Anda di halaman 1dari 16

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro tahun 1992, telah menghasilkan strategi pengelolaan lingkungan hidup yang dituangkan ke dalam agenda 21. Dalam agenda 21 Bab 40 disebutkan perlunya kemampuan pemerintahan dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan analisis serta penyajian informasi lingkungan hidup yang normatif. Pada pasal 28F Undang Undang dasar 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Khusus di bidang lingkungan hidup, Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup antara lain menyatakan bahwa sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lainnya. Selain itu undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan

pemerintahan yang baik (good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada pelestarian lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan ketetuan pasal 6 ayat (3) Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) yang menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah dalam memanfaatkan hak yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan. Sumber informasi utama EKPPD adalah Laporan Penyelengaraan Pemerintahan daerah (LPPD) yang disampaikan kepada pemerintah. Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan prioritas masalah dan membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan
I-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan dasar dari laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) yaitu : 1. Menyediakan data dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua tingkat 2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan kecenderungan dan kondisi lingkungan 3. memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan Laporan SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi pengambil kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang. Pelaporan SLHD yang baik dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan berikut : 1. Secara rutin menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan kini dan prospeknya di masa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik, pemerintah, organisasi non-pemerintah serta pengambil keputusan 2. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator dan indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional. 3. Menyediakan peringatan dini akan masalah potensial, serta memungkinkan adanya evaluasi akan rencana mendatang 4. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang akan dirancang untuk menjawab perubahan lingkungan, termasuk keajuan dalam mencapai standard dan target lingkungan 5. Memberikan sumbangan dalam menelaah kemajuan bangsa dalam menjamin keberlanjutan ekologis 6. Merancang mekanisme integrasi informasi lingkungan, sosial, dan ekonomi dengan tujuan untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang keadaan bangsa 7. Mengidentifikasi adanya jeda pengetahuan tentang kondisi dan kecenderungan lingkungan serta merekomendasikan strategi penelitian dan pemantauan untuk mengisi jeda tersebut 8. Membantu mengambil keputusan untuk membuat penilaian yang terinformasi mengenai konsekuensi luas dari kebijakan dan rencana sosial, ekonomis, dan terkait lingkungan serta memenuhi kewajiban bangsa untuk pelaporan lingkungan.
I-2

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

I.2

Gambaran Umum Kota Surabaya Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta.

Secara nasional, Surabaya merupakan pusat Indonesia bagian timur. Namun secara regional Kota Surabaya merupakan ibukota di Jawa Timur. Dengan luas sekitar 330,48 Km2, total penduduk tahun 2011 di Kota Surabaya mencapai 3.024.321 jiwa. Sebagai ibukota Propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, jasa dan kebudayaan di Jawa Timur. I.2.1 Kondisi Geografis Surabaya

Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur yang dikenal sebagai Kota Pahlawan

Letak

: 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit BT (Bujur Timur)

Ketinggian

: 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah), kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air laut

Batas Wilayah

: Sebelah Utara Sebelah Timur

: Selat Madura : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat Luas Wilayah Jumlah Kecamatan : 33.306,30 Ha : 31 : Kabupaten Gresik

Jumlah Desa /Kelurahan : 163 Kelembaban Udara Tekanan Udara : rata-rata minimum 42% dan maksimum 96% : rata-rata minimum 1.005,38 Mbs dan maksimum 1.014,41 Mbs Temperatur Musim kemarau Musim hujan : rata-rata minimum 23,3 C dan maksimum 35,2 C : Mei Oktober : Nopember April

I-3

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Curah Hujan

: rata-rata 183,2 mm, curah hujan diatas 200 mm terjadi pada bulan Desember s/d Mei

