Anda di halaman 1dari 8

Selamat Malam Bapak Teguh dan Rekan Rekan Sekalian,

Berikut tanggapan dan pendapat saya atas materi diskusi 2 berikut,


 
1. Setiap kota berusaha melayani warganya demi kenyamanan. Salah satu
yang diusahakan adalah memperluas wilayah kota. Coba diskusikan
bagaimana perluasan kota-kota metropolitan di Jawa seperti Jakarta dan
Surabaya !

Jawab

PENGERTIAN KOTA DAN PERLUASAN KOTA


Kota merupakan suatu kawasan permukiman yang didalamnya terdapat
berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, dimana terdapat fasilitas-fasilitas
pendukung untuk menunjang kegiatan masyarakat yang ada di dalam wilayah
tersebut. Kota dapat dilihat dari kepadatan penduduk, status hukum, batas
administrasi dan kepentingannya. Perkembangan kota yang terdapat di
Indonesia merupakan kota-kota berkembang yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan mobilitas penduduk yang berkegiatan di dalam suatu kawasan
kota tersebut.

Perkembangan dan perluasan kota merupakan masalah di seluruh dunia.


Perluasan kota adalah perluasan wilayah administrasi kota, yaitu suatu
penambahan luas wilayah yuridiksi kota menurut Denny Zulkaidi (1991:19).
Kota yang dimaksud adalah kota yang berstatus hukum, yaitu kotamadya dan
kota adminstrasif atau status lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Pertumbuhan kota rata-rata per tahun hampir 2 kali lipat dari pertumbuhan
penduduk di daerah pedesaan. Pertambahan penduduk yang cepat ini
disebabkan tingkat kelahiran yang tinggi dan urbanisasi. Pertambahan
penduduk yang cepat ini telah memusingkan para perencana kota. Salah satu
alternatif ialah pemekaran kota, pembuatan daerah satelit atau daerah
pinggiran kota “suburban".

KONTEKS PROSES TERJADINYA PERLUASAN WILAYAH DI PROVINSI DKI


JAKARTA
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk DKI Jakarta per September 2020 sebanyak 10,56 juta. Mayoritas
pendatang berasal Masyarakat yang bermigrasi dari Daerah Jawa Tengah dan
Jawa Barat. Mayoritas pendatang menetap di Ibu Kota untuk mengadu nasib.
Sebagian besar bekerja di sektor swasta. Selain bekerja alasan lainnya
sebagian masyarakat pendatang datang ke Jakarta yakni untuk sekolah.
Porsinya kurang lebih 23% dari total pendatang. Apalagi berbarengan
kelulusan anak sekolah sehingga mereka datang banyak juga menimba ilmu
dan sekolah.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (selanjutnya disingkat DKI Jakarta) merupakan
ibukota negara Indonesia. Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta menjadi kota
megapolitan yang padat karena memiliki tingkat pertumbuhan penduduk dan
arus mobilitas manusia yang tinggi baik dari masyarakat DKI Jakarta sendiri,
maupun dari masyarakat luar daerah di sekitarnya yang menggantungkan
hidup pada kota Jakarta. Kedudukan DKI Jakarta yang menjadi pusat
pemerintahan sekaligus pusat kegiatan perekonomian turut menambah
dampak pada perkembangan atau pergerakan roda kehidupan ekonomi,
sosial, dan budaya masyarakat secara umum.

Pesatnya kemajuan perekonomian di DKI Jakarta, menyebabkan tingginya


tingkat urbanisasi. Urbanisasi yang tinggi berakibat pada ruang fisik kota,
yang mulanya lahan kosong dan diperuntukkan untuk ruang terbuka hijau
menjadi beralih fungsi sebagai kawasan pemukiman, industri, dan gudang.
Keadaan yang demikian memperburuk keadaan kota, karena tidak
seimbangnya antara kebutuhan dengan ketersediaan lahan sehingga
pemukiman kota menjadi kumuh, kotor, padat, tidak mengikuti peraturan
pemerintah dalam membangun, dan masyarakatnya miskin.

Kepadatan penduduk DKI Jakarta semakin meningkat dan kebutuhan


terhadap perumahan semakin bertambah, sementara itu ketersediaan lahan
semakin berkurang. Mahalnya harga tanah untuk membangun rumah
horizontal di kota Jakarta, membuat penduduk yang berpenghasilan rendah
dan menengah terpaksa membeli rumah di luar kota Jakarta. Bersamaan
dengan itu, pemukiman kumuh (slum area) masih menjadi salah satu
permasalahan yang menghantui Jakarta. Hal ini tentunya menuntut perhatian
lebih serius dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat sendiri.

Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi semakin berkurangnya lahan


pemukiman dan mengatasi kekumuhan pemukiman adalah melakukan Usaha
Perluasan Kota. Tujuan perluasan Kota Jakarta :

1. Mengatasi kekurangan ruang untuk berbagai kegiatan pembangunan


kota, misalnya penyediaan lahan untuk kebutuhan perumahan kota dan
penyediaan lahan untuk alokasi kegiatan baru atau relokasi kegiatan
yang sudah terlalu padat/jenuh.
2. Mengatasi kesulitan pengaturan/pengendalian pembangunan di batas
luar wilayah kota. Dengan memperluas wilayah kota, maka pengaturan
dan pengendalian pembangunan pada wilayah pinggiran kota dapat
dilakukan lebih efektif karena pada suatu kewenangan
3. Mengatasi ketidakjelasan batas kota, yaitu antara batas kota secara
administratif dengan batas fungsional kota. Dengan perluasan kota,
maka wilayah fungsional kota dapat masuk ke dalam wilayah
administrasi kota. Batas kota pun dapat menjadi lebih jelas dan terukur
serta dilandasi dasar hukum yang kuat.
4. Dalam hal penyebaran penduduk ke wilayah pinggiran. penyebaran
penduduk ini berhasil dicapai dengan disertai usaha-usaha yang
terarah dan terpadu dalam bidang pembangunan perumahan,
penyebaran fasilitas pelayanan, dan peningkatan daya hubung ke
wilayah pinggiran kota. Ketegasan batas kota didukung juga dengan
pengukuran, pemetaan dan pembuatan batas kota yang permanen.

Perkembangan Kota Jakarta yang semakin meningkat menimbulkan beberapa


permasalahan, terutama dalam hal kebutuhan perumahan dan transportasi.
Pembangunan perumahan baik oleh pemerintah maupun swasta berdampak
pada meningkatnya intensitas lahan terbangun, bahkan lahan konservasi juga
dijadikan sebagai perluasan permukiman kota. Intensitas lahan terbangun
yang terus meningkat menyebabkan sulit dijumpainya lahan hijau/terbuka
yang berfungsi sebagai ruang publik. Dapat dipastikan hampir seluruh lahan
di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta sudah terbangun baik untuk bangunan
perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, industri, perkantoran maupun
bangunan lain.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup cepat di Jakarta mempengaruhi intensitas


penggunaan lahan untuk aktivitas bangkitan berupa industri, perdagangan
dan jasa. Akibatnya harga lahan semakin mahal, bahkan timbul kondisi
kelangkaan lahan di pusat kota Jakarta. Sehingga yang terjadi adalah
penyebaran minat investasi ke wilayah pinggiran Jakarta yang dibarengi
dengan sistem aksesibilitas yang semakin baik. Perkembangan yang dimulai
dari barat kota satelit Bumi Serpong Damai, kemudian Lippo Karawaci, Kota
Legenda, memanjang hingga Balaraja Industrial Esate, merupakan bukti nyata
adanya pergeseran minat investasi itu. Pada saat ini perkembangan struktur
ruang Kota Jakarta masih diarahkan pada pengembangan poros barat dan
timur. Akan tetapi karena tekanan pembangunan yang cukup besar maka
daerah selatan pun yang sebelumnya adalah kawasan tangkapan air,
berangsur-angsur mulai berdiri bangunan-bangunan permukiman. Dampak
yang timbul adalah terjadinya sprawling area yang menciptakan wilayah tidak
saling terikat secara fungsi antara satu dengan lainnya.

KONTEKS PROSES TERJADINYA PERLUASAN WILAYAH DI KOTA


SURABAYA
Surabaya memiliki luas sekitar ±326,81 km², dan 3.158.943 jiwa penduduk
pada tahun 2019.Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbang kertosusila
yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa ( Berdasarkan data Kota Surabaya
Dalam Angka 2020"www.surabayakota.bps.go.id.), adalah kawasan
metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Posisi geografi
sebagai permukiman pantai menjadikan Surabaya berpotensi sebagai tempat
persinggahan dan permukiman bagi kaum pendatang (imigran). Proses
imigrasi inilah yang menjadikan Kota Surabaya sebagai kota multi etnis yang
kaya akan budaya. Beragam migrasi, tidak saja dari berbagai suku bangsa di
Nusantara, seperti, Madura, Sunda, Batak, Borneo, Bali, Sulawesi dan Papua,
tetapi juga dari etnis-etnis di luar Indonesia, seperti etnis Melayu, China, Arab,
India, dan Eropa, datang, singgah dan menetap, hidup bersama serta
membaur dengan penduduk asli, membentuk pluralisme budaya yang
kemudian menjadi ciri khas Kota Surabaya. Suku Jawa adalah suku bangsa
mayoritas di Surabaya. Dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya,
Suku Jawa di Surabaya memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan
egaliter. Salah satu penyebabnya adalah jauhnya Surabaya dari kraton yang
dipandang sebagai pusat budaya Jawa.Meskipun Jawa adalah suku mayoritas
(83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa
di Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%),
dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti Bali, Batak, Bugis, Manado,
Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh atau warga asing. Sebagai
pusat pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari
berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga
membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai pusat komersial regional,
banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di daerah Surabaya, terutama di
Surabaya Barat.

Kondisi Surabaya Saat ini sudah menimbulkan banyak masalah seperti halnya
masalah kemiskinan, kemacetan, kriminalitas, dan persoalan sosial perkotaan
lainnya. Maka untuk mengatasi masalah tersebut pihak pemerintah kota
surabaya, melakukan upaya upaya perluasan wilayah dan kota dengan tujuan
untuk memaksimalkan fungsi industryi perkapalan, jasa pendidikan, TIK,
industri, dan pariwisata perkotaan, revitalisasi dan perbaikan manajeman
pengelolaan kawasan, pemantapan pembagian peran dan fungsi antara kota
inti dan pusat-pusat pertumbuhan di Jawa bagian Timur.

2. Coba diskusikan pula faktor pembedanya dengan perluasan kota-kota


besar di luar Jawa seperti Medan dan Makasar.
 
Jawab:
Menurut pendapat saya faktor yang membedakan konsep perluasan kota-
kota metropolitan di Pulau Jawa (Jakarta dan Surabaya) dengan kota-kota di
luar Pulau Jawa (Medan dan Makasar) adalah terletak pada ketimpangan
percepatan, perluasan dan pemerataan pembangunan kota-kota yang berada
Pulau Jawa dengan daerah-daerah perkotaan lainnya yang ada di luar Pulau
jawa (Medan, Makasar, Papua, dll).
Sebagaimana kita ketahui bersama sejak masa orde baru hingga saat ini,
pembangunan hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa dan sekitarnya saja,
sehingga kerap kali terjadi perbedaan percepatan dan pemerataan
pembangunan antara Pulau Jawa dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia,
salah satunya pada Pulau Sumatra dan Kawasan Indonesia Timur (Pulau
Sulawesi dan Papua). Masih terdapat daerah-daerah di Pulau Sumatra
Kawasan Indonesia Timur (Pulau Sulawesi dan Papua) yang dikategorikan
sebagai daerah tertinggal sesuai dalam Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun
2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024. Hal inilah yang
membuat Pulau Sumatra dan Sulawesi masih memerlukan perhatian serius
terkait percepatan dan pemerataan pembangunan ke depannya.

Perluasan dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar yang terus


digenjot akhir-akhir ini, memberikan dampak positif pada perkembangan
perkotaan di seluruh Indonesia. Menurut hasil riset Knight Frank, selain Jakarta
dan Surabaya yang memang merupakan rumah bagi pertumbuhan seluruh
jenis sub-sektor properti, terdapat beberapa kota lainnya yang tak kalah
bertumbuh. Kota tersebut adalah Medan di Sumatera Utara dan Makassar di
Sulawesi Selatan.

KONTEKS PROSES TERJADINYA PERLUASAN WILAYAH DI KOTA MEDAN


(SUMATERA UTARA)
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan
Surabaya, serta kota terbesar di luar pulau Jawa. Dengan Total jumlah
penduduk berdasarkan data BPS Tahun 2020 sebanyak 2.524.341
jiwa. Menurut Bappenas, Medan adalah salah satu dari empat pusat
pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Jakarta, Surabaya, dan
Makassar.Medan adalah kota multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-
orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain
Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa,
Batak, Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Mayoritas penduduk
Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di
berbagai sudut kota. Di samping kantor-kantor pemerintah provinsi, di Medan
juga terdapat kantor-kantor konsulat dari berbagai negara seperti Amerika
Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman.

Kota Medan yang menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Utara, kini kondisnya
sudah begitu sesak. Penduduknya yang terbanyak ditambah lagi pendatang
dari kabupaten/kota lain yang beraktivitas dan bertempat tinggal, nyaris sulit
mencari areal kosong untuk pengembangan pembangunan. Akselerasi
kemajuan Kota Medan terbilang cukup pesat. Volume pembangunannya
mengantarkan tingkat urbanisasi cukup tinggi. Seiring pertumbuhanannya,
Kota Medan terus dilirik orang-orang yang merasa dirinya ingin maju dan
berkembang untuk mengadu nasib di kota tersebut. Akibatnya, Kota Medan
menghadapi berbagai persoalan prinsipil dalam pembangunan berbasis
kesejahteraan rakyat. Konsekuensi itu, mau tidak mau dan memang harus
dihadapi sebagai kota yang menuju kota metropolitan.

Dengan fakta-fakta itu, pertanyaan yang muncul, apakah Kota Medan masih
layak menjadi ibu kota Provinsi Sumut? Banyak pihak menjawab; masih layak.
Kemajuan pembangunan yang diraih Kota Medan hari ini justru menjadi
kebanggaan rakyat Sumatera Utara. Namun sebagian lain menilai, meski
masih layak menjadi ibu kota provinsi, seiring waktu pemerintah harus
memikirkan keberadaan Kota Medan yang semakin berkembang dan pada
masanya tidak mampu menampung efek dari kemajuannya. Karena itu wacana
memindahkan ibu kota Provisi Sumut dari Medan ke daerah lain menjadi
penting untuk dikaji. Mengingat efek positifnya juga akan memperluas
perkembangan dan kemajuan Sumut lebih akseleratif dan merata.

Tujuan Perluasan Kota Medan dianggap sebagian besar instansi Pemda


Kotamadya Medan telah berhasil dicapai. Namun, jika ditinjau dari tujuan
yang dinyatakan, hanya tujuan menampung aspirasi dan kebutuhan
masyarakat kota Medan saja yang berhasil dicapai. Peningkatan PAD dan
pengembangan industri tidak dapat dikatakan sebagai tujuan perluasan kota
karena tidak mendapat manfaat secara langsung dari kebijaksanaan tersebut.

Kondisi Kota Medan yang semakin sempit, membuat banyak kalangan menilai
bahwa perlu ada perluasan wilayah serta penataan yang serius. Baik terkait
pembangunan fisik yang sejalan dengan arus komuter (laju), juga antisipasi
dampak kemacetan lalu lintas. Tata kelola kawasan Kota Medan menurutnya
masih jauh dari harapan. Sebab seakan tidak ada konsep jelas serta semacam
cetak biru arah pembangunan yang terukur, teratur dan terstruktur. Oleh
sebab itu, dibutuhkan keterlibatan lintas instansi dan lintas tingkatan
pemerintah guna mengatasi persoalan tersebut. Perlunya pelibatan pusat
dalam hal ini, karena yang paling memungkinkan adalah mengambil daerah di
pinggiran kota yang secara administrasi merupakan wilayah
Deliserdang. Sehingga, kebutuhan lahan untuk memperluas Kota Medan yang
semakin sempit bisa dilakukan. Mengingat hampir tidak ada lagi ketersediaan
tanah untuk menambah jumlah bangunan di Medan.

Kota Medan dinilai pesat pertumbuhannya karena memiliki basis ekonomi


perdagangan dan jasa yang secara tradisional sangat kuat dan mengurat akar
sejak dulu hingga sekarang. Posisinya pun strategis, menghadap Selat Malaka,
dekat dengan Malaysia, dan Singapura.
KONTEKS PROSES TERJADINYA PERLUASAN WILAYAH DI KOTA
MAKASSAR (SULAWESI SELATAN)
Menurut Bappenas, Makassar adalah salah satu dari empat pusat
pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan
Surabaya. Dengan memiliki wilayah seluas 175,77 km² dan jumlah penduduk
lebih dari 1,5 juta jiwa, kota ini berada di urutan kelima kota terbesar di
Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan.Secara demografis,
kota ini tergolong tipe multi etnik atau multi kultur dengan beragam suku
bangsa yang menetap di dalamnya, di antaranya yang signifikan jumlahnya
adalah Suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa.

Saat ini kota Makassar Masuk Wilayah Pengembangan Kota Metropolitan Baru
di Kawasan Indonesia Timur. Wacana tentang perluasan kota-kota
metropolitan adalah merupakan program pemerintah dalam rangka
pengembangan kota-kota besar dan merupakan salah satu program pada
tahun 2020. Program pengembangan kota metropolitan ini sebagaimana
dikemukakan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus
Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro menyatakan pemerintah tidak
hanya akan membangun ibu kota baru agar ekonomi di Indonesia bisa
diratakan. Pemerintah juga berencana menciptakan kawasan metropolitan di
luar Pulau Jawa. Setidaknya ada 10 kawasan kota metropolitan yang sudah
masuk dalam rencana pengembangan. Kawasan tersebut berada di dalam
Pulau Jawa dan enam di luar Pulau Jawa. Empat kota di dalam Jawa, yaitu DKI
Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Sementara enam kota di luar
Jawa, yaitu Medan, Palembang, Banjarmasin, Denpasar, Manado, dan
Makassar. Saat ini, pembangunan masing-masing kota sudah mengarah ke
sana. Dimana pembangunan akan terus ditingkatkan agar nantinya kota
tersebut benar-benar menjadi metropolitan yang menjadi pusat bisnis,
perdagangan, dan jasa, hal ini akan memperkuat pembangunan di luar Pulau
Jawa," ujar Bambang usai pengumuman resmi Presiden Joko Widodo (Jokowi)
soal lokasi ibu kota baru di Kompleks Istana Kepresidenan. Bambang
mengatakan pembangunan 10 kota metropolitan di kala membangun ibu
kota baru perlu dilakukan agar pertumbuhan ekonomi kian merata. Selain itu,
agar tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah bisa ditekan.

Pj Wali Kota Makassar, Iqbal Samad Suhaeb, menyambut positif program


pengembangan metropolitan baru yang dicanangkan pemerintah pusat.
Dalam pandangannya, sejak penduduk Makassar mencapai 1 juta jiwa,
pengembangan kota metropolitan di kota itu sebenarnya sudah dilakukan.
Apalagi Makassar adalah pintu gerbang Indonesia Timur. Menurut Iqbal,
semua fasilitas pelayanan sudah juga dibuat dan dipersiapkan sejak lama,
seperti bandara dan pelabuhan. Dia menyebut, tahun depan kapasitas
bandara akan ditingkatkan tiga kali lebih luas dari sisi terminal maupun
panjang landasan pacunya. “Kami akan jadi city airport, demikian pula
pelabuhan laut juga sudah dikembangkan tiga kali lipat dari kapasitas yang
tersedia, baik untuk kontainer maupun penumpang. Akan ada direct call
sehingga bisa ekspor langsung,” ujarnya.

Dia menambahkan, sebenarnya sudah lama Pemkot Makassar mempersiapkan


kota baru metropolitan, yakni sejak adanya konsep Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) untuk koridor
Sulawesi. “Jadi, sudah dipersiapkan sejak lama, sejak Makassar ditetapkan
sebagai pusat pengembangan Indonesia Timur.
 
Sumber Referensi/Bacaan:

1. Buku Modul : Susongko (2019), Kebijakan Pengembangan wilayah dan


perkotaan, Penerbit Universitas Terbuka
2. https://media.neliti.com/media/publications/130628-ID-dampak-
urbanisasi-bagi-perkembangan-kota.pdf
3. https://makassar.sindonews.com/berita/31792/2/makassar-masuk-
wilayah-pengembangan-kota-metropolitan-baru
4. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=714380&val=7386&title=Masalah%20Perluasan%20Kota

Anda mungkin juga menyukai