Anda di halaman 1dari 20

MANADO WATERFRONT CITY

Nama : Alvito I. Kilis

Nim : 20211040

Nama Dosen : Ferdinan G. Terok ST, M.T

Mata Kuliah : Perancangan Kota Pesisir

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI :
A. PENGANTAR

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

D. PEMBAHASAN

DESKRIPSI KOTA

a. Pengertian kota secara umum menurut para ahli


b. ciri-ciri kota secara fisik dan sosial

c. ciri kehidupan kota

JENIS-JENIS KOTA DI INDONESIA

WATERFROT CITY

MANADO SEBAGAI WATERFRONT

a. Topografi Kota Manado

b. Penerimaan terhadap perubahan Waterfront city di Manado

c. Waterfront Kota Manado

PENUTUP

KESIMPULAN

REFERENSI
A. PENGANTAR
Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan perkotaan, pada dasarnya
adalah mewujudkan visi tentang perkotaan yang kita harapkan akan dapat
terjadi dalam 20-25 tahun. Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu
utama yang dihadapi dalam pembangunan perkotaan pada saat ini. Isu-isu
utama pembangunan perkotaan mencakup urbanisasi, kemiskinan, kualitas
lingkungan hidup, kapasitas pertumbuhan antar kota yang belum seimbang dan
globalisasi.

Selain itu juga, terutama di kota-kota metropolitan, telah terjadi


perkembangan fsik
perkotaan yang telah ’mengintegrasi’ kota-kota yang lebih kecil di sekitar
kota intinya dan membentuk konurbasi yang tak terkendali. Hal ini
menyebabkan tidak efsiennya pelayanan kota serta menurunnya kinerja
kota. Selain itu, hal tersebut juga berarti semakin dieksploitasinya sumber
alam sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
serta peningkatan kualitas kehidupan kota. Selain daripada itu pada
kenyataannya, kota (selain menjadi tempat konsentrasi penduduk) juga
menjadi tempat dimana terjadi perusakan lingkungan, timbulnya polusi dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang terbesar.

Sulawesi Utara merupakan provinsi dengan wilayah yang luas, terdiri dari
daratan, lautan dan pulau-pulau di dalamnya bagian utara. Perpaduan daratan dan
lautan di provinsi ini menghasilkan alam yang istimewa potensi seperti kawasan
pesisir dengan panorama yang indah, kekayaan ekosistem laut, kekayaan dalam
budaya masyarakat pesisir, kota dengan panorama pegunungan, danau dan lain-lain
yang menjadi ketergantungan pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Diantara potensi
wisata yang ada, wisata bahari dipandang sebagai wisata unggulan di daerah
tersebut. Taman Nasional Bunaken yaitu terkenal bahkan sampai ke mancanegara
karena keragaman ekosistem laut dan terumbu karangnya yang indah menjadi
primadona daya tarik wisata bahari di Sulawesi Utara. Mendominasi tujuan asing
wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Utara khususnya Kota Manado adalah
untuk menikmati diving di Bunaken Taman Laut. Dengan banyaknya potensi wisata
bahari yang ada, pemerintah Sulut Sulawesi memberikan perhatian khusus dalam
mengembangkan sektor pariwisata sebagaimana tertuang dalam MSTDP (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah-Pendek). Tanggung jawab utama untuk
mewujudkan program tersebut pemerintah provinsi berada di tangan pemerintah
Kota Manado. Sebagai ibukota provinsi, Manado sebagai kota tepi pantai menjadi
tuan rumah yang bertanggung jawab untuk berpromosi pariwisata daerah khususnya
wisata bahari. Namun melihat kondisi saat ini Kota Manado sebagai waterfront city
dikelilingi oleh permasalahan perkotaan seperti sampah, kota drainase, kawasan
kumuh, kemacetan lalu lintas, masalah sosial dan sumber daya manusia. Selain itu
fasilitasnya dan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata belum terkelola dengan
baik. Untuk perkotaannya pariwisata, 2 Kota Manado tidak memiliki lokasi yang
representatif untuk menjadi pusat pelayananuntuk pengembangan wisata bahari.
Penelitian ini menyoroti perencanaan lingkungan untuk waterfront city yang
melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat
setempat dan sektor swasta. Dari sudut pandang geografi, dasar hubungan manusia
antar manusia dan lingkungan sebagian besar dibahas karena memberikan wawasan
tentang masalah lingkungan dan membantu mengelola sumber daya alam secara
lebih efektif. Ini membantu untuk menggunakan keterampilan praktis dan mengolah
berbagai macam informasi wilayah studi sebagai kota wisata waterfront. Ini
penelitian sangat bergantung pada pengumpulan fakta yang mencampuradukkan
teknis dan interpretatif mendekati. Pendekatan kualitatif seperti grounded theory,
studi kasus dan penelitian naratif terutama digunakan. Data yang dikumpulkan
adalah melakukan survei kuesioner dan studi tentang dampak pekerjaan konstruksi
besar seperti pusat perbelanjaan dan mal di sepanjang tepi laut kota Manado. Ini
pada gilirannya menjelaskan bagaimana alam dan masyarakat berinteraksi.

