KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita masih diberi kesehatan baik jasmani
maupun rohani.
Demikianlah Laporan Akhir ini di buat, segala koreksi dan kritikan yang
membangun akan kami terima demi perbaikan, agar memperoleh hasil laporan
Laporan Akhir
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
Laporan Akhir
BAB 1
PENDAHULUAN
Kabupaten Pandeglang sebagai salah satu Kabupaten yang memiliki potensi strategis baik dari sumber daya
alam yang dimiliki maupun letak geografinya serta kemampuan permerintahannya dalam mengelola potensi
daerah, sehingga kemampuan Pembangunan di daerah saat ini sudah mulai dapat dirasakan oleh segenap
penduduk daerah setempat pemerataannya baik dalam Pembangunan infrastruktur/ sarana dan prasarana,
keamanan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan olahraga.
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman
kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh
dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.
Penanganan permukiman kumuh membutuhkan kolaborasi banyak sektor oleh banya pihak untuk dapat
mengerahkan beragam sumber daya dan dana dari tingkat pusat, provinsi, kota/kabupaten, kelurahan/desa,
termasuk pihak swasta, perguruan tinggi dan kelompok peduli lainnya melalui keterpaduan program.
Pemerintah kabupaten/kota diharapkan mampu menggalang kolaborasi
I-2
DED Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan
Peningkatan prasarana termasuk infrastruktur sangat diperlukan, dalam mewujudkan hal tersebut, setiap
bangunan pemerintah harus dikelola secara optimal, direncanakan secara seksama, sehingga mampu
memenuhi secara maksimal akan fungsi bangunan, efesien dalam pembiayaan serta dapat meningkatakan
kualitas sumber daya manusia dan martabat lingkungannya.
Setiap konstruksi bangunan harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu memenuhi
secara fungsi ruang/bangunannya, sehingga dapat memenuhi kreteria teknis bangunan yang layak dari
segi mutu, biaya dan kriteria administarsi bagi bangunan itu sendiri.
Pada pekerjaan ini konsultan perencana dapat menyediakan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan pembangunan/konstruksi. Harapannya hasil perencanaan teknis secara cepat dan tepat
kita akan mengetahui secara pasti kebutuhan biaya yang dibutuhkan serta jenis konstruksi yang sesuai dengan
yang akan dibangun/rehabilitasi.
Sehubungan dengan tersebut diatas, maka Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah mengalokasikan
dana pada DPPA Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kab. Pandeglang Tahun
Anggaran 2020 pada Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan untuk Pekerjaan DED
Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan.
Perencanaan merupakan suatu mata rantai dari suatu aspek manajemen Pembangunan sebagai upaya
menjaga aspek kualitas dan kuantitas serta memenuhi standar Konstruksi yang direncanakan waktu yang
telah ditetapkan. Tahapan Perencanaan dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pasca
konstruksi.
1.2 Lokasi
Lokasi Pekerjaan DED Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan, Tahun Anggaran 2020 ini berada
di Desa Cigondang Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Laporan Akhir
1.3 Maksud dan Tujuan
DED Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan merupakan dokumen perencanaan jangka
menengah yang digunakan untuk mewujudkan kawasan/lingkungan permukiman bebas kumuh dengan
memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dan kondisi lingkungan yang ada dan meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan fisik dan sosial, yang dituangkan kedalam sejumlah program/kegiatan
pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas fisik lingkungan permukiman, dilengkapi dengan
prakiraan kebutuhan biaya, sumber pendanaan, dan luas permukiman kumuh yang akan ditingkatkan
kualitasnya, serta terintegrasi kedalam rencana penanganan kumuh kota.
Maksud dan tujuan Pelaksanaan DED Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan perencanaan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan dan mendeteksi sedini mungkin
terjadinya kesalahan tersebut sehingga kesalahan yang lebih besar dan lebih sulit dapat dihindari.
2. Memberikan masukan pada setiap tahapan mulai dari persiapan, pengukuran, Design, Perhitungan
volume dan Biaya Pelaksanaan sampai rencana Kerja, sebagai bagian dari kendali mutu.
3. Untuk Meningkatkan Kualitas dan kuantitas Infrastruktur.
4. Tersedianya Perencanaan Teknis berupa perhitungan bangunan dan perhitungan lain yang dianggap
perlu sebagai hasil investigasi lapangan.
5. Tersedianya desain dan volume kebutuhan sarana dan prasarana pendukung bangunan lain yang
dianggap perlu.
6. Tersedianya gambar rencana, gambar detail dan spesifikasi teknis DED Skala Kawasan KOTAKU
Desa Cigondang Labuan Kab. Pandeglang.
7. Tersedianya Renacana Anggaran Biaya Engineering Estimate (EE) untuk rujukan perhitungan Owner
Estimate (OE) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
1.5 Sasaran
Sasaran dari perencanaan ini adalah detail perencanaan teknis Skala Kawasan Labuan I Desa Cigondang
sebagimana yang termuat dalam DPPA Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kab.
Pandeglang Tahun Anggaran 2020 sehingga tercapainya pelaksanaan fisik Konstruksi bangunan secara
tepat mutu, tepat waktu, tertib administrasi dan keuangan.
Prosedur administarasi antara lain meliputi ijin mulai Penggalian data-data, Pengecekan Lokasi Project dan
jenis jenis penggunaan matrial Lokal, pemeriksaan dan persetujuan gambar kerja hingga perhitungan
proggress atau bobot pekerjaan serta prosedur lainnya.
Adapun sistematika pembahasan laporan ini terdiri atas enam bab, antara lain:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi uraian latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar hukum, metode pendekatan,
ruang lingkup, keluaran dan sistematika pembahasan laporan.
