Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN KLASIFIKASI KOTA

Disusun guna Memenuhi Tugas Geografi Desa Kota

Dosen Pengampu : Dr. Sunarty S. Eraku, M.Pd

Disusun oleh :

Moh. Fahry Djuraini


(451419002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT
berkat rahmat dan hidayahnya saya selaku penyusun dapat meyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam kami curahkan kepada rasulullah SAW, keluarga, dan
sahabatnya.
Selanjutnya, kami selaku penyusun ingin meyampaikan rasa terimakasih
yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran pembuatan
makalah ini, baik berupa dorongan moril maupun materi. Terimakasih kepada
dosen mata kuliah Geografi Desa Kota yang telah membimbing. Semoga makalah
ini dapat berguna baik untuk diri kami, teman-teman, maupun yang membaca
makalah ini.
Saya selaku penyususn memohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini.Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
memenuhi tugas yang diberikan.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan kawasan permukiman dengan jumlah dan kepadatan
penduduk yang relatif tinggi, memiliki luas areal terbatas, pada umumnya
bersifat non agraris, tempat sekelompok orang-orang dalam jumlah tertentu dan
bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung
berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualis. Perkembangan suatu
perkotaan biasanya diawali dari pertumbuhan pusat kota. Pusat kota merupakan
pusat aktitivitas yang terjadi pada kota tersebut. Pusat kota ini ditandai dengan
adanya pusat perekonomian, pusat pemerintahan, maupun pusat aktivitas
campuran yang membentuk CBD (central bussins district). Keterpusatan
perkotaan menyebabkan perubahan fungsi dari yang semula merupakan pusat
kegiatan pemerintahan atau jasa dan pelayanan umum lainnya menjadi
kegiatan lain, misalnya perdagangan. Adanya kemungkinan perkembangan
yang cukup besar dari masing-masing kegiatan tanpa diikuti oleh kesempatan
perkembangan yang cukup karena ruang atau wilayah yang terbatas, hal ini
dapat menyebabkan terjadinya penyebaran kegiatan tersebut ke wilayah luar
atau perdesaan. Perdesaan merupakan daerah yang letakya berbatasan dengan
daerah lain, baik itu daerah perkotaan maupun daerah lainnya. Perkembangan
kota serta pembagian klasifikasinya sangat berpengaruh terhadap kepadatan
kota tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana perkembangan dan klasifikasi dari daerah perkotaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu
bagaimana perkembangan dan klasifikasi dari daerah perkotaan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk dapat mengetahui
bagaimana perkembangan dan klasifikasi daerah perkotaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Daerah Perkotaan
Menurut sejarah pertumbuhannya, kota-kota di Indonesia tidak sama,
ada yang berasal dari pusat perdagangan, pusat perkebunan, pusat
pertambangan, dan pusat administrasi pemerintahan.
1. Perkembangan kota dari pusat perdagangan
Hampir seluruh kota yang didirikan sebelum zaman industri dan mesin,
terletak di pinggir sungai atau pinggir pantai. Tujuan utamanya adalah untuk
mempermudah pemasaran dan tukar-menukar barang dagangan. Kota-kota
tersebut antara lain Jakarta, Palembang, Jambi, Bagansiapiapi, Pontianak,
Banjarmasin, Samarinda, dan sebagainya.Semakin maju dan terbukanya
perdagangan dengan daerah-daerah lain, kota-kota di tepi pantai dan di pinggir
sungai tersebut semakin berkembang pesat.
2. Perkembangan kota dari pusat perkebunan
Usaha perkebunan sering disebut pertanian besar, sebab tanamannya
diselenggarakan secara besar-besaran. Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis
tanaman musiman, seperti tembakau, tebu, dan tanaman tahunan seperti karet,
kopi, teh, kina, dan kelapa sawit. Perkebunan bertujuan menghasilkan barang,
baik untuk dikonsumsi oleh rakyat maupun untuk diekspor. Usaha perkebunan
memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan curah hujan dan iklim
yang sesuai dengan tanamannya. Di samping itu usaha perkebunan banyak
memerlukan tenaga kerja, oleh sebab itu daerah perkebunan selalu didatangi
tenaga kerja. Para pekerja tersebut akhirnya bertempat tinggal di daerah sekitar
perkebunan. Banyaknya penduduk di sekitar perkebunan akhirnya berkembang
menjadi desa dan bila perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota.
Kota-kota di Indonesia .yang berkembang dari per-luasan perkebunan,
antara lain Pematangsiantar, Bengkulu, Lampung, Bogor, Sabang, dan
sebagainya.
3. Perkembangan kota dari pusat pertambangan
Usaha pertambangan juga banyak memerlukan tenaga kerja, oleh sebab
itu daerah pertambangan juga banyak didatangi tenaga kerja. Para pekerja
tersebut akhirnya juga bertempat tinggal di daerah sekitar pertambangan.
Banyaknya penduduk di sekitar pertambangan berkembang menjadi desa dan
akhirnya bila perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di
Indonesia yang berkembang dari perluasan per-tambangan .antara lain Plaju,
Dumai, Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Umbilin, Sawahlunto, Tanjung
Enim, Bukit Asam, Wonokromo, Cepu, dan sebagainya,
4. Perkembangan kota dari pusat administrasi pemerintahan
Perkembangan kota dari pusat administrasi pemerintahan, kemajuannya
banyak tergantung pada campur tangan para penguasa atau pemerin-tah,
misalnya kota Jakarta dan Yogyakarta. Perkembangan kota dari unsur
campuran Perkembangan kota dari unsur campuran, mak-sudnya
perkembangan kota tersebut bukan hanya satu aspek tetapi beberapa aspek
yang sama-sama mempengaruhi baik dari pemerintahan, perekonomian,
perdagangan, lokasi, dan sebagainya. Di Indonesia perkembangan kota dari
unsur campuran misalnya Jakarta, Surabaya, Ujungpandang, Semarang,
Medan, dan sebagainya.