B. RUMUSAN MASALAH
• Mendeskripsikan tentang Kota
• Jenis-jenis kota yang ada di Indonesia
• Deskripsi Waterfront City atau Kota Pesisir
• Manado sebagai Waterfront City

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman mahasiswa tentang Waterfront City atau Kota Pesisir, dan juga untuk
menambah wawasan tentang Waterfront City, khususnya Manado sebagai
Waterfront City.

D. PEMBAHASAN
a. Deskripsi kota
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak
dan ciri kehidupan perkotaan. Sistem kota adalah sekelompok kota-kota
yang saling tergantung satu sama lain secara fungsional dalam suatu
wilayah dan berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi
tentang distribusi kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota. Kota
merupakan kawasan pemukiman dengan jumlah penduduk yang relatif
besar dan kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu, pemukiman yang
ada bersifat tetap dan dihuni oleh masyarakat heterogen. Pembentukan
kota merupakan hasil dari perkembangan desa dalam perluasan
pemukiman dan peningkatan jumlah penduduk.[3] Kota berfungsi sebagai
pusat pemukiman dan aktivitas manusia sehingga keberadaannya
menjadi sangat penting bagi wilayah di sekitarnya dalam
kegiatan perdagangan, pemerintahan, industri
dan kebudayaan. Pemilihan kota sebagai tempat pemukiman dipengaruhi
oleh adanya pekerjaan di bidang jasa, transportasi dan manufaktur. Kota
juga memiliki kekurangan yaitu biaya hidup dan
tingkat kriminalitas yang tinggi.

Pengertian "kota" sebagaimana yang diterapkan


di Indonesia mencakup pengertian "town" dan "city" dalam bahasa
Inggris. Selain itu, terdapat pula kapitonim "Kota" yang merupakan
satuan administrasi negara di bawah provinsi. Artikel ini membahas
"kota" dalam pengertian umum (nama jenis, common name). Kota
dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan
ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa
atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman. Kota
memiliki tiga ciri utama, yaitu memilki kepadatan penduduk yang tinggi,
pusat segala kegiatan, dan kegiatan utama non pertanian.

b. Jenis-jenis kota di Indonesia


Sebuah kota akan tumbuh dan berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Kota yang awalnya kecil bisa menjadi begitu besar
apalagi jika didukung dengan pembangunan dalam berbagai sektor
seperti pendidikan dan industri. Urbanisasi pun mendorong penduduk
desa meninggalkan kampung halamannya menuju kota. Dengan
demikian, kota akan terus berkembang. Terkadang bahkan ada kota yang
telah dibangun yang ditinggal penghuninya kemudian menjadi kota mati.
Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis kota berdasarkan pada tingkat
perkembangannya.
Dalam proses perkembangannya, tentunya saat ini perkembangan
kota baik ukuran maupun kuantitas penduduk sudah banyak berkembang
seiring berjalannya waktu. Dalam pembahasan ini, jenis-jenis kota dibagi
dalam 2 klasifikasi, yakni berdasarkan jumlah penduduknya, tingkat
perkembangannya.

Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Penduduk


• Kota Kecil (20 ribu-50 ribu jiwa)
Sebuah kota dapat dikategorikan atau diklasifikasikan
menjadi kota kecil, jika penduduk yang tinggal di kota itu
berjumlah 20.000 sampai 50.000 jiwa. Oleh karena itu, kita dapat
mengklasifikasikan kota dengan melihat informasi yang ada,
sebaiknya informasi yang didapatkan berasal dari lembaga resmi
pemerintah. Selain itu, dengan mengetahui jumlah penduduk yang
ada di kota kecil, maka pembangunan di kota kecil dapat
dilaksanakan dengan baik dan tepat, sehingga kebutuhan hidup
penduduk di kota ini dapat terpenuhi dengan baik.
• Kota Sedang (50 ribu-100 ribu jiwa)
Klasifikasi kota berikutnya adalah kota sedang. Sebuah kota
dapat diklasifikasikan ke dalam kota sedang apabila jumlah
penduduk sudah mencapai 50. 000 hingga 100.000 jiwa. Apabila
kamu tinggal di suatu wilayah perkotaan, sebaiknya kenali dulu
klasifikasi dari kota tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar
pembangunan di kota sedang ini dapat berjalan dengan
semestinya.
• Kota Besar (100 ribu -1 juta jiwa)
Setelah kota kecil dan kota sedang, klasifikasi selanjutnya
adalah kota besar. Jika, jumlah penduduk yang ada di suatu
perkotaan berjumlah 100.000 sampai satu juta jiwa, maka kota itu
diklasifikan menjadi kota besar. Pembangunan yang ada di kota
besar, biasanya dapat dilihat melalui banyaknya industri yang
membuka lowongan pekerjaan, sehingga akan ada banyak
masyarakat yang hidupnya semakin sejahtera.
• Kota Metropolitan (1 juta jiwa)
Terkadang di dalam suatu wilayah jumlah penduduk
bertambah dengan cukup cepat termasuk wilayah perkotaan.
Semakin banyak jumlah penduduk yang ada di suatu perkotaan,
maka klasifikasi kota semakin meningkat. Jika, jumlah penduduk
sekitar 1 sampai 5 juta jiwa membuat kota itu termasuk ke dalam
klasifikasi perkotaan metropolitan. Pembangunan yang terjadi di
kota metropolitan biasanya bangunannya akan terlihat lebih
modern. Selain itu, pembangunan akan disesuaikan dengan
perkembangan zaman, sehingga kota metropolitan akan selalu up
to date.
• Kota Megapolitan (lebih dari 5 juta jiwa)
Klasifikasi kota yang terakhir adalah kota megapolitan.
Kota megapolitan ini memiliki jumlah penduduk lebih dari 5 juta
jiwa. Pembangunan di kota metropolitan ini akan dilakukan
sesegera supaya pelayanan masyarakat dapat berjalan dengan
baik, sehingga penduduk di kota metropolitan kebutuhan hidupnya
bisa terpenuhi.