Pandeglang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Banten. Letaknya di ujung barat Pulau Jawa dengan
luas wilayah 2.747 km2 dan memiliki panjang garis pantai 230 km, berpenduduk
1.149.064 jiwa.
Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6º21’ - 7º10’ Lintang Selatan dan 104º48’ -
106º11’ Bujur Timur dengan luas wilayah 2.747 kilometer persegi (km²) atau sebesar 29,98 persen dari luas
wilayah Provinsi Banten. Kabupaten yang berada di Ujung Barat dari Provinsi Banten ini mempunyai
batas administrasi sebagai berikut:
Jarak dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Negara (Jakarta) 111 km, ke Ibukota Provinsi (Serang) 23 km
dan ke Ibukota Kabupaten Lebak 18 km. Tabel berikut menjabarkan nama kecamatan beserta luasannya,
serta jumlah desa/kelurahan.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Pandeglang, Tahun 2018
Luas Jumlah
No. Kecamatan (Km2) Desa/Kelurahan
1 Sumur 258,54 7
2 Cimanggu 259,73 12
3 Cibaliung 221,88 9
4 Cibitung 180,72 10
5 Cikeusik 322,76 14
6 Cigeulis 176,21 9
7 Panimbang 132,84 6
Laporan Akhir
8 Sobang 138,88 7
9 Munjul 75,25 9
10 Angsana 64,84 9
11 Sindangresmi 65,2 9
12 Picung 56,74 8
13 Bojong 50,72 8
14 Saketi 54,13 14
15 Cisata 32,65 9
16 Pagelaran 42,76 13
17 Patia 45,48 9
18 Sukaresmi 57,3 10
19 Labuan 15,66 9
20 Carita 41,87 10
21 Jiput 53,04 13
22 Cikedal 26 10
23 Menes 22,41 11
24 Pulosari 31,33 9
25 Mandalawangi 80,19 15
26 Cimanuk 23,64 11
27 Cipeucang 21,16 10
28 Banjar 30,5 11
29 Kaduhejo 33,57 10
30 Mekarjaya 31,34 6
31 Pandeglang 16,85 4
32 Majasari 19,57 5
33 Cadasari 26,2 11
34 Karangtanjung 19,07 4
35 Koroncong 17,86 12
Bentuk Topografi wilayah Kabupaten Pandeglang di daerah Tengah dan Selatan pada umumnya merupakan
dataran dengan ketinggian gunung-gunungnya relatif rendah, sedangkan daerah Utara sekitar 14,93 %
dari luas Kabupaten Pandeglang merupakan dataran tinggi. Kabupaten Pandeglang memiliki gunung
dengan ketinggian antara 562 meter sampai 1.778 meter. Gunung Karang merupakan gunung tertinggi di
Kabupaten Pandeglang dan merupakan gunung berapi yang masih aktif.
Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Pandeglang berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai terdiri dari 3 (tiga) WS dan 5 (lima)
Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu:
Untuk mengetahui kondisi geologi regional wilayah dan/atau kawasan perencanaan dan daerah
sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi daerah yang lebih luas. Secara umum, kondisi geologi di
Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:
1. Geologi wilayah di Kabupaten Pandeglang ini mencakup karakteristik litologi, stratigrafi, serta
struktur geologi lainnya. Secara umum, struktur geologi wilayah perencanaan terdiri dari Aluvial,
andesit, batuan vulkanik pandil raung, batuan gunung api Payung, Batu gamping terumbu,
formasi bojong, formasi bojong manic, formasi Cihoe, formasi cikancana, formasi cimapag,
formasi cipacar, formasi ciramea, formasi honje, koluvial, lava muda gunung karang, lava
gunung karang, produk gunung api karang, tufa banten atas, tuga banten bagian bawah.
2. Geologi permukaan
Geologi permukaan adalah kondisi geologi tanah/batu yang ada di permukaan dan sebarannya
baik lateral maupun vertikal hingga kedalaman batuan dasar serta sifat-sifat keteknikan tanah/batu
tersebut, dalam kaitannya untuk menunjang pengembangan wilayah perencanaan. Dengan
demikian, jenis tanag yang terdapat di wilayah perencanaan terdiri dari alluvial, andesol,
latosol, mediteran, podsolik, dan regosol.
2.1.2 Kependudukan
Berdasarkan data hasil registrasi dalam kurun waktu dua tahun terakhir, penduduk Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2016 (akhir tahun) tercatat sebanyak 1.200.512 orang. Pada tahun 2017 jumlah
penduduk Kabupaten Pandeglang meningkat menjadi 1.205.203 orang dengan komposisi penduduk
laki-laki sebanyak 615.297 orang dan perempuan sebanyak 589.906 orang.
Berdasarkan data BPS tahun 2018, rasio jenis kelamin pada tahun 2017 sebesar 104,30, jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.
Desa Cigondang berada di titik koordinat Garis Lintang (LS 06⁰22.797ˈ dan Garis Bujur (BT
105⁰49.483’), Secara yuridis administratif Desa Cigondang dibatasi oleh:
Sebelah utara : Desa Labuan
Sebelah Selatan : Desa Margagiri kec. Pagelaran
Sebelah Barat : Selat Sunda
Sebelah Timur : Desa Sukamaju
Desa Cigondang memiliki luas 157,3 Ha dan secara administratif terbagi dalam 7 Rukun Warga (RW) terdiri
dari 29 Rukun Tetangga ( RT) dengan jumlah penduduk 8.571 Jiwa. Jarak ke Kecamatan Labuan 1 Km
dan Kabupaten Pandeglang 42 Km.
