KEGIATAN :
PENYUSUNAN MASTERPLAN
KAWASAN
PEKERJAAN :
PENYUSUNAN MASTERPLAN
PPIB DAN TBT
Tahun 2017
KEGIATAN :
PENYUSUNAN MASTERPLAN
KAWASAN
PEKERJAAN :
PENYUSUNAN MASTERPLAN
PPIB DAN TBT
Tahun 2017
halaman |i
Kata Pengantar
Buku Laporan ini merupakan Laporan akhir dari Pekerjaan “Penyusunan Masterplan PPIB Dan
TBT”. Laporan akhir ini disusun dengan materi tentang metode, pendekatan, data, Analisa,
formulasi strategi pengembangan, kesimpulan dan rekomendasi.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Tegal atas
kepercayaan yang diberikan, dan telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga hasil dari Pekerjaan “Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT” ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Oktober 2017
Tim penyusun
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................... i
BAB 1 Pendahuluan........................................................................................... 1
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | iii
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | iv
Daftar Tabel
Tabel 1-1 Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ................................................ 9
Tabel 2-2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan .......................... 22
Tabel 2-4. PDRB Atas Harga Konstan Kota Tegal Tahun 2012-2014 dalam Miliar rupiah ..... 24
Tabel 2-5 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal berdasar harga Konstan ............................... 25
Tabel 2-6 Daftar Pedagang Penyewa Kios PPIB dan Jenis Usahanya ................................. 42
Tabel 3-5 Pengeluaran Listrik Dan Air Gedung PPIB Kota Tegal ........................................ 58
Tabel 3-7 Jumlah Pendapatan Gedung TBT Kota Tegal Periode Januari-Agustus 2017 ........ 59
Tabel 3-9 Hasil Analisis AIDA Masing-Masing Tahap “Tanggapan Masyarakat Terkait
Pengembangan PPIB dan TBT Menjadi Kawasan Terpadu” .............................................. 61
Tabel 3-10 Pengeluaran rata rata perkapita sebulan (dalam Rupiah) menurut Jenis
pengeluaran dan daerah tempat tinggal Kota Tegal, 2013-2016 ....................................... 65
Tabel 3-11 Pengeluaran rata rata perkapita sebulan (dalam Rupiah) menurut kelompok
Komoditi 2013-2016 ..................................................................................................... 65
Tabel 3-12 Persentase Pengeluaran rata rata perkapita sebulan (dalam Rupiah) menurut
kelompok Komoditi 2013-2016 ...................................................................................... 66
Tabel 3-14 Realisasi Investasi Tahun 2010 – 2015 Kota Tregal (Juta Rupiah) .................... 68
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |v
Tabel 3-15 Pertumbuhan Realisasi Investasi Tahun 2010 –2015 Di Kota Tegal (%)............ 69
Tabel 3-16 Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang dan Tenaga Kerja Menurut Kode Industri
di Kota Tegal, 2016 ...................................................................................................... 71
Tabel 3-19 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Menurut
Badan Hukum di Kota Tegal .......................................................................................... 75
Tabel 3-20 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Menurut
Skala Usaha di Kota Tegal ............................................................................................. 76
Tabel 3-21 Data gedung pertemuan yang ada di Kota Tegal ............................................ 79
Tabel 4-5 Hasil Prioritas Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis QSPM ............................. 97
Tabel 4-6 Kebutuhan Investasi Pengembangan PPIB dan TBT Kota Tegal ....................... 100
Tabel 4-7 Asumsi Skenario Pengembangan PPIB dan TBT Kota Tegal ............................. 102
Tabel 4-8 Hasil Analisis Kelayakan Keuangan Pengembangan PPIB dan TBT.................... 102
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | vi
Daftar Gambar
Gambar 1-1 Format Matriks Internal-Eksternal ................................................................ 12
Gambar 2-3 Kondisi Area Parkir PPIB (Kiri) dan Area Parkir TBT (kanan)........................... 41
Gambar 3-8 Diagram Jumlah Industri Menurut Kecamatan Kota Tegal, 2016 ..................... 72
Gambar 3-9 Diagram Persentase perusahaan menurut skala usaha di kota tegal ............... 76
Gambar 3-13 Posisi Bangunan PPIB, TBT dan Kios Pada Site ........................................... 82
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |1
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, sasaran dan
ruang lingkup pekerjaan dan keluaran dalam
penyusunan masterplan PPIB dab TBT
LATAR BELAKANG
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan langkah strategis dalam mensukseskan
agenda reformasi nasional. Dalam konteks ini sangat dituntut kemandirian daerah dalam
melaksanakan pembangunan. Keberadaan investor untuk pembangunan kota adalah suatu hal
yang sangat mutlak saat sekarang ini, jika kita tindak ingin tertinggal dari daerah-daerah
lainnya, apalagi jika dihubungkan dengan konsep tingkat pertumbuhan ekonomi yang hendak
kita capai. Perkembangan jumlah dan sebaran penduduk yang berlangsung selama masa
kemerdekaan membawa implikasi terhadap perkembangan fisik kota. Kota Tegal sebagai kota
jasa memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat tentunya harus diimbangi dengan
sarana dan prasaran pendorong peningkatan ekonomi khususnya pusat promosi bisnis guna
menuju tercapainya tujuan pembangunan di Kota Tegal khususnya di bidang ekonomi.
Visi Kota Tegal “Kota Tegal Sejahtera, Bermartabat dan Berbasis Pelayanan Prima”
melalui Misi I Mewujudkan Perekonomian Daerah Yang Berdaya Saing Berbasis Keunggulan
Potensi Lokal yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) kawasan PPIB sesuai arah kebijakan sebagai pusat kawasan
Promosi dan Bisnis dan Taman Budaya. Namun keberadaan kawasan tersebut belum mampu
mengembangkan kawasan sebagai pusat promosi maupun budaya. Keberadaan PPIB hanya
sebagai kegiatan pedagang yang kurang bisa meningkatkan potensi PAD maupun
menggerakan perekonomian dikawasan PPIB, demikian TBT keberadannya kurang
berkembang sebagai kawasan pusat kegiatan budaya.
Saat ini PPIB yang terdiri dari hall, kios dan halaman PPIB sudah banyak dipergunakan
untuk berbagai kegiatan dan aktifitas masyarakat. Kios yang berjumlah 48 buah disewakan
antara lain untuk usaha jasa pemasangan jok mobil, wallpaper , salon kecantikan, jasa
pemasangan sound system mobil, biro jasa dan usaha makanan seperti mie ayam. Adapun
untuk hall dan halaman PPIB sering disewa untuk kegiatan perkumpulan klub komunitas mobil
atau motor serta sebagai lahan parkir jika di Rita Mall sedang mengadakan even live music.
Retribusi yang dikenakan di PPIB adalah sesuai dengan Perda Kota Tegal No 2 Tahun 2012
tentang Retribusi Jasa Usaha yaitu sebagai Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang
Struktur berdasarkan jenis, luas, harga satuan dan jangka waktu pemakaian.
Mengacu pada kondisi tersebut tentunya perlu dilakukan kajian dan perencanaan yang
lebih komprehensif lagi, sehingga Rencana Pengembangan Pusat Promosi dan Informasi Bisnis
serta Taman Budaya Tegal dapat diwujudkan. Pengembangan kawasan PPIB dan TBT perlu
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |2
didukung dengan sarana dan prasarana agar dapat menarik minat masyarakat untuk bisa
memanfatakan kawasan tersebut lebih optimal.
Dalam perkembangannya keberadaan PPIB dan TBT sebagai pusat promosi dan
pagelaran budaya masih jauh dari harapan, potensi yang dikembangkan sejak keberadaannya
kurang memiliki potensi dalam mempromosikan bisnis Kota Tegal, inovasi pemanfaatan ruang
di lokasi PPIB sebagai salah satu alternatif yang bisa digali untuk memajukan potensi, tentang
perspektif Kota masa depan, bahwa wujud Kota Tegal masa depan dicirikan oleh Kota Modern,
nyaman dan aman karena pemerintah berwibawa, dunia usaha produktif dan komunitas yang
peduli. Dalam konteks ini berkembang beberapa pusat pertumbuhan ekonomi dan pelayanan
sosial yang baru sebagai landasan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang
berkesinambungan dan berkelanjutan.
Wisata kuliner marupakan salah satu daya pikat tersendiri untuk dapat dikembangkan
mengingat Kota Tegal merupakan daerah transit di wilayah pantura, kawasan PPIB dan TBT
merupakan salah satu pintu gerbang bagi Kota Tegal untuk dapat menarik wisatawan maupun
pelancong yang akan melewati Kota Tegal, kuliner dapat mendukung keberadaan pusat
promosi dan budaya, mengingat selama ini setiap ada kegiatan di kawasan tersebut diisi oleh
pedagang dadakan, sehingga perlu menempatkan sektor lainnya guna mendukung
keberadaan PPIB dan TBT.
DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pajak dan Restribusi Daerah;
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Perdagangan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 2 tahun 2012 tentang Restribusi Jasa Usaha;
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah;
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 2 tahun 2013 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Tegal.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |3
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen Masterplan Kawasan Pusat
Promosi dan Informasi Bisnis (PPIB) dan Taman Budaya (TBT) sebagai kawasan terpadu
B. Tujuan
Mengevaluasi Penataan Kawasan PPIB dan TBT berdasarkan aspek sosial, ekonomi dan
budaya;
Menganalisa sejauh mana potensi, prospek dan dinamika keberadaan PPIB dan TBT dalam
rangka pengelolaan serta pemanfaatannya;
Merekomendasikan pusat kawasan PPIB dan TBT sebagai kawasan terpadu;
Menyusun rencana induk kawasan PPIB dan TBT sebagai kawasan terpadu yg dilengkapi
dengan sarana prasarana dan fasilitas pendukung;
Menyediakan Desain Kawasan PPIB dan TBT serta kuliner;
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |4
Metode Studi
Pekerjaan Jasa Konsultasi Penyusunan Master Plan Kawasan PPIB dan TBT dilakukan untuk
mendapatkan gambaran penggunaan kawasan PPIB berdasarkan manfaat dan biaya yang
akan timbul serta kesesuaian lahan ini menggunakan metode survei pengumpulan data
dengan cara pengamatan di lapangan, wawancara, kuisioner, dan studi literatur. Data yang
dikumpulkan meliputi data sosial-ekonomi, keindahan, dan kenyamanan serta prospek
ekonomi. Wawancara dilakukan kepada pihak- pihak yang terkait dengan penentu
kebijakan. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada responden terkait dengan aspek sosial
ekonomi, keindahan, dan kenyamanan.
Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi kawasan pada saat ini,
data yang dikumpulkan sebagai berikut :
Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi sumber daya baik fisik maupun non fisik dan
permasalahan yang sedang dan akan timbul akibat perubahan dan pengembangan
kawasan PPIB dan TBT.
Penyusunan Rekomendasi
A. Pendekatan Komprehensif
Pekerjaan ini sebagai arahan bagi pembangunan dan pengembangan kawasan PPIB
dan TBT tentunya harus mampu memperhatikan kebijakan dan ketentuan terkait dengan
bangunan gedung, kondis dan kebutuhan pasar, sehingga strategi pelaksanaan pekerjaannya
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |5
harus bersifat komprehensif. Hal lain yang mendasari adalah kompleksitasnya permasalahan.
Secara umum strategi pelaksanaan pekerjaan adalah dengan mempertimbangkan sebanyak
mungkin komponen-komponen yang harus dipertimbangkan sebagai materi di dalam pedoman
pelaksanaan, tetapi juga harus tetap mempertimbangkan sifat teknis, praktis, ekonomis dan
kontekstual terhadap kawasan PPIB dan TBT.
B. Pendekatan Fleksibilitas
TAHAP PERSIAPAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan, tahap persiapan bertujuan menyiapkan tim baik secara
substansial maupun administratif, untuk melaksanakan pekerjaan ini. Serta memenuhi tujuan
dan keluaran yang diharapkan. Kegiatan pada tahap persiapan antara lain:
Tahapan ini meliputi penyempurnaan metodologi agar lebih rinci dan operasional, dan
penyempurnaan jadwal kerja untuk melengkapi dan mensinkronkan antara tugas jadwal
rencana kerja dengan tenaga ahli.
B. Desk Study
Desk study merupakan kegiatan untuk mendapatkan gambaran awal wilayah studi.
Pada tahap ini dikaji data sekunder, seperti: dokumen Rencana Tata Ruang dan Perda
Bangunan Gedung, dan peta-peta yang relevan, seperti peta topografi, peta pola ruang, peta
geologi, dan peta-peta lain yang relevan dan tersedia. Peta-peta tersebut digunakan untuk
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |6
menyiapkan peta dasar untuk kegiatan survey primer. Pada tahap ini, dilakukan pula
penyusunan checklist data, pengumpulan data sekunder, penyusunan daftar pertanyaan,
penyusunan desain survey dan surat pengantar/administrasi untuk di lapangan.
Merupakan kegiatan mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan kembali alokasi tugas
tenaga ahli serta briefing tahap awal.
Lokasi dilaksanakan di Kawasan PPIB dan TBT yang beralamat : Jln. Kolonel Sugiono
No.152, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Indonesia 52113. Dalam perkembangannya
keberadaan PPIB dan TBT sebagai pusat promosi dan pagelaran budaya masih jauh dari
harapan, potensi yang dikembangkan sejak keberadaannya kurang memiliki potensi dalam
mempromosikan bisnis Kota Tegal, inovasi pemanfaatan ruang di lokasi PPIB sebagai salah
satu alternatif yang bisa digali untuk memajukan potensi. Tetapi untuk melihat permasalahan
dan potensi untuk mengembangkan usahanya, diperlukan penelitian untuk merumuskan
strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat bertahan di tengah persaingan yang ada
serta dapat membantu dalam mencapai tujuan perusahaan.
Kegiatan survey atau pengumpulan data, secara umum meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
primer dan sekunder. Berikut ini beberapa teknik pengumpulan data, sebagai berikut :
Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan data-data peraturan, pedoman
pelaksanaan dan aturan-aturan standar yang telah dikeluarkan oleh instansi-instansi yang
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |7
terkait dengan ruang lingkup pekerjaan. Disamping pada instansi yang terkait, survey
pengumpulan data sekunder juga dilakukan pada berbagai perpustakaan umum dan
perguruan tinggi, yang diperkirakan mempunyai buku-buku pegangan (textbooks) untuk
ruang lingkup penelitian pekerjaan ini. Termasuk disini adalah berbagai kepustakaan
tentang hasil penelitian.
a. Survey lapangan adalah pengamatan keadaan lapangan secara visual. Adapun tujuan
dari survey lapangan ini adalah untuk mengamati kondisi yang terdapat di lapangan,
untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya terdapat di lapangan.
Di dalam kegiatan pengamatan di lapangan ini, metode yang digunakan adalah
pengamatan terkendali (controlled obersevation), yaitu metode pengamatan dimana
posisi pengamat hanya terbatas pada pengamatan dari kondisi yang ada, tetapi tidak
secara langsung terlibat di dalam kegiatan-kegiatan yang diamatinya. Obyek lapangan
yang akan dikunjungi adalah lokasi PPIB dan TBT di Jalan Kolonel Sugiono Kota Tegal.
Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2017.
b. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling,
dimana pemilihan responden dilakukan secara sengaja dan dengan pertimbangan
tertentu. Menurut David (2006), dalam analisis ini untuk menentukan responden, tidak
ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli
(expert) di bidangnya. Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pihak
internal dan pihak eksternal. Pihak internal meliputi pengelola PPIB dan TBT, dengan
pertimbangan bahwa para responden tersebut dapat mewakili usaha PPIB dan TBT
dan memiliki wewenang dalam menentukan strategi pengembangan PPIB dan TBT.
Pihak eksternal berasal dari dilakukan pada konsumen/pengguna, dan masyarakat Kota
Tegal. Konsumen dipilih dengan menggunakan convenience sampling, dimana
konsumen yang dapat menjadi responden adalah konsumen yang telah mengunjungi
dan menggunakan fasilitas PPIB dan TBT. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam
studi ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif
Data yang diperoleh dari hasil survei sekunder dan survei primer selanjutnya
diinventarisasi dan dikelompokkan sesuai dengan jenis data. Kegiatan berikutnya setelah
inventarisasi data adalah pengolahan data, yaitu pekerjaan menyusun dan merangkai berbagai
jenis data yang satuan dan fungsinya belum teratur menjadi suatu susunan data yang
sistematis dan terinci sesuai dengan fungsi, klasifikasi dan kegunaannya, yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam kegiatan analisis lebih lanjut.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |8
Tujuan : Mengolah dan menyajikan data hasil survey sekunder dan survey primer
Metode : Desk study
Langkah : Data primer dan data sekunder dikolektifkan dan diolah berdasarkan jenis
dan variable
Output : a. Data kondisi fisik dan non fisik PPIB dan TBT
b. Data perspektif/pendapat dan kondisi pengguna, pengelola dan
masyrakat Kota Tegal terhadap PPIB dan TBT
Durasi : 4 (empat) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertma atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan survey
Hasil pengumpulan data ini kemudian diolah kedalam formulasi penyajian data,
sehingga menjadi masukan untuk proses analisis. Produk penyajian data ini merupakan proses
seleksi data yang disajikan dalam bentuk tabulasi, diagram, diskripsi, grafik dan peta yang
disusun secara sistematis sehingga mudah dibaca, dimengerti dan siap untuk dianalisis. .
TAHAP ANALISIS
Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan metode pengolahan data secara
kualitatif dan kuantitatif, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menyusun sasaran yang
merupakan prioritas bagi perusahaan dengan beberapa pendekatan guna mendapatkan
alternatif strategi perusahaan. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis
deskriptif dan analisis formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan adalah
matriks IFE, matriks EFE, matriks factor internal-eksternal (matriks IE), matriks SWOT, dan
matriks QSP. Menurut David (2009), teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat
diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, yang terdiri dari tahap
input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision
stage). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis lingkungan internal dan
eksternal (IFE dan EFE), analisis IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM.
A. Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif melalui metode kasus dilakukan untuk
mendeskripsikan gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah dan perkembangan
perusahaan; visi, misi dan tujuan pengelola PPIB dan TBT; struktur dinas yang mengelola PPIB
dan TBT; karakteristik produk yang dihasilkan; fasilitas usaha; sumberdaya dinas yang
mengelola PPIB dan TBT : baik sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya
keuangan, dan lainnya.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi factor factor internal
perusahaan dengan mendaftarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
Dalam penyajiannya, daftar faktor-faktor yang bersifat kekuatan ditulis terlebih dahulu
sebelum faktor-faktor yang termasuk dalam kelemahan perusahaan. Daftar harus spesifik
menggunakan persentase, rasio dan angka perbandingan. Data berasal dari hasil wawancara
atau kuesioner dengan pihak-pihak yang mengetahui keadaan perusahaan. Begitu pula
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
halaman |9
Penentuan bobot pada analisis faktor internal dan eksternal perusahaan dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan pada pihak manajemen atau ahli strategi dengan metode
perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode tersebut digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel penentu internal dan eksternal dengan
membandingkan setiap variabel pada baris (horisontal) dan variabel pada kolom (vertikal).