Klasifikasi Berdasarkan tingkat Perkembangannya


• Tingkat Epolis
yaitu desa yang fase perkembangannya sudah cukup pesat
sehingga menunjukkan tanda-tanda peralihan dan perubahan dari
desa menuju kota. Kebanyakan desa di Indonesia yang letaknya
tidak begitu jauh dari ibu kota Provinsi bisa menunjukkan gejala-
gejala perkembangan menuju perkotaan.
• Tingkat Polis
yaitu sebuah kota yang telah berkembang, akan tetapi ciri-
ciri masyarakatnya masih argaris. Sumber penghidupan utama
masyarakat yang berada di kota pada fase polis yaitu pertanian.
• Tingkat Metropolis
yaitu kota yang perkembangan ekonomi dan industriya
semakin pesat. Kota metropolis membuka peluang kepada
masyarakat pedesaan yang membutuhkan lapangan kerja. oleh
karena itu, lambat laun kota metropolis akan berkembang menjadi
kota megapolis. Kota metropolis atau biasa kita dengar juga
dengan istilah kota metropolitan diantaranya adalah Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.
• Tingkat Megapolis
yaitu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota
metropolis yang jaraknya saling berdekatan sehingga terlihat
seperti satu jalur perkotaan yang sangat besar. Kota-kota
megapolis banyak terdapat di negara-negara maju berpenduduk
besar. Di Amerika misalnya, kota megapolis terbentang dari
Boston hingga Washington.
• Tingkat Tyranopolis
yaitu kota yang kehidupannya penuh dengan kerawanan
sosial, kekacauan pada pelayanan umum hingga tingginya angka
kriminalitas. Kota tyranopolis menunjukkan gejala-gejala sosial
yang parah dan bisa saja ditinggalkan oleh penduduknya.
• Tingkat Necropolis
yaitu kota yang sedang menuju keruntuhan, biasanya
ditandai dengan mulai berkurangnya masyarakat yang mendiami
kota tersebut. Kota nekropolis biasa juga dikenal dengan istilah
kota mati.