Kecepatan Angin Penguapan Panci Terbuka Struktur Tanah

: rata-rata 7,0 Knot dan maksimum 26,3 Knot : rata-rata 165,2

: terdiri atas tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, di bagian barat terdapat perbukitan yang

mengandung kapur tinggi Topografi : 80% dataran rendah, ketinggian 3-6 m, kemiringan < 3 % 20% perbukitan dengan gelombang rendah, ketinggian < 30 m dan kemiringan 5-15% I.2.2 Demografi Kota Surabaya Surabaya merupakan Kota multietnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya seperti etnis melayu, Cina, India, Arab dan Eropa. Etnis Nusantara pun dapat dijumpai seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas Kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Ciri khas masyarakat asli Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya bicaranya sangat terbuka. Walaupun tampak seperti bertemperamen kasar, masyarakat di sini sangat demokratis, toleran dan senang menolong orang lain. Kota Surabaya merupakan kota lama yang berkembang hingga mencapai bentuknya seperti saat ini. Awalnya masyarakat tinggal di perkampungan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1.2 % setahun, tentu saja kebutuhan kebutuhan akan perumahan sangat besar. Masyarakat dapat menetap dalam perkampungan padat ataupun memilih berpindah ke real estate yang lebih teratur. Pilihan real estate pun sangat beragam. Hunian bertaraf internasional yang dilengkapi dengan padang golf dengan keamanan yang ketat juga tersedia di sini. Seperti belahan manapun di dunia, dikotomi miskin dan kaya tentu saja juga terjadi di Surabaya. Akan tetapi masing masing dapat berdampingan dengan damai dan tidak menjadi alasan hidup di Surabaya menjadi kurang nyaman.

I.3

Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya Konsep pembangunan di Kota Surabaya didasari oleh kesadaran bahwa

pembangunan ekonomi sosial, dan budaya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan
I-4

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

hidup. Dan disadari bahwa pembangunan di Kota Surabaya tidak dapat dilepaskan dari kesepakatan semua pihak baik itu antar pemerintah daerah maupun hubungan kerja sama yang baik dengan pemerintah pusat. Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan Kota Surabaya dilandasi juga dengan kebijakan kebijakan yang telah disepakati bersama untuk dapat mengelola daerah berbasis lingkungan hidup. Secara makro menggambarkan bahwa pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam, namun eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, yang akan digambarkan beberapa Isu-isu lingkungan hidup di Kota Surabaya Tahun 2011, sebagai berikut :

1.

Pencemaran Udara Pencemaran udara di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang

ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi, dan timbulan sampah dalam jumlah besar. Kegiatan tersebut menghasilkan zat pencemar udara seperti CO2, CH4, N2O, yang merupakan Gas Rumah Kaca (GRK). Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Surabaya cukuplah kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota Surabaya sangat beragam, antara lain ledakan penduduk, kurangnya kesadaran masyarakat akan emisi kendaran bermotornya, tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, rendahnya pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana prasarana transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya pelayanan angkutan umum dapat menyebabkan

penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat. Penggunaan kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak seimbang sehingga akses dan jaringan jalan belum optimal. Kota Surabaya juga merupakan tempat perantara antara Gresik dan Sidoarjo. Masyarakat asal Sidoarjo yang bekerja di Gresik akan melewati Surabaya sehingga menyebabkan kemacetan yang sangat padat. Kemacetan tersebut dapat secara langsung menurunkan kualitas udara di Kota Pahlawan ini. Selain transportasi,
I-5

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

penyebab menurunnya kualitas udara di Kota Surabaya adalah adanya emisi industri. Adapun emisi industri turut menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat pengendali pencemar udara yang memadai.. Permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah juga menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya karena kekuatan gas CH4 sama dengan 21 kali lebih besar daripada gas CO2. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya relatif telah berhasil dalam mereduksi timbulan sampah langsung dari sumbernya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan Kota Surabaya untuk mengatasi

permasalahan transportasi adalah dengan melakukan pelebaran badan jalan dan pembangunan jalan jalan baru. Upaya tersebut merupakan upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada pada sistem transportasi darat, mengingat transportasi darat memiliki sistem dan permasalahan yang lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif tersebut hanya akan sia-sia apabila tidak diimbangi dengan kesadaran semua pihak untuk mencapai sebuah sistem transportasi Indonesia yang berkelanjutan. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi asap industri adalah dengan menggunakan teknologi pengolahan peningkatan pengawasan dan pembinaan oleh instansi terkait guna meminimalisasi dampak pencemaran.

2.

