasitas dalam hal tersebut. Selain pemerintah, swasta
yang berorientasi pada profit juga dapat memberdayakan masyarakat sejalan dengan
keberlangsungan pembangunan dan pengembangan suatu kota, dengan suatu kota akan
dapan mengahadapi tandangan-tantangan baik dimasa sekarang maupun dimasa depan.
2. Sejarah Perkembangan Kota Zaman Prehistoric
Zaman purba atau zaman prasejarah (prehistory), adalah zaman sebelum dimulainya
sejarah yang tertulis, sehingga tidak terdapat peninggalan tertulis mengenai kehidupan manusia
pada zaman itu. Masa prasejarah ini memiliki rentang waktu jauh lebih lama dan panjang dalam
sejarah perjalanan serta perkembangan manusia dibandingkan dengan masa sejarah. Dengan
berbekal akal, manusia menciptakan segala sesuatunya guna pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan hidupnya, baik yang bersifat lahiriah (fisik) maupun batiniah (spiritual), dan yang
demikian ini dalam batasan tertentu disebut kebudayaan. Diyakini bahwa dalam masa permulaan
sejarah pemukiman di Indonesia, telah terbentuk semacam kota-kota awal tempat berkumpul dan
beraktifitas bagi para penduduknya. Pada kota-kota prasejarah umumnya ditemukan situs
pemukiman berkelompok dan belum ada penyebaran infrastruktur secara lebih luas. Berbagai
fasilitas perkotaan itu menyatu dalam satu tempat tertentu saja. m satu tempat tertentu saja.
Kota prasejarah dalam pengertian luas merupakan perwujudan kota-kota besar awal
dunia, kita bisa menyebut kota Mesopotamia, Baghdad, Yunani, Romawi, termasuk penemuan
kota prasejarah terbaru yakni di Provadia-Solnitsata yang berlokasi di dekat resor Varna di tepi
Laut Hitam, atau kebesaran kota Prasejarah Mohenjo Daro dan Harappa di lembah sungai Indus
yang memiliki penataan kota yang hebat. beberapa pemukiman awal sudah sering dikategorikan
sebagai kota prasejarah Indonesia atau kadang disebut juga dengan kota kuno. Beberapa
diantaranya yang bisa disebut seperti Kota Demak yang telah memperlihatkan elemenelemen kota;
pintu gerbang pabean, jaringan jalan, benteng, alun-alun, taman kerajaan, pemukiman, makam
kerajaan, dan sebagainya. Seperti juga kota kuno Cirebon yang memiliki struktur kota yang mirip,
termasuk kota Banten Lama, maupun Gresik. Di Sulawesi Selatan, salah satu kajian dan penelitian
kota prasejarah dilakukan oleh Irfan Mahmud mengenai prasejarah kota Palopo yang ditengarai
telah memiliki elemen-elemen pendukung dari adanya sebuah komunitas masyarakat di suatu
tempat yang dikategorikannya sebagai perkotaan awal.
3. Dalam webinar RUU Sistem Pengelolaan SDA membahas antara lain :
1) Gagasan Sumber Daya Alam sebagai Pengaturan Baru Reformasi
Gagasan sumber daya alam sebagai pengaturan baru dalam era reformasi yang telah
disuarakan bahkan sejak era Orde Baru. Beliau menyoroti bahwa sumber daya alam harus
diatur secara bijak dan adil untuk menghindari oligarki.
Tiga bidang reformasi utama, yaitu desentralisasi, demokratisasi, dan pemanfaatan sumber
daya alam. Desentralisasi memungkinkan daerah untuk memiliki kendali atas sumber daya
alam di wilayahnya. Demokratisasi mengharuskan keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan terkait sumber daya alam. Sementara itu, pemanfaatan sumber daya
alam harus memastikan bahwa kekayaan alam tidak hanya dimiliki oleh segelintir pihak.
Pentingnya mengubah paradigma pengelolaan sumber daya alam. Selama ini, hal itu hanya
fokus pada aspek ekonomi makro dan pendapatan negara. Namun, pengelolaan yang lebih
baik harus mengintegrasikan aspek lain, termasuk kekayaan sosial, budaya, dan pertahanan
nasional.
5) Keberlanjutan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Beliau mengungkapkan pengelolaan sumber daya alam haruslah berkelanjutan. Hal ini
mencakup pengelolaan hutan, tanah, laut, tambang, dan sumber daya alam lainnya yang dapat
memberikan keuntungan jangka panjang untuk negara dan masyarakat.
4. a.) Produk Rencana berdasarkan Prosedur Perencanaan Pembangunan Kota Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, UU No. 25 tahun 2000
• RPJP Nasional
• RPJM Nasional
• RP3P Nasional
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
• Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
• Rencana Induk Pembangunan (RIP)
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
• Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD)
• Laporan Kerja
• Peraturan Zonasi
• Peraturan Tata Ruang Wilayah
b.) Prosedur Perencanaan Tata Ruang Kota ( UU dan PP turunannya, termasuk perubahan beberapa
pasal akibat adanya UU Cipta Kerja )
a. Pemerintah daerah atau kabupaten/kota menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
sesuai dengan ketentuan dalam UU Penataan Ruang.
b. RTRW harus melibatkan partisipasi masyarakat, pemangku kepentingan, dan melalui proses
konsultasi publik.
c. Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, harus menilai dan menyetujui RTRW kabupaten/kota.
d. RTRW disusun dalam bentuk rencana strategis dan rencana detail tata ruang (RDTR).
e. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengubah dan menetapkan RTRW dengan
pertimbangan teknis dan non-teknis.
• Perubahan RTRW:
a. Perubahan RTRW dilakukan melalui proses yang mirip dengan penyusunan awal RTRW,
dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan.
b. UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) mempermudah proses perubahan RTRW dengan
menghapus persyaratan persetujuan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional untuk beberapa jenis perubahan tertentu.
• Pelaksanaan RTRW:
a. Pemerintah daerah harus melaksanakan RTRW dalam pembangunan dan tata ruang
wilayahnya.
b. Pemerintah daerah harus mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan RTRW oleh pihak
ketiga.