c. Deskripsi Waterfront City / Kota Pesisir

Waterfront City adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik


itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam
Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota
yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Waterfront
City/Development juga dapat diartikan suatu proses dari hasil
pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air dan
bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik
alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk pengembangan
pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan.
Konsep ini berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika
yaitu James Rouse di tahun 1970-an. Saat itu, kota-kota bandar di
Amerika mengalami proses pengkumuhan yang mengkhawatirkan. Kota
Baltimore merupakan salah satunya. Karena itu penerapan visi James
Rouse yang didukung oleh pemerintah setempat akhirnya mampu
memulihkan kota dan memulihkan Baltimore dari resesi ekonomi yang
dihadapinya. Dari kota inilah konsep pembangunan kota pantai/pesisir
dilahirkan.
Berdasarkan pengertiannya, kawasan waterfront memiliki beberapa
pengertian. Berdasarkan sudut pandang pengertiannya maka kawasan
waterfront dapat didefinisikan sebagai berikut:
• The Dynamic area of the cities and towns where land and water meet.
(Breen, Ann dan Rigby, Dick, 1994)
• Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah
kota dengan dermaganya. (Salim Peter, 1993)
• Tepian laut atau bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah
pelabuhan pelabuhan.
• Lahan atau area-area yang terletak berbatasan dengan air terutama
merupakan bagian kota yang menghadap ke arah perairan baik
berupa laut, sungai, danau, dan sejenisnya.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan dalam konteks yang
terkait dengan perkotaan. Pengertian waterfront adalah suatu area yang
berbatasan dengan air yang memiliki kontak fisik dan visual dengan air
laut, sungai, danau dan badan air lainnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan pengembangan waterfront adalah suatu usaha penataan dan
pengembangan bagian atau kawasan kota yang skala kegiatan dan fungsi
yang ada sangat beragam dengan intensitas tinggi sebagai kegiatan
perkotaan baik untuk fungsi perumahan, pelabuhan dan perdagangan
komersial dan industri hingga kawasan wisata. Secara umum waterfront
berfungsi sebagai tempat dimana komunitas berkumpul untuk
mengadakan suatu event atau festival, biasanya diadakan pada lapangan
terbuka atau berumput dimana semua orang merasa diterima untuk
datang. Semua kawasan yang memiliki batasan antara daerah perairan
dengan daratan dapat disebut sebagai kawasan waterfront. Dalam konteks
yang lebih luas, daerah perairan tersebut meliputi laut maupun sungai
yang merupakan wadah aktivitas penduduk sekitarnya. Batasan-batasan
yang dipakai dalam menentukan kawasan waterfront sangat beragam.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk membantu
menentukan batas perencanaan pengelolaan kawasan waterfront antara
lain seperti yang diungkapkan Chua Thia-Eng dan Scura (1992) berikut:
• Kriteria kekhasan kondisi fisik yang paling menonjol maupun
kondisi fisik lainnya.
• Kriteria ini mendelineasikan kawasan waterfront berdasarkan
kesamaan kondisi fisik tertentu yang memiliki kekhasan tertentu
dibandingkan kawasan lain.
• Kriteria Politis
• Kriteria Administratif
• Batas yang diambil secara fungsional (arbitrary distances)
• Unit lingkungan terpilih yang biasa digunakan.
• Tipologi Waterfront City
• Berdasarkan Pertemuannya Dengan Badan Air
Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harafiah
adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah
pelabuhan (Echols, 2003). Waterfront City/Development juga dapat
diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak
visual dan fisik dengan air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah
perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana
bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi
ke arah perairan.
Konsep ini berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika
yaitu James Rouse di tahun 1970-an. Saat itu, kota-kota bandar di
Amerika mengalami proses pengkumuhan yang mengkhawatirkan. Kota
Baltimore merupakan salah satunya. Karena itu penerapan visi James
Rouse yang didukung oleh pemerintah setempat akhirnya mampu
memulihkan kota dan memulihkan Baltimore dari resesi ekonomi yang
dihadapinya. Dari kota inilah konsep pembangunan kota pantai/pesisir
dilahirkan.
Berdasarkan pengertiannya, kawasan waterfront memiliki beberapa
pengertian. Berdasarkan sudut pandang pengertiannya maka kawasan
waterfront dapat didefinisikan sebagai berikut:
• The Dynamic area of the cities and towns where land and water meet.
(Breen, Ann dan Rigby, Dick, 1994)
• Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah
kota dengan dermaganya. (Salim Peter, 1993)
• Tepian laut atau bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah
pelabuhan pelabuhan.
• Lahan atau area-area yang terletak berbatasan dengan air terutama
merupakan bagian kota yang menghadap ke arah perairan baik
berupa laut, sungai, danau, dan sejenisnya.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan dalam konteks yang
terkait dengan perkotaan. Pengertian waterfront adalah suatu area yang
berbatasan dengan air yang memiliki kontak fisik dan visual dengan air
laut, sungai, danau dan badan air lainnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan pengembangan waterfront adalah suatu usaha penataan dan
pengembangan bagian atau kawasan kota yang skala kegiatan dan fungsi
yang ada sangat beragam dengan intensitas tinggi sebagai kegiatan
perkotaan baik untuk fungsi perumahan, pelabuhan dan perdagangan
komersial dan industri hingga kawasan wisata. Secara umum waterfront
berfungsi sebagai tempat dimana komunitas berkumpul untuk
mengadakan suatu event atau festival, biasanya diadakan pada lapangan
terbuka atau berumput dimana semua orang merasa diterima untuk
datang. Semua kawasan yang memiliki batasan antara daerah perairan
dengan daratan dapat disebut sebagai kawasan waterfront. Dalam konteks
yang lebih luas, daerah perairan tersebut meliputi laut maupun sungai
yang merupakan wadah aktivitas penduduk sekitarnya. Batasan-batasan
yang dipakai dalam menentukan kawasan waterfront sangat beragam.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk membantu
menentukan batas perencanaan pengelolaan kawasan waterfront antara
lain seperti yang diungkapkan Chua Thia-Eng dan Scura (1992) berikut:
• Kriteria kekhasan kondisi fisik yang paling menonjol maupun
kondisi fisik lainnya.
• Kriteria ini mendelineasikan kawasan waterfront berdasarkan
kesamaan kondisi fisik tertentu yang memiliki kekhasan tertentu
dibandingkan kawasan lain.
• Kriteria Politis
• Kriteria Administratif
• Batas yang diambil secara fungsional (arbitrary distances)
• Unit lingkungan terpilih yang biasa digunakan.
• Tipologi Waterfront City
• Berdasarkan Pertemuannya Dengan Badan Air
Breen (1994) membedakan waterfront berdasarkan pertemuannya
dengan badan air sebagai berikut:
1. Waterfront Tepian Sungai
Merupakan waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan
langsung antara daratan dengan badan air yang berupa tepian
sungai, secara umum memiliki ciri sebagai berikut:
• Umumnya sebagai jalur transportasi

