Geografi Manusia 2
Nicky Maninda 1106052051
Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
2013
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui karakteristik kota Jakartadengan menggunakan pendekatan site and situation. 1.3.2. Mengetahui kegiatan ekonomi utama dari kota Jakarta sehingga dapat berkembang dari permukiman menjadi kota 1.3.3. Mengetahui teori dasar yang menjadi pertumbuhan kota Jakarta 1.3.4. Mengetahui kondisi kota Jakarta saat ini
Jakarta tidak melewatkan kesempatannya dalam membuat bangunan baru sehingga terus meluas dan merapat hingga luar wilayah kota Jakarta. Suhu kota Jakarta yang cukup tinggi dan kurangnya lahan terbuka di kota ini, memungkinkan sulitnya kegiatan bercocok tanam. Keuntungan kota Jakarta merupakan wilayah pesisir, memberi peluang bagi sebagian masyarakatnya untuk mengelola hasil laut dan mengembangkan budidaya air lainnya. Lokasi kota Jakarta yang berada di wilayah pesisir ini juga menguntungkan Jakarta dalam aspek situation. Jakarta yang awal mula terbentuknya sebagai pelabuhan pusat perdagangan dunia hingga saat ini peranan tersebut masih dipegang oleh kota ini. Hingga saat ini lokasi kota Jakarta yang strategis dan merupakan pintu gerbang utama dalam perdagangan antar pulau dan hubungan internasional. Dengan demikian tidak mengherankan jika kota Jakarta berfungsi pula sebagai kegiatan perdagangan dan jasa dengan cakupan layanan nasional dan internasional. Sejarah Indonesia yang pernah dikuasai oleh negara lain yang menjajah Indonesia dan mengembangkan kota Jakarta sebagai tempat pemerintahannya, menjadikan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan negara Indonesia sehinggahal tersebut menghasilkan intensitas interaksi yang tinggi dengan wilayah yang ada di Indonesia hingga negara lain.
kesempatan-kesempatan untuk kegiatan berdagang dan pengambilalihan lahan permukiman menjadi pusat sektor perdagangan atau fasilitas pelayanan lainnya.
dalam bidang pertanian atau perkebunan. Para bangsa kolonial tersebut mengembangkan pertanian atau perkebunan di pinggiran selatan kota Jakarta yaitu, kota Depok. Bentuk dari peninggalan pemerintahan bangsa kolonial tersebut juga dapat dilihat dari peninggalan daerah kota di sebelah utara Jakarta dan terus berkembang kearah selatan dengan ditandai bangunan yang sekarang dijadikan pusat pemerintahan negara Indonesia (lampiran gambar 2.3). Pusat perdagangan menghasilkan permukiman penduduk asing yang menetap di Jakarta. Tidak hanya penduduk Indonesia saja yang bermigrasi ke kota Jakarta akan tetapi penduduk dari luar negeri juga bermigrasi dan menetap disini. Penduduk dari negeri Cina yang banyak ditemukan, sangat tertarik dengan potensi perekonomian kota Jakarta yang merupakan pusat perdagangan dan memiliki daya beli yang sangat tinggi untuk penduduknya memenuhi kebutuhan hidup. Banyaknya penduduk Cina yang menetap di kota Jakarta, mereka menetap dan membuat lingkup permukiman bangsa mereka sendiri. Bangsa Cina banyak ditemukan di bagian utara kota Jakarta. Disana mereka membuat bangunan-bangunan khusus yang tetap memperlihatkan kebudayaan asli mereka. Mereka juga membangun pusat perdagangan yang banyak ditempati oleh penduduk bangsa mereka sendiri (lampiran gambar 2.3). Sehingga kegiatan perdagangan mereka dapat melengkapi perekonomian di negara Indonesia khususnya dalam sektor niaga.
pola-pola kemiskinan baru, di mana penduduk miskin di negara-negara berkembang tidak lagi tinggal di daerah pedesaan melainkan di kawasan perkotaan sebagai akibat dari urbanisasi. Penduduk miskin atau berpenghasilan rendah lebih memilih untuk bermukim di tengah kota, dengan asumsi mendapatkan pekerjaan di tengah kota dan menuju tempat bekerjanya tanpa mengeluarkan biaya yang banyak, bahkan tidak mengeluarkan uang sama sekali. Oleh karena itu, mereka memaksakan membangun permukiman di tempat-tempat ilegal (squatter) karena tidak tersedia lagi lahan kosong di tengah kota (lampiran gambar 2.3). Penduduk yang berpendapatan tinggi atau kaya, mempunyai kesempatan yang lebih untuk mendapatkan fasilitas yang lebih layak. Dengan melihat kondisi kota Jakarta yang buruk untuk dijadikan permukiman karena kepadatan permukiman dan lingkungan yang sesak ditengah kota akibat pusat kegiatan ekonomi, mereka mencari situasi yang nyaman untuk menjadi permukiman. Pinggiran kota kearah selatan kota Jakarta menjadi tujuan utama para penduduk ini untuk mencari kenyamanan. Pinggiran kota Jakarta yang topografinya lebih tinggi dan mengarah kearah pegunungan menawarkan suasana yang masih nyaman dan lebih jarang terjadi banjir dibandingkan wilayah tengah Jakarta atau utara Jakarta. Mereka rela membayar pengeluaran lebih untuk biaya transportasi menuju tempat kerja yang berada di tengah kota. Dengan adanya pembangunan permukiman yang elite dipinggiran Jakarta ini membawa pengaruh dalam berkembangnya wilayah pinggiran tersebut, terutama dalam fasilitas pelayanan. Luas jalan yang tidak bertambah volumenya tidak dapat mengatasi jumlah arus kendaraan yang semakin tinggi di Jakarta. Dengan banyaknya perkembangan permukiman elite di pinggiran kota Jakarta mengakibatkan arus pergerakan menuju maupun arah berlawanan kota Jakarta sepanjang waktu dipenuhi oleh kendaraan, sehingga menimbulkan kemacetan diseluruh jalan kota Jakarta.
Lampiran Gambar
Gambar 2.5, Peta Tutupan Lahan Kota Jakarta yang semakin berkurang lahan kosong atau tutupan vegetasi (1972 2002)
Gambar 2.6, Perilaku penduduk kota Jakarta membuang sampah pada aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir
Daftar Pustaka www.bappenas.go.id/get-file-server/node/5780/, diakses pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 20.50 WIB http://staff.ui.ac.id/internal/131881133/publikasi/Artikel-Jakarat2002.pdf, diakses pada tanggal 19 Maret 2013, pukul 11.01 http://repo.unsrat.ac.id/144/14/13_-_BAB_4.pdf, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 11.30 WIB http://geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/sitesituation.htm, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 13.53 WIB http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/DKI/umum_dki.html, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 17.47 WIB http://navperencanaan.com/appe/peta/viewmap?prov_code=jakarta, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 18.08 WIB http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/06/warisan-alam-dan-perkembangan-sebuah-ibukota, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 19.54 WIB http://rovicky.files.wordpress.com/2010/09/pertumbuhan.jpg, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 20.08 WIB Pacione, Michael. 2005. Urban Geography. Ed. ke-2. New York: Routlegde Taylor & Francis Group. Syaukat, Syarifah F. 2005. Faktor-Faktor Pendorong Pertumbuhan Kota di Indonesia, Kajian Pengembangan Perkotaan. Halaman 2 5.