2.2 Klasifikasi Daerah Perkotaan


Berdasarkan jumlah penduduk, kota dapat diklasifikasikan, menjadi
berikut ini.
(1) Megapolitan, yaitu kota yang jumlah penduduknya di atas 5 juta orang.
(2) Metropolitan, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 1 - 5 juta orang.
Metropolitan disebut juga Kota Raya.
(3) Kota besar, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 500.000 - 1 juta
orang.
(4) Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000 -
500.000 orang.
(5) Kota kecil, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 20.000 100.000
orang.
Istilah megalopolis berasal dari seorang geograf bernama Gottmann
untuk menyebutkan gabungan raksasa metropolis-metropolis seperti yang
terdapat di Amerika Serikat, Eropa Barat Laut, dan Jepang. Penggabungan itu
didefinisikan sebagai situasi konsentrasi penduduk yang berjumlah lebih dari
25 juta jiwa yang erat jali-nannya, berdesak-desakan di kota untuk mencari
nikmat hidup perkotaan. Megalopolis di Amerika Serikat panjangnya
mencapai 650 km (dari Washington ke Boston), di Eropa Barat Laut mencapai
825 km (dari London ke Hamburg), dan di Jepang mencapai 480 km (dari
Tokyo ke Osaka).
Berdasarkan peranan dan fungsi pelayanan dalam menunjang per-
tumbuhan ekonomi nasional, kota diklasifikasikan menjadi berikut ini.
(1) Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional adalah kota atau
daerah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan nasional. Kota
tersebut merupakan tempat keluar masuknya arus barang dan jasa,
produksi dan distribusi, transportasi untuk mencapai beberapa kawasan
provinsi. Contoh kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan kota adalah
kota metropolitan.
(2) Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah adalah kota atau
daerah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan
kabupaten; merupakan pusat pelayanan beberapa kawasan kabupaten;
merupakan pusat pelayanan jasa, produksi dan distribusi, transportasi
antarkawasan kabupaten. Contoh kota yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan wilayah adalah kota besar.
(3) Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal adalah kota atau daerah
perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam
kabupaten. Contoh kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal adalah
kota sedang dan kota kecil.
(4) Kota yang mempunyai fungsi khusus adalah kota atau daerah per- kotaan
yang mempunyai tugas pelayanan khusus dalam menunjang
pengembangan sektor strategis, sektor ekonomis tertentu, menunjang
pengembangan wilayah baru, dan berfungsi sebagai daerah penyangga
pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada.
Berdasarkan perkembangan dan permasalahan ada 6 tahap:
1. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah
kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh
penduduknya sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur
perkotaan.
5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya
kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas
tinggi.
6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan
penduduknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dilihat dari sejarah, maka kota pada hakekatnya lahir dan berkembang
dari suatu wilayah pedesaan. Akibat tingginya pertumbuhan penduduk yang
diikuti oleh meningkatnya kebutuhan (pangan, sandang dan perumahan) dan
pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) ciptaan manusia, maka
bermunculan pemukiman- pemukiman baru. Selanjutnya, akan diikuti oleh
fasilitas-fasilitas sosial seperti pasar, pertokoan, rumah sakit, perkantoran,
sekolah, tempat hiburan, jalan-jalan raya, terminal, industri dan lain
sebagainya, hingga terbentuklah suatu wilayah kota. Wilayah kota terbagi atas
beberapa klasifikasi menurut jumlah penduduk dan tahap perkembangannya.
Menurut jumlah penduduk, kota terbagi atas kota kecil, kota sedang, kota
besar, metropolitan, dan megapolitan. Menurut tahap perkembangannya kota
terbagi atas, eopolis, polis, metropolis, megapolis, tryanopolis, dan necropolis.

3.2 Saran
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari teknik
penyajian maupun teknik penjelasan. Diharapkan setelah membaca ini materi
yang didapatkan dapat dikembangkan kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. 1977. Pengantar Geografi Kota. Yogyakarta : UP Spring.

Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Penerbit Alumni ITB.

Maryani, E., & Waluya, B. (2008). Hand Out Geografi Desa Kota. Bandung:
Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Noel P. Gist, L. H. (2000). Urban Society. New York.

Anda mungkin juga menyukai