• Digunakan sebagai irigasi lahan pertanian dan perkebunan


• Pengembangannya sangat tergantung pada kondisi lingkungan
sekitar dan musim
2. Waterfront Tepi Laut
Merupakan area waterfront yang terjadi karena pertemuan
langsung antara daratan dengan badan air yang berupa pantai dan
tepian laut, secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Umumnya sebagai daerah pelabuhan samudera
• Sebagai area permukiman bagi nelayan
• Sebagai muara dari berbagai aliran sungai
• Pengembangannya dapat didominasi oleh karakteristik laut itu
sendiri
3. Waterfront Tepi Danau
Merupakan area waterfront yang terjadi karena adanya
Berdasarkan Aktivitas
Kegiatan yang berkembang pada suatu area waterfront sangat
bergantung pada potensi yang ada pada kawasan atau area yang
dikembangkan. Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang
dikembangkan di dalamnya, waterfront dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Cultural Waterfront
Cultural waterfrontmewadahi aktivitas budaya,
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa fasilitas yang ada pada kawasan waterfronttersebut
seperti aquarium (Baltimore, Maryland, dan Monterey
California), Memorial Fountain(Detroit
Michigan),waterfrontdengan program/event khusus (Ontario,
Kanada

b. Environmental Waterfront
Environmental waterfrontyaitu pengembangan
waterfrontyang bertumpu pada usaha peningkatan kualitas
lingkungan yang mengalami degradasi, memanfaatkan potensi
dari keaslian lingkungan yang tumbuh secara alami, seperti
hutan di Lake Forest, Lilionis, rawa, dan sungai di Portland,
Oregon dan Maryland. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
berjalan-jalan menikmati keaslian alam, rekreasi, taman
bermain.

c. Historical Waterfront
Historical waterfront pada umumnya berkembang
sebagai upaya konservasi dan restorasi bangunan bersejarah di
kawasan tepi air. Konteks kesejarahan yang dapat
dikembangkan dapat berupa dermaga tua seperti di Baltimore,
Maryland dan Boston, Museum Kapal seperti di Galvastone,
Texas, bendungan dan jembatan kuno seperti di Pennsylvania,
bangunan tua di New Orleans, jalur transportasi tua sepanjang
perairan Seattle dan Washington.

d. Mixed-Use Waterfront
Pengembangan Mixed-Used waterfront diarahkan pada
penggabungan fungsi perdagangan, relaeasi, perumahan,
perkantoran, transportasi, wisata dan olahraga.
e. Recreational Waterfron
Pengembangan waterfront dengan fungsi aktivitas
rekreasi dapat didukung dengan berbagai fasilitas antara lain:
taman bermain, taman air, taman duduk, taman hiburan, area
untuk memancing, riverwalk, amphilhealre, dam, diving,
pelabuhan, gardu pandang, fasilitas perkapalan, paviliun,
fasililas olah raga, marina, museum, hotel, restoran, dan
aquarium

f. Residental Waterfront
Pengembangan waterfront dengan fungsi utama sebagai
perumahan. Fasilitas yang dibangun berupa kampung nelayan,
apartemen, town house, fat, row, house, rumah pantai, villa
rekreasi dan kesehatan