Pencemaran Tanah Seperti halnya transportasi, pencemaran tanah pun diakibatkan oleh kegiatan

manusia. Hal ini dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik berasal dari daerah pemukiman penduduk,

perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain. Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea. Selain itu, limbah pertanian juga dapat berasal dari sisa-sisa pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT. Untuk diketahui, luas areal sawah di Kota Surabaya sebesar 1.741 Ha dan lahan bukan sawah sebesar 26.011 Ha. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida. Adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Terdapat pula limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun. Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di

I-6

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

dalam tanah pun akan berkurang. Hal ini berakibat pada tanaman yang akhirnya sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang. Limbah air rumah tangga berupa black water dan grey water, deterjen, oli bekas, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dan dapat membunuh mikro organisme di dalam tanah. Sedang limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu dan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran. Jumlah industri kecil pada tahun 2011 di Kota Surabaya sebanyak

726.357.Untuk jumlah industri sedang pada tahun 2011 di Kota Surabaya sebanyak 15.556.

3.

Pencemaran Air Limbah Selain pencemaran tanah dan transportasi, permasalahan air limbah yang

menurunkan kualitas badan air di Kota Surabaya juga harus diperhatikan karena air merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital dalam menunjang sebagian besar aktifitas warga. Karena itulah permasalahan air limbah di kota metropolis seperti di Kota Surabaya sangat krusial. Seiring pula dengan bertambahnya kebutuhan penduduk akan produk industri, maka secara tidak langsung akan menambah kuantitas limbah industri di Kota Surabaya. Air limbah Kota Surabaya secara garis besar menjadi dua yakni limbah domestik dan indutri. Khusus air limbah domestik dari rumah tangga merupakan sumber dominan terhadap menurunnya kualitas air buangan. Sesuai data Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, parameter pencemaran secara keseluruhan sungai-sungai di Kota Surabaya, mulai dari DO, pH, BOD, COD, TSS dan deterjen menunjukkan kecenderungan naik. Urgenitas penanganan air limbah disebabkan karena air limbah tersebut dibuang ke sungai. Di sisi lain salah satu sungai yaitu kali Surabaya digunakan sebagai bhan baku PDAM. Selain sungai-sungai di Kota Surabaya, keberadaan saluran drainase primer yang seharusnya hanya menampung air hujan, saat ini berfungsi penampung air limbah rumah tangga terutama grey water (air bekas cuci dan kamar mandi). Sehingga beberapa saluran dalam kondisi septik yang menandakan adanya buangan tinja manusia baik langsung ke saluran maupun melalui pipa yang dihubungkan ke
I-7

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

sungai.Kondisi saluran drainase baik primair, sekunder maupun tersier saat ini terisi oleh limbah domestik penduduk bahkan pada saat-saat tertentu limbah industri membuang air limbah pada saluran yang berdekatan dengan lokasi industri. Berdasar dari fungsinya maka sungai-sungai di Kota Surabaya yang perlu diamankan dari pencemaran limbah rumah tangga dan industri adalah Kali Surabaya, Kali Mas, Kali Wonokromo dan Kali Kedurus. Keberadaan keempat sungai tersebut sangat penting karena merupakan air baku yang diperlukan untuk memasok PDAM Kota Surabaya. Saat ini potensi air baku yang cukup stabil adalah dari keempat sungai ini sehingga untuk tambahan pasokan air baku ke depan perlu direncanakan agar beban polusi dapat terkurangi. Seperi halnya kota besar lainnya yang padat penduduk, kualitas air tanah di Kota Surabaya sudah tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum. Di beberapa lokasi, sumur penduduk terindikasi sudah terkontaminasi bakteri E-Coli dan mengandung nitrate/nitrit. Kontaminasi ini disebabkan oleh pengelolaan air limbah rumah tangga yang konvensional (septic tank dan sumur peresapan). Kondisi-kondisi inilah yang melatar belakangi perlunya rencana pengembangan Sistem Penyediaan Air Limbah (SPAL) rumah tangga Kota Surabaya disusun agar kebutuhan air minum dalam rangka pengembangan Kota ke depan dapat terpenuhi. Langkah yang direkomendasikan dalam penangan sanitasi Kota Surabaya terutama sektor air limbah domestik memprioritaskan penyelamatan Kali Surabaya. Bila memungkinkan dilakukan relokasi industri di sepanjang kali Surabaya di wilayah Surabaya. Pemerintah juga perlu merumuskan strategi pengolahan air limbah di Kota Surabaya. Diantaranya adalah SPAL industry Kota Surabaya yaitu berupa sistem individual/ unit, sistem gabungan/ kolektif, dan gabungan sistem individual dan kolektif. Sedang untuk SPAL rumah tangga dapat menggunakan sistem sanitasi off-site, sistem sanitasi intermediate, dan sistem sanitasi on-site untuk limbah rumah tangga. Batasan kepadatan dan pilihan teknologi sebagai berikut kepadatan penduduk rendah yaitu kepadatan penduduk dibawah 150 jiwa/ha menggunakan sistem on-site. Untuk kepadatan penduduk menengah yaitu kepadatan diatas 150 jiwa sampai 300 jiwa/ha, menggunakan sistem intermediate (kombinasi onsite dan off-site). Sedang kepadatan penduduk tinggi yaitu kepadatan diatas 300 jiwa/ha, menggunakan sistem off-site. Bilamana dilihat dari ketiga isu lingkungan di atas maka isu pencemaran udara merupakan isu yang memiliki tekanan yang paling besar dan mendesak untuk dicari solusi yang tepat dalam menanganinya.

I-8

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

A.

Kondisi Pencemaran Udara Di Kota Surabaya Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1,

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan menurut Wardhana (1999) pencemaran udara diartikan sebagai adanya materi atau zat-zat lain di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normal sehingga menyebabkan gangguan pada kegiatan manusia. Udara dikatakan dalam keadaan normal apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbondioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Methana (CH4), dan Hidrogen (H2). Pencemaran udara dapat terjadi karena berbagai sebab. Secara umum sumber dari pencemar udara terbagi atas: 1. Sumber alami (Natural source), contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan, dan sebagainya. 2. Kegiatan manusia (Antropogenic source), contohnya: pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, pembangkit listrik dan sebagainya. 3. Sumber-sumber lain, contohnya: kebocoran tangki klor, timbulan gas dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, uap pelarut organik, dan sebagainya. Berdasarkan kedudukan sumbernya, sumber pencemar udara terbagi atas

(Boedisantoso, 2002) : 1. Sumber bergerak (mobile source), contohnya : kendaraan bermotor, pesawat udara, kereta api, dan sebagainya. 2. Sumber tidak bergerak (stationary source), contohnya : perumahan, daerah perdagangan, daerah industri, dan sebagainya. Tingkat kualitas udara akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut : 1. Interaksi atmosfer Potensi dispersi dan difusi zat pencemar sangat menentukan kualitas udara pada akhirnya. 2. Faktor meteorologi Faktor ini sangat mempengaruhi waktu dan kapasitas atmosfer untuk menyerap dan mendispersikan serta mengendapkan zat pencemar. Contoh faktor-faktor

meteorologi yang mempengaruhi pencemaran udara seperti angin, turbulensi, stabilitas atmosfer, hujan, kabut dan radiasi surya.

I-9

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Menurut Sukarto (2006), transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Transportasi merupakan sumber utama dari pencemaran udara di perkotaan. Kegiatan transportasi menyumbangkan kira-kira 45%, 50%, dan 90% dari Nitrogen Oksida (NOx), total Hidrokarbon (HC) dan emisi Karbon Monoksida (CO) (Olsson, 1994). Meskipun perkembangan teknologi terbaru secara signifikan dapat mengurangi jumlah emisi, namun tingkat kenaikan dari jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi dan jauhnya jarak perjalanan membuat hal tersebut tidak berguna lagi (Carbajo and Faiz, 1994). Oleh karena itu, pelaksanaan dari pengendalian pencemaran udara menjadi sangat penting untuk mencegah efek kerugian pada perkembangan lalu lintas pada perkotaan yang memiliki populasi penduduk sangat padat (Crabbe and Elsom, 1998). Faktor penting yang menyebabkan pengaruh kegiatan transportasi menjadi dominan terhadap peningkatan emisi karbon perkotaan di Indonesia, antana lain: 1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial). 2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada. 3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat akibat terpusatnya kegiatankegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota. 4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota. 5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas. 6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor. 7. Faktor perawatan kendaraan. 8. Jenis bahan bakar yang digunakan. 9. Jenis permukaan jalan. Secara umum permasalahan pencemaran udara di Kota Surabaya diakibatkan oleh transportasi, asap industri dan gas metana yang dihasilkan oleh timbulan sampah di Kota Surabaya. Dalam Data Carbon Footprint Kota Surabaya, jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis di Surabaya mencapai 1.827.806 unit pada tahun 2010 sedangkan pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai 30 %. Sepeda motor mendominasi komposisi kendaraan bermotor di Kota Surabaya yaitu sebesar 80 % dari total seluruh kendaraan bermotor di Kota Surabaya.