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2 dan 3. Penjelasan dari skala yang
digunakan pada pengisian sel tersebut adalah:
Bentuk penilaian pembobotan faktor internal dan eksternal perusahaan dapat dilihat
pada Tabel
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap factor terhadap jumlah
nilai keseluruhan faktor. Bobot yang diberikan pada setiap faktor berada pada kisaran 0,0
(tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh
besar pada prestasi perusahaan diberi bobot tertinggi, tanpa mempedulikan apakah faktor
tersebut kunci kekuatan dan kelemahan serta peluang ancaman. Jumlah seluruh bobot yang
diberikan pada setiap faktor harus sama dengan 1,0. Hal ini berlaku pada pembobotan faktor-
faktor internal maupun eksternal.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 10
Bobot dari setiap faktor diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
=
∑ = 1
Keterangan:
ai = Bobot faktor ke-i
Xi = Nilai faktor ke-i
I = 1, 2, ..., n
D.Penentuan Rating
Langkah selanjutnya, nilai dari pembobotan disusun dengan peringkat (rating) pada
tiap faktor dan nilai tertimbang dari setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh
total nilai tertimbang perusahaan. Matriks IFE merupakan alat untuk formulasi strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam areal fungsional bisnis
juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan area-area
tersebut (David, 2006). Dengan matriks IFE dapat diketahui kemampuan organisasi dalam
menghadapi lingkungan internalnya dan mengetahui faktor-faktor internal yang penting.
Bentuk matriks IFE menurut David (2006), dapat dilihat pada Tabel berikut:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 11
Total nilai tertimbang matriks IFE dan EFE akan berada pada kisaran 1,0 (terendah)
hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi total nilai tertimbang
perusahaan pada matriks IFE dan EFE mengindikasikan perusahaan merespon kekuatan dan
kelemahan atau peluang dan ancaman dengan sangat baik, begitu pula sebaliknya.
Matriks IE berguna untuk memetakan posisi perusahaan. Matriks IE didasari pada dua
dimensi, yaitu total nilai tertimbang IFE dan total nilai tertimbang EFE. Total nilai
tertimbang IFE ditetapkan pada sumbu x dan total nilai tertimbang EFE pada sumbu y.
Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga sel strategi
utama, yaitu:
a. Divisi pada sel I, II atau IV dapat melaksanakan strategi tumbuh dan kembangkan
(growth and built). Strategi intensif (penetrasi pasar, engembangan pasar dan
pengembangan produk) atau integratif (integrase ke belakang, integrasi ke depan, dan
integrasi horisontal) merupakan strategi yang cocok untuk daerah ini.
b. Divisi pada sel III, V dan VII dapat melaksanakan strategi mempertahankan dan
pelihara (hold and maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan
dua strategi yang cocok digunakan.
c. Divisi pada sel VI, VIII dan IX yaitu strategi panen dan melepaskan (harvest and
divest). Strategi panen dan melepaskan merupakan strategi yang paling cocok
digunakan pada daerah ini.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 12
Matriks SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Kombinasi faktor-
faktor internal dan eksternal dalam matriks SWOT terdiri atas strategi kekuatan-peluang
(S-O), strategi kelemahan peluang (W-O), strategi kelemahan-ancaman (W-T) dan strategi
kekuatan ancaman (S-T). Analisis matriks SWOT akan menghasilkan beberapa alternatif
strategi yang dapat dipilih perusahaan dalam mengembangkan usahanya.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 13
Tahap terakhir dalam formulasi strategi yaitu tahap pengambilan keputusan. Analisis
yang digunakan pada tahap ini adalah matriks QSP (Quantitive Strategic Planning Matrix).
David (2006 ) menyatakan bahwa QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi
untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci
internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Mendaftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Input datanya diperoleh dari
matriks IFE dan EFE yang telah dibuat.
Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis internal dan eksternal. Bobot ini identik
dengan yang digunakan pada matriks IFE dan EFE.
Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari matriks SWOT yang layak untuk
diimplementasikan.
Menetapkan skor kemenarikan relatif (Attractiveness Score/AS) untuk masing-masing
strategi alternatif yang terpilih.
Nilai 3 = menarik
Nilai AS adalah seberapa besar daya tarik relatif alternatif strategi dalam mengatasi faktor-
faktor internal dan eksternal.
Menghitung Total Attractiveness Score (TAS) yang diperoleh dari perkalian bobot dengan
AS pada masing-masing baris. TAS menunjukkan relative attractiveness dari masing-
masing alternatif strategi.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 14
Menghitung jumlah TAS dengan cara menjumlahkan semua TAS pada setiap kolom QSPM.
Nilai TAS yang tertinggi menunjukkan bahwa strategi tersebut yang paling baik untuk
diimplementasikan. Contoh QSPM pada Tabel berikut:
Kegiatan pengumpulan data pada pekerjaan Pekerjaan ini didasarkan pada tujuan yang
akan dilakukan. Berikut penjabaran teknik pengumpulan data pada tiap analisis.
Sumber
Sasaran Analisis Data
Data
Mengevaluasi Prasarana Dekriptif On the Spot Strategy Pengukuran
Sarana dan Utilitas analisis ingkungan (Pengamatan Pengamatan
Kawasan PPIB dan TBT internal dan eksternal langsung di lapangan) Wawancana
perusahaan melalui kuesioner
Mengevaluasi matriks IFE dan EFE Wawancara Wawancana
Manajemen Kawasan Analisis matriks IE dan Kuesioner kuesioner
PPIB dan TBT SWOT. Data sekunder
(struktur organisasi
pengelola, renstra
Menganalisa sejauh matriks QSP (Quantitive matriks IFE dan EFE Hasil analisis
mana potensi, prospek Strategic Planning matriks SWOT
dan dinamika Matrix)
keberadaan PPIB dan
TBT dalam rangka
pengelolaan serta
pemanfaatannya
Merekomendasikan pusat Dekriptif
kawasan PPIB dan TBT Analisis Feasibility
sebagai kawasan Studies
terpadu; architectural
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 15
Sumber
Sasaran Analisis Data
Data
Menyusun rencana induk
kawasan PPIB dan TBT
sebagai kawasan terpadu
yg dilengkapi dengan
sarana prasarana dan
fasilitas pendukung
Menyediakan Desain architectural -
Kawasan Pusat Promosi
dan Informasi Bisnis dan
Taman Budaya Tegal
serta kuliner
Sumber : Tim Penyusun, 2017
Model pengelolaan dan pemanfaatan PPIB dan TBT terpadu dan berkelanjutan melalui
penyelenggaraan Rencana Induk Kawasan PPIB dan TBT melalui:
a. peningkatan efisiensi potensi bangunan dan fasilitas PPIB dan TBT eksisting dengan
memperhatikan fungsi dan peranan PPIB dan TBT;
b. peningkatan pelayanan bangunan dan fasilitas PPIB dan TBT eksisting;
c. peningkatan keterpaduan bangunan dan fasilitas PPIB dan TBT eksisting;
d. penetapan bagian bangunan dan fasilitas PPIB dan TBT eksisting yang dibatasi dan
yang didorong pengembangannya;
e. pencegahan kerusakan/penurunan kualitas bangunan dan fasilitas PPIB dan TBT
eksisting; dan
f. pencegahan tumbuh dan berkembangnya aktivitas yang tidak terencana dan tidak
teratur.
pembangunan kembali PPIB dan TBT, dimaksudkan untuk memulihkan fungsi PPIB dan
TBT dan dilakukan dengan cara
a. rehabilitasi;
b. rekonstruksi; atau
c. peremajaan.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 16
Rencana Induk Kawasan PPIB dan TBT dirumuskan ke dalam rencana teknis
penanganan yang lebih terukur dan presisi baik secara lokasi, besaran/volume, dan terpetakan
secara visual, serta menyusun dan menyepakati daftar komponen pembangunan tahap 1 yang
akan ditindaklanjuti dengan penyusunan desain terhadap komponen komponen tersebut.
Menyusunan rekomendasi Kawasan PPIB dan TBT berdasarkan hasil Analisis Kelayakan
Keuangan, Aspek Potensi Pasar, Aspek Kelayakan Hukum, Aspek Kelayakan Lingkungan
sosekbud, dan Aspek Kelayakan kelembagaan. Kemudian dilakukan tahap pengurutan usulan
yang layak, tahap rencana pelaksanaan proyek bisnis dan kesimpulan serta rekomendasi
pelaksanaan proyek bisnis, ketentuan pengendalian rencana, rekomendasi pengendalian
pelaksanaan
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 17
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 18
KERANGKA PIKIR
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 19
Sistematika Penulisan
Sistematika pelaporan laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, keluaran dalam
penyusunan kegiatan dan tahapan, metode pelaksanaan kegiatan.
Gambaran wilayah kajian berupa gambaran Kota Tegal dan PPIB dan TBT
Analisa kegiatan kawasan PPIB dan TBT meliputi analisis lingkungan internal, eksternal,
analisis arsitektural.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 20
Secara adminstratif bahwa Kota Tegal terbagi ke dalam 4 kecamatan dengan 27 Kelurahan.
Luas
Kecamatan Persentase
(Km2)
Tegal selatan 6,43 16,2
Tegal timur 6,36 16,03
Tegal barat 15,13 38,13
Margadana 11,76 29,64
39,68 100
Sumber: Kota Tegal dalam Angka 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 21
Kota Tegal secara geografis terletak diantara 109°08’ - 109°10’ Bujur Timur dan 6°50’
- 6°53’ Lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 Km² atau kurang lebih 3.968 Hektar.
Kota Tegal berada di Wilayah pantai utara, dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah berada di
Wilayah Barat, dengan bentang terjauh utara ke Selatan 6,7 Km dan Barat ke Timur 9,7 Km.
Dilihat dari Letak Geografis, Posisi Kota Tegal sangat strategis sebagai Penghubung jalur
perekonomian lintas nasional dan regional di wilayah Pantai Utara Jawa ( Pantura ) yaitu dari
barat ke timur (Jakarta-Tegal-Semarang-Surabaya) dengan wilayah tengah dan selatan Pulau
jawa (Jakarta-Tegal-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya) dan sebaliknya.
Topografi Kota Tegal termasuk dalam kategori dataran rendah, yaitu memiliki
ketinggian antara 0-3 meter diatas permukaan air laut (dpal), membentang dari wilayah Timur
hingga ke Barat dan Wilayah Selatan hingga ke Utara. Batuan pembentuk lahan di Kota Tegal
terbagi dalam dua jenis batuan pembentuk, yaitu tanah liat dan pasir. Batuan pasir banyak
tersebar di sepanjang daerah pesisir mulai dari Kecamatan Tegal Barat dan Tegal Timur yaitu
Kelurahan Muarareja, Kelurahan Tegalsari, Kelurahan Mintaragen, dan Kelurahan Panggung.
Adapun persebaran tanah liat berada di hampir keseluruhan Kecamatan di Kota Tegal.
Terdapat 4 (empat) sungai yang mengalir di wilayah administratif Kota Tegal yang mencakup
16 kelurahan (52,26 persen). Keempat sungai tersebut yaitu Sungai Ketiwon, Sungai Gung,
Sungai Gangsa, dan Sungai Kemiri.
Iklim di Kota Tegal termasuk kedalam kondisi iklim tropis kering. Rata rata suhu udara
di Kota Tegal padat tahun 2015 lebih renah dibandng tahun 2013-2014. Pada tahun tersebut
suhu udara terendah berada pada bulan febuari yatu 24,30˚ Celcius, sedangkan suhu tertinggi
mencapai 32,70˚ Celcius pada bulan November. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi geografis
Kota Tegal yang berada di daerah pesisir. Kelembaban udara berkisar antara 69 persen hingga
85 persen dengan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Jumlah hujan tertinggi
terjadi pada bulan januari – aprl dan desember. Kondisi ini berlawanan dengan persentase
penyinaran matahari pada tiap bulannya. Pada bulan dengan curah hujan tinggi, persentase
penyinaran matahari cenderung rendah. Sedangkan pada bulan dengan curah hujan rendah
maka persentase penyinaran matahari cukup tinggi. Kecepatan angin pada tahun 2015
berkisar 3,50 knot hingga 5,20 knot. Angka tersebut cukup rendah jika dibandingkan tahun
tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 kecepatan angina mencapai 21,58 knot tahun 2014 turun
menjadi 18,75 knot. Pada tahun 2015 rata rata kecepetan angin mengalami penurunan yang
cukup tinggi menjadi 4.30 knot.
KONDISI KEPENDUDUKAN
Penduduk Kota Tegal tahun 2016 berdasarkan proyeksi penduduk sebanyak 247.212
jiwa yang terdiri atas 122.415 jiwa penduduk laki-laki dan 124.797 jiwa penduduk perempuan.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Kota Tegal mengalami
pertumbuhan sebesar 0,44 persen. Kecamatan dengan pertumbuhan paling besar adalah
Tegal Timur. Laju pertumbuhan penduduk Tegal Timur per tahun 2010-2016 sebesar 0,86
persen, sedangkan laju pertumbuhan 2015-2016 adalah 0,79 persen. Sementara itu besarnya
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 22
angka rasio jenis kelamin penduduk Kota Tegal tahun 2016 sebesar 98,09. Kepadatan
penduduk di Kota Tegal tahun 2016 mencapai 6.230 jiwa/km2.
Kecamatan Tegal Timur memiliki kepadatan paling tinggi dibanding kecamatan lain
yaitu mencapai 12.274 jiwa/km2. Kondisi ini terjadi karena wilayah Tegal Timur merupakan
konsentrasi ekonomi, pusat pemerintahan dan pusat pendidikan di Kota Tegal. Jika dilihat
menurut kelompok umur jumlah penduduk di tiap kelompok umur hampir sama. Kondisi ini
mengindikasikan rendahnyatingkat fertilitas dan mortalitas di Kota Tegal.
Laju pertumbuhan
Jumlah penduduk
penduduk
Kecamatan
2015 2016 2010- 2014- 2015-
2010 2014
2015 2015 2016
Tegal selatan 57.688 58.850 59.115 59.368 0,49 0,45 0,43
Tegal timur 74.254 76.836 77.456 78.065 0,85 0,81 0,79
Tegal barat 62.562 63.443 63.634 63.810 0,34 0,30 0,28
Margadana 45.501 45.849 45.915 45.969 0,18 0,14 0,12
240.005 244.978 246.119 247.212 0,50 0,47 0,44
Sumber: Kota Tegal dalam Angka 2017
Di kota Tegal banyak pekerja di sector informal yang bekerja musiman, seperti
misalnya nelayan dan pedagang “warteg’. Jika nelayan bekerja musiman karena cuaca, para
pekerja warteg biasanya memiliki waktu bekerja dan libur secara bergantian. Periode waktu
yang disepakati juga beragam. Kondisi ini terlihat pada fluktuasi jumlah nagkatan kerja dari
tahun 2010-2015. Fluktuasi tersebut terjadi karena para pekerja musiman dengan mudah
masuk dan keluar kategori angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pada tahun 2016, dari
185.157 jiwa usia 15 tahun keatas 34,83 persen (64.492 jiwa) masuk dalam kelompok bukan
angkatan kerja. Penduduk yag masuk kelompok tersebut sebagian besar memiliki kegiatan
mengurus rumah tangga yaitu 41.135 penduduk. Penduduk yang masuk angkatan kerja
sebagian besar lulusan SMA (36.890 jiwa). Penduduk dengan jenjang Pendidikan SD dan SMA
mendominasi kelompok angkatan kerja di Kota Tegal.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 23
KONDISI PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tegal 2016 mengalami pertumbuhan 5,46 persen.
Sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi terendah
terjadi pada kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 1,79
persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori pengedaan listrik dan gas yaitu 9,89
persen. Kondisi ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya dimana transportasi dan
pergudangan yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,20 persen. Jasa
perusahaan dari tahun ke tahun memiliki angka pertumbuhan yang cukup tinggi dibanding
lapangan usaha lainnya. Pada periode 2014-2016 angka pertumbuhan jasa perusahaan
meskipun tinggi tapi cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Indeks implisit dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Ini menunjukkanbahwa telah
terjadi kenaikan harga tiaptahun. Perbandingan laju indeks implisitdari tahun n dibanding
tahun (n-1)disebut inflasi di tingkat produsen. Lajuindeks implisit (inflasi) tahun 2016 lebih
kecil dibanding tahun sebelumnya yaitudari 3,55 persen menjadi 2,60 persen.Dilihat dari
kategori penyumbang inflasi tertinggi terjadi pada kategoripengadaan listrik dan gas yaitu
sebesar6,12 persen, diikuti kategori penyediaanakomodasi dan makan minum sebesar5,59
persen. Sedangkan inflasi terendah 5,59 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada
kategori jasa perusahaan yaitu 0,58 persen.