g. Working waterfront
Kawasan waterfront yang menampilkan sisi kelautan.
Aktivitas yang diwadahi umumnya berhubungan dengan
perikanan, penangkapan, penyimpanan dan pengolahan.
Aktivitas pembuatan kapal dan terminal angkutan air
merupakan ciri utama waterfront ini
pertemuan langsung antara daratan dengan badan air yang
berupa tepian air yang berupa tepian danau, pada umumnya
pengembangannya sebagai fungsi khusus.
D. REKLAMASI WATERFRONT CITY DI MANADO
a. Topografi kota Manado
Peta Kota Manado Kota Manado terletak di ujung jazirah
utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40' - 124°50' BT dan
1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu
rata-rata 24° - 27 °C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan
iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan
Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53% dan
kelembaban nisbi ±84 %. Luas wilayah daratan adalah 16.253
hektare. Manado juga merupakan kota pantai yang memiliki garis
pantai sepanjang 18,7 kilometer.
Kota ini juga dikelilingi oleh perbukitan dan barisan
pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit
dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian
dataran antara 0-40% dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa. 12
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau
Siladen dan pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki
topografi yang bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter.
Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan
ketinggian ± 750 meter.
Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman
2-5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas
pertemuan pesisir dasar lereng benua. Kedalaman ini menjadi
semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan
Taman Nasional Bunaken relatif rendah.Jarak dari Manado ke
Tondano adalah 28 km, ke Bitung 45 km dan ke Amurang 58 km.
b. Penerimaan Terhadap Perubahan Waterfront City Di Manado
Terlepas dari argumen yang mendasari berbagai alasan
untuk pengembangan tepi laut, terbukti bahwa pengembangan tepi
laut, di satu sisi, telah dinilai sebagai faktor pemicu yang merusak
lingkungan dan, pada sisi lain, itu telah menjadi komersial dan
promosi alat bagi otoritas publik dan pelaku bisnis untuk menarik dan
memperkuat peluang investasi bersama dan dekat tepi laut.
Dulu, mayoritas orang Manado kawasan pesisir diakses,
digunakan dan ditempati secara tradisional oleh nelayan setempat.
lingkungan fisik Manado tepi laut di mana penangkapan ikan
tradisional terjadi di masa lalu sebelum reklamasi lahan dilakukan.
Peta menunjukkan itu Kota Manado sebagian besar terletak di
sepanjang pantai dan berada sebagian besar ditempati oleh nelayan.
Kantor gubernur pertama juga terletak di pesisir. Pelabuhan Manado
berada di ujung utara dengan tempat menyelam terdekat di terumbu
karang yang melimpah.
Masyarakat setempat awalnya bergantung pada sumber
daya ini untuk penghidupan mereka. Namun, karena reklamasi lahan
telah dan terus dilakukan, garis pantai telah berubah secara nyata dan
karang masif kehancuran telah terjadi di situs yang sekarang
dikhususkan untuk perdagangan, bisnis dan usaha lain yang telah
dilakukan didirikan untuk keuntungan ekonomi. Reklamasi di dalam
kawasan telah merusak lingkungan alam.
Observasi di tempat dan analisis sejarah perkembangan
Manado pengembangan tepi laut dalam menunjukkan hal itu
pengembangan tepi laut telah gagal untuk digabungkan perlindungan
lingkungan untuk generasi mendatang. Menurut sejarahnya, kawasan
ini didukung berbagai kegiatan itu akan dijelaskan pada bagian
berikut. Menurut sejarahnya, kawasan tepi laut Manado didukung
berbagai macam kegiatan seperti:
a. banyak digunakan sebagai tempat pemancingan tradisional basis
bagi nelayan setempat. Nelayan tradisional di masa lalu secara
ekstensif memanfaatkan pantai dan laut untuk mendukung diri.
Mereka dengan bebas mengakses laut untuk menangkap ikan
sejak fajar sampai malam hari. Namun, ini telah berubah akibat
reklamasi tanah yang terjadi di sepanjang Manado Teluk.
Pengamatan di tempat mengungkapkan bahwa nelayan memiliki
terpinggirkan hingga ke ujung-ujung kawasan reklamasi.
Penangkapan ikan secara tradisional
b. Kenyamanan dan rekreasi: Untuk kegiatan rekreasi seperti itu
sebagai pantai berenang, pantai Manado di dalam teluk Manado
juga digunakan sebagai area berenang karena nyaman dan
memiliki air hangat dengan kejernihan tinggi Itu adalah tempat
bagi penduduk setempat untuk menciptakan kembali di pantai
dan berenang di pagi atau sore hari sambil menikmati matahari
terbenam dan panorama pulau-gunung 'Manado Tua'. Akses
mudah ke pantai terbuka dan gratis berenang mungkin
sebelumnya diterima begitu saja. Ancaman terhadap hal ini
mungkin telah meningkatkan kesadaran lokal orang-orang dari
kebutuhan untuk melindungi lingkungan alam untuk generasi
masa depan.
C. Reklamasi Waterfront City Manado
Cluster A, B dan C waterfront Manado Waterfront Manado
merupakan lokasi yang sedang melakukan reklamasi tanah besar-
besaran di daerah yang memiliki sumber daya pariwisata penting di
kota menengah di negara berkembang. Untuk keperluan
pembangunan, Manado memiliki waterfront dibagi menjadi tiga
klaster yang akan dikembangkan secara berurutan: klaster A, klaster
B dan klaster C. Kawasan Boulevard menjadi yang utama zona untuk
belanja dan rekreasi lokal dan menyediakan akses, melalui
pelabuhan, ke lepas pantai kepulauan, termasuk Taman Nasional
Bunaken. Ada banyak bangunan yang digunakan untuk perdagangan
dan tujuan bisnis. Distribusi spasial pariwisata, lahan komersial dan
perumahan menggunakan tumpang tindih seperti yang terlihat pada
rencana pengembangan (Site Planning of Developers, 2010). Kota
Manado Reklamasi pantai sangat menarik diskusi, khususnya yang