I - 10

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Dengan volume kendaraan bermotor yang besar, pencemaran udara di Surabaya harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan emisi karbon dioksida yang dihasilkan akibat dari kendaraan bermotor juga akan semakin besar seiring dengan terus meningkatnya volume kendaraan bermotor setiap tahunnya. Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan produk pun ikut bertambah. Hal ini memacu perkembangan industri di Surabaya. Limbah padat dari industri dan rumah tangga yang berupa sampah pun keberadaannya tak terelakkan lagi. Untuk sektor sampah rumah tangga, Kota Surabaya cukup berhasil dalam menanganinya. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan timbulan sampah sebesar 1200 ton/hari pada tahun 2010 yang semula 1800 ton/hari pada tahun 2005 (sumber: data Adipura 2011 - 2012) Dalam pengelolaan sampah perkotaan, Kota Surabaya berhasil mendapatkan berbagai penghargaan nasional maupun internasional diantaranya penghargaan Adipura sejak tahun 2005 2011, penghargaan Indonesia Green Region Award (IGRA) pada September 2011 dan Asean Environmental Award pada Nopember 2011. Berbagai penghargaan tersebut telah menunjukkan bahwa Kota Surabaya dapat mengelola sampah perkotaan dengan baik. Namun pengelolaan sampah di kota Surabaya tetap harus mendapatkan perhatian serius karena timbulan sampah perkotaan di Surabaya masih mencapai 1200 ton/hari. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya menggunakan Sanitary Landfill sebagai Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA). Saat ini Kota Surabaya hanya mempunyai 1 unit Sanitary Landfill dengan luas lahan sebesar 37,4 Ha.

B.

Tekanan Pencemaran Udara di Kota Surabaya Dari hasil perhitungan besarnya kekuatan emisi di jalan masuk Kota Surabaya

dan di dalam Kota Surabaya dapat diketahui total keseluruhan emisi kendaraan bermotor Kota Surabaya. Jumlah total emisi CO2 dari sektor transportasi di Kota Surabaya mencapai 5.269.460 ton CO2/tahun. Dengan emisi terbesar pertama dihasilkan oleh mobil solar karena jumlah mobil solar se Surabaya terdata lebih banyak dan lebih diminati masyarakat karena hemat bahan bakar. Sedangkan Emisi terbesar kedua dihasilkan oleh sepeda motor karena jumlahnya juga banyak dan diminati masyarakat serta lebih irit bahan bakar dibanding mobil. Jika kebutuhan sepeda motor tak terkendali, bisa berpotensi sebagai penyumbang emisi terbesar di jalan-jalan Kota Surabaya. Truck, Mobil Bensin dan Kendaraan umum menjadi penghasil emisi terbesar selanjutnya.
I - 11

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Dalam permasalahan sampah perkotaan, lahan TPA Benowo sebagai satu satunya TPA yang dimiliki oleh Kota Surabaya lambat laun akan terisi penuh oleh sampah. Saat ini tinggi timbunan sampah di TPA Benowo sudah mencapai sekitar 15 m sedangkan Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi ketinggian timbunan sampah di TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Keterbatasan lahan untuk TPA di Kota Surabaya harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya. Perilaku masyarakat Surabaya yang semakin konsumtif juga membuat permasalahan sampah menjadi semakin kompleks. Hal ini terlihat pada pengelolaan sampah di TPA di tahun 2011, volume sampah masuk per hari mencapai 10.000 m3/hari. Perkiraan jumlah timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga yaitu sebesar 1200 ton/hari. Sedangkan komposisi sampah di Surabaya tahun 2011 terdiri dari organik sebesar 39,7 Ha, kertas sebesar 18,3 Ha, plastik sebesar 25,8 Ha, logam sebesar 2,5 Ha, dan kayu 1,9 Ha. Sumber sampah di Surabaya tahun 2011 terdiri atas Pemukiman 79,19%, pasar 8,6%, pertokoan 1,64%, hotel 1,11%, rumah Sakit 1,37%, jalan 0,62%, industri 6,86%, dan lahan terbuka 0,61%. Berkaitan dengan pengelolaan TPA Benowo pasca operasi. Dengan timbulan 1200 ton yang masuk ke TPA Benowo setiap harinya, maka juga akan dihasilkan gas CH4 dalam jumlah yang besar pula. Jika setiap 1 ton sampah menghasilkan 50 Kg CH4, maka potensi gas metana yang akan dihasilkan mencapai 60 ton gas CH4. Jika dikonversi dengan CO2 menjadi sebesar 3.465 ton. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius mengingat gas CH4 merupakan salah satu Bahan Perusak Ozon (BPO) di atmosfer bumi sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global. Satu mol CH4 dapat menangkap panas yang dipantulkan kembali oleh bumi 25 kali lebih banyak daripada satu mol CO2. Dengan kemampuan tersebut maka CH4 mempunyai andil 25 kali lebih besar dalam pemanasan global daripada CO2. C. Respon Penanganan Pencemaran Udara di Kota Surabaya Berdasarkan data di atas, maka Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan program program untuk menangani permasalahan udara perkotaan diantaranya : Pembatasan Kendaraan Pribadi Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya telah menggalakkan suatu sistem pembatasan kendaraan pribadi dengan cara menyelenggarakan Car Free Day rutin setiap minggu sekali dan hari bebas kendaraan di sekitar kantor Pemerintah Kota Surabaya setiap hari Jumat di minggu terakhir tiap bulan. Green Transportation

I - 12

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Transportasi hijau atau green transport dapat diterapkan melalui banyak cara, seperti mengganti bahan bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor dengan bahan bahar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi, ataupun peningkatan kualitas fasilitas transportasi. Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat sangat penting dalam pewujudan green

transportasi karena tanpa adanya peran dan kesadaran dari masyarakat maka upaya green transportation tidak akan berjalan dengan maksimal. Ruang Terbuka Hijau Adanya penanaman pepohonan di Jalur-jalur Surabaya sangat bermanfaat karena dapat menyerap banyak gas beracun yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur kota yang terpenting dalam menyejukkan kota. RTH antara lain terdiri dari kawasan kota, kawasan hijau, jalur hijau, kawasan hijau khusus, kawasan rekreasi, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, dan kawasan hijau pekarangan. RTH telah menjadi kesatuan program pembangunan di banyak negara dan diintensifkan untuk mengatasi pemanasan global (global warming) yang

disebabkan peningkatan karbon dioksida di udara. Dalam kerangka pelaksanaan perdagangan emisi karbon dunia maka percepatan pengadaan RTH dimaksudkan untuk menyerap karbon dioksida ke dalam jaringan tumbuhan. Dewasa ini tren pembangunan ke arah serba beton dan besi dengan anti ruang perkotaan sudah menyebar kemana-mana. Tren tersebut seharusnya diimbangi dengan pengembangan lansekap yang bertumpu pada alam seperti RTH. Gangguan yang terlihat sekarang bahwa RTH telah banyak berubah menjadi lahan beton dan baja. RTH tersebut telah tergantikan oleh kemegahan gedung-gedung pencakar langit. Namun bukan berarti sebuah kota harus terhambat pembangunannya hanya karena mengedepankan aspek keseimbangan lingkungan. Sebuah kota tetap dapat mempertahankan aspek pembangunan tetapi tidak mengenyampingkan aspek lingkungan. Kota yang demikian harus mencari alternatif solusi untuk mempertahankan kesetimbangan ingkungannya. Diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan jalan dan monorail, pemberdayaan angkutan massal, dan penambahan RTH. Kondisi ideal RTH Surabaya yang

seharusnya memenuhi 20% luas kota atau sekitar 6.527.353,6 ha RTH. Menurut data Bappeko, luasan RTH kota Surabaya tahun 2011 sebesar 6.671,21 Ha. Jika