A. Struktur Perekonomian
Ketersediaan faktor-faktor produksi yang ada di suatu daerah dalam periode tertentu,
biasanya satu tahun dinyatakan dalam suatu angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
PDRB Kota Tegal Tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 3.081 milyar dan atas
dasar harga konstan mencapai Rp 1.408 milyar. Nilai tersebut adalah jumlah faktor produksi
yang tersedia di wilayah Kota Tegal, sehingga Pendapatan Regional per Kapita Kota Tegal
Tahun 2012 mencapai Rp. 10,78 juta rupiah.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 24
Tabel 2-4. PDRB Atas Harga Konstan Kota Tegal Tahun 2012-2014 dalam Miliar
rupiah
Tahun/ Year
No Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian 418,36 432,28 424,19 435,55 458,52
2 Pertambangan dan Galian
3 Industri Pengolahan 1.017,51 1.121,10 1.205,04 1.279,11 1.337,91
4 Listrik, dan Gas 14,28 14,76 15,23 15,34 16,86
Air, sampah, limbah dan
5 5,73 5,74 5,91 6,01 6,12
daur ulang
6 konstruksi 1.315,76 1.363,40 1.410,52 1.495,21 1.585,67
Perdagangan, Hotel dan
2.285,28 2.404,08 2.510,61 2.614,52 2.733,74
7 Resto
transportasi dan
291,24 313,31 365,74 400,47 425,35
8 pergudangan
akomodasi dan makan
401,39 432,18 464,85 497,76 542,24
9 minum
10 informasi dan komunikasi 442,21 469,93 500,94 533,64 567,21
jasa keuangan dan
384,34 358,68 366,14 385,88 412,53
11 asuransi
12 real estate 174,41 184,87 194,91 206,80 219,23
13 jasa obyek perencanaan 25,09 28,29 31,03 33,52 35,78
administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan 470,39 482,68 474,89 496,53 516,57
14 sosial wajib
15 jasa pendidikan 247,10 266,74 292,74 313,46 333,96
jasa kesehatan dan
95,21 102,30 115,89 124,06 131,57
16 kegiatan sosial
17 jasa lainnya 98,18 103,73 112,4 116,01 119,69
Produk Domestik Regional
Bruto 7.686,48 8.084,07 8.491,03 8.953,88 9.442,94
Sumber : Kota Tegal dalam Angka Tahun 2016
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 25
baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan harus
berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan
kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Laju pertumbuhan
ekonomi Kota Tegal 2016 mengalami pertumbuhan 5,46 persen. Sedangkan pada tahun
sebelumnya sebesar 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada kategori
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 1,79 persen. Laju
pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori pengedaan listrik dan gas yaitu 9,89 persen.
Kondisi ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya dimana transportasi dan
pergudangan yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,20 persen. Jasa
perusahaan dari tahun ke tahun memiliki angka pertumbuhan yang cukup tinggi dibanding
lapangan usaha lainnya. Pada periode 2014-2016 angka pertumbuhan jasa perusahaan
meskipun tinggi tapi cenderung menurun dari tahun ke tahun. Masing-masing lapangan usaha
memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap total PDRB. Ada tiga sektor yang memiki peran
cukup besar pada pembentukan PDRB harga berlaku tahun 2016 yaitu industri pengolahan
(14,88 persen), konstruksi (16,76 persen) dan perdagangan besar eceran serta reparasi mobil
dan sepeda motor (28,26 persen).
Indeks implisit dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Ini menunjukkan bahwa telah
terjadi kenaikan harga tiap tahun. Perbandingan laju indeks implisit dari tahun n dibanding
tahun (n-1) disebut inflasi di tingkat produsen. Laju indeks implisit (inflasi) tahun 2016 lebih
kecil dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 3,55 persen menjadi 2,60 persen. Dilihat dari
kategori penyumbang inflasi tertinggi terjadi pada kategori pengadaan listrik dan gas yaitu
sebesar 6,12 persen, diikuti kategori penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 5,59
persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada kategori jasa perusahaan yaitu 0,58 persen.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 26
Untuk mencapai visi jangka menengah 2009–2014 Kota Tegal, misi yang dilaksanakan
Kota Tegal adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 27
Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana umum daerah serta
mengembangkan citra kota yang berwawasan lingkungan.
Meningkatkan infrastruktur dan jasa pelayanan perikanan kelautan sesuai kewenangan
pemerintah kota serta mengoptimalkan pemanfaatan potensi bahari (maritim) dalam
mendukung perkembangan perekonomian daerah.
Terkait dengan budaya dan bisnis di Kota Tegal berikut penjabaran misi diatas.
Strategi
a. Sosial Budaya
b. Ekonomi
Arah kebijakan
a. Sosial Budaya
b. Ekonomi
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 28
Kebijakan Umum
a. Ekonomi
1) Perdagangan
2) Industri
Kebijakan dalam urusan koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
diarahkan pada:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 29
4) Penanaman Modal
peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah
kota;
Strategi peningkatan dan penyediaan RTH yang proporsional di seluruh wilayah daerah
meliputi :
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 30
peningkatan pemanfaatan ruang pada wilayah pesisir yang memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan; dan
Strategi peningkatan pemanfaatan ruang pada wilayah pesisir yang memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana meliputi :
a. mengembangkan kolam tampung air dan tanggul pantai untuk menanggulangi potensi
banjir dan rob;
b. melakukan penghijauan kawasan pantai; dan
c. mengupayakan pengembalian ruang hijau sempadan sungai dan sempadan pantai.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 31
Strategi pelestarian dan peningkatan nilai–nilai sosial dan budaya masyarakat meliputi :
a. mengembangkan nilai budaya bahari sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal
melalui pengembangan kawasan wisata bahari; dan
b. melestarikan nilai budaya dan arsitektur melalui penetapan, pemeliharaan dan
pengembangan benda–benda cagar budaya.
PPK berada di Kecamatan Tegal Timur dengan fungsi utama meliputi pemukiman, pusat
pemasaran dan perdagangan, pusat perhubungan dan telekomunikasi, pusat kegiatan
usaha jasa dan produksi, serta pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan,
peribadatan)
SPPK meliputi:
a. SPPK Bandung memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman yang meliputi wilayah
kecamatan Tegal Selatan;
b. SPPK Kraton memiliki fungsi untuk pelayanan perdagangan dan jasa yang meliputi
wilayah kecamatan Tegal Barat;
c. SPPK Kejambon memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman, pendidikan,
perdagangan dan jasa yang meliputi wilayah Kecamatan Tegal Timur; dan
d. SPPK Sumurpanggang memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman dan pendidikan
meliputi wilayah Kecamatan Margadana.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 32
D.Kawasan Perumahan
E. Kawasan Strategis
kawasan pusat kota yang berada di Kecamatan Tegal Barat dan Kecamatan Tegal Timur
atau pada kawasan SPPK Kraton dan SPPK Kejambon diarahkan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa serta perkantoran, meliputi:
kawasan koridor terpengaruh oleh jalur utama pantai utara dan jalur selatan Kota Tegal
diarahkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, rencana pengembangannya meliputi :
a. peningkatan intensitas jumlah kawasan perdagangan dan jasa disepanjang koridor dan
peningkatan tingkat pelayanan kawasan terutama untuk pelayanan tingkat regional
dan kota; dan
b. peningkatan jaringan jalan.
kawasan sekitar pelabuhan dan Kawasan Industri Terpadu terdapat di SPPK Kraton dan
diarahkan untuk mendukung kegiatan kepelabuhan meliputi:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 33
Kawasan Kota Lama yang terletak di lingkungan Balai Kota Lama di Kelurahan Tegalsari;
dan
Rencana penanganan kawasan stasiun kereta api di Kelurahan Panggung dilakukan melalui
:
a. zona perumahan yang kegiatan dominan berupa rumah tinggal disertai dengan fasilitas
pendukung dengan skala lingkungan;
b. rumah susun dan apartemen, diizinkan berada pada jalan kolektor sekunder dan/atau
mempunyai akses jalan sendiri ke jalan kolektor sekunder;
c. ketentuan KDB maksimum pada kawasan ini adalah 70 % (tujuh puluh persen) pada
jalan arteri, 65 % (enam puluh lima persen) pada jalan kolektor 60 % (enam puluh
persen) pada jalan lokal;
d. pengembangan perumahan dengan bangunan vertikal dengan koefisien dasar
bangunan paling tinggi 40% (empat puluh persen);
e. pengembangan perumahan dengan kepadatan tinggi dengan koefisien dasar
bangunan paling tinggi 70% (tujuh puluh persen);
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 34
a. semua jenis kegiatan perdagangan diizinkan kecuali perdagangan grosir yang berada
di jalan kolektor primer;
b. Tempat hiburan (karaoke, cafe), diizinkan terbatas, dengan ketentuan tidak
menimbulkan gangguan lingkungan dan dengan pembatasan jam operasi;
c. kegiatan perdagangan diizinkan terbatas untuk SPBU, bengkel, apartemen, hotel,
kondominium dan jual beli kendaraan dengan syarat, minimum berada pada jalan
kolektor sekunder dan tidak menimbulkan gangguan lingkungan;
d. ketentuan KDB maksimum pada kawasan ini adalah 60 % (enam puluh persen) pada
jalan arteri primer, 70 % (tujuh puluh persen) pada jalan kolektor primer, dan 80 %
(delapan puluh persen) pada jalan kolektor sekunder dan jalan lokal; dan
e. ketentuan KDH minimum pada kawasan ini adalah 20 % (dua puluh persen) pada jalan
arteri primer, 15 % (lima belas persen) pada jalan kolektor primer, dan 10 % (sepuluh
persen) pada jalan kolektor sekunder dan jalan lokal.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 35
Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal, disusun dengan ketentuan:
Kawasan peruntukan lainnya, salah satunya adalah Kawasan Pelayanan terdiri atas :
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 36
bangunan gedung fungsi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal;
bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia
melakukan ibadah;
bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan
kegiatan usaha;
Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan
kegiatan usaha dapat berbentuk:
bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia
melakukan kegiatan sosial dan budaya;
Bangunan gedung sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia
melakukan kegiatan sosial dan budaya dapat berbentuk:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 37
bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan
kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat risiko bahaya tinggi;
dan
bangunan gedung lebih dari satu fungsi.
a. bangunan gedung darurat atau sementara, yaitu bangunan gedung yang karena
fungsinya direncanakan mempunyai umur layanan sampai dengan 5 (lima) tahun;
b. bangunan gedung semi permanen, yaitu bangunan gedung yang karena fungsinya
direncanakan mempunyai umur layanan di atas 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh)
tahun; dan
c. bangunan gedung permanen, yaitu bangunan gedung yang karena fungsinya
direncanakan mempunyai umur layanan di atas 20 (dua puluh) tahun.
a. tingkat risiko kebakaran rendah, yaitu bangunan gedung yang karena fungsinya,
desain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan
kualitas bahan yang ada didalamnya tingkat mudah terbakarnya rendah;
b. tingkat risiko kebakaran sedang, yaitu bangunan gedung yang karena fungsinya, disain
penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas
bahan yang ada di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sedang; dan
c. tingkat risiko kebakaran tinggi, yaitu bangunan gedung yang karena fungsinya, dan
disain penggunaan bahan dan komponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dan
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 38
kualitas bahan yang ada di dalamnya tingkat mudah terbakarnya sangat tinggi
dan/atau tinggi.
a. bangunan gedung di lokasi dengan kepadatan rendah, yaitu bangunan gedung yang
pada umumnya terletak pada daerah pinggiran/luar kota atau daerah yang berfungsi
sebagai resapan;
b. bangunan gedung di lokasi dengan kepadatan sedang, yaitu bangunan gedung yang
pada umumnya terletak di daerah permukiman; dan
c. bangunan gedung di lokasi dengan kepadatan tinggi, yaitu bangunan gedung yang
pada umumnya terletak di daerah perdagangan/pusat kota.
a. bangunan gedung bertingkat rendah, yaitu bangunan gedung yang memiliki jumlah
lantai sampai dengan 4 lantai;
b. bangunan gedung bertingkat sedang, yaitu bangunan gedung yang memiliki jumlah
lantai mulai dari 5 lantai sampai dengan 8 lantai; dan
c. bangunan gedung bertingkat tinggi, yaitu bangunan gedung yang memiliki jumlah
lantai lebih dari 8 lantai.
kepemilikan meliputi:
a. bangunan gedung milik negara/Daerah, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lain, seperti gedung kantor dinas,
gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, rumah negara, dan lain-lain;
b. bangunan gedung milik perorangan, yaitu bangunan gedung yang merupakan
kekayaan milik pribadi atau perorangan dan diadakan dengan sumber pembiayaan dari
dana pribadi atau perorangan; dan
c. bangunan gedung milik badan usaha/yayasan, yaitu bangunan gedung yang
merupakan kekayaan milik badan usaha non pemerintah dan diadakan dengan sumber
pembiayaan dari dana badan usaha non pemerintah tersebut.
PPIB dan TBT adalah gedung yang ada di kota Tegal yang merupakan salah satu asset
daerah yang dimiliki Kota Tegal. Sejarah berdirinya PPIB lebih dulu daripada gedung TBT.
Perencanaan pendirian PPIB diawali di tahun 1998. Pendirian PPIB dan TBT awalnya di dirikan
oleh Pemerintah Kota Tegal, untuk menangkap peluang ekonomi yang begitu besar. PPIB
dibangun untuk menangkap peluang perdagangan dan industri yang ada di Kota Tegal, dan
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 39
menjadikan bidang perdagangan dan industri lebih maju. Pendirian PPIB awalnya digunakan
sebagai wahana bagi promosi dan kegiatan bisnis di Kota Tegal. Awal dipakainya gedung PPIB
di sekitar tahun 2010, dimana gedung ini dipakai untuk kegiatan temu bisnis. Kegiatan pertama
kali nyang diadakan di PPIB berlangsung sukses, karena diikuti oleh ± 64 IKM.
Pusat informasi bisnis yang ada di Jawa Tengah. Sedangkan pusat informasi bisnis
yang ada di Jawa Tengah adalah:
Pusat Promosi Informasi dan Bisnis adalah gedung bangunan milik Pemerintah Kota
Tegal dengan tujuan sebagai pusat promosi dan bisnis untuk UMKM yang ada di Kota Tegal.
Pengelolaan PPIB dibawah Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal.
Secara struktur kelembagaan pengelolaan PPIB di bawah Sub Bagian umum & Kepegawaian.
Petugas kebersihan di PPIB berjumlah 5 orang. Kegiatan lain yang pernah menggunakan PPIB
adalah kantor KADIN, resepsi pernikahan, event (motor, nonton bareng).
Taman Budaya Tegal atau TBT adalah sebuah kompleks gedung bangunan milik
Pemerintah Kota Tegal, dikelaola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Struktur
kelembagaan pengelola TBT adalah masuk dalam bidang kebudayaan seksi seni budaya.
Pengelola harian ada 12 orang. Gedung ini dibangun untuk keperluan penyediaan wahana
apresiasi, pelatihan, pengembangan, pertunjukan seni, pameran, pendokumentasian karya-
karya para seniman dan kegiatan. Area seluas 1 hektar yang berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono
Kota Tegal, ini diresmikan pada 19 Desember 2012 oleh Walikota Tegal (saat itu), Ikmal Jaya,
S.E., Ak.
Denyut kesenian Kota Tegal, sejak era 1970, sudah menampakkan gairahnya. Teater
RSPD, Teater Puber, dan Teater Massa Hisbuma merupakan kelompok seni yang paling
meramaikan khasanah kesenian Kota Tegal hingga dasawarsa 1990-an. Tercatat pula,
beberapa seniman/grup berskala nasional yang pernah berkunjung dan mementaskan
karyanya seperti; WS Rendra, Bengkel Teater, Teater Lingkar, Teater Tetas, ADA Band,
Kerispatih, Dewa 19, Ari Lasso, Ari Sutedja (pianis), Luluk Purwanto, dan masih banyak lagi.
Selain itu, beberapa peneliti dari luar negeri juga pernah melakukan penelitiannya selama
berbulan-bulan di Kota Tegal dalam rangka menyusun disertasi mereka yaitu Anton Lucas
(penulis buku Peristiwa Tiga Daerah) dan Richard Curtis. Meningkatnya volume kegiatan
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 40
kesenian yang kurang diimbangi tersedianya tempat pertunjukan merupakan keprihatinan bagi
kalangan seniman setempat. Sementara Gedung Kesenian Tegal yang ada saat itu kuranglah
memadai untuk menyelenggarakan pertunjukan-pertunjukan, karena beberapa bagian
bangunan telah rusak. Maka pada tahun 2009, sejumlah seniman bersama Dewan Kesenian
Tegal, didampingi oleh staf dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan mengadakan
studi banding ke Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta. Dan hasilnya, dengan mengusung
spirit dari Taman Budaya Jawa Tengah, penyusunan usulan pembangunan gedung taman
budaya pun disetujui oleh Pemkot Tegal. Selama kurun waktu 2010 sampai 2012 dibangunlah
Taman Budaya Tegal dengan menghabiskan anggaran sekitar Rp. 5 miliar
Resital piano Golden Finger oleh Jelia dan Michael Gunadi Wijaya.
Semenjana Voice dalam peresmian Teater Arena TBT
Teater RSPD dalam lakon Testimoni Drupadi.
Kusuma Budaya dalam peresmian Teater Arena TBT
Seni ruparupa mahasiswa Unnes
Teater Qi dan CressindO dalam drama musikal Rama Shinta.
Putu Wijaya, Agus R Sarjono, Iman Soleh, dan Joni Ariadinata dalam acara Sastrawan
Bicara Siswa Bertanya (SBSB)
Monolog Mbah Tohir (Sutradara Srimulat)
Reunion 4E (Ebiet G. Ade, Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, dan E.H. Kartanegara) dalam
launching buku kumpulan cerpen Tunas karya Eko Tunas.
Jumlah Taman Budaya hanya ada 4 (Surakarta, Banyumas, Semarang dan Kota Tegal)
di Jawa Tengah menjadi modal dalam pengembangan jaringan kegiatan budaya dan seni yang
ada di Jawa Tengah terutama pesisir utara, sehingga TBT menjadi wadah bagi apresiasi seni
bagi semua seniman yang ada di pesisir utara Jawa Tengah.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 41
Prasarana, sarana dan Utilitas yang ada di PPIB dan TBT terdiri dari:
Prasarana
a. Area parkir PPIB seluas ± 3000 m2 Dengan material berupa paving dengan kondisi
relative baik, walaupun ada sekitar 20% yang mengalami kerusakan. Peneduh area
parkir berupa pohon ketapang. Area parkir ini sering digunakan untuk event motor,
mobil, konser dll
b. Area parkir TBT seluas ± 4600 m2 berupa tanah tanpa perkerasan, sehingga ketika
musim penghujan menjadi berlumpur dan terdapat beberapa genangan.
Apabila ada kegiatan/event di PPIB dan TBT area parkir tidak dapat menampung semua
kendaraan pengunjung. Selain itu area parkir PPIB dan TBT juga sering digunakan oleh
Rita Mall sebagai tempat parkir karena kapasitas parkir Rita Mall kurang ketika ada event
besar. Pada saat lebaran kawasan PPIB dan TBT menjadi rest area untuk jalur pantura.
Gambar 2-3 Kondisi Area Parkir PPIB (Kiri) dan Area Parkir TBT (kanan)
Sarana
a. Gedung PPIB terdiri dari 2 lantai dengan luas lantai 1 (± 890 m2) dan lantai 2 (± 570
m2). Pada lantai 2 terdapat 2 ruang utama yang saat ini tidak digunakan.
b. Gedung TBT berupa ruang pementasan dengan luas ± 1180 m2. Fasilitas yang ada
berupa ruang rias (waredrope room), ruang perlengkapan dan ruang persiapan.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 42
c. Kios PPIB terdiri dari 48 kios, dengan luas masing masing kios ± 9 m2. Dari hasil survey
di lapangan, tercatat hanya terdapat 30 kios atau 62% yang aktif di PPIB, dimana
disewa oleh 19 pedagang. Sedangkan jumlah keseluruhan kios adalah 48. Pedagang
yang menyewa kios di lokasi PPIB berupa pedagang makanan, jasa dan barang. Berikut
daftar pedagang penyewa kios PPIB dan jenis usahanya.
Tabel 2-6 Daftar Pedagang Penyewa Kios PPIB dan Jenis Usahanya
No Nama Pemilik
Nomor Kios Keterangan
. Kios
1 Luki Afandi 1 Jual kaos
2 Mutiah 2 Wallpaper dinding
3 Joko Saetyo 3 Minuman (Susu Kambing)
Service jok mobil & basecamp komunitas mobil
4 Hendikari K 4,5,6
DGCI
5 Kustomo 10 -
6 Ida Farida 12 -
Bambang
7 13,14 Biro perjalanan (PO bus pariwisata)
Sumoto
8 Sany 15 -
9 Edi Suratno 17,18 Biro perjalanan (PO bus pariwisata)
10 Deni Harbar 23,34 Variasi sound mobil
11 Aji 27 Aplikasi Online
12 Ismail Yumus 30 -
13 Nurdiani 33 -
34,35,36,47,4
14 Hendra Prasteya Jasa pembayaran Listrik
8
15 Beni Kosapril 37,39 Makanan
16 Riri Nugrahai 38 Makanan (mie ayam)
17 Fito 40 -
18 Andi Wibowo 41,42 -
19 Darmawan/Hadi 45 -
Sumber : Hasil Survei Lapangan Tahun 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 43
d. mushola dan toilet/lavatory. Kondisi tidak terpakai, sehingga pada beberapa bagian
mengalami kerusakan fisik bangunan. Berikut gambar kondisi mushola dan
toilet/lavatory
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 44
Utilitas
a. Listrik, jaringan listrik untuk PPIB menggunakan sambungan udara dengan sumber dari
PLN, tetapi apabila ada event menggunakan dukungan sumber listrik dari genset.
Beban biaya akibat tambahan listrik dari genset tersebut di bebankan kepada pihak
penyewa/penyelenggara event.
b. Air bersih, bersumber dari sumur dalam yang ada di kawasan. Kualitas air tidak terlalu
baik, karena berbau dan sedikit berwarna terutama pada musim kemarau.
c. Drainase, saluran drainase di kawasan sudah mencakup semua bangunan gedung yang
ada. Saluran drainase yang ada berupa Buis beton U-30 cm
d. Persampahan, persampahan pada kawasan belum terkoneksi dengan jaringan
persampahan kota walaupun berada pada jalur pengangkutan persampahan.
Pengelolaan sampah karena event yang ada hanya dibuang dan dibakar pada lahan
kosong yang adai di TBT. Sarana persampahan masih dikelola sendiri oleh PPIB dan
TBT dengan dikumpulkan di salah satu sudut tapak.
pembangunan Sekretariat,
pembangunan Pendapa ageng,
pembangunan Pendapa alit,
pembangunan Ruang pameran,
pembangunan Ruang dokumentasi,
pembangunan Ruang studio (audio/video),
pembangunan Wisma seni,
pembangunan Aula (ruang rapat),
pembangunan Area parkir.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 45
Sedangkan di PPIB hanya berupa renovasi serta pembangunan pagar depan serta pos
keamanan. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa usulan pengembangan yang
meliputi:
Dari semua rencana tersebut yang sudah ada DED nya adalah pembangunan Pendapa
ageng dan pembangunan pagar depan serta pos keamanan.
D.Keuangan
Biaya pembangunan PPIB dan TBT bersumber dari APBD Kota Tegal, demikian juga
dengan pemeliharaan dan pengembangan. Pemeliharaan PPIB dan TBT saat ini belum ada
anggaran khusus dari Dinas pengelola. Sehingga biaya pemeliharaan menjadi 1 bagian dari
operasional/pemeliharaan gedung Dinas tersebut. Sumberdaya keuangan yang ada saat ini
berasal dari:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 46
Restribusi Sewa Gedung PPIB, halaman parkir dan kios di halaman PPIB
Target penerimaan dari PPIB adalah Rp. 56.180.000,-. Pada tahun 2016 target tersebut
terpenuhi.
Target penerimaan dari PPIB adalah Rp. 64.000.000,-, pada tahun 2016 jumlah
penerimaan sejumlah 65.200.000,-. Terlampauinya target penerimaan dikarenakan
promosi yang dilakukan oleh dinas pengelola serta harga sewa yang lebih murah
dibandingkan tempat lainnya.
Pemasaran PPIB hanya ada pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Tegal
(http://dpmptsp.tegalkota.go.id/perizinanonline/web/kontent/54/page-faq.html). PPIB
merupakan lokasi yang dipromosikan sebagai proyek kerjasama investasi antara pemkot
dengan swasta. Keterangan yang ada berupa Pengelolaan Gedung Pusat Promosi dan
Informasi bisnis (PPIB) , memiliki fasilitas : Jalan dan Tempat Parkir luas, Listrik dan Air, 1 unit
Gedung (Hall) , 1 unit Mushola, 2 unit Ruang Showroom Kerajinan, 48 unit Kios. Sedangkan
untuk dinas yang mengelola PPIB dan TBT tidak ada informasi resmi dan terbuka PPIB dan
TBT, hal ini terlihat pada website resmi pemerintah Kota Tegal ataupun dinas yang
bertanggungjawab mengelola PPIB dan TBT.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 47
Man
Dalam studi ini akan mengalisa sumber daya manusia (SDM) pengelola kawasan PPIB dan
TBT baik SDM yang berada di kawasan PPIB dan TBT, selain itu juga SDM dan struktur
organisasi yang berada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mengelola kawasan
PPIB dan TBT. Apakah SDM dan struktur organisasi yang berada di Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) dapat mengelola kawasan PPIB dan TBT ini dengan baik?
Money
Yang dimaksud dengan money/uang adalah anggaran dan pendapatan (akutansi) untuk
mengelola kawasan PPIB dan TBT serta anggaran yang diterima/dikelola oleh OPD yang
mengelola kawasan PPIB dan TBT. Apakah besaran anggaran tersebut dapat mengelola
kawasan PPIB dan TBT sesuai dengan maksud dan tujuannnya?
Method
Cara atau sistem untuk mencapai tujuan, dalam studi ini yang dimaksud adalah: Visi, Misi,
dan Tujuan pengelolaan dan pengembangan PPIB dan TBT, termasuk di dalamnya adalah
Standart Operasional Procedure (SOP). Pertanyaannya apakah Visi, Misi, dan Tujuan serta
SOP sudah memenuhi kebutuhan untuk pengelolaan dan pengembangan PPIB dan TBT?
Machine
Dalam perusahaan atau pabrik machine adalah mesin atau alat untuk berproduksi, tetapi
dalam studi penyusunan masterplan PPIB dan TBT ini adalah PSU kawasan PPIB dan TBT.
Apakah PSU di kawasan PPIB dan TBT sudah dapat mendukung semua kegiatan dan
rencana pengembangan kawasan PPIB dan TBT.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 48
Material
Apakah kegiatan/event di kawasan PPIB dan TBT sesuai dengan rencana pengembangan
kawasan PPIB dan TBT?
Market;
Information
Pertanyaannya apakah informasi yang ada terkait dengan PPIB dan TBT sudah memenuhi
kebutuhan untuk pengelolaan dan pengembangan PPIB dan TBT?
SUMBERDAYA MANUSIA
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui bagaimana kualitas dari pengelola gedung PPIB
dan TBT.
Pengelola gedung PPIB yaitu Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan walapun salah
satu sisi ruang di lantai 2 digunakan Dekranasda. Dimana saat ini masih untuk sementara
dikelola oleh bidang sekretariat di bawah sub bidang umum & kepegawaian. Berikut ini adalah
struktur Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan :
Sekretariat merupakan unit kerja Dinas Koperasi, UKM serta Perdagangan. Sekretariat
dipimpin oleh seorang Sekretaris Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan administrasi Dinas Koperasi
UKM serta Perdagangan. Untuk melaksanakan tugas, Sekretariat menyelenggarakan fungsi :
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 49
menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Sekretariat sesuai
dengan lingkup tugasnya;
melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran sekretariat sesuai
dengan lingkup tugasnya;
melaksanakan kegiatan pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas
Koperasi, UKM serta Perdagangan;
melaksanakan kegiatan pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban
kantor Dinas Koperasi, UKM serta Perdagangan;
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan peralatan
kerja serta Kendaraan Dinas Operasional Dinas Koperasi, UKM serta Perdagangan;
melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Dinas Koperasi, UKM serta
Perdagangan;
melaksanakan pengaturan acara Dinas Koperasi, UKM serta Perdagangan;
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 50
karena dalam tugasnya Subbagian Umum dan Kepegawaian terkait dengan PPIB hanya
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung maka upaya
untuk mengelola, melakukan inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi
gedung PPIB tidak dapat dilakukan/tidak maksimal
Subbagian Umum dan Kepegawaian yang mengelola PPIB dengan hanya dibantu oleh 3
(tiga) orang staff, maka untuk melakukan tugas pengelolaan sesuai dengan tujuan awal
PPIB yang relative banyak otomatis mengalami kekurangan personel.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 51
hanya petugas kebersihan yang ditempatkan di PPIB maka inovasi terhadap kegiatan,
pemasaran/promosi dan informasi gedung PPIB tidak dapat dilakukan/tidak maksimal
area PPIB (gedung, kios, parkir) hanya menjadi sumber pendapatan daerah pasif
Pengelola TBT berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Tegal dikelola oleh sub bidang seni dan budaya dibawah bidang kebudayaan.
Karena TBT merupakan gedung seni pertunjukan yang sering dijadikan tempat untuk
kegiatan/event seni budaya maka pengelolaan TBT pada sie ini. Dalam melaksanakan
tugasnya sie ini dilakukan oleh 2 orang staf dengan dibandtu 8 petugas kebersihan. 2 staff di
sub. bid tersebut yang sesuai menangani hal ini, memiliki latar pendidikan S1 Seni dan SMU.
karena dalam tugasnya Sub. Bid terkait dengan TBT hanya mengelola kegiatan event seni
budaya sehingga kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan,
melakukan inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi gedung TBT
tidak dapat dilakukan/tidak maksimal
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 52
seksi seni budaya yang mengelola PPIB dengan hanya dibantu oleh 2 (dua) orang staff
dan 8 orang petugas keberishan, maka untuk melakukan tugas pengelolaan sesuai dengan
tujuan awal TBT yang relative banyak otomatis mengalami kekurangan personel.
hanya petugas kebersihan yang ditempatkan di TBT maka inovasi terhadap kegiatan,
pemasaran/promosi dan informasi gedung TBT tidak dapat dilakukan/tidak maksimal
area TBT (gedung, parkir) hanya menjadi sumber pendapatan daerah pasif
PEMASARAN
Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta
memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan atas barang dan jasa. Aspek pemasaran terkait
dengan komponen-komponen strategi pemasaran seperti segmenting, targeting, dan
positioning.
A. Analisa Segmenting, Targeting, dan
Positioning
a. Pengusaha Swasta, yang mempunyai usaha atau akan mengembangkan usaha di Jawa
Tengah Bagian Barat
b. Pemerintah Daerah, Kota Tegal dan sekitarnya
c. Masyarakat, Kota Tegal dan sekitarnya
d. Event Organizer, yang menyelenggarakan event di Jawa Tengah Bagian Utara - Barat.
Sedangkan untuk TBT segmentasi pasar adalah: Seniman, Sekolah, Kegiatan Keagamaan
dan Event Organizer untuk Kota Tegal dan sekitarnya/Budaya Tegal
Targeting
Setelah menetapkan segmentasi pasar perusahaan maka dilakukan identifikasi dan seleksi
pasar sasaran. Target pasar adalah masyarakat, pengusaha, pelaku bisnis dan industry,
pelaku seni budaya, penikmat seni dan budaya di di wilayah yaitu Kota Tegal dan
sekitarnya (Kota tegal, kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kota Cirebon, Kota
Pekalongan, Kabupaten Pekalongan)., dengan konsumen lebih banyak dari daerah luar
Kota, meliputi semua usia dan penghasilan yang terkait dengan kebutuhan pengembangan
bisnis dan budaya Kota Tegal
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 53
Positioning
Positioning bertujuan untuk menempatkan posisi produk di mata konsumen sehingga
produk perusahaan dapat dipandang berbeda dengan produk-produk lainnya. PPIB
memposisikan sebagai incubator bisnis dan industry di Kota Tegal dan sekitarnya. TBT
memposisikan sebagai pusat budaya Tegal
Selain itu pemasaran terkait erat dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk,
harga, distribusi dan promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing
bauran pemasaran pada PPIB dan TBT.
Produk (Product)
PPIB didirikan oleh Pemerintah Kota Tegal, sebagai pusat kawasan Promosi dan Bisnis.
Namun keberadaan fasilitas tersebut belum mampu mengembangkan kawasan sebagai
pusat promosi maupun budaya. Kegiatan harian/rutin PPIB hanya sebagai kegiatan
pedagang yang menyewa kioas sehingga kurang bisa meningkatkan potensi PAD maupun
menggerakan perekonomian dikawasan PPIB. Dari hasil survey di lapangan, tercatat hanya
terdapat 30 kios yang aktif di PPIB, dimana disewa oleh 19 pedagang. Sedangkan jumlah
keseluruhan kios adalah 48. Pedagang yang menyewa kios di lokasi PPIB berupa pedagang
makanan, jasa dan barang. Berikut untuk lebih jelasnya :
Kosong, 18,
38%
Terpakai, 30,
62%
Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa keberadaan PPIB sebagai pusat promosi bisnis
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada PAD Kota Tegal belum berhasil,
hanya sekitar 62% kios di lokasi PPIB yang mampu digunakan, sedangkan hampir
separuhnya (38%) kios masih kosong.
Pada umumnya penggunaan kios digunakan untuk kegiatan yang bukan sebagai tujuan
awal pembangunan PPIB. Tujuan awal kios yang ada di lokasi PPIB adalah sebagai media
(wahana) bagi UMKM untuk memperkenalkan (mempromosikan) produk yang dihasilkan
kepada masyarakat dan sebagai wadah temu bisnis. Dengan harapan produk tersebut
mampu dikenal oleh masyarakat. Artinya kios yang ada di PPIB, tujuan awalnya adalah
sebagai media promosi. Namun pada kenyataannya, lokasi kios PPIB ini sepi dan akhirnya
banyak kios yang tidak terpakai. Sehingga fungsi dari PPIB ini beralih menjadi tempat
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 54
berjualan para pedagang yang tidak hanya untuk pengembangan bisnis, namun di bidang
lain misal jasa dan kuliner. Selain kios, gedung yang ada di lokasi PPIB juga belum mampu
digunakan sebagai fungsinya. Gedung ini masih banyak yang rusak dan sudah lama tidak
terpakai.
Penggunaan TBT masih juga belum sesuai yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Tegal.
TBT belum mampu sebagai media (kawasan) untuk pusat kegiatan budaya. Namun,
potensi ekonomi TBT sebenarnya sangat tinggi bagi penggerak perekonomian Kota Tegal.
Jika gedung TBT mampu dimaksimalkan, TBT akan mampu memberikan kontribusi bagi
PAD Kota Tegal. TBT merupakan satu-satunya gedung untuk pertunjukan seni budaya di
Kota Tegal. Selain itu hasil survey di lapangan, gedung ini juga terkadang dipakai untuk
acara perpisahan sekolah. Dimana Kota Tegal masih terbatas dalam ketersediaan gedung,
untuk acara-acara seni, hiburan serta sewa gedung untuk acara-acara perpisahan,
pernikahan dan lain sebagainya.
Adapun beberapa potensi yang dimiliki PPIB dan TBT Kota Tegal adalah :
Berada di jalan Kol. Sugiono yang merupakan bagian dari Jalan Pantura Pulau
Jawa sehingga intensitas kendaraan yang melewatinya relative tinggi.
b. Kondisi gedung utama (gedung PPIB dan TBT) masih relative baik
c. Sebagai tempat pertunjukan seni budaya di Kota Tegal.
TBT merupakan tempat yang bisa dijadikan sebagai pertemuan seniman yang ada di Kota
Tegal, untuk membuat pertunjukan. Gedung ini bisa dijadikan wadah bagi pengembangan
seni budaya baik tradisional ataupun modern. Gedung ini bisa dijadikan tempat untuk
memperkenalkan budaya tradisional atau budaya lokal yang ada di wilayah Kota Tegal.
Gedung TBT ini sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk pertunjukan seni, dimana
gedung ini memiliki kelebihan-kelebihan sebagai tempat pertunjukan seni dan budaya
karena beberapa memiliki Ruang teater yang dilengkapi faslitas panggung, sound, akustik,
bangku penonton dan ligting sesuai dengan kebutuhan seni pertunjukan (teater, music,
tari dan lainnya)
Place (tempat)
PPIB dan TBT sebenarnya memiliki potensi yang tinggi sebagai wadah bagi sumber
peningkatan pendapatan PAD Kota Tegal. Lokasi tempat ini terletak di Pusat Kota, dan
terletak di jalan utama Kota Tegal dan berseberangan dengan pusat perbelanjaan yang
ramai di Kota Tegal (Rita Mall).
Promotion (promosi)
Pemasaran PPIB hanya ada pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Tegal http://dpmptsp.tegalkota.go.id/perizinanonline/web/kontent/54/page-
faq.html), Sedangkan pada website resmi pemerintah Kota Tegal ataupun dinas yang
bertanggungjawab mengelola PPIB dan TBT. Hal ini memperlihatkan promosi yang masih
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 55
kurang dibandingkan pesaingnya. Ada beberapa pangsa pasar, agar gedung PPIB bisa
digunakan sebagaimana mestinya, dengan peningkatan fasilitas yang sama atau lebih dari
lokasi lainnya (Rita dan Pasifik).
No Pangsa Keterangan
Pasar PPIB
1 Pengusaha Menangkap peluang diselenggarakan temu bisnis dan ajang promosi
Swasta bisnis. Supaya pengusaha swasta menggelar hal tersebut di gedung
PPIB.
Training dan peningkatan kapasitas SDM, baik SDM calon
pengusaha (enterpreneur), maupun SDM pekerja di industri.
Tempat Prototyping center bagi pengusaha swasta yang siap di
komersialkan.
Tempat konsultasi dan informasi, baik konsultasi dan informasi
teknologi maupun informasi bisnis.
Akses ke lembaga-lembaga keuangan, investor, pemerintah,
industri, sumber teknologi, lembaga perijinan, HKI dan sertifikasi
serta jaringan lain yang dibutuhkan oleh pengusaha pemula
berbasis teknologi untuk mengembangkan bisnisnya.
Pengembangan teknologi, termasuk untuk pengembangan desain,
prototyping, dan lain-lain.
Research & Business Development (R&BD), yakni program dan
aktivitas riset dan pengembangan untuk bisnis yang berkelanjutan
2 Pemerintah Menangkap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemda
Daerah dalam hal gelar produk, pameran atau kegiatan yang lain. Dimana
selama ini Pemda juga belum memaksimalkan penggunaan gedung
PPIB.
Training dan peningkatan kapasitas SDM, baik SDM calon
pengusaha (enterpreneur), maupun SDM pekerja di industri.
Prototyping center, menjadi lokasi untuk pengembangan prototype
teknologi yang siap di komersialkan.
Penyediaan konsultasi dan informasi, baik konsultasi dan informasi
teknologi maupun informasi bisnis yang bisa diakses secara luas
oleh masyarakat dan industri.
Penyediaan akses, ke lembaga-lembaga keuangan, investor,
pemerintah, industri, sumber teknologi, lembaga perijinan, HKI dan
sertifikasi serta jaringan lain yang dibutuhkan oleh pengusaha
pemula berbasis teknologi untuk mengembangkan bisnisnya.
Dukungan pengembangan teknologi, termasuk untuk
pengembangan desain, prototyping, dan lain-lain.
Research & Business Development (R&BD), yakni program dan
aktivitas riset dan pengembangan untuk bisnis yang berkelanjutan.
3 Masyarakat Masyarakat yang menggelar pernikahan atau hajatan, bias menyewa
di lokasi ini. Agar gedung ini selalu terpakai.
4 Event EO sering melakukan kegiatan-kegiatan untuk bisnis, pernikahan, seni
Organizer dan lain sebagainya. Sehingga EO juga menjadi pangsa pasar dari
gedung PPIB
Sumber: tim penyusun, 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 56
Sedangkan pangsa pasar TBT terlihat dari jumlah gedung kesenian di Kota Tegal ada 6
lokasi, yaitu :
a. Rita Mall
b. Pasific Mall
c. Gedung Kesenian (Gedung Wanita)
d. Gedung TBT
e. PAI
f. Gedung Hanggawana
Gedung yang berfungsi sebagai kegiatan untuk pertunjukan seni dan budaya di Kota Tegal,
belum ada selain TBT (yang berupa gedung teater). Oleh karena itu sebenarnya gedung
TBT adalah satu-satunya gedung yang ada yang dikhususkan untuk kegiatan seni dan
budaya. Gedung ini dibangun untuk memfasilitasi pengembangan kegiatan seni dan
budaya di Kota Tegal.
Adapun beberapa pangsa pasar TBT, dengan melihat potensi yang dimiliki dan
ketersediaan fasilitas yang ada adalah :
Price (harga)
Di Kota Tegal keberadaan tempat untuk kegiatan bisnis/penyelenggaraan event bisnis
masih sangat minim. Berdasarkan hasil survey primer diketahui bahwa terdapat 3 tempat
yang biasa digunakan untuk event penyelenggaraan kegiatan bisnis di Kota Tegal yaitu :
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 57
KEUANGAN/AKUNTANSI
A. Kondisi Keuangan PPIB
PPIB merupakan aset daerah di Kota Tegal, dimana dari penggunaan tempat tersebut
mampu memberikan kontribusi PAD di Kota Tegal (dari sewa kios). Selama ini kisaran
pendapatan PPIB perbulannya diantara Rp. 4.000.000-Rp. 9.000.000. sedangkan target yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk retribusi pemakaian PPIB di tahun 2017 sebesar Rp.
58.180.000,00. Berikut ini adalah besarnya setoran PPIB ke PAD Kota Tegal :
No Bulan Jumlah
1 Januari 6,750,000
2 Februari 5,500,000
3 Maret 6,450,000
4 April 4,975,000
5 Mei 9,025,000
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Tegal Tahun 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 58
Tabel 3-5 Pengeluaran Listrik Dan Air Gedung PPIB Kota Tegal
Sedangkan untuk pengeluaran PPIB pertahunnya kurang lebih (hanya listrik dan air)
sebesar Rp.23.455.464, Pengeluaran ini belum termasuk dalam pengeluaran perbaikan dan
pemeliharaan gedung serta pembayaran tenaga kebersihan. Kisaran total keseluruhan
pengeluaran PPIB pertahunnya sebesar Rp. 100.000.000,-Sehingga besarnya pemasukan lebih
kecil dari pendapatannya (Rp. 58.180.000,-).
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan kontribusi PPIB bagi Kota Tegal belum
maksimal, dan sangat perlu ditingkatkan. Mengingat potensi dan besarnya peluang ekonomi
yang bisa ditangkap dari penggunaan gedung PPIB dan kios yang ada di kawasan tersebut.
Sama halnya dengan PPIB. Kondisi TBT juga belum maksimal bagi Kota Tegal. Selama
ini target dari TBT sebesar Rp. 64.000.000, dan di tahun 2016, mampu melebihi dari yang
ditargetkan yaitu sebesar Rp. 65.200.000.
Penggunaan gedung TBT selama ini, lebih dipakai oleh anak sekolah untuk kegiatan
perpisahan. Selain perpisahan gedung TBT juga sering digunakan untuk kegiatan teater,
musik, dan seminar. Besarnya pendapatan TBT dari aktifitas tersebut selama periode 1 tahun
ini (Januari-Agustus 2017), jumlah pendapatan TBT sebesar Rp. 57.000.000, dengan rincian :
penerimaan pendapatan sewa gedung sebesar Rp. 52.000.000, dan dari parkir sebesar Rp.
5.000.000. berikut untuk lebih jelasnya :
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 59
Tabel 3-7 Jumlah Pendapatan Gedung TBT Kota Tegal Periode Januari-Agustus
2017
Keterangan Jumlah
Pemeliharaan Perlengkapan
53,329,000
Gedung TBT
a. Servise AC 8,400,000
b. Pemeliharaan Gamelan 2,000,000
c. Pemeliharaan Generator 10,745,700
d. Solar 12 kali X 12 bulan X 8 liter 5,932,800
e. Pelumas Oli 25 liter X 6 kali X 1
8,250,000
tahun
f. Pemeliharaan Lampu 9,000,000
g. Pemeliharaan Sound Sistem 9,000,000
Catatan: belum termasuk biaya/gaji tenaga kebersihan
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal Tahun 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 60
Analisis ini digunakan untuk menilai tanggapan masyarakat akan adanya rencana
pengembangan gedung PPIB dan TBT Kota Tegal menjadi tempat terpadu, dengan
menggunakan analisis AIDA. Analisis AIDA dipakai, untuk mengetahui aspek-aspek sosial dari
kegiatan pengembangan tempat terpadu kawasan PPIB dan TBT. Analisis AIDA adalah analisis
yang digunakan dalam suatu tindakan pada area yang akan memberikan dampak nyata pada
keputusan atau tindakan yang lain. AIDA adalah salah satu bentuk analisis keputusan strategis
yang dilandasi oleh dua unsur utama yaitu keputusan dan keterkaitan keputusan.
Kriteria yang dapat dipakai sebagai pertimbangan di dalam rnerumuskan sasaran awal
yaitu:
X= 100 %
Dimana :
Xn : Nilai pada masing-masing tahap model AIDA
X1 : Nilai pada tahap “Attention”
X2 : Nilai pada tahap “Interest”
X3 : Nilai pada tahap “Desire”
X4 : Nilai pada tahap “Action”
Hasil pada masing-masing tahap AIDA yaitu attention, interest, desire, dan action
adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 61
Total Nilai
Total Nilai Xn
Penuh Xn
Tahap (Masing-Masing Nilai Akhir
(Masing-
Tahap)
Masing Xn)
Attention 20,45 24 85,21 %
Interest 20,27 24 84,46 %
Desire 21,06 24 87,75 %
Action 19,18 24 79,91 %
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner (Primer) Tahun 2017
Dari tabel tersebut, model AIDA dapat dipergunakan. Dimana ketentuan dalam analisis
AIDA adalah jumlah nilai total tingkat kesetujuan responden pada tahap tertentu dalam AIDA
yakni ≥ 18 atau dengan kata lain nilai rata-rata jawaban responden pada tahap tertentu adalah
≥ 3, dengan asumsi jumlah pertanyaan pada masing-masing tahap sebanyak 6 item dengan
skor jawaban terendah atau setuju adalah 3. Nilai maksimal skor pada masing-masing tahap
adalah 24, atau skor tertinggi pada tiap tahap adalah 4.
Hasil analisis AIDA yaitu tanggapan masyarakat terkait dengan adanya pengembangan
kawasan terpadu PPIB dan TBT Kota Tegal, pada tahap attention, (suatu tahap dimana
masyarakat Kota Tegal mempunyai perhatian terhadap pengembangan kawasan terpadu PPIB
dan TBT, skor pada tahap attention ini adalah 85 %. Kemudian tahap “interest” sebesar 84
%. Tahap “interest” adalah suatu tahap dimana responden / masyarakat Kota Tegal, merasa
tertarik untuk mendukung adanya pengembangan kawasan terpadu PPIB dan TBT. Skor AIDA
pada tahap berikutnya, yaitu tahap “Desire”, adalah 88 %. Tahap ini responden atau
masyarakat Kota Tegal mempunyai keinginan agar mensukseskan pengembangan kawasan
terpadu PPIB dan TBT Kota Tegal. Tahap terakhir analisis AIDA, yaitu tahap “action”, skor
sebesar 84 %. Dimana responden atau masyarakat Kota Tegal bersedia dengan melakukan
tindakan agar Pengembangan kawasan terpadu PPIB dan TBT di Kota Tegal dapat terwujud.
Sarana dan prasarana merupakan hal yang utama mempengaruhi minat konsumen
dalam mengunjungi suatu tempat atau lokasi. Tersedianya sarana dan prasarana juga
mempengaruhi minat pengguna dari gedung PPIB dan TBT. Masih belum maksimalnya kedua
fungsi gedung tersebut, dikarenakan salah satu alasan adalah sarana dan prasarana yang
belum memadai.
Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana yang
ada di PPIB dan TBT Kota Tegal. Meningat peningkatan sarana dan prasarana juga merupakan
salah satu aspek yang harus dilakukan dalam pengelolaan aset daerah. Berikut ini adalah
masukan dari masyarakat (pengguna) mengenai keberadaan PPIB dan TBT.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 62
Peningkatan
Pengelolaan
22%
Dari hasil survey lapangan, yang disebar kepada pedagang yang menempati kios PPIB,
dan kepada masyarakat (SKPD terkait dan pengelola) yang berjumlah 100 responden.
Diperoleh bahwa sebesar 43% beranggapan, sarana dan prasarana yang ada di PPIB Kota
Tegal masih terbatas dan perlu ada peningkatan dan perbaikan. Sebesar 22%, responden juga
menganggap pengelolaan dalam PPIB belum dimaksimalkan, sehingga perlu ditingkatkan.
Peningkatan kebersihan gedung (17%) dan juga perbaikan gedung PPIB juga perlu
ditingkatkan (16%). Masalah tarif dinilai oleh pengguna kios PPIB sangat murah, hanya
sebesar 2% dari pedagang kios PPIB, menganggap tarif di PPIB dinilai agak mahal.
Sedangkan tanggapan masyarakat mengenai TBT Kota Tegal, hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
Tanggapan masyarakat terhadap TBT juga tidak jauh berbeda dengan PPIB Kota Tegal.
Masalah peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan pengelolaan menjadi saran dan
masukan dari masyarakat, yaitu sebesar 39% dan 33%. Masalah tarif, sebenarnya dinilai
murah. Namun jika dilihat dari sisi keuangan seniman, tarif tersebut dinilai masih tinggi (8%).
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 63
Ada beberapa hal masukan yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan PPIB
Kota Tegal, yaitu :
Hal ini akan mempermudah bagi pengguna untuk menuju lokasi PPIB. Dimana aspek lokasi
sangat menentukan konsumen untuk datang ke PPIB. Kondisi PPIB ini terletak di jalan
utama, hanya saja pintu masuk dan pintu keluar harus memutar dari ruas jalan, sehingga
masyarakat menganggap hal ini perlu dilakukan perubahan. Harapannya jika akses masuk
dan keluar melalui jalan utama, maka jumlah pengunjung kios akan meningkat.
Keberadaan kios bisa hidup dan mampu menggerakkan perekonomian Kota Tegal.
Masalah air bagi PPIB sudah mencukupi, hanya saja menurut beberapa pedagang kios
perlu ditambah dengan tower. Dimana dengan tower bisa menampung air lebih banyak.
Jumlah kamar mandi yang terdapat pada PPIB sebesar 2 unit. Hanya saja kondisi toilet
dinilai masih perlu dilakukan perbaikan. Selain itu kondisi kebersihan toilet juga perlu
diitingkatkan.
Belum adanya ruang pengelola PPIB, sehingga perlu disediakan ruangan ini. Agar kinerja
pengelola bisa dimaksimalkan.
Adapun beberapa masukan dan saran yang diberikan masyarakat mengenai TBT Kota
Tegal adalah :
Sama halnya dengan PPIB, gedung TBT juga perlu akses jalan masuk dan keluar dari ruas
jalan utama agar tidak menganggu.
Saat ini Mushola belum ada pengelola, sehingga untuk kedepannya pengelolaan mushola
harus ada. Agar Mushola ini bisa hidup, dan terawat serta kebersihannya terjaga.
Perlu dilakukan peningkatan sarana dan prasarana untuk ruang pengelola dan asrama
untuk seniman.
Hal-hal fisik (peningkatan sarana dan prasarana) yang perlu disediakan dalam TBT adalah
asrama untuk seniman dan ruang pengelola.
Jumlah personil TBT saat ini sebesar 12 orang, dimana untuk petugas pengelola sebanyak
8 orang. Hal ini dinilai masih kurang, untuk merawat gedung TBT yang luas. Sehingga
harapannya jumlah SDM ini bisa ditambah.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 64
Gedung TBT dinilai harus dilakukan, dimana gedung TBT saat ini masih belum menarik
atau mencerminakan hal yang unik. Sehingga gedung TBT perlu dilakukan renovasi, dibuat
unik. Yang nantinya akan membuat masyarakat senang berkunjung, bila ada pertunjukan
seni dan budaya.
Kondisi ruang penyimpanan yang ada di TBT masih dinilai masyarakat sempit, sehingga
perlu diperluas.
ANALISIS LINGKUNGAN
EKSTERNAL
EKONOMI
Pada umumnya kondisi ekonomi secara tidak langsung memiliki pengaruh dap
perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tentu. Jika kondisi
ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan perrtumbuhan ke arah positif maka kondisi
tersebut dapat mendukung kelancaran yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat
pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi jika
perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka akan terjadi sebaliknya, dimana
kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok
usaha tertentu. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah
antara lain:
Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga
untuk konsumsi rumah tangga. Data pengeluaran (dalam rupiah) yang dibedakan menurut
kelompok makanan dan bukan makanan dapat digunakan melihat pola pengeluaran penduduk.
Pada kondisi pendapatan terbatas pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas
utama, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa
sebagian besar pendapatnnya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan
peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu
penurunan porsi pendapatan yang debelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi
pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan.
Pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai kesejahteraan
(ekonomi) penduduk, dimana semakin rendah persentase pengeluaran untuk makanan
terhadap total pengeluaran maka semakin baik perekonomian penduduk. Tabel berikut
menyajikan persentase rata rata perkapita untuk kelompok makanan dan bukan makanan
tahun 2016 pengeluaran rata rata per kapita sebulan penduduk Kota tegal sebesar
1.157.613,00 rupiah. Sebesar 42,41 persen atau 446.585 rupiah dari pengeluaran digunakan
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 65
untuk kebutuhan makanan dan sisanya sebesar 57,59 persen dari pengeluaran digunakan
untuk kebutuhan bukan makanan.
Tabel 3-10 Pengeluaran rata rata perkapita sebulan (dalam Rupiah) menurut
Jenis pengeluaran dan daerah tempat tinggal Kota Tegal, 2013-2016
Tabel 3-11 Pengeluaran rata rata perkapita sebulan (dalam Rupiah) menurut
kelompok Komoditi 2013-2016
Kelompok
No 2013 2014 2015 2016
Komoditi
kelompok
368.054 399.013 359.720 446.856
makanan
1 Padi padian 43.758 43.532 49.690 46.965
2 Umbi umbian 867 893 1.628 1.919
3 Ikan 15.413 16.437 14.981 15.055
4 Daging 12.649 12.632 14.531 13.951
5 Telur dan Susu 25.208 21.277 23.542 26.283
6 Sayur sayuran 18.816 15.917 16.731 20.351
7 Kacang kacangan 11.108 11.685 9.905 11.309
8 Buah buahan 16.281 22.388 18.059 20.355
9 Minyak dan lemak 9.536 10.512 8.500 7.862
10 Bahan minuman 12.804 12.142 11.436 13.263
11 Bumbu bumbuan 7.713 6.855 6.785 6.958
12 Konsumsi lainnya 7.091 6.688 6.483 7.284
Makanan dan
1 140.889 168.889 133.197 198.827
minuman jadi
Tembakau dan
2 45.921 49.166 44.252 56.474
sirih
kelompok non
445.380 498.734 549.433 591.918
makanan
Perumahan dan
3 fasilitas rumah 194.223 182.726 254.516 271.102
tangga
4 Barang dan jasa 163.625 200.061 140.131 152.457
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 66
Kelompok
No 2013 2014 2015 2016
Komoditi
Pakaian, alas kaki
5 19.150 28.474 27.222 25.425
dan tutup kepala
Barang barang
6 36.891 66.278 70.394 70.133
yang tahan lama
Pajak, pungutan
7 16.649 13.932 30.461 52.206
dan asuransi
Keperluan pesta
8 14.842 7.263 26.709 20.595
dan upacara
Total 813.434 897.747 909.153 1.038.774
Sumber: Tegal dalam angka, 20,14 2015, 2016, 2017
Tabel berikut menyajikan data persentase pengeluaran rata rata per kapita untuk
kelompok makanan dan bukan makanan tahun 2013 - 2016. Berdasarkan hasil susenas
pengeluaran rata rata per kapita sebulan Kota Tegal sebesar mengalami peningkatan,
sedangkan untuk persentase fluktuatif untuk setiap tahunnya.
Tabel 3-12 Persentase Pengeluaran rata rata perkapita sebulan (dalam Rupiah)
menurut kelompok Komoditi 2013-2016
B. Laju Inflasi
Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa kebutuhan masyarakat
secara rata-rata. Secara sederhana inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Perkembangan inflasi tahun 2011 - 2015 fluktuatif pada
tahun 2011 tingkat inflasi 2,58, tahun 2012 tingkat inflasi 3,09, tahun 2013 tingkat inflasi 5,80,
tahun 2014 tingkat inflasi 7,40, tahun 2015 tingkat inflasi 3,95. Bila dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Inflasi tahun kalender 2016 tertinggi di Jawa Tengah adalah
Kabupaten Jepara 3,45. Sedangkan inlasi kalender terendah tahun 2016 adalah 1,75 terjadi di
Kabupaten Rembang. Tahun 2016 Kota Tegal memiliki inflasi tahun kalender 2,71 berada di
atas angka Jawa Tengah yang tercatat 2,36.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 67
Pendidik Transp
Bahan Makan an, ortasi
Tahun/ Perum Sanda Kesehat
Umum makan an Rekreasi dan
Bulan ahan ng an
an Jadi dan Olah Komuni
raga kasi
2011 2,58 0,79 0,47 2,59 17,53 1,69 4,95 0,54
2012 3,09 4,41 3,87 1,03 3,64 1,83 1,28 4,04
2013 5,80 10,45 5,22 4,15 -5,08 3,10 1,16 12,99
2014 7,40 9,66 5,74 6,70 1,61 7,44 4,20 13,20
2015 3,95 4,37 8,72 2,50 3,16 3,75 3,42 -1,22
Januari -0,10 -0,20 0,86 0,41 0,73 0,84 0,17 -3,58
Perbuari -0,35 -1,23 0,40 0,04 0,67 0,09 0,09 -2,13
Maret 0,18 -0,41 0,53 0,04 -0,11 0,13 0,09 0,83
April -0,10 -3,60 1,44 -0,10 0,10 0,26 0,01 1,74
Mei 0,74 2,01 1,04 0,18 0,43 0,29 0,13 0,37
Juni 0,89 3,06 0,78 0,34 0,36 0,40 -0,04 0,22
Juli 0,93 2,95 0,24 0,01 1,08 0,12 0,03 2,11
Agustus 0,38 -1,01 0,84 0,97 -0,16 0,27 1,56 -0,13
Septemb
-0,14 -0,99 -0,33 -0,03 0,90 0,49 0,41 -0,34
er
Oktober 0,29 -0,19 1,03 0,15 -0,27 0,24 0,70 -0,06
Nopemb
0,24 0,72 0,39 0,08 -0,34 0,41 0,04 -0,09
er
Desembe
0,94 3,41 0,87 0,39 -0,24 0,14 0,19 -0,04
r
Sumber: tegalkota.bps.go.id diakses 30 september 2017
C. Perkembangan Investasi
Investasi yang ditanamkan di Kota Tegal adalah investasi oleh Pemerintah, swasta,
dan rumahtangga. Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Berdasarkan sumber dan
kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan
asing. Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik, maka diharapkan
akan memacu pertumbuhan sektor swasta dan rumahtangga dalam mengalokasikan
sumberdaya yang ada di suatu daerah.
Untuk menghitung nilai investasi data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah data sekunder yang diperoleh dari SKPD terkait pada Pemerintah Kota Tegal, seta
pengumpulan data primer oleh BPS Kota Tegal melalui berbagai survei, antara lain:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 68
Nilai investasi Kota Tegal Tahun 2015 mencapai 5.624.564,38 trilyun rupiah, dengan
komposisi 4.490.124,81 trilyun rupiah adalah investasi bangunan dan 834.437,57 milyar rupiah
berasal dari investasi non bangunan. Nilai riil investasi ini dibentuk dari aktiva perusahaan,
pembangunan sarana dan prasana fisik, pembelian kendaraan yang sangat diharapkan dalam
jangka panjang dapat mendorong output produksi sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Sementara nilai PDRB Kota Tegal Tahun 2015 mencapai 10.983.565,80 trilyun
rupiah. Dominasi investasi sektor konstruksi diharapkan dapat menjadi stimulus bagi
peningkatan ekonomi dan memperkecil angka kemiskinan Kota Tegal.Tabel berikut adalah
tabulasi perkembangan nilai investasi di Kota Tegal Tahun 2010 hingga Tahun 2015.
Tabel 3-14 Realisasi Investasi Tahun 2010 – 2015 Kota Tregal (Juta Rupiah)
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 69
Tabel 3-15 Pertumbuhan Realisasi Investasi Tahun 2010 –2015 Di Kota Tegal
(%)
Pertumbuhan
Tahun Realiasasi
Investasi
2010 -
2011 11,96
2012 11,83
2013 6,07
2014 8,62
2015 9,03
Sumber: Tim Penyusun, 2016
Investasi Kota Tegal pada Tahun 2015 ditunjukan pada Tabel diatas terlihat bahwa
investasi Kota Tegal mengalami pertumbuhan sebesar 9,02 persen meningkat 0,41 persen dari
Tahun 2014 yang hanya mengalami pertumbuhan investasi sebesar 8,62 persen. Namun
pertumbuhan ini tidak sebesar pertumbuhan tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013,
yaitu terjadi pertumbuhan sebesar 2,55 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan investasi
terlihat sangat fluktuatif, target pertumbuhan investasi 10 persen belum terlampaui. Namun
apabila dilihat secara mendalam, maka banyak hal yang perlu dicermati, karena kenaikkan
investasi di tahun 2015 yang mencapai 9,03 % ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
riil Kota Tegal menjadi percepatan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi Kota Tegal mencapai
5,43 persen dari 5,03 persen di Tahun 2014.
Dari komponen pembentuk investasi dapat dicermati efek multiplier dari investasi yang
dijalankan oleh pemerintah dan swasta dapat berimbas pada sektor konstruksi tumbuh sebesar
6 persen di tahun 2016 dan pertumbuhan real estate sebesar 6,10 persen di Kota Tegal.
Sementara untuk kategori jasa Pendidikan dan jasa kesehatan yang menjadi prioritas
pembangunan di Tahun 2015 mengalami perlambatan pertumbuhan. Kategori jasa pendidikan
hanya tumbuh sebesar 7,08 persen di tahun 2015, sementara di tahun 2014 tumbuh sebesar
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 70
9,75 persen. Kategori jasa kesehatan hanya tumbuh sebesar 7,05 persen di tahun 2015,
sementara di tahun 2014 tumbuh sebesar 13,29 persen.
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam menumbuhkan dan mendatangkan
investor dalam negeri ke Kota Tegal antara lain pengembangan fasilitas infrastruktur
(transportasi, pelabuhan, komunikasi dsb), dan penyediaan skilled workers sesuai dengan jenis
industri yang direncanakan. Selain itu, juga pelayanan pada investor melalui One Stop Service
(OSS) yang pada saat ini melayani 49 perijinan dan 6 non perijinan telah menyediakan sarana
informasi berupa Investment Information Center yang memberikan fasilitas data base (basis
data) tentang ketersediaan semua aspek yang terkait dengan dunia usaha, seperti: potensi
daerah, produk/jasa unggulan, ketersediaan mitra untuk kerja sama, potensi sumber daya
manusia, perijinan, insentif bagi investor, perpajakan daerah, peraturan perburuhan/
ketenagakerjaan, tarif perijinan, distribusi barang dan logistik, waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan perijinan dan sebagainya. Perlu diperhatikan pula aspek promosi yang perlu
dilakukan secara intensif, baik bersifat langsung melalui pameran investasi atau cyber
promotion melalui website, maupun secara tidak langsung melalui publikasi di media massa.
Ancaman yang harus dihadapi oleh Kota Tegal dalam upaya menarik minat investor
adalah kondisi ekonomi makro dan faktor-faktor lainnya yang tidak menentu. Badai krisis
tersebut sewaktu-waktu dapat melanda Indonesia yang dapat berdampak pada semakin
lesunya iklim investasi lokal. Masih ditemui pula peraturan tentang ketenagakerjaan yang tidak
pro bisnis misalnya terkait dengan PHK karyawan. Selain itu, masih ditemui pula ekonomi biaya
tinggi yang dipicu adanya pungutan tidak resmi, dan kelangkaan bahan bakar minyak sebab
Indonesia adalah negara net importer BBM.
Tantangan lain dalam penanaman modal di Kota Tegal dalam kurun waktu 5 tahun
kedepan adalah meningkatnya persaingan dengan kabupaten lainnya dalam memperebutkan
investor untuk menanamkan modal. Saat ini, penanaman modal untuk kegiatan industri sudah
melebar ke Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang sebagai limpahan dari Kota Tegal yang
sudah kewalahan menampung aktivitas industri. Di samping itu, kabupaten/kota sekitar juga
memiliki ambisi yang sama dalam hal pengembangan diri sebagai pusat perdagangan.
D.Industri
Pada tahun 2016 di Kota Tegal terdapat sebanyak 4.170 perusahaan dengan skala
besar, menengah dan kecil. Keseluruhan perusahaan tersebut telah menyerap sebanyak
20.411 pekerja dan memiliki nilai investasi Rp.650.366 juta. Jika dilihat untuk masing masing
skala usaha, perusahaan besar yang berjumlah 47 perusahaan, mempunyai nilai investasi yang
tinggi yaitu Rp. 561.526 juta dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.778 pekerja. Jumlah
tenaga kerja tersebut jauh lebih kecil disbanding jumlah pekerja di perusahaan skala
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 71
menengah dan kecil yaitu sejumlah 15.633 pekerja. Berbeda dengan perusahaan skala besar,
nilai investasi pada perusahaan menengah-kecil jauh lebih rendah dibanding usaha besar yaitu
hanya Rp. 89.110 juta, meskipun jumlah perusahaannya sangat banyak (4.123 perusahaan).
Perbedaan tersebut memang lazim terjadi karena beda karakteristik perusahaan besar dan
menengah kecil, dimana perusahaan besar cenderung padat modal sedangkan perusahaan
menengah kecil cenderung padat karya.
Untuk industri besar sedang, pada tahun 2016 sebagian besar perusahaan bergerak
dalam industri makanan yaitu 89 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sejumlah 6.550
pekerja. Tiap perusahaan memiliki rata-rata jumlah pekerja yang hampir sama untuk setiap
kelompok industri. Rata-rata jumlah pekerja tertinggi berada pada kelompok industri makanan
(74 pekerja), yang di ikuti industri logam dasar (50 pekerja), industri tekstil, industri farmasi,
serta industri barang galian bukan logam (masing-masing 45 pekerja). Industri dengan rata-
rata jumlah pekerja terendah adalah industry bahan kimia yaitu sejumlah 28 pekerja. Jika
dilihat menurut kecamatan perusahaan industri besar sedang sebagian besar berada di wilayah
Tegal Timur dan Tegal Barat. Di Tegal timur terdapat 28 perusahaan dengan tenaga kerja
sejumlah 3.933 pekerja. Sedangkan Tegal Barat terdapat 89 perusahaan dengan 3.687
pekerja.
Tabel 3-16 Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang dan Tenaga Kerja Menurut
Kode Industri di Kota Tegal, 2016
Jumlah
Jumlah
Jenis Industri Tenaga
Perusahaan
Kerja
makanan 89 6550
tekstil 4 180
pakaian jadi 0 0
barang barang dari kayu 0 0
rekaman 4 143
kimia dan barang dari bahan kimia 5 141
farmasi 1 45
barang galian bukan logam 2 89
logam dasar 1 50
barang dari logam bahan mesin
dan peralatannya 1 44
komputer barang elektronik dan
optik 0 0
mesin dan perlengkapannya 0 0
kendaraan bermotor, trailer dan
semi trailer 1 44
alat angkut selain kendaraan
bermotor roda 4 atau lebih 0 0
industri pengolahan lainnya 4 173
jasa reparasi dan pemasangan
mesindan peralatan 7 244
Sumber: Kota Tegal Dalam Angka, 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 72
1% 1%
23%
75%
Gambar 3-8 Diagram Jumlah Industri Menurut Kecamatan Kota Tegal, 2016
E. Sektor Basis
Terdapat 11 sektor masuk dalam kategori sektor basis yang masing masing mempunyai
peranan yang cukup menonjol di Kota Tegal dari pada peranan sektor di Jawa Tengah.
Menurut Tarigan Robinson (2005), LQ > 1 menunjukan bahwa peranan sektor i cukup
menonjol di daerah tersebut dan seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus
akan produk i dan mengekspornya ke daerah lain. Daerah itu mampu mengekspor produk ke
daerah. Sektor basis, meliputi:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 73
Namun apabila dilihat dari pertumbuhan sektor basis selama 5 tahun terakhir diketahui
bahwa terdapat 4 sektor yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan Provinsi
Jawa Tengah.
Hal ini menunjukan bahwa perkembangan 4 sektor tersebut dominan untuk level
Provinsi Jawa Tengah
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 74
F. Perdagangan
Fenomena tersebut juga terlihat pada jumlah perusahaan dengan Surat Ijin Usaha
Perdangan (SIUP). Pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah SIUP, dari 298 SIUP tahun
2015 menjadi 589 SIUP tahun 2016. Peningkatan jumlah yang cukup besar terjadi pada usaha
perorangan, yaitu dari 213 SIUP pada tahun 2015 bertambah menjadi 486 SIUP tahun 2016.
Peningkatan jumlah terjadi pada usaha perdagangan dengan badan hukum PT dan CV/Firma.
Sedangkan Koperasi mengalami penurunan dari 3 SIUP tahun 2015 turun menjadi 2 SIUP
tahun 2016. Dari keseluruhan SIUP yang terbit sebagian besar ada di wilayah Kecamatan Tegal
Timur (356 SIUP) dan Tegal Barat (114 SIUP). Kecamatan Tegal Timur memiliki jumlah SIUP
tertinggi di seluruh skala usaha perdagangan dibanding kecamatan lain, kecuali untuk
perusahaan besar. SIUP perusahaan skala besar paling banyak terbit untuk wilayah kecamatan
Tegal Barat (2 perusahaan).
Fenomena berkembangnya sektor perdagangan sekilas tidak terlihat pada unit usaha
koperasi. Penurunan jumlah SIUP yang terbit untuk koperasi serta penurunan jumlah unit
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 75
koperasi dari 2015 (197 unit) ke 2016 (175 unit), seakan-akan menunjukkan penurunan
kegiatan di unit usaha dengan badan hukum koperasi. Penurunan untuk kegiatan perdagangan
pada koperasi bukan merupakan pertanda penurunan kegiatan pada unit usaha tersebut dari
298 SIUP tahun 2015 menjadi 589 SIUP tahun 2016. Peningkatan jumlah yang cukup besar
terjadi pada usaha perorangan, yaitu dari 213 SIUP pada tahun 2015 bertambah menjadi 486
SIUP tahun 2016. Peningkatan jumlah terjadi pada usaha perdagangan dengan badan hukum
PT dan CV/Firma. Sedangkan Koperasi mengalami penurunan dari 3 SIUP tahun 2015 turun
menjadi 2 SIUP tahun 2016. Dari keseluruhan SIUP yang terbit sebagian besar ada di wilayah
Kecamatan Tegal Timur (356 SIUP) dan Tegal Barat (114 SIUP). Kecamatan Tegal Timur
memiliki jumlah SIUP tertinggi di seluruh skala usaha perdagangan dibanding kecamatan lain,
kecuali untuk perusahaan besar. SIUP perusahaan skala besar paling banyak terbit untuk
wilayah kecamatan Tegal Barat (2 perusahaan).
Fenomena berkembangnya sektor perdagangan sekilas tidak terlihat pada unit usaha
koperasi. Penurunan jumlah SIUP yang terbit untuk koperasi serta penurunan jumlah unit
koperasi dari 2015 (197 unit) ke 2016 (175 unit), seakan-akan menunjukkan penurunan
kegiatan di unit usaha dengan badan hukum koperasi. Permasalahan tidak berkembangnya
koperasi karena:
Tabel 3-19 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Menurut Badan Hukum di Kota Tegal
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 76
Tabel 3-20 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Menurut Skala Usaha di Kota Tegal
Besar Menengah
0% 9%
Kecil
25%
Mikro
66%
Gambar 3-9 Diagram Persentase perusahaan menurut skala usaha di kota tegal
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 77
Analisis budaya
Analisis budaya yang dilakukan adalah pada budaya seni pertunjukan yang ada di Kota
Tegal. Tinjauan tersebut dimulai dengan demografi masyarakat Kota Tegal, memiliki
budaya dan tradisi yaitu "Tradisi Jawa Tegalan" yang dikembangkan menjadi keunikan
budaya yang dapat menjadi obyek wisata budaya di masa mendatang. Obyek wisata
tersebut antara lain sintren, kuda lumping, sedekah laut, ruwahan, dan tradisi lain dalam
dalam masyarakat. Kesenian di Kota Tegal juga berkembang cukup pesat. Berbagai macam
diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal. Kesenian asli
Kota Tegal adalah tari endel dan balo-balo, Selain itu, seni sastra juga juga merupakan
andalan Kota Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto
Suprijadi, sedangkan Widjati digolongkan ke dalam penyair angkatan 2000. Kota Tegal
tercatat memiliki dua tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi
(sutradara dan penulis skenario), dan Chaerul Umam (sutradara).
Di Kota Tegal juga terdapat beberapa kelompok teater. Beberapa teater yang kiprahnya
menjadi konsumsi berita nasional adalah teater RSPD, teater Puber, teater Wong, teater
Hisbuma, Teater Q dan lain-lain. Keberadaan Gedung kesenian menjadi wahana ekspresi
para seniman Kota Tegal. Di bidang musik tercatat beberapa nama yang menjadi cikal
bakal lahirnya musik Tegalan yaitu Hadi Utomo, Nurngudiono, dan Lanang Setiawan.
Keberadaan Gedung kesenian (bekas Gedung Wanita) di jalan Setiabudi menjadi wahana
ekspresi para seniman kota Tegal. Kesenian di kota ini cukup menarik perhatian para
peneliti dari luar negeri, antara lain Richard Curtis (Australia), dan Anton Lucas (Australia,
penulis buku Peristiwa Tiga Daerah). Pelestarian nila-nilai budaya yang berkembang di
Kota Tegal sudah berkembang sejak dahulu antara lain sedekah laut yang dilaksanakan
setiap tahun, festival balo-balo, sintren, kuda lumping dan budaya cina. Selain potensi
budaya yang cukup baik, Kota Tegal merupakan salah satu basis kebudayaan di Jawa
Tengah. Apresiasi seni berkembang baik, bahkan masyarakat di wilayah hinterland turut
menikmati apresiasi budaya yang ada di Kota Tegal.
Disamping potensi yang dimiliki tersebut, Kota Tegal menghadapi beberapa masalah dan
tantangan antara lain berkembangnya sistem informasi dan teknologi yang semakin
terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat menjadi salah satu penyebab generasi muda
belum sepenuhnya terdorong untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan dan
pelestarian budaya.
Analisis Demografi
Faktor demografis berpontensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha
di suatu wilayah adalah jumlah penduduk. Potensi penduduk Indonesia yang besar ini
sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran bagi negara lain untuk memasarkan
produknya, termasuk Kota Tegal.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 78
b. Budaya oleh-oleh
Posisi strategis Kota Tegal dapat menarik masyarakat Kota Tegal sendiri
maupun masyarakat di luar kota Tegal untuk berkunjung. Salah satu budaya
masyarakat ketika berkunjung ke tempat adalah membeli oleh-oleh khas daerah
tersebut untuk keluarga, tetangga maupun kerabat dekat. Kebiasaan tersebut dapat
menjadi peluang bagi pemasaran produk yang memiliki citra sebagai makanan khas
daerah tersebut
TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi yang sangat cepat memberikan kemajuan bagi siapa saja
termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kemajuan teknologi
yang semakin berkembang antara lain teknologi dibidang informasi, komunikasi, dan
transportasi. Perkembangan teknologi dibidang informasi dan komunikasi dapat menjadi
peluang bagi suatu usaha untuk mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat
komunikasi seperti telepon dan telepon seluler dapat memperlancar proses komunikasi antara
produsen dengan pembeli dan pemasok. Media informasi seperti internet juga dapat
digunakan perusahaan untuk mempromosikan produknya dalam jangkauan yang luas.
Meningkatnya minat serta pengaruh internet terhadap ekonomi dan bisnis. Adanya
peningkatan pemakai internet ini mendorong perusahaan untuk membuat website.
Penggunaan internet oleh perusahaan adalah untuk memperkenalkan produk-produk yang
dijual oleh perusahaan dan mempermudah konsumen dalam pemesanan secara online tanpa
harus datang ke tempat produksi. Dalam aplikasi penggunaan e-commerce di perusahaan,
masih banyak kendala-kendala yang muncul seperti isu-isu yang terkait dengan kepercayaan,
privacy, biaya yang cukup tinggi, infrstruktur dari teknologi dan kemampuan dari SDM
(sumberdaya manusia). Penggunaan teknologi internet untuk kegiatan bisnis di Indonesia
makin banyak dimanfaatkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM).
Pemanfaatan teknologi internet saat ini semakin luas di berbagai aspek kegiatan
terutama sekali di dunia bisnis. Hal ini memberikan dampak yang signifikan terhadap kemajuan
aktifitas bisnis global di berbagai negara (Negash, Ryan & Igbaria 2003; Teo & Pian 2004).
Penggunaan teknologi internet adalah cara yang inovatif dalam melakukan kegiatan
perusahaan dalam suatu pasar maya yang disebut sebagai electronic business dan commerce
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 79
(e-business dan e-commerce) (Tamimi, Sebastianelli & Rajan 2005; Wang, Head & Archer
2002). Dengan memanfaatkan teknologi internet perusahaan dapat melakukan berbagai
kegiatan bisnis secara elektronik seperti; transaksi bisnis, operasi fungsi-fungsi perusahaan,
berbagi informasi dengan konsumen dan suplier untuk mempertahankan hubungan sebelum,
selama dan setelah proses pembelian (Zwass 1998; Zwass 2003; Bandyo-padhyay 2002; Haag,
Cummings & Dawkins 1998). Aktifitas bisnis secara elektronik ini (e-business/ecommerce)
telah memberikan beberapa kemudahan baik bagi penjual maupun bagi pembeli (Grandon &
Pearson 2004). Bagi pihak penjual, e-commerce akan membantu untuk memperluas daerah
pemasaran produk yang akan dijualnya, sedangkan bagi pembeli, akan mempermudah
mendapatkan dan membandingkan informasi tentang produk yang akan dibelinya.
Hal ini yang menyebabkan PPIB sebagai gallery display dan pusat informasi untuk Kota
Tegal mengalami degradasi fungsi. Sehingga fasilitas gallery display dan pusat informasi tidak
lagi dimanfaatkan oleh pelaku bisnis yang ada di Kota Tegal.
KOMPETITIF
PPIB dan TBT sebagai gedung pertemuan, tempat pelatihan dan gedung pertunjukan
seni saat ini mengalami penurunan fungsi karena telah banyak berkembang fasilitas serupa
yang ada di Kota Tegal. Terdapat 16 gedung pertemuan yang biasa digunakan sebagai gedung
pertemuan, tempat pelatihan dan gedung pertunjukan seni.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 80
ANALISIS ARSITEKTURAL
ANALISIS FASADE BANGUNAN
A. Langgam Arsitektur
Langgam arsitektur bangunan yang ada di kawasan PPIB dan TBT terdiri dari:
Bangunan PPIB
Bentuk bangunan PPIB menggunakan konsep arsitektur modern pada desainnnya. Hal ini
terlihat dari tidak adanya unsur atau pengaruh gaya tradisional atau budaya Kota Tegal
dalam desainnya. Selain itu konsep form follow function (bentuk mengikuti fungsi) terlihat
jelas. Dalam langgam arsitektur modern semakin sederhana bentuk karena mengikuti
fungsinya menjadi nilai tambah bagi bangunan tersebut. Nihilism, penekanan perancangan
pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa–
apanya kecuali geometri dan bahan aslinya.
Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya.
Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca. Misal : 1) Beton untuk
menampilkan kesan berat, massif, dingin 2) Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis 3)
Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.
Bangunan TBT
Bentuk bangunan TBT menggunakan langgam arsitektur post modern lebih tepanya
arsitektur ekletik (aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya dalam bentuk
tersendiri pada desainnya. Hal ini terlihat adanya unsur atau pengaruh gaya tradisional
(limasan, kanopi) atau budaya Kota Tegal yaitu bentukan atap, tetapi tetap menggunakan
arsitektur modern sebagai dasar dalam desainnya. Kanopi yang berada disisi samping
bangunan secara fungsional tidak memiliki fungsi apapun, tetapi tetap digunakan untuk
memberikan fungsi estetika. Arsitektur modern terlihat dari kolom dan balok yang diekspos
dengan cat sebagai bagian dari estetika bangunan.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 81
Bentuk bangunan kios dan mushola juga menggunakan langgam arsitektur ekletik.
Kekuatan Eclectismus (suatu semangat menjiplak serba campur aduk dari semua unsur
saja yang kebetulan disukai, tanpa refleksi, tanpa prinsip, selera liar) terlihat dari ornament
yang ada pada fasade depan. Ornament yang ada tidak terlihat unity dengan bangunan
PPIB yang ada disekitarnya, sehingga kehilangan nilai kontekstualnya.
B. Proporsi
Keseluruhan proporsi bangunan terhadap site sudah cukup proporsional, karena luasan
bangunan PPIB yang dominan menempati bagian tengah site, sehingga bila dilihat site secara
keseluruhan, penempatan bangunan PPIB dan TBT penentuan luasannya terhadap site sudah
sesuai. Tetapi apabila di lihat proporsi terhadap koridor tidak terlalu kelihatan karena posisi
bangunan pada sisi dalam tapak, dan dengan adanya hotel plaza,serta kios menutup fasade
(wajah) bangunan.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 82
Gambar 3-13 Posisi Bangunan PPIB, TBT dan Kios Pada Site
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 83
C. Skala
Bila dilihat dari luar bangunan PPIB dan TBT menggunakan skala non monumental
karena tinggi bangunan sama dengan bangunan lainnya atau lebih rendah dari beberapa
bangunan disekitarnya (Rita Mall, Hotel Plaza). Hal ini dikarenakan bangunan ini memiliki 2
lantai dengan ketinggian masing-masing lantai ±4m dan total tinggi bangunan ±10m. Dengan
skala bangunan yang tidak monumental membuat PPIB dan TBT tidak terlihat/menonjol pada
koridor Jl. Kolonel Sugiono Kota Tegal.
D.Sumbu
Bangunan PPIB dan TBT disusun berdasarkan sumbu/axis horizontal simetris. Dari
sumbu atau axis yang ada mempengaruhi pelatakan jendela dan beton antar lantai disusun.
Jendela dan beton disusun teratur ke atas berdasarkan sumbu. Kanopinya terletak tepat di
tengah bangunan dengan panjang sama ke kanan dan kiri. Sumbu vertikal membagi sisi kanan
dan kiri pada bangunan. Pengunaan elemen yang sama pada sisi kanan dan kiri bangunan,
yaitu hanya jendela, kolom, balok. Masing masing elemen diulang sepasang-sepasang di kiri
dan kanan garis tengah sumbu memberikan keseimbangan pada bangunan. Terdapat sedikit
perbedaan pada penggunaan kanopi di bagian bawah bangunan. Hal ini juga menyesuaikan
dengan fungsi kanopi, yaitu sebagai tempat drop out baik pengguna.
Sumbu horizontal juga membagi denah menjadi dua bagian yang simetri. Dengan
peletakan sumbu horizontal yang tepat berada di tengah, menciptakan fasade bangunan PPIB
dan TBT ini simetris. Simetris ini terwujud dengan keseimbangan penempatan jumlah kaca,
kolom, balok antara bagian kanan sumbu dengan bagian kirinya. Keseimbangan yang
diciptakan berupa simetri bilateral yang mana disebut sebagai keseimbang formal.
Aplikasi datum pada bangunan dapat dilihat pada peletakkan jendela, kolom, balok
yang memiliki pola dan keteraturan tertentu. Jendela/kaca pada bangunan PPIB tersebut
berada dalam suatu lingkup bidang datum yang berfungsi mengumpulkannya menjadi pola
yang rapi. Datum di bangunan TBT adalah datum bidang yang merupakan hasil perpotongan
antara kolom dan balok pada fasad.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 84
ANALISIS TAPAK
A. Topografi
Topografi pada tapak relative datar, hal ini mempermudah dalam pencapaian, sirkulasi
dan penataan massa bangunan. Tetapi lain dengan kondisi tapak yang relative datar dan sama
dengan tapak yang ada di sekitar kawasan maka kawasan tidak memiliki view point dari tapak
ataupun ke luar tapak. Hal tersebut semakin diperparah dengan dengan posisi tapak yang
berada di jalur pantura, maka ke depannya tapak akan berada dibawah jalan, karena
peninggian yang selalu dilakukan pada jalur pantura akibat perbaikan jalan yang dilakukan.
Aksesbilitas kawasan hanya dari Jl. Kolonel Sogiono, karena jalan tersebut merupakan
jalan dengan 2 jalur dengan median jalan sebagai pemisah maka aksesbilitas ke kawasan
hanya bisa dari jalur dari arah barat. Sehingga apabila ada pengunjung dari arah timur, maka
harus memutar terlebih dahulu ke arah barat, hal tersebut menyulitkan pengunjung karena Jl.
Kolonel Sugiono merupakan jalan arteri primer dengan lalu lintas yang padat dan
kecepatannya tinggi. Secara umum sirkulasi dalam tapak di kawasan berbentuk Loop, hal
tersebut dikarenakan aksesbilitas/Site enterance (pintu masuk kawasan) hanya ada pada satu
titik. Dengan pola sirkulasi tersebut pada 2 fungsi bangunan dan zona yang berbeda
mennyebabkan potensi kemacetan pada bagian tertentu, terutama pada pintu masuk area
TBT.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 85
Tujuan awal pendirian PPIB digunakan sebagai wahana bagi promosi dan kegiatan
bisnis di Kota Tegal, untuk menangkap peluang ekonomi (perdagangan dan industry).
Berdasarkan tujuan tersebut dapat disamakan dengan science and techno park (STP). STP
bertujuan untuk merangsang dan mengelola arus pengetahuan dan teknologi di universitas,
lembaga litbang, dan industri yang berada di lingkungannya; memfasilitasi penciptaan dan
pertumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui inkubasi bisnis dan proses spinoff, dan
menyediakan layanan peningkatan nilai tambah lainnya, melalui penyediaan ruang dan fasilitas
berkualitas tinggi pendukung. Dalam RPJMN 2015 – 2019, terdapat target terbangunnya 100
Techno Park di daerah-daerah Kabupaten/Kota, dan Science Park di setiap Provinsi.
Inkubasi teknologi dan bisnis untuk mengalirkan hasil research and development R&D
(invensi) menjadi produk komersial dan lahirnya perusahaan rintisan (start up company).
Inkubasi teknologi diarahkan pada kematangan teknologi yang akan dikembangkan melalui
proses R&D, prototyping, test produk, dan sertifikasi. Sedangkan Inkubasi bisnis dimulai dari
studi kelayakan (feasibility study) bisnis dan penyusunan rencana bisnis (business plan),
mediasi bisnis, serta pendanaan awal untuk perusahaan rintisan dan bentuan perluasan pasar.
Training dan peningkatan kapasitas SDM, baik SDM calon pengusaha (enterpreneur),
maupun SDM pekerja di industri.
Prototyping center, menjadi lokasi untuk pengembangan prototype teknologi yang siap di
komersialkan.
Penyediaan konsultasi dan informasi, baik konsultasi dan informasi teknologi maupun
informasi bisnis yang bisa diakses secara luas oleh masyarakat dan industri.
Penyediaan akses, ke lembaga-lembaga keuangan, investor, pemerintah, industri, sumber
teknologi, lembaga perijinan, HKI dan sertifikasi serta jaringan lain yang dibutuhkan oleh
pengusaha pemula berbasis teknologi untuk mengembangkan bisnisnya.
Dukungan pengembangan teknologi, termasuk untuk pengembangan desain, prototyping,
dan lain-lain.
Research & Business Development (R&BD), yakni program dan aktivitas riset dan
pengembangan untuk bisnis yang berkelanjutan.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 86
Berdasarkan kebutuhan ruang untuk STP masih ada kekurangan fasilitas di PPIB Kota
Tegal berupa:
Ruang Pelatihan
Fasilitas Produksi Percontohan
Ruang Pameran, dokumentasi, ruang jaringan ke pakar
Pusat Desain
Prototyping Centre/Demplot
Penghubung ke kantor HKI/Paten
Kantor Bersama
Ruang usaha
Fasilitas produksi percontohan
Pusat layanan bisnis
Lembaga pembiayaan
B. Area TBT
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 87
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 88
BAB 4 FORMULASI
STRATEGI
PENGEMBANGAN
Berisi tentang strategi pengembangan manajemen yang
didalamnya mencakup identifikasi kekuatan dan
kelemahan, peluang dan ancaman. Kemudian disusun
dalam analisis IFE, EFE, IE, SWOT serta QSPM. Selain
itu formulasi strategi pengembangan arsitektural
pengembangan.
FORMULASI STRATEGI
PENGEMBANGAN MANAJEMEN
A. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal PPIB dan TBT diperoleh beberapa faktor
lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha. Faktor-faktor lingkungan
internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 89
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal kawasan PPIB dan TBT, maka diperoleh
beberapa faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha/kegiatan
PPIB dan TBT. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 90
Berdasarkan tabel matriks IFE dapat dilihat bahwa faktor internal terpenting untuk
berhasil dalam pengembangan pusat promosi, dan informasi bisnis serta taman budaya adalah
inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi dengan bobot tertinggi yaitu
sebesar 0,2. Berdasarkan nilai rating yang diperoleh, PPIB dan TBT memiliki factor kekuatan
yang cukup baik namun juga memiliki banyak faktor kelemahan mayor. Kekuatan dan
kelemahan utama perusahaan dapat terlihat dari nilai skor terbesar dari masing masing faktor.
Kekuatan utama PPIB dan TBT adalah “Harga sewa relative murah dan jumlah pesaing relative
sedikit dengan nilai skor 4, sedangkan kelemahan utama TBT adalah “inovasi terhadap
kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi” dengan nilai skor sebesar 0,225 kemudian
disusul dengan manajemen pengelola kawasan PPIB dan TBT kurang maksimal. Total skor
factor strategis internal adalah 2,025 yang dalam skala 1 sampai 4 berada pada rata rata,
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 91
sehingga PPIB dan TBT berada pada posisi rata-rata. Namun skor di atas 2,0 mengindikasikan
bahwa PPIB dan TBT memiliki posisi internal rata rata sehingga harus melakukan perbaikan
pada kegiatan operasional dan strategi.
Dari Tabel matriks EFE dapat dilihat bahwa dua faktor eksternal yang menentukan
keberhasilan pengembangan PPIB dan TBT adalah promosi yang dilakukan untuk menarik
minat investor dan penguasaan teknologi serta Research and Development sebagaimana
ditunjukkan oleh bobot yang diperoleh secara berturut turut sebesar 0,35 dan 0,25. Dilihat
dari nilai rating yang diperoleh, PPIB dan TBT kurang baik dalam menangani kedua faktor
tersebut. Peluang dan ancaman utama perusahaan juga dapat terlihat dari nilai skor terbesar
dari masing-masing faktor.
Peluang utama adalah Tegal sebagai pusat budaya dan bisnis pesisir utara bagian barat
Jawa Tengah dan Daya beli masyarakat Kota Tegal relative tinggi dengan nilai skor 0,4
kemudian PPIB dan TBT, sedangkan ancaman utama PPIB dan TBT adalah jaringan usaha
perdagangan dan sarana dan prasarana. Dari matriks di atas dapat diketahui total skor faktor
strategis eksternal sebesar 2,075 yang mengindikasikan bahwa respon yang diberikan PPIB
dan TBT kepada lingkungan eksternal tergolong dibawah rata rata dalam menjalankan strategi
untuk menarik keuntungan dari peluang dan menghindari ancaman.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 92
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 93
Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal PPIB dan TBT untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat diterapkan pada perusahaan yakni
sebagai berikut :
a. Tarif sewa yang murah menjadi daya tarik/menangkap AIDA pengguna dan
masyarakat, (Strategi 1/S1)
Tarif sewa yang murah dibanding kompetitornya membuka peluang bagi pihak
swasta/masyarakat terlibat dalam pengembangan usaha di PPIB dan TBT dengan
menggunakan fasilitas yang ada (kuliner, seni pertunjukan dll).
b. PPIB dan TBT menjadi pemusat/concentrator jaringan budaya dan bisnis pesisir utara
bagian barat Jawa Tengah a (Strategi 2/S2)
Jawa Tengah merupakan provinsi yang kaya akan kebudayaan lokal. Secara
garis besar dikenal 3 (tiga) lingkungan budaya di Jawa Tengah yaitu Pesisir Utara,
Negeri Gung (Surakarta), dan Banyumas/Bagelen, Dimana kebudayaan Tegal
termasuk dalam ligkungan budaya pesisir utara. Clustering budaya tersebut terlihat
dengan dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan
timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek
Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 94
dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa
Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan
kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek;
daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah
berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap
utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa
Sunda dalam kehidupan sehari-harinya. Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa
Tengah:
Strategi W-O adalah strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-O yang dapat diterapkan oleh EBB adalah
sebagai berikut:
a. Inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi PPIB dan TBT sesuai
dengan potensi budaya dan bisnis pesisir utara bagian barat Jawa Tengah, AIDA dan
daya beli masyarakat (Strategi 3/S3)
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 95
Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Beberapa strategi S-T yang dapat dijalankan
yaitu:
a. memanfaatkan harga sewa yang murah, jumlah pesaing yang relatif sedikit
mempermudah pemasaran/promosi (Strategi 4/S4)
Harga sewa untuk kegiatan promosi yang lebih murah menjadikan PPIB dan
TBT memiliki daya saing untuk menarik investor untuk melakukan kegiatan atau
menyewa PPIB sebagai tempat untuk kegiatan/event yang terkait dengan bisnis dan
budaya..
Strategi W-T adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal yang
dimiliki dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi W-T yang dapat dijalankan
PPIB dan TBT adalah :
1) Pembentukan BUMD untuk mengelola semua asset milik Kota Tegal termasuk
kawasan PPIB dan TBT
2) Kerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola PPIB dan TBT
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 96
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan, yaitu dengan
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap terakhir dari penelitian ini adalah
pemilihan prioritas strategi yang akan dijalankan melalui Matriks Perencanaan Strategi
Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix/QSPM). Berdasarkan hasil analisis QSPM,
diperoleh prioritas alternatif strategi yang dapat diterapkan PPIB dan TBT dimulai dari nilai
tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel Hasil Prioritas Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis
QSPM
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 97
Strategi STAS
Strategi 1 Tarif sewa yang murah menjadi daya tarik/menangkap AIDA 0,7
pengguna dan masyarakat
Strategi 2 PPIB dan TBT menjadi pemusat/concentrator jaringan budaya dan 0,7
bisnis pesisir utara bagian barat Jawa Tengah
Strategi 3 Inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi PPIB 1,825
dan TBT sesuai dengan potensi budaya dan bisnis pesisir utara bagian
barat Jawa Tengah, AIDA dan daya beli masyarakat
Strategi 4 memanfaatkan harga sewa yang murah, jumlah pesaing yang relatif 1,300
sedikit mempermudah pemasaran/promosi
Strategi 5 Restrukturisasi sistem pengelola PPIB dan TBT untuk mengatasi 2,175
kelemahan sumberdaya dalam inovasi terhadap kegiatan,
pemasaran/promosi dan informasi, memaksimalkan Fasilitas dan
lahan, meningkatkan daya saing, penguasaan teknologi serta
Research and Development, akses permodalan
Sumber: tim penyusun,2017
Berdasarkan kondisi lingkungan serta kemampuan yang dimiliki oleh PPIB dan TBT,
maka alternatif strategi yang menjadi prioritas bagi perusahaan untuk dilaksanakan adalah
strategi 5 (S5) dan strategi 3 (S3). Strategi 5 perlu dilakukan pengelolaan PPIB dan TBT untuk
membenahi kinerja PPIB dan TBT dari dalam. Saat ini PPIB dan TBT sebagai sebuah
kesatuan/kawasan terpadu belum memiliki tujuan yang spesifik untuk dijadikan target dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, selain itu PPIB dan TBT tidak memiliki bagian
pemasaran yang seharusnya merupakan divisi terpenting dalam sebuah kegiatan bisnis. Oleh
karena itu, sebaiknya pemilik PPIB dan TBT (pemerintah Kota Tegal) merestrukturisasi sistem
manajemen kawasan PPIB dan TBT untuk mengatasi kelemahan sumberdaya. Dari sisi
eksternal, PPIB dan TBT perlu meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada
konsumen. Hal ini perlu untuk dilakukan sebagai salah satu cara PPIB dan TBT dalam
mengatasi persaingan yang ada, karena dengan meningkatkan diferensiasi produk
memaksimalkan Fasilitas dan lahan, meningkatkan daya saing, penguasaan teknologi serta
Research and Development, akses permodalan maka akan ikut meningkatkan daya saing PPIB
dan TBT dibandingkan produk pesaing-pesaingnya. Sedangkan apabila perusahaan hendak
mengaplikasi strategi 4 (S4) yang merupakan prioritas ke tiga, yaitu dengan melakukan
kegiatan penetrasi pasar, seperti optimalisasi aktivitas promosi, sehingga secara tidak
langsung perusahaan juga mengaplikasikan strategi 1 (S1) dan strategi 2 (S2) secara
bersamaan yang merupakan prioritas terakhir dalam analisis matriks QSP.
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 98
FORMULASI STRATEGI
PENGEMBANGAN ARSITEKTURAL
A. Formulasi Strategi Fasade Bangunan
Hasil analisis langgam arsitektur : tidak ada unity (kesatuan) langgam dan ornament
arsitektural pada semua bangunan yang ada di kawasan.
Formulasi strategi :
Hasil analisis fasade bangunan : fasade bangunan PPIB tertutup bangunan hotel plaza,
kios dan vegetasi yang ada. Fasade bangunan TBT tidak terlihat karena berada di area
belakang kawasan.
Formulasi strategi: menjadikan kios dan landscape di depan PPIB sebagai bagian dari
fasade bangunan PPIB. Memperkuat bangunan TBT dengan pengarah berupa vegetasi,
sculpture pada sisi depan kawasan sehingga mencaiptakan main enterance (pintu masuk
utama) bangunan PPIB dan TBT lebih terlihat dari Jl. Kolonel Sugiono.
Hasil analisis proporsi dan skala bangunan : Dengan skala bangunan yang tidak
monumental membuat PPIB dan TBT tidak terlihat/menonjol pada koridor Jl. Kolonel
Sugiono Kota Tegal.
Formulasi strategi:
Formulasi strategi:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 99
Formulasi strategi: Alternative : mengubah pola sirkulasi loop menjadi linear, dengan pintu
keluar pada sisi barat kawasan.
Hasil analisis kebutuhan ruang : kekurangan fasilitas untuk memenuhi standart dan
kebutuhan ruang yang menunjang fungsi PPIB dan TBT.
Formulasi strategi:
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 100
Berikut ini adalah daftar rincian kebutuhan investasi pengembangan PPIB dan TBT Kota Tegal.
Tabel 4-6 Kebutuhan Investasi Pengembangan PPIB dan TBT Kota Tegal
Harga Rencana
Faktor Jumlah
No. Rencana Dan Program Pengembangan Volume Satuan Keterangan Sumber
Pengali Harga (Rp)
(Rp) Pendanaan
1 Jaringan Jalan
A. Peningkatan Jalan
1 Jalan Masuk Kawasan (ME) 900 m2 85,000 100% 76,500,000 Hot mix baru t = 3cm Pemkot Tegal
2 Jalan Keluar Sisi Utara Kawasan (SE) 800 m2 85,000 100% 68,000,000 Hot mix baru t = 3cm Pemkot Tegal
2 Jaringan Drainase -
A. Rehab / Normalisasi Saluran -
1 Saluran Keliling Bangunan Kios-Kios Existing 250 m' 195,000 40% 19,500,000 Pasangan batu belah Pemkot Tegal
2 Saluran Keliling Bangunan PPIB Existing 162 m' 195,000 40% 12,636,000 Pasangan batu belah Pemkot Tegal
3 Saluran Keliling Bangunan TBT Existing 120 m' 195,000 40% 9,360,000 Pasangan batu belah Pemkot Tegal
4 Saluran Keliling Bangunan Musholla dan Toilet Exist 120 m' 105,000 40% 5,040,000 Buis beton U-20 cm Pemkot Tegal
5 Gorong-gorong 18 m' 1,800,000 100% 32,400,000 Box Culvert 80x80 Pemkot Tegal
B. Pembangunan Saluran Baru -
1 Saluran Beton U-60 Terbuka 662 m' 705,000 100% 466,710,000 Beton Uditch U-60 Pemkot Tegal
2 Saluran Beton U-60 Tertutup 125 m' 1,060,000 100% 132,500,000 Beton Uditch U-60 Pemkot Tegal
3 Saluran Keliling Bangunan Rencana Pendopo 300 m' 155,000 100% 46,500,000 Buis beton U-30 cm Pemkot Tegal
4 Bak Kontrol 6 bh 2,500,000 100% 15,000,000 Cor beton Pemkot Tegal
3 Jaringan Persampahan 40% -
1 Penyediaan Tong Sampah 30 set 650,000 100% 19,500,000 Portable 2 bak Pemkot Tegal
2 Penyedian Bak Kontainer Sampah 2 unit 27,000,000 100% 54,000,000 kapasitas 10 m3 Pemkot Tegal
4 Jaringan Listrik / Perangan Lingkungan -
1 Penerangan Jalan 40 ttk 27,000,000 100% 1,080,000,000 Solar cell Pemkot Tegal
2 Sport Ligt 12 set/ttk 3,910,000 100% 46,920,000 250 watt Pemkot Tegal
3 Lampu Taman 30 set/ttk 815,000 100% 24,450,000 24 watt Pemkot Tegal
4 Pengadaan Gardu Listrik 1 unit 100,000,000 100% 100,000,000 PLN
5 Pengadaan Genset 1 unit 250,000,000 100% 250,000,000 100 KVA Pemkot Tegal
5 Lanscaping -
A. Area Parkir -
1 Rehab Perkerasan Paving Existing K-300 3300 m2 130,000 20% 85,800,000 10x20 t=6cm Pemkot Tegal
2 Pasang Paving Block Baru K-300 (berpola) 2420 m2 180,000 100% 435,600,000 21x21, t=8cm Pemkot Tegal
3 Pasang Grass Block K-300 Baru 1800 m2 180,000 100% 324,000,000 Pemkot Tegal
4 Pasang Kansteen Beton 820 m' 135,000 100% 110,700,000 Pemkot Tegal
B. RTH / Taman -
1 Tanam ground cover 3676 m2 90,000 100% 330,840,000 rumput + perdu Pemkot Tegal
2 Tanam Pohon Pelindung Ø10 cm 120 bh 175,000 100% 21,000,000 Ø ≥5cm, t≥4m Pemkot Tegal
6 Gedung / Bangunan
A. Rehab / Renovasi -
1 Bangunan Kios-Kios Exist 432 m2 5,000,000 40% 864,000,000 Pemkot Tegal
2 Bangunan PPIB Exist 1467 m2 6,000,000 20% 1,760,400,000 Pemkot Tegal
3 Bangunan TBT Exist (Teater Arena) 1182 m2 6,000,000 20% 1,417,800,000 Pemkot Tegal
4 Bangunan Musholla Exist 102.3 m2 5,000,000 40% 204,500,000 Pemkot Tegal
5 Bangunan Toilet Exist 111.4 m2 6,000,000 40% 267,300,000 Pemkot Tegal
6 Bagunan Tower Air Exist 1 unit 100,000,000 100% 100,000,000 Pemkot Tegal
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 101
Harga Rencana
Faktor Jumlah
No. Rencana Dan Program Pengembangan Volume Satuan Keterangan Sumber
Pengali Harga (Rp)
(Rp) Pendanaan
B. Rencana Bangunan Baru -
1 Pembangunan Shelter Food Court 529 m2 4,000,000 100% 2,115,840,000 Pemkot Tegal
2 Pembangunan Pendopo 1050 m2 6,000,000 100% 6,298,350,000 Pemkot Tegal
3 Pembangunan Papan Nama 1 set 50,000,000 100% 50,000,000 Acrillic Pemkot Tegal
4 Pembangunan Bangunan Penanda / scupture 1 set 500,000,000 100% 500,000,000 Acrillic rangka pipa gip Pemkot Tegal
5 Roof Garden dan Entrance PPIB 1344 m2 5,000,000 100% 6,720,000,000 Pemkot Tegal
6 Gardu parkir portable 2 set 11,500,000 100% 23,000,000 Pemkot Tegal
7 Pengadaan Portal Parkir Otomat 5 set 12,000,000 100% 60,000,000 motor + mobil Pemkot Tegal
C. Pagar Keliling Kawasan -
1 Pagar Depan 53.5 m' 3,000,000 100% 160,500,000 Pemkot Tegal
2 Pagar Belakang 133 m' 2,500,000 20% 66,500,000 tembok, tinggi 2 m Pemkot Tegal
3 Pagar Sisi barat 231 m' 2,500,000 40% 231,000,000 tembok, tinggi 2 m Pemkot Tegal
4 Pagar Sisi Timur 267 m' 2,500,000 40% 267,000,000 tembok, tinggi 2 m Pemkot Tegal
-
JUMLAH 24,873,146,000
Sumber: Tim penyusun, 2017
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 102
Hasil kelayakan financial pengembangan PPIB dan TBT Kota Tegal, dengan
menggunakan beberapa skenario adalah dengan menggunakan beberapa asumsi yang ada
pada tabel 6.4, dimana biaya operasional berkisar Rp. 2.000.000.000-Rp. 7.000.000.000 per
tahun. Hasil kelayakan finansial pengembangan PPIB dan TBT Kota Layak dilakukan , karena
B/C lebih (>) dari satu (1). Asumsi ini adalah asumsi yang minimal harus dipenuhi, agar
keuangan menjadi layak.
Tabel 4-7 Asumsi Skenario Pengembangan PPIB dan TBT Kota Tegal
Besarnya
Kisaran Penerimaan
No Jenis Pelayanan Jumlah Penerimaan
Biaya Per Tahun
Per Bulan
A PPIB - -
1 Sewa Gedung PPIB 3/minggu 7.500.000 90.000.000 1.080.000.000
2 Sewa Kios/bulan 48 kios 1.000.000 48.000.000 48.000.000
3 Retribusi kios 48 kios 5.000 240.000 2.880.000
4 Parkir
Mobil 50/hari 3.000 4.200.000 50.400.000
Motor 150/hari 2.000 8.400.000 100.800.000
B TBT
1 Sewa Gedung TBT 4/minggu 4.000.000 112.000.000 1.344.000.000
2 Parkir
Mobil 50/hari 3.000 4.200.000 50.400.000
Motor 150/hari 2.000 8.400.000 100.800.000
Total Penerimaan 1 Tahun 2.777.280.000
Sumber: tim penyusun, 2017
Tabel 4-8 Hasil Analisis Kelayakan Keuangan Pengembangan PPIB dan TBT
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 103
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan formulasi strategi dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kekuatan (Strengths) PPIB dan TBT adalah harga sewa relative murah dan Jumlah pesaing
relative sedikit
Kelemahan (Weaknesses) PPIB dan TBT adalah inovasi terhadap kegiatan,
pemasaran/promosi dan informasi kurang, manajemen pengelola kawasan PPIB dan TBT
kurang maksimal, Merugi (Penghasilan – Pengeluaran), aksesbilitas dan sirkulasi
mengganggu/kurang tepat, Fasilitas dan lahan tidak memenuhi kebutuhan kegiatan, dan
Daya saing menurun
Peluang (opportunities) adalah daya beli masyarakat Kota Tegal relative tinggi, Tegal
sebagai pusat budaya dan bisnis pesisir utara bagian barat Jawa Tengah, Tingkat AIDA
pengguna dan masyarakat Kota Tegal terhadap PPIB dan TBT tinggi
Ancaman (Treaths) adalah pemasaran/promosi dan informasi tentang bisnis (industri,
perdagangan, dll) Kota Tegal kurang, penguasaan teknologi serta Research and
Development pelaku bisnis yang kurang, dan akses permodalan usaha terbatas
Prioritas strategi Pengembangan PPIB adalah Restrukturisasi sistem pengelola PPIB dan
TBT untuk mengatasi kelemahan sumberdaya dalam inovasi terhadap kegiatan,
pemasaran/promosi dan informasi, memaksimalkan Fasilitas dan lahan, meningkatkan
daya saing, penguasaan teknologi serta Research and Development, akses permodalan
kemudian dilakukan Inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi PPIB
dan TBT sesuai dengan potensi budaya dan bisnis pesisir utara bagian barat Jawa Tengah,
AIDA dan daya beli masyarakat
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 104
f. kekurangan fasilitas untuk memenuhi standart dan kebutuhan ruang yang menunjang
fungsi PPIB dan TBT.
a. Langgam arsitektural
b. Strategi fasade bangunan menjadikan kios dan landscape di depan PPIB sebagai bagian
dari fasade bangunan PPIB. Memperkuat bangunan TBT dengan pengarah berupa
vegetasi, sculpture pada sisi depan kawasan sehingga mencaiptakan main enterance
(pintu masuk utama) bangunan PPIB dan TBT lebih terlihat dari Jl. Kolonel Sugiono.
c. Proporsi dan skala bangunan
d. Aksesbilitas
e. Strategi penataan sirkulasi : mengubah pola sirkulasi loop menjadi linear, dengan pintu
keluar pada sisi barat kawasan.
f. Pemenuhan kebutuhan ruang
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -
h a l a m a n | 105
Dengan asumsi penerimaan seperti tabel Asumsi Skenario Pengembangan PPIB dan
TBT Kota Tegal maka investasi tersebut layak
REKOMENDASI
Restrukturisasi sistem pengelola PPIB dan TBT untuk mengatasi kelemahan sumberdaya
dalam inovasi terhadap kegiatan, pemasaran/promosi dan informasi, memaksimalkan
Fasilitas dan lahan, meningkatkan daya saing, penguasaan teknologi serta Research and
Development, akses permodalan dilakukan dengan:
a. Pembentukan BUMD untuk mengelola asset milik Kota Tegal termasuk kawasan PPIB
dan TBT
b. Kerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola PPIB dan TBT
1) yang secara skala serta proporsi terlihat/menonjol di koridor Jl. Kolonel Sugiono
Kota Tegal sehingga menjadi landmark pada koridor
2) penataan ruang dan landscape bisa mengakomodasi banyak fungsi (multifunction)
dengan memperhatikan perkembangan teknologi
b. ketika menyediakan jalur lambat pada sisi depan kawasan atau U – turn yang nyaman
bagi sirkulasi kendaraan berkoordinasi dengan pihak terkait
Laporan Akhir
- Penyusunan Masterplan PPIB Dan TBT -