berkaitan dengan pengaruh tanah yang ada di sekitar.
Setelah pemerintah kota pada tahun 1990 menyatakan hal
itu, posisi kota Manado adalah pintu gerbang ke Pasifik. Manado
terletak strategis di kawasan Asia-Pasifik, di terletak di terletak di
perbatasan antara Filipina, Republik Palau dan Samudra
Pasifik.Jarak dari Manado ke Kota DavaoFilipina adalah sekitar 390
km dan ke Republik Palau (Samudera Pasifik) berjarak sekitar 750
km. Ada juga penerbangan langsung ke Manado Singapura, Filipina
dan Taiwan atau lainnya, negara secara langsung tanpa melalui
Jakarta dan juga ada kapal ferry penyeberangan Manado-Davao.
Pengembangan dan pembangunan kembali tepi laut adalah
salah satu yang paling menonjol perubahan lingkungan dalam
pembangunan pesisir perkotaan. Inisiatif besar seperti itu
menawarkan keduanya peluang dan tantangan untuk pembuatan
kebijakan ekonomi dan sosial, serta untuk pengelolaan lingkungan
dan sumber daya alam. 15 Reklamasi untuk membuat lahan baru
tujuan ekonomi telah banyak dilakukan di banyak tepi laut baik di
negara maju maupun negara kurang berkembang. Reklamasi lahan
besar-besaran terjadi di sepanjang tepi pantai Teluk Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia. Ini sedang dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk meningkatkan ekonomi dan sosial kota dan
pembangunan, dengan implikasi untuk wilayah sekitarnya. Kawasan
tersebut telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan dan bisnis untuk
kota tersebut penduduk dan pengunjung oleh pengembang proyek
dengan dukungan pemerintah yang kuat.
Manado, yang Ibukota Sulawesi Utara, sebagai kota yang
dinamis di Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkannya profil
pariwisata melalui pengembangan produk berdasarkan permintaan
wisatawan. Pariwisata di Manado adalah umumnya dalam fase
ekspansi dan pariwisata digunakan sebagai katalis untuk
pembangunan. Pengembangan pariwisata perkotaan di Manado telah
melibatkan pengembangan pariwisata yang intensif infrastruktur.
Hal ini menyebabkan peningkatan perencanaan untuk
pariwisata di kota berdasarkan yang ada sumber daya dan penciptaan
produk baru. Ada kebutuhan untuk berinvestasi dalam sumber daya
pariwisata seperti warisan dan/atau daya tarik sejarah dan
infrastruktur dalam rangka meningkatkan dan memperkuat citra
pariwisata, yang mengarah ke keunggulan kompetitif bagi kota.
Selain itu, itu akan menjadi tantangan untuk mengembangkan
pariwisata perkotaan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, lanjut studi tentang pariwisata perkotaan
diperlukan terkait untuk lebih memahami kompleksitas perkotaan
fungsi dan cara-cara di mana pariwisata dapat dikembangkan. Jalan
Boulevard 16. Kawasan reklamasi Manado. Toko dan rumah kantor
di area reklamasi Mall Di Area Reklamasi 17 Kecenderungan
perkembangan Kota Manado secara spasial saat ini berada di
sepanjang garis pantai Teluk Manado. Hal ini terlihat dari kegiatan
pembangunan di areal reklamasi.
Ini mempunyai implikasi bagi pariwisata. Pengembangan
MTH di kawasan pelabuhan lama melengkapi fasilitas wisata lainnya
sudah ada di kota Manado dan bisa menjadi landmark Manado
sebagai kota tepi laut. Wisata belanja dengan berbagai fasilitas
belanja di area tepi laut yang disebut 'Boulevard on Business' (B on
B) dan wisata kuliner di berbagai tempat lokasi di sepanjang garis
pantai teluk Manado juga diupayakan. Pembangunan dan
pembangunan kembali Kota Manado saat ini terkonsentrasi di
sepanjang garis pantai teluk Manado. Berbagai fasilitas jasa dan
perdagangan kini tersebar di sepanjang Boulevard, Jalan Piere
Tendean. Namun, pembangunan tepi laut telah menimbulkan kritik
yang semakin meningkat dan kepedulian yang tinggi dari berbagai
pihak, seperti pemerhati lingkungan, perwakilan LSM, dan
akademisi mengenai revitalisasi bibir pantai, khususnya pembuatan
lahan baru untuk pengembangan tepi laut dan kemungkinan
implikasi lingkungannya.
Mengingat masalah utama ini, itu penting untuk meninjau
secara kritis apa yang telah dilakukan dalam hal perlindungan dan
peningkatan lingkungan yang mengarah pada pembangunan
berkelanjutan. Di satu sisi, tepi laut perkembangan dan potensi daya
tarik wisata yang cukup besar yang melekat padanya telah tercipta
dengan baik kesempatan untuk memperoleh manfaat ekonomi
melalui pembangunan daerah dan masyarakat.
Pada di sisi lain, degradasi lingkungan secara bertahap
meningkat di dalam dan di sekitar daerah. Ada kebutuhan untuk
mempertimbangkan kembali keseimbangan antara dua aspek penting
ini pengembangan untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin
pemangku kepentingan berbagi manfaat. Oleh karena itu, dalam
proses perencanaan dan pengembangan, sangatlah penting untuk
berperan aktif partisipasi dari berbagai jenis kelompok dan lembaga
untuk mencari wawasan mereka dan untuk memasukkannya ke
dalam program pembangunan. Tema pengembangan boulevard dan
daerah lainnya adalah sebagai pusat gaya hidup - sebagai titik
pertemuan masyarakat kota atau penumpang dari dan ke luar kota.
Daerah ini telah dibangun untuk menjadi tempat yang modern untuk
berbelanja dalam suasana dengan ornamen modern dan tempat
hiburan. Dia mengakomodasi kebutuhan dan interaksi antara
keluarga dan individu dari segala usia.
Dia berfungsi sebagai pusat perbelanjaan modern, dan
pusat hiburan dan kuliner kontemporer. Rekreasi merupakan potensi
pemanfaatan kawasan lain yang belum 18 dimanfaatkan dan ada juga
potensi wisata perkotaan. Telah ada peningkatan jumlah konstruksi
di sepanjang boulevard area, seperti pusat perbelanjaan, hiburan,
kuliner dan sarana rekreasi, dan juga fasilitas untuk wisata MICE.
Area Boulevard memiliki pemandangan pulau yang menarik,
gunung, langit, dan awan dengan formasi yang berubah-ubah.