I - 13

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

dibandingkan dengan luas Kota Surabaya yang sebesar 33.084 Ha, maka luas RTH mencapai 20,19 % dari luas kota. Sedangkan langkah paling efektif untuk dapat mengatasi besarnya timbulan sampah di Kota Surabaya adalah dengan mereduksi sampah dari sumbernya langsung. Menyadari akan hal tersebut maka Pemerintah Kota Surabaya membuat program program yang disusun untuk dapat mereduksi sampah dari sumbernya langsung diantaranya : Rumah Kompos Jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kota Surabaya

menyebabkan timbulan sampah juga semakin meningkat, oleh karena itu alangkah baiknya jika timbulan sampah tersebut diproses lebih lanjut menjadi kompos. Terdapat 16 rumah kompos di Surabaya, masing -masing terletak di Keputih, Wonorejo, Rungkut Asri, Tenggilis Utara, Tenggilis Rayon Taman, Bratang, Menur, Srikana, Keputran, Gayungsari, Bibis Karah, Jambangan, Putat Jaya, Sonokwijena, Benowo, dan Sumberejo. Rumah kompos di Kota Surabaya melakukan proses pengolahan sampah organiknya berasal dari daun-daun dan ranting pohon. Di samping itu juga menggunakan keranjang takakura dalam pengolahan sampah di Surabaya. Melalui proses metabolisme mikro organisme, dalam kondisi cukup oksigen, bahan organic sampah dapat diuraikan kembali (dekomposisi) menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga membentuk jaringan sel. Proses composting menghasilkan energy panas, apabila diukur maka temperaturnya akan naik kemudian suhu menurun pada saat proses composting berakhir, demikian hingga pada waktunya sudah menjadi kompos. Green & Clean dan Bank Sampah Terdapat sekitar 30.000 orang yang telah menjadi kader lingkungan di kawasan Kota Surabaya. Selain banyaknya kader lingkungan, juga terdapat beberapa bank sampah di Kota Surabaya yaitu Bank Sampah Bina Mandiri dan Bank Sampah Rukun Karya, keduanya terletak di Kelurahan Baratajaya, Kecamatan Gubeng. Bank Sampah Bina Mandiri menawarkan nasabah untuk menyimpan hasil penjualan sampahnya dalam bentuk simpanan buku tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu. Tidak dikenakan biaya administrasi dan prosesnya sangat mudah untuk membuka rekening serta menabung. Proses menabung di Bank Sampah adalah nasabah menyetor sampah yang sudah dipilah, lalu sampah nasabah tersebut ditimbang oleh teller, kemudian hasil penjualan sampahnya dimasukkan dalam buku tabungan Bank Sampah
I - 14

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Mandiri. Nasabah dapat mengetahui update tabungannya serta mengambilnya sewaktu-waktu. Penerapan 3R di Kota Surabaya Pengolahan sampah berbasis masyarakat di Surabaya dilakukan dengan mengolah sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dijual pada pengepul atau dipergunakan menjadi material daur ulang, serta dengan pengembangan dan peningkatan rumah kompos. 3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Dalam perkembangannya, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan beberapa penjajakan untuk bekerja sama dengan investor dalam memanfaatkan kandungan gas metana pada TPA Benowo sebagai pembangkit Listrik Tenaga Sampah.

I - 15

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

D.

Skema

ISU STRATEGIS PERMASALAHAN KOTA

TEKANAN Jumlah penduduk yang semakin meningkat turut menyebabkan pencemaran udara di Kota Surabaya Banyaknya limbah industri, pertanian, dan domestik yang masuk ke badan air akan terserap oleh tanah dan menyebabkan pencemaran tanah. Kurangnya kesadaran pihak industry dalam mengolah air limbah yang dihasilkan.

STATUS Banyaknya pencemaran sampah dan transportasi yang menyumbang pencemaran udara di Kota Surabaya Pencemaran tanah yang berasal dari pertanian, industri, dan domestik. Pencemaran air dari limbah domestik dan industri.

RESPON

Kesadaran masyarakat Surabaya sangat berperan penting guna mewujudkan Surabaya bebas polusi. Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan cara membuat kebijakan yang berperan untuk mereduksi polusi Adanya pengolahan dari pihak industry dalam mengolah limbah sebelum dibuang ke badan air, udara, dan tanah,

I - 16

Anda mungkin juga menyukai