Desa Cigondang secara umum memiliki morfologi/bentang alam dengan kontur tanah Datar dengan
ketinggian 15 meter di atas permukaan laut (dpl). Keadaan Iklim di Desa Cigondang beriklim tropis
dengan curah hujan rata – rata 215,75 mm/ bulan (Kecamatan dalam angka 2016 (BPS)).
Arahan pemanfaatan ruang Desa Cigondang berdasarkan arahan pengembangan wilayah untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan RTRW Desa Cigondang sebagai berikut :
Desa Cigondang tipologi permukiman pesisir pantai merupakan daerah nelayan dan wisata pantai yang pada
akhirnya tumbuh dan berkembang secara cepat sehingga membentuk suatu sistem kota dan pusat
kegiatan
A Desa CIGONDANG
B Kecamatan LABUAN
C Nama BKM Tujuh Belas
D Status Keberdayaan BKM Mandiri
E Luas Kawasan (Ha) 157,3 Ha
F Tipologi/Karakteristik Datar
G Koordinat
KRITERIA /
No PARAMETER
INDIKATOR
A FISIK
Keteraturan
1 51% Bangunan Hunian tidak memiliki keteraturan
Bangunan
2 Kepadatan Bangunan Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah (21 unit/Ha)
3 Kelayakan Fisik 53% Bangunan hunian memiliki Luas Lantai < 7,2 m2 per orang
Bangunan 80% Bangunan hunian memiliki kondisi ALADIN tidak sesuai
persyaratan teknis
100% Kawasan permukiman tidak terlayani jaringan jalan lingkungan
4 Aksesibilitas
yang memadai
Lingkungan
54% Kondisi Jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki
kualitas buruk
94% Kawasan permukiman terjadi genangan/banjir
5 Drainase Lingkungan 92% Kondisi jaringan drainse pada lokasi permukiman memiliki
kualitas buruk
43% Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak terlayani jaringan
Air Bersih/Baku perpipaan atau non perpipaan terlindungi
Pelayanan Air yang layak
6
Minum/Baku
16% Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal
60liter/org/hari (Mandi, Minum, Cuci)
36% Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki akses
Jamban/MCK Komunal
Pengelolaan Air Limbah 49% Bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak memiliki
7 kloset (Leher Angsa) yang terhubung dengan septic tank
100% Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
tercampur dengan Drainase Lingkungan
A Desa CIGONDANG
B Kecamatan LABUAN
C Nama BKM Tujuh Belas
D Status Keberdayaan BKM Mandiri
E Luas Kawasan (Ha) 157,3 Ha
F Tipologi/Karakteristik Datar
G Koordinat
KRITERIA /
No PARAMETER
INDIKATOR
A FISIK
Pengelolaan 100% Sampah domestik rumah tangga pada kawasan permukiman
8
Persampahan terangkut ke TPS/TPA kurang dari 2 kali seminggu
Kondisi jalan lingkungan di kawasan ini sebagian besar sudah berupa jalan dengan konstruksi aspal dan
betonisasi. Di sebagian wilayah perkotaan kondisi jalan rusak sedang-ringang, sedangkan kondisi jalan
yang berada di kawasan pedalaman masih ada jalan tanah dan jalan perkerasan dengan kondisi rusak
berat. Kondisi jaringan jalan lingkungan permukiman yang ada dengan lebar sekitar 1,2 – 2 m.
Gambar 2.4 Peta Penyebaran Kondisi Jaringan Jalan
Kondisi saluran drainase banyak yang dimanfaatkan warga untuk membuang limbah rumah tangga. Di
kawasan ini juga terdapat beberapa penutupan saluran secara permanen. Hampir sebagian besar jalan tidak
dilengkapi saluran drainase, terutama jalan-jalan gang. Hal ini disebabkan tidak adanya ruang (badan
jalan) akibat dari bangunan rumah yang sebagian besar berada di atas sepadan jalan.
Gambar 2.5. Peta Penyebaran Jaringan Drainase
Seiring dengan perkembangan penduduk dan perubahan fungsi lahan, sampah merupakan salah satu
permasalahan di Desa Cigondang. Pada umumnya sampah yang dihasilkan oleh aktifitas masyarakat
bersumber dari sampah dari pemukiman (sisa pengolahan sisa makanan, perlengkapan rumah tangga,
bekas sampah kebun, halaman, kardus, kertas dll). dan sampah dari pertanian dan perkebunan. Sebagian besar
sampah belum dikelola secara sistem terpadu melalui pengumpulan, pengangkutan dan pengelolaan sesuai
standar teknis. Sampah yang dihasilkan dikelola oleh masyarakat secara individu dengan system tradisional
yaitu dengan membakar dan menimbun sampah, serta dibuang ke sungai, laut dan kebun kebun warga.
Belum meratanya sarana pembuangan sampah masyarakt dan pengangkutan sampah belum dilaksanakan
secara kontiniu minimal 2-3 kali perminggu. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan layanan berupa
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan konsep 3R (reuse, reduce, recycle), pengangkut
sampah (motor dan mobil sampah)
Gambar 2.6 Peta Penyebaran Kondisi Persampahan
Sumber air limbah di Desa Cigondang berasal Limbah kotoran tangga Rumah Tangga seperti ekskreta (tinja
dan urin), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi dll). Secara umum sarana pembuangan air limbah
rumah tangga di Desa Cigondang adalah :
1. Sesuai dengan standar teknis, namun di setiap wilayah RT/RW masih ada yang memiliki sarana
pembuangan air limbah tidak sesuai standar teknis, yaitu dalam kondisi rusak, masih tanah (tidak ada
saluran) dan pembuangan akhir ke kebun atau pun ke jalan-jalan tanah. Kondisi tersebut telah
menimbulkan permasalahan lingkungan, seperti jalan menjadi becek, terjadi kubangan air, bau dan
kotor.
2. Masih banyak warga MBR yang belum memiliki Jamban sesuai standar kesehatan, bahkan ada
warga MBR yang tidak memiliki jamban.
Gambar 2.8 Peta Penyebaran Pengelolaan Air Limbah
Kegiatan Penataan Perumahan Kumuh dan Kawasan Permukiman Kumuh, Pekerjaan DED Skala Kawasan
KOTAKU Desa Cigondang Labuan, secara umum dilakukan dengan harapan dapat direalisasi sesuai
rencana dan persyaratan atau Mekanisme teknis atau prosedur yang telah disepakati. Untuk menjamin
agar Kegiatan ini dapat selesai tepat waktu dengan mutu yang disyaratkan serta tidak menyimpang dari
spesifikasi teknis yang ditetapkan, maka tim Konsultan perencanaan dalam perencanaan teknisnya telah
dibuat mengacu pada :
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Ruang Terbuka Hijau
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Sumber Daya Air.
15. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang
pedoman standar pelayanan minimal
16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Lingkungan Hidup di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2016 tentang
Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
18. Surat edaran Permen PU Nomor: 2 Thn 2016 Tentang Penyelenggaraan dan kawasan
Permukiman
19. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No. 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Pandeglang;
20. SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
21. SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan
22. SNI 03-6967-2003 tentang Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan
Perumahan
23. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
24. SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman Juknis Dep. Kimpraswil Pt S- 06-2000-C
tentang Tata Cara Perencanaan Air Bersih Pedesaan dengan Kran Umum
Ada beberapa faktor yang akan menjadi fokus perhatian oleh Konsultan Perencana terhadap
perencanaan teknis ini, diantaranya sebagai berikut :
1) Manajemen Kontraktor
Kontraktor pelaksana wajib untuk menempatkan manajeman lapangan dan personil yang sangat
berpengalaman di bidangnya untuk memberikan kebijakan yang bersifat teknis di lapangan.
2) Metode Kerja
Metode kerja pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang diterapkan oleh Kontraktor Pelaksana sangat
berpengaruh terhadap percepatan pekerjaan dan kualitas hasil pekerjaan.
3) Rencana Kerja
Laporan Akhir
Rencana kerja yang dibuat oleh Kontraktor akan diperhatikan secara berkala oleh Konsultan Pengawas.
Hal ini penting terhadap aspek integrasi dalam kaitannya dengan masing-masing item pekerjaan serta
hubungannya dengan metode kerja.
4) Kemampuan Keuangan
Kontraktor diharapkan dalam pelaksanaan pekerjaan memiliki rekayasa pembiayaan pelaksanaan pekerjaan
yang bersifat mandiri. Yang dalam hal ini, pembayaran dari pihak Pemerintah bukan sebagai
pembiayaan pokok dalam pelaksanaan pekerjaan.
3.2 Pendekatan
Pelaksanaan Kegiatan Penataan Perumahan Kumuh dan Kawasan Permukiman Kumuh Dalam Rangka
Rehabilitasi Kawasan Pesisir, Pekerjaan DED Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan dapat
diartikan sebagai satu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber
dana terbatas pula dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses, ini berarti
perencanaan tersebut mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu Tahap- tahap pekerjaan itu
yang disebut proses. Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi
:
a. Menentukan tujuan
Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan
yang akan dilakukan.
b. Menentukan sasaran
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan
yang lelah ditetapkan sebelumnya
c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian
terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
d. Memilih alternatif
Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan
dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan
yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar
alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak.
e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan
setelah memperhatikan berbagai batasan.
Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang dilakukan sesuai
urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan selanjutnya dilakukan
penjadwalan.
2. Penjadwalan
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan
serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar
proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992). Penjadwalan
meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang
tepat maka beberapa macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan,
pembengkakan biaya, dan perselisihan.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain :
a. Bagi Pemilik
Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek.
Merencanakan aliran kas.
Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya
proyek.
3. Pengendalian
pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan
sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan
standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar,
kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan
secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan sasaran.
b. Definisi lingkup kerja.
c. Menentukan standar dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai
sasaran.
d. Merancang/menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil
pelaksanaan pekerjaan.
e. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan sasaran
yang telah ditentukan.
f. Mengadakan tindakan pembetulan.
Fungsi utama pengendalian adalah memantau dan mengkaji (bila perlu mengadakan
koreksi) agar langkah-langkah kegiatan terbimbing ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
Pengendalian memantau apakah hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah digariskan dan memastikan
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Dasar-dasar dari pelayanan jasa konsultan ini secara garis besar adalah melakukan survey
kondisi site yang akan di bangun dan mempelajari dengan seksama, untuk pekerjaan tersebut
yang akan dibangun sesuai dengan paket pekerjaan yang tersedia dalam Kerangka Acuan,
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran dan masukan. Selanjutnya berdasarkan masukan
tersebut diatas dan hasil dari perencanaan yang ada, dilakukan evaluasi kemudian didiskusikan
kepada Instansi Dinas/Pejabat Pembuat Komitmen, apabila perlu perubahan maka dibuatkan detail
desain yang lebih rinci lengkap dengan pehitungan dan gambar teknisnya, seterusnya diajukan
kepada Instansi Dinas/Pejabat Pembuat Komitmen untuk disetujui, sebelum pekerjaan
konstruksi dilaksanakan.
3.3 Metodologi
Beberapa hal yang akan menjadi perhatian Konsultan dalam Kegiatan Penataan Perumahan Kumuh dan
Kawasan Permukiman Kumuh Dalam Rangka Rehabilitasi Kawasan Pesisir, Pekerjaan DED Skala
Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan antara lain :
1. Kualitas hasil pekerjaan pembangunan bangunan selain ditentukan oleh kualitas hasil perencanaan,
juga ditentukan oleh hasil pelaksanaan konstruksi pekerjaan di lapangan. Untuk itu peran Konsultan
sangatlah menentukan dalam menjaga mutu pekerjaan di lapangan (kemampuan professional dari
masing-masing tenaga ahli yang terlibat dalam Kegiatan Tersebut diatas, termasuk tenaga teknisi
yang bertugas melakukan Control langsung atas pekerjaan). Oleh karena itu, seluruh Tenaga Ahli akan
selalu memberi pengarahan agar para Teknisi dapat bekerja secara independent dan professional dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini dapat dimulai sejak proses rekruitmen/ wawancara hingga monitoring
hasil pekerjaan.
2. Konsultan akan melakukan kajian-kajian untuk lebih menyempurnakan hasil desain. Usulan- usulan
perubahan/penyempurnaan desain akan disampaikan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas dan setelah
disetujui akan dilanjutkan dengan proses revisi perencanaan teknik detail (bila dianggap perlu). Dalam
melaksanakan Review, pada dasarnya Konsultan akan tetap berpedoman pada data-data perencanaan
dan pelaksanaan sebelumnya.
Dengan memahami hal-hal seperti diuraikan di atas, maka berikut ini akan diuraikan metodologi dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, meliputi kegiatan :
1. Pengumpulan dan Pengkajian Data Teknik dan Administrasi Proyek
2. Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
3. Sistem Pelaporan
Data-data tersebut di atas, akan dikaji guna persiapan kegiatan pemeriksaan lapangan yang akan dilakukan
Konsultan. Sehingga Konsultan, dapat lebih spesifik dalam menentukan lokasi dan sasaran bagian
pekerjaan pada saat pemeriksaan lapangan. Dengan demikian semua kegiatan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien.
Pekerjaan Pengkajian Data Teknik (review design) akan dilakukan oleh Ahli/Koordinator dibantu oleh
Inspector dimana data-data lapangan akan dikumpulkan dan diproses. Pekerjaan ini akan dilakukan
dengan berpedoman pada buku panduan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Berdasarkan masukan data yang akan diperoleh kesimpulan apakah design yang ada layak atau perlu
dilakukan perbaikan yang mengacu kepada Biaya Fisik yang tersedia. Pengecekan hasil desain dilakukan
dengan membawa hasil desain ke lokasi untuk mengevaluasi apakah desain sudah sesuai dengan kondisi
lapangan yang ada. Hasil pengecekan yang tertuang dalam gambar revisi-revisi desain berserta hasil
pengecekan volumenya akan diajukan ke Kementrian Kelautan , Direktorat jendral pengelolaan ruang laut,
loka pengelolaan sumbedaya pesisir dan laut serang bersamaan dengan gambar-gambar aslinya.
Dalam kaitannya dengan tugas Konsultan Pengawas dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang dilakukan Kontraktor, beberapa hal yang akan sangat diperhatikan antara
lain :
(iii) Inspeksi/Pengujian
- Pengujian mutu bahan.
- Pengujian selama pelaksanaan.
- Pengujian hasil pekerjaan.
Dengan adanya SOP ini diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini menjadi jelas
tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing, serta prosedur pelaksanaannya.
c. Pengendalian Pekerjaan
Tugas utama Konsultan Pengawas selain pengawasan pekerjaan, juga meliputi pengendalian
pekerjaan. Ruang lingkup pengendalian pekerjaan yang mencakup pengendalian mutu dan
pengendalian waktu adalah sebagai berikut :
Pengendalian
Gambar 3.1
Bagan Prosedur Pengendalian Mutu
- Jadwal Pekerjaan
- Rapat Monitoring
Pada umumnya ada dua alat monitoring yang biasa digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan yaitu Jaringan Kerja.
Pengendalian Waktu dengan Jaringan Kerja (Network Planning) Proyek adalah suatu rangkaian
kegiatan yang saling berkaitan yang menuju suatu sasaran tertentu, membutuhkan sarana dan waktu
yang terbatas. Bagi Supervisi (pengawas) pekerjaan pertama-tama adalah memahami rencana urutan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pekerjaan yang sudah dibuat oleh kontraktor, sedemikian rupa sehingga proyek bisa terlaksana
sesuai dengan rancangannya (desain), dalam waktu yang telah ditetapkan,mutu sesuai standar dan
biaya yang sudah direncanakan. Pada saat pelaksanaan perlu dilakukan pengendalian atau
pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut, salah satu alat pengendali tersebut
adalah jaringan kerja (network planning).
Jadwal Pekerjaan
Jadwal pelaksanaan pekerjaan tidak saja disiapkan untuk satu periode proyek, namun perlu
dirinci dalam beberapa periode waktu yang lebih pendek. Berdasarkan jadwal proyek keseluruhan,
dapat diturunkan jadwal pelaksanaan pekerjaan bulanan, mingguan dan harian, serta ditetapkan
target-target yang akan dicapai.
Penyesuaian jadwal pelaksanaan pekerjaan dilakukan setiap saat, berdasarkan hasil
evaluasi/monitoring pencapaian target penyelesaian pekerjaan. Evaluasi/monitoring ini akan
dilakukan bukan hanya dalam setiap periode bulanan atau mingguan, tetapi juga akan
dilakukan setiap hari. Dengan demikian dapat secara dini diketahui kemungkinan
keterlambatan ataupun percepatan penyelesaian proyek, untuk selanjutnya diambil langkah-
langkah yang diperlukan.
Rapat Monitoring
Rapat monitoring dimaksudkan sebagai evaluasi/monitoring kemajuan pelaksanaan pekerjaan,
akan diselenggarakan untuk setiap periode waktu bulanan, mingguan dan harian.
Dalam rapat monitoring ini terutama akan dibicarakan hal-hal sebagai berikut :
Status kemajuan pekejaan yang dicapai dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Hambatan dan permasalahan yang ditemui dan cara penyelesaiannya.
Rancana kerja dan target yang akan dicapai untuk periode waktu yang akan datang.
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Penyesuaian jadwal pelaksanaan pekerjaan.
(iii) Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dalam suatu kontrak/Surat perjanjian dimaksudkan agar pengawas
mengetahuidan mengendalikan agar biaya Proyek tidak melebihi anggaran yang sudah
direncanakan.
- Pengawasan kualitas
- Pengawasan kuantitas
- Pengawasan kemajuan
- Pengawasan peralatan dan laboratorium
Untuk mencapai mutu hasil akhir sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, diperlukan
pengawasan yang baik terhadap bahan/material, pemilihan/pengaturan peralatan, cara pelaksanaan,
serta pengawasan/ pengujian hasil pelaksanaan.
Dengan berpedoman pada hal-hal tersebut, diharapkan Konsultan Pengawas dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dalam pengawasan kualitas pekerjaan.
- Harus dijamin bahwa seluruh peralatan tersebut dapat digunakan pada saatnya,
sedemikian rupa seperti yang tercantum pada jadwal kerja atau dengan
penyimpangan-penyimpangan yang telah disetujui. Konsultan akan mencatat semua
perubahan yang dilakukan Kontraktor bila peralatan ada perubahan serta mengevaluasi
terhadap efisiensi dan perubahan tersebut yang semuanya didasarkan kepada kondisi yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
Bahwa semua peralatan kerja dan laboratorium yang disediakan Kontraktor, hendaknya
hanya digunakan semata-mata untuk keperluan proyek ini dan tidak dipindahkan dari
lapangan tanpa persetujuan dari Konsultan terlebih dahulu.
Semua bengkel harus dilengkapi dengan peralatan dan suku cadang yang cukup.
Kontraktor wajib memberi tahu Konsultan untuk setiap keadaan yang dapat mengurangi
kelancaran kerja dari peralatannya.
Konsultan Supervisi dituntut pula penguasaan bidang detail administrasi kontrak fisik, agar dapat
meningkatkan perannya dalam membantu Pemberi Tugas/Pemimpin Proyek dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan dukungan pengalaman melaksanakan proyek-proyek sejenis, adanya program
alih teknologi dengan perusahaan asing, serta didukung oleh personil-personil senior yang
memiliki perusahaan, maka niscaya sasaran dan tuntutan diatas akan dapat dipenuhi dengan baik.
Pada tahap selesainya pekerjaan, Konsultan akan melakukan inspeksi dan membuat
rekomendasi untuk menilai hasil akhir dari pekerjaan Kontraktor agar dapat dinyatakan bisa
diterima oleh Proyek, dan juga untuk menentukan kapan dimulainya pekerjaan perawatan/
pemeliharaan. Semua hasil pekerjaan Konsultan Pengawas selama jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan akan diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pemimpin Proyek.
Ketiga sasaran tersebut bersifat tarik-menarik dan saling bergantungan sehingga apabila salah satu
sasaran terganggu atau diubah maka akan mempengaruhi sasaran yang lain. Dari segi teknis ukuran
keberhasilan suatu proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dicapai.
Anggaran
Fungsi
Jadwal Mutu
Gambar 3.2
Sasaran Proyek
3.5 Manajemen
3.5.1 Manajemen Proyek
Manajemen proyek kontruksi adalah ilmu dan seni untuk mengatur/memadukan sumber daya
manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan-tujuan dalam waktu, anggaran, mutu
yang terbaik bagi semua individu yang terlibat, mulai dari proses merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain, untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan organisasi atau perusahaan.
agar tercipta sistem organisasi proyek yang efisien dibutuhkan manajemen kontruksi yang baik,
yaitu dengan cara :
1. Merencanakan proyek secara efektif;
2. Mengidentifikasi kendala-kendala;
3. Merencanakan kemungkinan mengadopsi salah satu cara agar proyek mencapai sasaran;
4. Perencanaan sumber daya yang sesuai dengan fungsinya
Manajemen proyek dipergunakan pendekatan sistem dan arus kegiatan vertikal dan horizontal.
Beberapa teknik dan metoda yang spesifik untuk menangani kegiatan proyek adalah :
1) Merencanakan
Aspek perencanaan manajemen proyek mengikuti arus kegiatan perencanaan. Namun pada
tahap operasional manajemen proyek perlu didukung oleh suatu metoda perencanaan yang
dapat menyusun secara cermat urutan pelaksanaan kegiatan maupun penggunaan sumber
daya bagi kegiatan-kegiatan tersebut, agar proyek dapat diselesaikan secapatnya dengan
penggunaan sumber daya sehemat mungkin.
2) Mengorganisir
Dibuat susunan organisasi yang memacu terselenggaranya arus kegiatan horizontal maupun
vertikal, dengan tujuan dicapainya penggunaan sumber daya secara optimal. Arus horizontal
adalah pengelola proyek yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan proyek dalam
rangka melakukan tugasnya, membuka hubungan atau komunikasi satu dengan yang lain
agar arus kegiatan dapat mengalir secara horizontal. Arus horizontal ini dapat merupakan
individu atau kelompok antara tim inti proyek dengan departemen fungsional di dalam
organisasi perusahaan, atau dengan organisasi di luar perusahaan. Pertimbangannya bila hanya
memakai arus kegiatan vertikal diperlukan waktu yang terlalu lama karena harus mengikuti
prosedur birokrasi yang berlapis-lapis, yang semula dirancang dan diperlukan untuk
kegiatan rutin operasioanal. Dengan adanya arus kegiatan horizontal diharapkan pihak-pihak
yang bersangkutan dapat membicarakan dan merundingkan langsung secara kontinyu
masalah yang dihadapi, termasuk tindak lanjut yang diperlukan demi keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka.
3) Memimpin
Pemimpin tunggal diserahi tugas khusus memimpin tim dalam bentuk organisasi dan integrasi
yang arus kerjanya vertikal dan horizontal. Pada umumnya gaya kepemimpinan yang
dipergunakan adalah gaya kepemimpinan yang mengarah pada partisipasi.
4) Mengendalikan
Dalam kegiatan proyek, diperlukan adanya keterpaduan antara perencanaan dan
pengendalian yang relatif lebih erat dibandingkan dengan kegiatan yang bersifat rutin. Untuk
itu perlu digunakan metoda yang sensitif dalam arti dapat mendeteksi penyimpangan
sedini mungkin.
Begitu banyaknya item pekerjaan yang ada pada proyek konstruksi tentu menuntut
perencanaan yang detil terhadap schedule pelaksanaan. Hubungan antar pekerjaan, volume dan
spesifikasi pekerjaan, metode pelaksanaan serta aspek yang lain harus betul- betul diperhatikan.
Terutama keterkaitan antar pekerjaan, sangat menentukan dalam mendapatkan strategi yang
tepat dalam melakukan percepatan.
Dikarenakan banyaknya item pekerjaan yang harus dilakukan, hal ini berarti pula akan
melibatkan cukup banyak vendor dan tenaga kerja. Akhirnya dituntut pengelolaan tenaga kerja yang
memadai dalam rangka mencapai target waktu pelaksanaan.
Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang berdampak atas waktu
pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi adalah problem. Ini terjadi karena kurang memadainya
risk management yang dibuat.
Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management. Hanya saja pada risiko
yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan keterlambatan
proyek jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor
yang menyebabkan keterlambatan proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan rekomendasi strategi
dalam melakukan percepatan proyek konstruksi, yaitu:
1. Manajerial
Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati oleh Tim
proyek.
Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar proyek
dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Rapat harian harus
dihadiri oleh Pejabat proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu masalah. Jangan
pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian saat proyek mengalami krisis. Rapat
harian harus dihadiri oleh Tim proyek terkait, Mandor, dan wakil sub kontraktor.
Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan Mandor. Hal ini
agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini
Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin baik. Dapat
pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana proyek agar didapatkan strategi yang
paling efisien dan efektif.
Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude dan mental
kerja lebih baik.
Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan pengulangan pekerjaan.
Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendampinguntuk hal-hal yang bersifat
emergency.
Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi percepatan
proyek. Usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka.
Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim proyek, subkontraktor
dan kepada pekerja.
Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan membuat loss time.
Cek silang. Teknik ini adalah dengan mendatangkan orang lain yang memahami tentang proyek
konstruksi ke proyek yang mengalami keterlambatan. Adakalanya dikarenakan tekanan yang
terus menerus, Tim proyek menjadi kurang sensitif terhadap terjadinya
masalah keterlambatan proyek. Orang lain dapat personel manajemen atas atau tim proyek
lain.
Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi vendor. Sering
kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi.
5. Alat
Memastikan alat dirawat sesuai prosedur.
Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat yang bersifat aus.
Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan.
Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar.
Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset akan menghentikan hampir seluruh
pekerjaan.
6. Subkontraktor
Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah dan menggantinya
dengan subkontraktor yang terpercaya.
Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi terlambat.
Jumlah subkontraktor pada suatu pekerjaan diusahakan lebih dari satu.
Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang dapat memutuskan
masalah.
Aktif komunikasi via surat untuk masalah—masalah yang krusial.
7. Tenaga Kerja
Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif. Durasi pekerjaan
proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas tenaga kerja.
Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah sampai dengan jam 24.00. Di atas
jam tersebut biasanya produktifitas menurun.
Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang atas ketidakdisiplinan tenaga
kerja berdampak cukup besar.
Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja. Tempat tinggal yang tidak sehat, akan
menyebabkan tingginya angka pekerjaan yang sakit. Hal tersebut akan menambah loss time di
proyek.
Aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan dalam event meeting
atau safety talk.
Memberikan training secara rutin kepada pekerjan agar keahlian pekerja meningkat sehingga
akhirnya produktifitasnya bertambah.
Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan.
Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya warung akan membuat waktu
istirahat pekerja lebih panjang.
Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat istirahat pekerja. Ini akan memangkas
waktu hilang yang menurunkan produktifitas.
Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian masih tetap dapat dimonitor dengan
baik. Jangan menyebarkan pekerja pada area yang terlalu luas sehingga menurunkan tingkat
pengawasan.
9. Kontrak
Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab keterlambatan adalah karena kontrak.
Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang menjadi penyebab keterlambatan
serta menyampaikan dengan surat kepada Owner dimana hal-hal tersebut secara kontraktual dapat
menjadi dasar perpanjangan waktu pelaksanaan proyek
/ addendum waktu.
Kalaupun ada pekerjaan tambah dan kurang, harus didasarkan pada upaya melakukan percepatan.
Usahakan pekerjaan tambah adalah pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis dan memiliki durasi
pekerjaan yang singkat. Demikian pula dengan pekerjaan kurang haruslah pekerjaan yang
berada di jalur kritis dan memiliki durasi yang panjang dimana aspek fungsi konstruksi masih dapat
dipertahankan.
10.Site
Mengevaluasi site dan penataannya. Perhatian pada alur proses pekerjaan dan material. Site harus
dievaluasi agar menghasilkan suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif atau
jalur alur sependek mungkin.
Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat menghalangi alur proses dan material.
Contoh adalah jalan kerja harus memadai.
Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air berpotensial menghambat laju
pergerakan alur proses pelaksanaan dan material.
Lokasi site harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi ini akan sangat membantu
secara psikologis para pekerja yang bekerja di proyek.
Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk material tidak terhambat.
Beberapa dampak yang perlu diperhatikan pada tahap pra-konstruksi dan konstruksi antara lain :
a. Peningkatan aktifitas ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
b. Penurunan kualitas udara dan kebisingan.
c. Gangguan drainase/aliran air permukaan.
d. Gangguan utilitas dan prasarana umum.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik
secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain : metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja
yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada
hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat
hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu :
a. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
b. Beban kerja: fisik maupun mental.
c. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain : bising, panas, debu, parasit, dan lain-
lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya
bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Untuk mencapai tujuan manajemen yang efektif dalam keselamatan dan kesehatan kerja, ada beberapa
faktor yang harus diberi perhatian antara lain :
a. Adanya perangkat peraturan yang jelas.
b. Mempunyai pengetahuan kerja yang baik.
c. Memiliki sumber daya yang berkualitas.
d. Adanya kesepakatan manajemen yang baik.
3.7 Pendekatan
Pekerjaan DED Penunjang Skala Kawasan yang berlokasi Kab. Pandeglang . Provinsi Banten, secara umum
dilakukan untuk menjamin agar penyelesaian pekerjaan Perencanaan selesai tepat waktu dan mutu pekerjaan
dapat terjamin sesuai dengan yang dipersyaratkan dan tidak meyimpang dari spesifikasi yang akan
direncanakan. Untuk melaksanakan pekerjaan Pelaksanan Perencanaan, Konsultan mengusulkan strategi
operasional pendekatan dan penanganan pekerjaan yang akan dilakukan oleh Team Konsultan dalam
proses penyelesaian pekerjaan ini.
d) Sistem Pelaporan
Konsultan Perencana menyusun laporan dan menyerahkannya kepada Dinas Perumahan Kawasan
Permukiman dan Pertanahan Kab. Pandeglang , melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, meliputi:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat :
a. Landasan Teori
b. Laporan Hasil Survey
c. Dokumentasi
Waktu penyampaian Laporan Pendahuluan yaitu 14 (empat belas) hari setelah
penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPMK) dan laporan yang harus disampaikan
berjumlah 4 (Empat) buku.
2. Laporan Akhir
Laporan Akhir Membuat :
a. Sket Lokasi Perencanaan
b. Dokumen Perencanaan.
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
d. Gambar Rencana dan Detailnya.
e. Daftar Kuantitas (BOQ untuk Dok Lelang).
Waktu Penyampaian Laporan Akhir yaitu 45 (empat puluh lima) hari setelah
penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPMK) dan laporan yang harus disampaikan
berjumlah 4 (Tiga) buku.
e) Hasil (Outcome)
Hasil atau outcome yang didapat dengan terlaksananya pekerjaan DED Skala Kawasan KOTAKU
Desa Cigondang Labuan ini adalah :
adalah hanya sebagian besar kondisi tersebut berada di Desa Cigondang Kec. Labuan, karena
lingkungan tidak memenuhi syarat disebabkan sistem sanitasi yang kurang memadai dan
beberapa rumah masih semi permanen. Tetapi ini lebih disebabkan karena karakter masyarakatnya
yang masih bercirikan pedesaan
Analisis kondisi umum jalan yang berada di Desa Cigondang Kec. Labuan adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
1. Jalan Kota : perkerasan hotmix lebar 6 M, bahu jalan 1M, sebagian besar tidak ada drainase
di kedua sisi dan tidak ada trotoar di kedua sisi
2. Jalan Lokal : beton lebar 6 M, bahu jalan 50 cm,sebagian besar tidak ada drainase dan
tidak ada trotoar di kedua sisi jalan
3. Jalan Lingkungan : belum perkerasan lebar 1 - 2M, sebagian besar masih jalan tanah tidak ada
bahu jalan, yang disertai dengan drainase dikeduabelah sisi.
Kondisi ideal jalan lokal dan jalan lingkungan dalam permukiman. Idealnya jalan lokal dengan
lebar perkerasan 6-7 Meter mempunyai bahu jalan selebar 1,5 – 2 M, trotoar lebar 1,5 M dan
drainase lebar 0,5 M. Sedangkan jalan lingkungan dengan lebar perkerasan 1,2
– 2 M mempunyai bahu jalan dan drainase yang masing-masing lebarnya adalah 0,5 M
Peluang pengembangan untuk peningkatan ekonomi masyarakat berskala UMKM adalah pembuatan
ikan asin, karena bahan baku yang dibutuhkan sudah tersedia di wilayah Desa Cigondang Kec.
Labuanyang cukup memadai kebutuhannya serta masyarakat yang sudah turun temurun di
dadalam pembuatan ikan asin tersebut. Kalau seandainya ada arahan dan pemberian
penyuluhan-penyuluhan yang sesuai secara kebutuhan serta bimbingan-bimbingan dalam
mendapatkan pendanaan yang tepat diharapkan dalam waktu yang dekat perekonomian di
wilayah Desa Cigondang Kec. Labuan menjadi meningkat.
Gambar 4.1
3D Site Plan
Gambar 4.2 3D Site Plan
Terkait pekerjaan DED Skala Kawasan KOTAKU Desa Cigondang Labuan, konsep
yang ditawarkan mengacu kebutuhan dan kondisi lokasi perencanaan. Adapun kondisi
lokasi perencanaan saat ini dan rencana dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Laporan Akhir
Gambar 5.5 Rencana Kios UMKM 3D