KESIMPULAN
Manado memiliki potensi untuk menarik wisatawan ke daerah perkotaan. Hal
ini menyebabkan sebuah peningkatan profil pariwisata melalui pengembangan
produk berdasarkan permintaan wisatawan. Pariwisata dilihat oleh otoritas lokal
sebagai sektor yang signifikan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Ini telah
menyebabkan peningkatan perencanaan untuk pariwisata di kota berdasarkan
sumber daya yang ada dan penciptaan produk baru.
Pariwisata di Manado sedang dalam fase ekspansi dan pariwisata sedang
berlangsung digunakan sebagai katalis pembangunan. Pada saat yang sama, ada
kebutuhan untuk berinvestasi di bidang pariwisata lainnya sumber daya, seperti
warisan dan/atau atraksi sejarah, dan juga infrastruktur, untuk meningkatkan citra
pariwisata yang mengarah pada keunggulan kompetitif bagi kota. Namun,
perkotaan Perkembangan pariwisata memberikan banyak tantangan bagi Kota
Manado jika ingin menjadi urban tourism direncanakan dan dikembangkan secara
berkelanjutan.
Wisata perkotaan di Manado telah muncul sebagai hasil pengembangan
intensif infrastruktur pariwisata dan pengembangan produk yang telah diperlukan
suatu proses perencanaan pariwisata. Namun, studi lebih lanjut diperlukan untuk
memahami fenomena dan kompleksitas fungsi perkotaan yang akan mempengaruhi
pengembangan pariwisata di daerah. Pengembangan waterfront, sebagai bagian dari
urban tourism, telah diadopsi untuk mendukung pertumbuhan kota. Investasi besar-
besaran oleh otoritas lokal di infrastruktur untuk pariwisata, termasuk
pengembangan dan pembangunan kembali tepi laut, memerlukan perencanaan
terpadu untuk pengembangan pariwisata perkotaan secara keseluruhan di daerah
dan integrasi dengan masalah pembangunan perkotaan yang lebih luas.
Waterfronts memiliki banyak kegunaan dan, oleh karena itu, cenderung
menarik dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, tidak hanya pariwisata
minat. Jika kepentingan berbagai kelompok akan dimasukkan ke dalam rencana
pembangunan mengarah ke dukungan yang lebih besar, maka keterlibatan
pemangku kepentingan harus terjadi dan, idealnya, kemitraan antar pemangku
kepentingan harus dibangun. Pendekatan Multi Pemangku Kepentingan untuk
pembangunan waterfront dapat memberikan kontribusi yang besar tidak hanya
untuk konsep dan teori desain yang berpusat pada pengguna tetapi juga untuk
praktiknya, termasuk strategi yang tepat dan metode.

REFERENSI
Andi M Idhom , Tirto.id, (2021), Pengertian kota menurut para ahli dan ciri
kota secara fisik
– sosial.
Aristotulus E.T, dkk (2012), Manado Waterfront Development Concept As
Sustainable City Of Tourism
Bet El Silisna Lagarense. (2013),Evaluating Waterfront Uses for Tourism
and Recreation with Acceptance to Changes:The Case of Manado Waterfront
Development.
BPN. (2010), Data Pertanahan kota Manado
Lagarense, Bet El Silisna, ( 2012), Urban Tourism Planning For Waterfront
Development The Case Of Manado, Indonesia
PU-Net. (2022), Topografi Kota Manado Rifai notanubun, Mussadun (2017),
Kajian perkembangan konsep waterfront city di kawasan pesisir kota ambon
Seputar sulut. (2014), Konsep WaterFront City, Solusi Mengelolah Bantaran
Sungai.
Tungka, A. (2008), Typology Architecture in Waterfront City; Case Study :
Reclamation Area in Manado City, Proceeding On Coastal Planning, Architecture
and Tourism, October, Manado, North Sulawesi, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai