Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terpadat

peringkat ke-4 didunia yang Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah

penduduk Indonesia tahun 2017 ini mencapai 261 juta jiwa.Tentunya hal ini juga

harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia dalam hal penyediaan lahan tempat

tinggal, lahan pekerjaan, pendidikan, transportasi, dan lahan strategis lainnya. Dalam

hal lahan tersebut tentunya tidak akan lepas kaitannya dengan pertanahan. Selain itu

juga, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, dimana setiap kegiatan

masyarakatnya selalu melibatkan dengan urusan tanah baik dalam hal pertanian,

peternakan, industri, dan yang lainnya.Maka, pengakuan kepemilikan hak atas tanah

saat ini menjadi hal yang sangat penting dengan itu diperlukan adanya bukti tertulis

yang diakui dan tercatat oleh lembaga Negara yang berwenang. Dalam hal ini, yakni

Badan Pertanahan Nasional yang mengurusi pembuatan surat tanda bukti hak

kepemilikan tanah secara tertulis.

Pembuatan bukti hak atas kepemilikan tanah saat ini juga menjadi perhatian

penting dan menjadi bagian dari pelayanan publik dalam proses tertib administrasi di

bidang pertanahan. Sebagai pelayan masyarakat atau penyedia pelayanan publik,

pemerintah sudah sepatutnya memberikan proses pelayanan yang prima,

1
transparan,tanpa diskriminasi, dan sesuai dengan sasaran atau obyektif. Bagaimana

tidak, tanpa kita sadari bersama pelayanan publik dianggap berhasil apabila berjalan

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan efektif dalam

pelaksanaannya serta mencapai tujuan menyeluruh secara maksimal.

Pelayanan masyarakat yang lazim disebut juga sebagai pelayanan publik,

diatur menurut UU No. 25 tahun 2009. Pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,

jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.

Ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Pelayanan Publik

meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam ruang lingkup tersebut,

termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi

dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan,

perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya. (Pasal 5

UU No 25 Tahun 2009). Berdasarkan asas pelayanan dalam UU tersebut, pelayanan

publik dilaksanakan berdasarkan asas: kepentingan umum, kepastian hukum,

kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif,

persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan

perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan

2
dan keterjangkauan. Dalam hal ini yakni dalam ruang lingkup sektor strategis

pendaftaran tanah.

Menyangkut dengan pertanahan pula, sebagaimana diamanatkan dalam pasal

33 ayat 3UUD 1945 menyebutkan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh negara yang dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat”.Untuk menjamin kemakmuran rakyat dengan memanfaatkan

Sumber daya yang ada didalamnya maka dibutuhkanlah kepastian hak untuk

masyarakat sebagai bukti memiliki sumber daya tersebut, dalam hal ini yaitu

kepastian hak atas kepemilikan tanah.Selain itu kita sadari bersama, pada hakikatnya

setiap manusia tidak bisa terlepas dari hubungan dengan tanah dari mulai manusia

diciptakan hingga dikebumikan pun masih berhubungan dengan tanah.

Selain itu, didukung pula dengan adanya Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA) No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria yang

menyangkut mengenai pengaturan tanah, dalam garis besar UU tersebut menyangkut

bahwasanya hukum agraria nasional harus memberi peluang tercapainya fungsi bumi

dan ruang angkasa yang menjamin kepastian hukum dan harus sesuai dengan

kepentingan seluruh rakyat Indonesia tanpa adanya diskriminasi di seluruh lapisan

masyarakat dan juga dapat memenuhi keperluan masyarakat sesuai dengan

perkembangan zaman.

Untuk menjamin kepastian hukum mengenai kepemilikan tanah juga diatur

dalam UUPA Pasal 19 ayat 1 yang berbunyi: “ untuk menjamin kepastian hukum hak

dan tanah oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik

3
Indonesia”. Jelas dinyatakan dalam UU bahwa pendaftaran tanah merupakan

kegiatan tertib administrasi pertanahan untuk memberikan kepastian hukum bagi

masyarakat dan menjadi tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraanmya

agar diikuti oleh masyarakat dengan minat dan kepuasan tentang program ataupun

proses yang dilakukannya. Tidak hanya itu Undang-undang terbaru mengenai

pendaftaran tanah juga mengatakan masyarakat dapat mendaftarkan tanah miliknya

melalui pendaftaran tanah baik dilakukan secara individu maupun secara massal.

Sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 2 UU No. 1 Tahun 2017 mengenai

Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap PTSL menjelaskan bahwasanya

“Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah

secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan

rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah

yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak

tertentu yang membebaninya”. Kepemilikan hak atas tanah dapat dibuktikan lebih

kuat dengan adanya bukti tertulis yang diakui secara hukum dan Negara.dalam hal

ini dibuktikan dengan bukti tertulis yang biasa disebut dengan sertifikat tanah.

Sebagaimana menurut UU No. 32 tahun 1997 yang mengatur mengenai pendaftaran

tanah, dalam pasal 2 ayat 1 mengatakan “Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak

yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis

4
yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai

dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan”.

Pendaftaran tanah yang dilakukan untuk membuat sertifikat tanah dapat

dilakukan dengan dua cara, yakni secara sistematik dan sporadik. Pada pendaftaran

tanah secara sistematik, inisiatif datang dari kantor pertanahan setempat. Mereka

yang mengunjungi lokasi, mendatangi para pemilik tanah dengan didampingi oleh

aparat Kelurahan yang tergabung dalam panitia Ajudikasi.Sementara pendaftaran

tanah secara sporadik yaitu inisiatif datang dari pemohon sertifikat. Pemohon akan

diminta mengisi dan menandatangani formulir khusus permohonan sertifikat seraya

menyerahkan semua kelengkapan berkas yang dipersyaratkan dan membayar sesuai

daftar tarif layanan jasa yang telah ditetapkan oleh BPN. Semua kegiatan

berlangsung didepan loket khusus didalam gedung kantor pertanahan. Namun cara

sporadik pun dapat dilakukan secara massal, yaitu beberapa pemilik yang tanahnya

saling berdekatan secara bersamaan mengajukan permohonan pensertifikatan ke

loket khusus pada kantor pertanahan. Cara tersebut biasa disebut sebagai

“pendaftaran tanah secara sporadic secara massal” (Hermit 2004:5 dalam buku

Sertifikat Tanah dan Orang Miskin, Soehendra, Djaka: 2010: 91-92).

Kasus Pertanahan di Indonesia sendiri yang melibatkan masyarakat masih

menempati urutan tertinggi. Sebagaimana data yang penulis peroleh melalui

Kebijakan Pertanahan Nasional yang disusun oleh Padan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas) pada tahun 2013 yang menjelaskan bahwa kasus yang

melibatkan subjek antarmasyarakat menempati porsi terbesar, yakni71,45%.

5
Proporsi ini merupakan akumulasi dari paling tidak lima tipologi kasus yang

berkenaan dengan penguasaan dan pemilikan tanah, batas bidang tanah, serta

persoalan penggunaan dan pemanfaatan tanah. Kelima tipologi yang mendasarkan

pada subjek hak tersebut adalah yang berikut.

Masyarakat dengan masyarakat secara kolektif (sebesar 2%);

 Perorangan dengan perorangan sebesar (36,85%);

 Perorangan dengan badan hukum (sebesar 18,1%);

 Badan hukum dengan badan hukum (sebesar 2,4%); dan

 Badan hukum dengan masyarakat (sebesar 12,1%).

Tipologi di atas menunjukkan bahwa kasus pertanahan yang melibatkan antar

anggota masyarakat menempati posisi tertinggi (71,45%). Secara detail, kasus yang

melibatkan orang perorang mencapai proporsi terbesar, yakni 36,85%meskipun

dapat dipastikan bahwa luasan tanahnya relatif kecil dibandingkandengan kasus

yang melibatkan badan hukum maupun instansi pemerintah. Kondisiini

mengindikasikan bahwa persoalan kesejahteraan masyarakat danketergantungan

hidup masyarakat terhadap tanah masih sangat tinggi.Di sampingitu, tampak pula

bahwa kepastian hukum hak atas tanah juga menjadi masalah yangbelum

terselesaikan.Berdasarkan kondisi ini, diperlukan berbagai strategipengelolaan

pertanahan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraanmasyarakat melalui

keadilan penguasaan dan pemilikan tanah serta pemberiankepastian hukum hak atas

tanah secara kuat.

6
Dalam rangka tertib administrasi di bidang pertanahan khususnya bukti

kepemilikan tanah, pada tahun 2017 saat ini dalam masa kepemimpinan Negara

Indonesia dipimpin oleh Bapak Ir. H. Joko Widodo, beliau bekerjasama dengan

Badan Pertanahan Nasional untuk memberikan sertifikat gratis kepada warga

khususnya untuk golongan ekonomi lemah dan menengah secara serentak melalui

Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap atau yang

selanjutnya penulis sebut PTSL. Dalam data sekunder yang penulis peroleh melalui

beberapa media diantaranya tribunnews.com dan merdeka.com bahwasanya Presiden

ingin menargetkan pada tahun 2025 seluruh tanah sudah disertifikasi.

Mengenai pembuatan sertifikat tanah, kemudian pemerintah mengatur dalam

Peraturan Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan Pertanahn Nasional No. 12

Tahun 2017 mengenai Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap PTSL yang

merupakan perubahan atas peraturan menteri agraria dan Tata Ruang /Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016.

Dalam hal penelitian ini menyangkut pembuatan sertifikat yang dibuat melalui

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang dapat dilakukan melalui:

a. Program Nasional Agraria/Program Daerah Agraria (PRONA/PRODA)

b.Program Lintas Sektor

c. kegiatan dari Dana Desa

d. kegiatan massal swadaya masyarakat; atau

e. kegiatan massal lainnya, gabungan dari beberapa atau seluruh kegiatan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, sesuai dengan

7
ketentuan perundang-undangan.(Berdasarkan Peraturan Menteri agraria dan Tata

ruang/Kepala Badan Pertanahn Nasional No. 12 Tahun 2017 mengenai Percepatan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap PTSL pasal 3 ayat 6 tentang Percepatan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap).

Dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih spesifik lagi yakni pembuatan

sertifikat secara masal atas inisiatif dari kantor pertanahan setempat untuk diikuti

oleh masyarakat yang dibiayai melalui dana APBN dari pemerintah melalui

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). PTSL sendiri merupakan bagian dari

Proyek Nasional Agraria yang sebelumnya dinamakan dengan Program Nasional

Agraria (PRONA).PTSL merupakan program yang baru mulai dilaksanakan pada

tahun 2017, namun memiliki sistem dan persyaratan yang sama dengan PRONA

(Program Nasional Agraria). Dalam website resmi Badan Pertanahan Nasional pun

pelayanan PTSL dijelaskan melalui menu layanan pendaftaran tanah pertama kali

program PRONA.

Sebagaimana dijelaskan Berdasarkan Peraturan Menteri agraria dan Tata

ruang/Kepala Badan Pertanahn Nasional No. 12 Tahun 2017 mengenai Percepatan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)dalam pasal 1 ayat 1 menjelaskan

bahwa “Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap adalah kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran

tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau

nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan

8
kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek

pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.”

Obyek pendaftaran tanah pertama kali yang dapat mengikuti PTSL adalah

meliputi: seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah hak, tanah aset

Pemerintah/Pemerintah Daerah, tanah Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Milik Daerah, tanah desa, Tanah Negara, tanah masyarakat hukum adat, kawasan

hutan, tanah obyek landreform, tanah transmigrasi, dan bidang tanah lainnya.

(Berdasarkan Peraturan Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan Pertanahn

Nasional No. 12 Tahun 2017 mengenai Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL)Pasal 3 Ayat 2).Dengan tahapan kegiatan proses percepatan

pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap meliputi:

1. Persiapan (Sosialisasi, Penetapan Lokasi, Perencanaan Tenaga Dan Pembentukan

Panitia Ajudikasi Percepatan, Pelatihan);

2. Penyuluhan;

3. Pengumpulan Data Yuridis;

4. Pengolahan Data Yuridis dan Pembuktian Hak;

5. Pemeriksaan Tanah;

6. Pengumuman;

7. Pengesahan;

8. Penerbitan Surat Keputusan Penetapan Hak dan Keputusan Penegasan/Pengakuan

Hak;

9. Pembukuan Hak;

9
10. Penerbitan dan Penyerahan Sertipikat;

11. Pengelolaan Warkah/Dokumen;

12. Pelaporan

(Petunjuk teknis pelaksanaan Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

2017)

Biaya pembuatan sertifikat sendiri sudah ditanggung oleh APBN yang

dialokasikan ke DIPA-BPN RI meliputi:

1. Penyuluhan;

2. Pengumpulan Data (alat bukti/alas hak);

3. Pengukuran Bidang Tanah;

4. Pemeriksaan Tanah;

5. Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis;

6. Penerbitan Sertipikat;

7. Supervisi dan Pelaporan.

Sedangkan biaya materai, pembuatan dan pemasanagan patok tanda batas, Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan dari

Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi yang terkena ketentuan

perpajakan menjadi beban kewajiban peserta program.

Terkait waktu pelayanan pembuatan sertifikat untuk pendaftaran tanah

pertama kali menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia nomor 1 Tahun 2010 yang mengatur mengenai Standar Pelayanan dan

10
Pengaturan Pertanahan adalah selama 98 hari terhitung sejak berkas pemohon

diserahkan.

Untuk mewujudkan pendaftaran tanah pertama kali melalui PTSL yang

mengarah kepada masyarakat tingkat desa/kelurahan, maka pemerintah pusat bekerja

sama dengan pihak pemerintahan di tingkat kelurahan/ desa yang mendapatkan jatah

sertifikasi. Sebagaimana menggunakan otonomi daerah sebagai dasarnya agar tetap

terkoordinir dan berjalan sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.Karena pada

dasarnya pemerintah daerah lah yang lebih mengerti bagaimana kondisi geografis,

sosial dan ekonomi masyarakatnya.Maka dari itu diperlukanlah kerjasama dan

pembagian kerja dengan pemerintah daerah setingkat desa atau kelurahan.

Sebagaimana dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah Daerah dalam pasal

1 ayat 6 yang menjelaskan mengenai otonomi daerah yang berbunyi “Otonomi

Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”Dalam pelaksanaan PTSL sendiri yang

melibatkan pegawai di Kelurahan, maka kelurahan memberikan wewenang kepada

Lembaga Masyarakat Kelurahan (LMK) yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai

Dewan Kelurahan (DEKEL).Dekel sendiri memiliki perwakilan satu orang

dimasing-masing RW.LMK sendiri merupakan mitra kelurahan yang paling

berhubungan langsung dengan masyarakat.

DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

jumlah wilayah seluas 662,33 km2 dengan rincian masing-masing kotamadya yang

11
penulis peroleh dari website Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta per tahun

2015 yang diunggah terakhir pada 20 April 2015 sebagai berikut:

Regency/Municipalit Area (km2)

y 2009 2010 2011 2012 2013


Kep. Seribu 8.7 8.7 8.7 8.7 8,70
141.2
Jakarta Selatan 141,27
141.27 141.27 141.27 7
188.0
Jakarta Timur 188,03
188.03 188.03 188.03 3
Jakarta Pusat 48.13 48.13 48.13 48.13 48,13
129.5
Jakarta Barat 129,54
129.54 129.54 129.54 4
146.6
Jakarta Utara 146,66
146.66 146.66 146.66 6
662.3
DKI Jakarta 662,33
662.33 662.33 662.33 3
Tabel 1.1 luas lahan per Kotamadya di Jakarta Barat

Sebagai kota yang memiliki daya tarik paling tinggi untuk kaum pendatang mencari

rezeki dan penghidupan yang layak dari tahun ke tentunya membutuhkan lahan

yang tertata dan sesuai prosedur agar memberikan kemudahan dan jaminan bagi

setiap penduduk didalamnya. Selain itu pula, Jakarta sebagai Ibukota Negara

tentunya juga menjadi pusat penyelenggaraan pemerintahan baik dari segi pelayanan

publik ataupun yang lainnya.Kemudahan akses bagi dari segi transportasi ataupun

pelayanan administrasi tentunya menjadi keinginan setiap masyarakatnya. Begitupun

dengan Jakarta yang tentunya lebih menjadi sorotan oleh Provinsi lain.

12
Jumlah Penduduk yang padat dan terus meningkat menyebabkan masalah baru

di Ibukota.Selain masalah pengangguran dan kemacetan yang kita ketahui bersama

identik dengan Ibukota Jakarta maka masalah lainnya yaitu penggunaan lahan dan

tata ruang yang belum tertata rapi.Karena kebutuhan manusia terhadap tanah dewasa

ini makin meningkat. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya jumlahpenduduk,

sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. Sebagaimana data jumlah

penduduk DKI Jakarta dengan rincian distribusi penyebaran di masing-masing

Kotamadya per 2017 bersumber dari website Badan Pusat Statistik Provinsi DKI

Jakarta sebagai berikut:

Persentase
Kepadatan Penduduk per km2
Kabupaten/Kota Penduduk
1 2 3
1 Kepulauan Seribu 0,23 2 683,96
2 Jakarta Selatan 21,48 15 472,17
3 Jakarta Timur 27,94 15 124,15
4 Jakarta Pusat 8,98 18 993,11
5 Jakarta Barat 24,20 19 017,92
6 Jakarta Utara 17,17 11 913,83

DKI Jakarta 100,00 15 366,87

Tabel 1.2 Kepadatan penduduk di masing-masing Kotamdya Jakarta Barat

Jakarta Barat merupakan salah satu kota administratif yang terletak di Ibukota

DKI Jakarta,dengan luas wilayah 129,54 km2 dan memiliki 8 kecamatan yang

tersebar didalamnya yakni Kecamatan Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres,

Kebon Jeruk, Kembangan, Palmerah, Taman Sari dan Tambora. Dari data kepadatan

penduduk melalui data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dapat kita ketahui

13
bahwa Kotamadya Jakarta Baratsebagai peringkat dua tertinggi jumlah kepadatan

penduduk setelah wilayah kotamadya Jakarta Timur.Sehubungan dengan itu tentunya

membutuhkan tanah untuk tempat tinggal ataupun bekerja yang cukup luas. Namun

kembali lagi pada saat penduduk itu memiliki tanah untuk tempat tinggal ataupun

untuk jenis kegiatan usaha maka harus memiliki surat tanda bukti yang sah atau

sertifikat atas hak kepemilikan tanah tersebut.Terlebih lagi di Provinsi DKI Jakarta,

banyaknya kegiatan penertiban dan relokasi lahan ataupun tempat tinggal warga oleh

Pemerintah Provinsi setempat dalam rangka menyusun tata ruang dan kota di

Jakarta, maka kepemilikan bukti tanah yang sah menjadi hal yang sangat penting

perlu perhatian lebih. Baik dari dinas terkait maupun masyarakat sendiri.

Bermula dari permasalahan Kotamadya Jakarta Barat sendiri terkait

pertanahan, yakni banyak pemukiman warga yang direlokasi dan dijadikan rumah

susun (Rusun) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri, tidak hanya itu dari

pihak pengembang swasta pun banyak yang mendirikan apartement ataupun hotel di

lahan yang dahulunya ditempati warga.

Dari data yang peneliti dapatkan terkait penggusuran lahan di DKI Jakarta

menurut penelitian Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada tahun 2016 dengan peta

sebaran sebagai berikut:

14
Gambar 1.1 Peta sebaran penggusuran lahan di DKI Jakarta menurut survei LBH Jakarta

2016

Penelitian tersebut menemukan 35 titik penggusuran terjadi di wilayah Jakarta Utara,

41 titik penggusuran terjadi di wilayah Jakarta Barat, 55 titik penggusuran terjadi di

Jakarta Pusat,39 titik penggusuran terjadi di wilayah Jakarta Selatan, dan 23 titik

penggusuran terjadi di wilayah Jakarta Timur. Penelitian itu juga mengkategorikan

tujuan penggusuran ke dalam kategori proyek normalisasi, revitalisasi kawasan,

taman kota, penertiban, proyek MRT, pelebaran jalan, atau jalur hijau. Pembagian

kategori tersebut diutamakan karena berkaitan erat dengan proyek-proyek utama

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Meninjau dari kasus sengketa lahan lain yang juga terjadi di Jakarta Barat

yakni kasus yang terjadi di Cengkareng Barat yang mencuat di era mantan Gubernur

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ketika itu, Dinas Perumahan dan Gedung Pemprov

DKI Jakarta (sekarang bernama Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

15
DKI) membeli lahan tersebut dari seorang warga bernama Toeti Noezlar Soekarno

pada tahun 2015.Bagaimana bisa hal tersebut dapat terjadi, bahkan diketahui bahwa

lahan itu juga terdata sebagai milik Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan

Pangan DKI Jakarta.Karena tercatat sebagai milik dua pihak, BPK menilai ada

indikasi kerugian negara saat pembelian lahan tersebut.

Untuk menghindari sengketa lahan yang mampu menimbulkan kericuhan baik

dari segi masyarakat sendiri, pemerintah ataupun swasta yang akan mengganti

penggunaan lahan maka dibutuhkan bukti kepemilikan yang sah dari masyarakat

agar masyarakat bisa mendapatkan ganti rugi ataupun relokasi yang sepadan.

Namun, perhatian warga yang masih rendah bahkan enggan untuk mendaftarkan

tanah miliknya dengan alasan sulitnya proses dan mahalnya pembuatan sertifikat

tanah menyebabkan kesulitan disaat adanya penggusuran lahan baik untuk direlokasi

ataupun tidak. Maka dari itu pada saat pemerintahan bapak presiden Joko widodo di

tahun 2017 membagikan sertifikat tanah untuk warga di seluruh wilayah di

Indonesia bekerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional dan pegawai setingkat

kelurahan untuk pendistribusian dan pelaksanaan nya bersama masyarakat melalui

Pendafataran Tanah sistematik Lengkap (PTSL).

Kecamatan Cengkareng, merupakan salah satu kecamatan di Jakarta Barat

yang memiliki jumlah penduduk paling padat didalamnya, tentunya hal ini akan

mempengaruhi terhadap pengguanaan lahan di wilayah tersebut. Sebagaimana data

Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat pada tahun 2014 yakni ada sejumlah

555.972 jiwa dari total keseluruhan 2.430.410 jiwa.

16
Kecamatan Cengkareng, memiliki salah satu kelurahan didalamnya yakni

Kelurahan Duri Kosambi.Letak Kelurahan duri Kosambi berbatasan dengan

Kelurahan Cengkareng Barat di sebelah utara, Semanan di sebelah barat, Rawa

Buaya dan Kembangan Selatan di sebelah timur dan Cipondoh di sebelah

selatan.Kelurahan Duri Kosambi menjadi salah satu kelurahan yang mengikuti PTSL

pada tahun 2017.Kelurahan Duri Kosambi memiliki luas wilayah sebesar 503 ha

dengan jumlah penduduk 40.044 jiwa dan 16.204 KK.Peneliti memutuskan untuk

mempersempit lokus penelitian di Kelurahan Duri Kosambi Jakarta Barat, bermula

saat mencari informasi pra penelitian yang peneliti temukan di lapangan pada saat

berkunjung ke Kelurahan tersebut untuk bertanya tahap awal mengenai PTSL pada

tanggal 7 Maret 2018 pukul 14.00 wib, dari beberapa masyarakat yang mengikuti

Program PTSL di Kelurahan Duri Kosambi tahap 1 yang sudah dilaksanakan sejak

tahun 2017 namun masih terdapat beberapa masalah yang masih dikeluhkan

masyarakat.

Pertama kurangnya sosialisasi yang diakui oleh masyarakat, saat itu penulis

melakukan perbincangan dengan Ibu Titi Suhendrawati salah seorang warga dari RW

09 Kelurahan Duri Kosambi yang menurut penuturan beliau penulis mendapatkan

informasi sebagai berikut “saya malah belum tahu-menahu soal adanya Program

pembuatan sertifikat tanah gratis resmi dari kelurahan sendiri, saya hanya

mendengar dari desas-desus masyarakat sekitar, sangat sayang sekali padahal banyak

warga yang ingin mengikutinya, namun kan ya karena tidak ada info resmi jadi saya

pikir itu bohongan, sayamah inginnya da kegiatan resmi sosialisasi gitu untuk

17
warga”. Selain ibu Titi penulis juga berbincang dengan Ibu Kamidah warga RW 014

Kelurahan Duri Kosambi yang menurut penuturan beliau juga hampir sama dengan

Ibu Titi, yakni sebagai berikut: “Di tempat tinggal saya juga saya tahunya kalau ada

PTSL tuh lewat tetangga dan diapun mengatakan dengan ragu dan mengajak saya

untuk mengikuti PTSL itu dengan koordinator yang ia sudah kenal. Lagi pula dalam

satu RW saja bisa beberapa orang yang mengkoordinir.Jadi tidak selalu sama

padahal satu wilayah RW”. Informasi juga penulis dapatkan dari Ketua LMK di

Kelurahan Duri Kosambi yaitu dengan Bapak Suratno Widiarto, menurut informasi

dari beliau yakni dari berkas warga yang mengajukan untuk mengikuti Program

PTSL hanya ada sekitar 530 berkas yang divalidasi untuk bisa lanjut ke tahap

selanjutnya. Banyaknya berkas yang belum divalidasi itu dikarenakan masyarakat

kurang mengetahui persyartan yang lengkap dan benar itu harus seperti apa, selain

itu juga koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional juga membutuhkan waktu

yang lama sehingga masih banyak masalah terkait berjalannya PTSL ini sendiri”

Kedua, yakni permasalahan mengenai kejelasan kapan akan selesainya

pembuatan sertifikat. Beberapa masyarakat di Kelurahan Duri Kosambi mengaku

mengikuti sejak bulan Oktober terhitung berkas sudah disetorkan namun masih ada

beberapa berkas masyarakat yang menumpuk di Kelurahan dan belum ada kejelasan

kapan selesai sehingga sertifikat dapat diterbitkan, dari informasi yang penulis

dapatkan pada saat pra penelitian pada tanggal 12 Maret 2018 dengan Bapak Nita

Aryandi salah satu warga di Kelurahan Duri Kosambi, beliau mengaku sudah

mengambil berkas yang sebelumnya beliau setorkan untuk mengikuti PTSL di

18
Kelurahan Duri Kosambi, menurut informasi dari penuturan beliau yakni sebagai

berikut “ saya sudah gak ikutan lagi itu yang bikin sertifikat gratis, soalnya udah dari

lama sampai sekarang belum jadi-jadi. Ternyata setelah mengumpulkan berkas,

bahkan Akta Jual Beli yang asli pun sudah saya kumpulkan tapi sampai bulan Maret

ini belum ada jelasnya kapan selesai, daripada berkas saya malah lama-kelamaan

hilang tidak jelas, lebih baik saya cabut berkas saja daripada saya nanti mendapat

resiko lagi. Yang saya pikir lagi dan menambah”. Selain dari Bapak Nita Aryandi,

informasi juga penulis peroleh dari Bapak Suyadi yang juga mengikuti PTSL di

Kelurahan Duri Kosambi, menurut penuturan beliau yang penulis peroleh sebagai

berikut “ saya khawatir sertifikat tidak jadi, saya ikut di tahap awal PTSL sampai

bulan ini belum jadi juga, yang terlebih khawatir lagi saya tuh menyerahkan berkas

asli pemilik tanah yang saya miliki, saya tidak ada fotocopy salinannya dirumah.

Saya takut disalahgunakan.” Di sisi lain penulis mencoba bertanya kepada Bapak

Rakhmat sebagai pegawai bagian informasi di Kantor Pertanahan Nasional

Kotamadya Jakarta Barat. Pada 15 Maret 2018, penulis mendapat informasi dari

penuturan beliau yang penulis kutip sebagai berikut: “ PTSL 2017 tahap 1 sudah

selesai alhamdulillah sudah terlaksana dengan baik dan efektif dalam

pelaksanaannya sampai kepada masyarakat yang menjadi subyek program ini, untuk

tahun 2018 ini presiden juga akan menambahkan lagi sertifikat untuk diberikan

kepada masyarakat, semoga Badan Pertanahan Nasional sanggup

menyelesaikannya”. Dari informasi yang penulis peroleh dari warga dan pegawai

Kantor Pertanahan sendiri terdapat perbedaan fakta.Mengapa PTSL yang sudah

19
dianggap sukses dan efektiv sampai kepada warga menurut pihak Kantor Pertanahan

Sendiri, justru malah berbeda dengan fakta yang ada di lapangan.Khususnya dalam

hal ini di Kelurahan Duri Kosambi.

Ketiga, permasalahan pungutan liar.Program PTSL sendiri yakni program

pembuatan sertifikat tanah gratis yang dikhususkan untuk warga golongan ekonomi

lemah.Namun untuk mengikuti program PTSL ini, beberapa masyarakat mengaku

telah dimintai sejumlah uang diawal pemberkasan. Menurut informasi yang penulis

dapatkan dari Ibu sulastri pada tanggal 12 Maret 2018 yang merupakan salah

seorang warga kelurahan Duri Kosambi yang mengikuti PTSL 2017 sebagai berikut:

“ saya mengikuti PTSL ini sejak tahun kemarin, saya dimintai uang sebesar

Rp.3500.000,00 dari pihak koordinator saya, setahu saya sertifikat tanah ini sedang

ada program gratis, ya memang untuk pembiayaan materai, pasang patok dan

sebagainya ditanggung warga tapi saya rasa tidak sampai sebesar itu seharusnya”.

Selain itu hal yang sama juga dirasakan oleh warga lain yaitu bapak Suyono, yang

menurut penuturan beliau sebagai berikut “kalau saya sendiri dimintai uang dimuka

sebesar Rp.1000.000,00 tapi saya dengar-dengar diwilayah lain mah juga nanti beda

lagi tergantung dari kordinator pelaksana sendiri yang berhubungan langsung dengan

kelurahan”.

Keempat, masalah transparansi dari petugas kelurahan. Transparansi yang

seharusnya diberikan oleh setiap pemberi pelayanan publik kepada masyarakat justru

kurang diterapkan dalam program PTSL 2017 di Kelurahan Duri Kosambi tersebut.

Pada tanggal 8 Maret 2018, penulis mencoba bertanya mengenai pelaksanaan PTSL

20
2017 di Kelurahan Duri Kosambi kepada perwakilan dari Lemabaga Masyarakat

Kota di tingkat Kelurahan untuk perwakilan RW 014 yaitu Bapak Yudi, menurut

penuturan dari beliau yang penulis kutip sebagai berikut “ untuk pelaksanaan PTSL

sendiri sudah berjalan namun untuk efektivitasnya khusus untuk di RW 014 sedang

ada kasus didalamnya sehingga banyak sertifikat yang belum bisa diterbitkan. Tapi

sejauh ini sih saya mencoba meyakinkan masyarakat agar tetap tenang jika ada yang

menanyakan kepada kami terkait PTSL tersebut”. Namun ketika penulis

menanyakan lebih lanjut terkait masalah apa saja yang terjadi sehingga tertundanya

penerbitan sertifikat beliau enggan menjawab.

Tentunya hal ini sangat disayangkan, mengingat pentingnya kepemilikan

tanah apalagi untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dengan adanya program

tersebut seharusnya merasa diringankan.Namun adanya oknum atau ulah beberapa

pihak yang membuat program ini belum mampu berjalan secara efektif untuk

menolong masyarakat.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mengurus sendiri proses pembuatan

surat tanah masih dianggap menyulitkan dan memakan biaya yang jumlahnya cukup

besar sehingga membuat masyarakat enggan untuk membuatkan surat atas hak

kepemilikan tanah atau sertifikat. Hal ini tentunya menjadi sebuah permasalahan

bagi pemerintah, mengingat banyaknya hak tanah yang dimiliki rakyat namun belum

terdaftar secara tertib dapat menjadi masalah baik secara administrasi maupun pada

saat pemerintah akan melakukan penertiban ataupun relokasi.

21
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut, seberapa besar efektivitas program PTSL tersebut dalam pembuatan sertifikat

tanah dan juga bagaimana dampaknya terkait tertib administrasi ataupun

perencanaan ruang dan kota hususnya untuk warga di Kelurahan Duri Kosambi

Jakarta Barat pada tahun 2017.

1.2.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat di uraikan beberapa masalah yang ada

yaitu:

1. Kurang adanya Sosialisasi untuk warga setempat, sehingga warga tidak

mengetahui adanya Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap untuk pembuatan

sertifikat tersebut.

2. Tidak adanya kejelasan kapan Sertifikat tanah akan diberikan kepada warga

3. Adanya pungutan biaya yang berbeda-beda di setiap RW sehingga membuat

warga enggan dan kurang memberikan respek terhadap penyelenggaraan PTSL

tersebut.

4. Kurangnya transparansi terkait berjalannya program dari pihak kelurahan.

22
1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian terkait Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

PTSL, penelitian ini dibatasi yakni untuk membahas dalam ruang lingkup efektivitas

pembuatan sertifikat melalui program tersebut di Kelurahan Duri Kosambi

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di paparkan sebelumnya, maka

sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah bagaimana efektivitas pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kelurahan Duri Kosambi, Jakarta

Barat baik dalam pelaksanan, tujuan dan sasaran kepada masyarakat.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk dapat mengetahui sejauh mana

efektivitas pembuatan sertifikat tanah gratis melalui penyelenggaraan Percepatan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dengan studi kasus di Kelurahan

Duri Kosambi Jakarta Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang sangat baik terutama bagi

peneliti sendiri dan bagi Akademi dan segala bentuk elemen yang ada di masyarakat,

manfaat tersebut baik secara teoris maupun praktis.

1. Secara Teoris

23
Memberikan pemahaman yang lebih baik dan memberikan pandangan untuk

berinovasi dan mengetahui sejauh mana efektivitas Percepatan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) itu berjalan

2.Secara Praktis

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi pihak Badan Pertanahan Nasional

yang memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan baik itu evaluasi,

pengawasan ataupun terminasi terhadap penyelenggaraan Percepatan Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).Selain itu sebagai bahan masukan kepada

masyarakat terkait pemahaman dan praktik dalam pembuatan sertifikat tanah agar

lebih berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan dan sasarannya.Selaain itu

masyarakat juga lebih selektif lagi dan mampu mengawal penyelenggaraan

Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) itu sendiri.

24
BAB II

Deskripsi Teori

2.1 Deskripsi Teori

Landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini

akan dijabarkan sebagai berikut:

2.1.1 Pengertian Pelayanan Publik

Pengertian pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5) adalah

sebagaisetiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah

manusiayang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan

ataukesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada

suatuproduk secara fisik. Moenir (2000:7) menyatakan bahwa : “Pelayanan

umumadalah suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau

birokrasiuntuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai

suatutujuan tertentu”.

Menurut UU Nomor 25 tahun 2009 Pasal 1 ayat 1, Pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk

atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Menurut Kepmen PAN nomor25 Tahun 2004

adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

25
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1995) yang dikutip

dalam(Ratminto & Atik Septi Winarsih 2013), telah melakukan berbagai penelitian

terhadap beberapa jenis jasa/pelayanan, dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi

karakteristik yang digunakan dalam memberikan penilaian mengenai pelayanan

yang diberikan perusahaan. beberapa kriteria yang secara garis besarnya adalah:

1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,pegawai,

dan sarana komunikasi.

2. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan

yangdijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan serta sesuai denganyang telah

dijanjikan.

3. Responsiveness (Daya tanggap), yaitu keinginan para staf untukmembantu para

pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (Jamianan), yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan,kesopanan, dan

sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas daribahaya, resiko atau keragu-

raguan.

5. Empathy (Empati), yaitu meliputi kemudahan dalam hubungan,komunikasi yang

baik, dan perhatian yang tulus terhadap kebutuhan para pelanggan.

26
2.1.2 Pengertian Tanah

Menurut Departemen Pendidikan (1994), mendefinisikan tanah kedalam

beberapa pengertian yakni tanah dapat diartikan sebagai:

1. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali.

2.keadaan bumi di suatu tempat.

3. Permukan bumi yang diberi batas,

4. Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, batu cadas dan

sebagainya).

Effendi Perangin juga menjelaskan tentang pengertian tanah dalam Hukum

Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum 1994:17 yang

menyebutkan bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah “permukaan bumi, hak

atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu dari permukaan bumi, yang terbatas,

berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar”.

Sedangkan menurut Budi Harsono (1999:18) memberi batasan tentang

pengertian tanah berdasarkan apa yang dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 UU Pokok

Agraria No 5 Tahun 1960 bahwa, “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai

yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanyamacam-macam hak atas permukaan

bumi, yang disebut tanah” . Dengan demikian tanah dalam pengertian yuridis dapat

diartikan permukaan bumi.

Jhon Salindeho (1993:23) mengemukakan bahwa “tanah adalah suatu benda

bernilai ekonomis menurut pandangan bangsa Indonesia, ia pula yang sering

memberi getaran didalam kedamaian dan sering pula menimbulkan guncangan

27
dalam masyarakat, lalu ia jua yang sering memberi sendatan dalam pelaksanaan

pembangunan”.

2.1.3 Pendaftaran Tanah

Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah menyatakan bahwa “pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan

teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta

pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai

bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat

tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik

atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”. Definisi

pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 merupakan

penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 19

ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang hanya meliputi:

“Pengukuran, Perpetaan danPembukuan Tanah, Pendaftaran dan Peralihan hak atas

tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat (Mhd.

Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis.Hukum Pendaftaran Tanah 2008: 15).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah

dalam pasal 10 dan pasal 11 yang menjelaskan mengenai pendaftran tanah unruk

pertama kali dengan menggunakan dua cara yakni secara sistemati dan

periodik.Pendaftaran tanah secara sistematis adalah kegiatan pen-daftaran tanah

28
untukpertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua

obyekpendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah

suatudesa/kelurahan.Sedangkan Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan

pen-daftaran tanah untukpertama kali mengenai satu atau beberapa obyek

pendaftaran tanah dalamwilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara

individual atau massal.

Menurut Pasal 19 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria, telah dijelaskan bahwa pendaftaran tanah adalah upaya

yang diadakan pemerintah yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum di

bidang hak-hak atas tanah. Pendaftaran tanah akan menghasilkan kepastian bukti hak

atas tanah yang merupakan alat yang mutlak ada, sebagai dasar status kepemilikan

tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional No. 12 Tahun 2017 mengenai Percepatan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap PTSL pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwasanya “Pendaftaran

Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-

menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,

pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam

bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun,

termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada

haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang

membebaninya”.

Sedangkan Menurut Boedi Harsono pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian

29
kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus untuk mengumpulkan,

mengolah, menyimpan dan menyajikan data tertentu mengenai bidang-bidang atau

tanah-tanah tertentu yang ada di suatu wilayah tertentu dengan tujuan tertentu.

2.1.4 Sertifikat Tanah

Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai

alatpembuktian yang kuat sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai

dengandata mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, yang

adadalam surat dan buku tanah yang bersangkutan (PP Nomor 24 Tahun 1997 pasal

32 ayat 1 tentang pendaftaran tanah).

2.1.5 Administrasi Pertanahan

Administrasi Pertanahan menurut Rusmadi Murad adalah Suatu usaha dan

manajemen yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah di

bidang pertanahan dengan mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai

dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.Tujuan pelaksanaan

administrasi pertanahan adalah untuk menjamin terlaksananya pembangunan yang

ditangani oleh pemerintah maupun swasta, yaitu:

1. meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas tanah;

2. meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat;

3. meningkatkan daya hasil guna tanah lebih bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

30
Untuk merealisasikan hal tersebut serta dalam rangka peningkatan pelayanan

kepada masyarakat di bidang pertanahan maka dibuatlah Keputusan Presiden Nomor

7 Tahun 1979 tentang Catur Tertib Pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan; tertib

administrasi pertanahan; tertib penggunaan tanah; dan tertib pemeliharaan tanah

lingkungan hidup dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Tertib Hukum Pertanahan

Upaya untuk menumbuhkan kepastian hukum pertanahan sebagai

perlindungan terhadap hak-hak atas tanah dan penggunaannya dimaksudkan agar

terdapat ketenteraman masyarakat dan mendorong gairah membangun.

Tertib hukum pertanahan yang diharapkan adalah:

a. Seluruh perangkat peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan telah

tersusun secara lengkap dan komprehensif.

b. Semua peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan telah diterapkan

pelaksanaannya secara efektif.

c. semua pihak yang menguasai dan/atau menggunakan tanah mempunyai hubungan

hukum yang sah dengan tanah yang bersangkutan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Tertib Administrasi Pertanahan

Upaya memperlancar setiap usaha dari masyarakat yang menyangkut tanah

terutama dengan pembangunan yang memerlukan sumber informasi bagi yang

memerlukan tanah sebagai sumber daya, uang dan modal.Menciptakan suasana

31
pelayanan di bidang pertanahan agar lancar, tertib, murah, cepat dan tidak berbelit-

belit dengan berdasarkan pelayanan umum yang adil dan merata.

Tertib administrasi yang diharapkan adalah terciptanya suatu kondisi yang

memungkinkan:

a. Untuk setiap bidang tanah telah tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran

fisik, penguasaan, penggunaan, jenis hak dan kepastian hukumnya, yang dikelola

dalam sistem informasi pertanahan yang lengkap.

b. Terdapat mekanisme prosedur/tata cara kerja pelayanan di bidang pertanahan yang

sederhana, cepat dan murah, namun tetap menjamin kepastian hukum, yang

dilaksanakan secara tertib dan konsisten.

c. Penyampaian warkah-warkah yang berkaitan dengan pemberian hak dan

pensertifikatan tanah telah dilakukan secara tertib, beraturan dan terjamin

keamanannya.

3. Tertib Penggunaan Tanah

Tanah harus benar-benar digunakan sesuai dengan kemampuannya untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kesuburan dan

kemampuan tanah.

Tertib yang diharapkan adalah suatu keadaan di mana:

a. Tanah telah digunakan secara optimal, serasi dan seimbang, sesuai dengan

potensinya, guna berbagai kegiatan kehidupan dan penghidupan yang diperlukan

untuk menunjang terwujudnya tujuan nasional.

32
b. Penggunaan tanah di daerah perkotaan telah dapat menciptakan suasana aman,

tertib, lancar dan sehat.

c. Tidak terdapat benturan kepentingan antarsektor dalam peruntukan penggunaan

tanah.

4.Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

Merupakan upaya untuk menghindarkan kerusakan tanah, memulihkan

kesuburan tanah dan menjaga kualitas sumber daya alam serta pencegahan

pencemaran tanah yang dapat menurunkan kualitas tanah dan lingkungan hidup, baik

karena alam atau tingkah laku manusia.

Tertib yang diharapkan adalah suatu keadaan di mana:

a. Penanganan bidang pertanahan telah dapat menunjang upaya pengelolaan

kelestarian lingkungan hidup.

b. Pemberian hak atas tanah dan pengarahan penggunaannya telah dapat menunjang

terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

c. Semua pihak yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah telah

melaksanakan kewajiban sehubungan dengan pemeliharaan tanah tersebut.

(sumber: Modul Konsep Dasar Administrasi dan Administrasi Pertanahan oleh

Purwaningdyah MW, S.H., M.Hum dan Drs. Agus Wahyudi)

33
2.1.6 Kebijakan dibidang Pertanahan

Kebijakan dalam pertanahan dipaparkan dalam Kebijakan Pengelolaan

Pertanahan Nasional yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) pada tahun 2013, yang tertuang dalam rencana jangka panjang dengan

penjabaran sebagai berikut:

Rencana Tindak Jangka Panjang dalam pengelolaan Pertanahan Nasional meliputi

beberapa kegiatan yang waktu pelaksanaannya mencapai 8—10 tahun pelaksanaan.

Terdapat beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan jangka panjang.

(1) Kebijakan Sistem Pendaftaran Tanah Stelsel Positif

 Sertifikasi Tanah Hutan

Dalam upaya perubahan rezim pendaftaran tanah, selain perlu

dilakukansertifikasi terhadap tanah nonhutan, juga perlu

dilaksanakanpendaftaran/sertifikasi tanah hutan.Hal ini dimaksudkan agar batas

tanah hutandengan tanah budi daya nonhutan dapat terlihat dengan jelas sehingga

tidak adalagi penggunaan tanah hutan oleh masyarakat yang kemudian

rentanmenimbulkan konflik.Pelaksanakan kegiatan ini dilakukan dalam kurun

waktuyang cukup lama, yaitu 10 tahun dan dilaksanakan oleh BPN,

KementerianKehutanan dan Bappenas.

 Percepatan Peta Dasar Pertanahan

Untuk mendukung pelaksanaan perubahan sistem pendaftaran tanah terdapat

langkah teknis yang perlu dilakukan, salah satunya adalah percepatan penyusunan

34
peta dasar pertanahan. Mengingat masih minimnya ketersediaan peta dasar

pertanahan saat ini, pelaksanaan kegiatan tersebut perlu dilakukan dalam waktu yang

lama, yaitu 12 tahun untuk dapat diperoleh cakupan peta dasar pertanahanyang

memadai untuk dilakukannya sistem pendaftaran tanah stelsel positif.Adapun

pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh BPN dibantu oleh Bappenas.

 Percepatan Sertifikasi Tanah

Di samping percepatan pembuatan peta dasar pertanahan, hal lain yang

mendasardalam rangka perubahan sistem pendaftaran tanah adalah percepatan

sertifikasitanah. Percepatan sertifikasi tanah ini perlu dilakukan untuk mencegah

kerugiannegara dalam penjaminan kepemilikan tanah masyarakat apabila

diterapkansistem pendaftaran tanah stelsel positif.Pelaksanaan kegiatan ini

membutuhkanwaktu cukup lama, yaitu 12 tahun dengan pertimbangan masih

rendahnya jumlahbidang tanah yang telah bersertifikat.Adapun pelaksana teknis

dalam kegiatan iniadalah BPN dibantu oleh Bappenas. (Kebijakan Pertanahan

Nasional, Bappenas 2013)

2.1.7 Teori Efektivitas

Efektivitas merupakan harapan dari setiap berjalannya proses agar berjalan

sesuai dengan tujuan awal, tepat sasran dan mendapatkan hasil sesuai harapan. Suatu

organisasi ataupun suatu program dikatakan efektif apabila mampu berjalan dengan

baik, tepat pada sasaran dan memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai

penerima pelayanana.Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif

adalah efektivitas. Menurut Effendy (2008:14) menjelaskan efektivitas adalah

35
”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan

biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang

ditentukan”Selain itu, Kurniawan (2005:109) mendefinisikan efektivitas adalah

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program ataumisi)

daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekananatau ketegangan

diantara pelaksanaannya.

Hidayat dalam Rizky (2011:1) juga menjelaskan efektivitasadalah suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah

tercapai.Dimana makin besar persentase targetyang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya.

Pendapat lain juga menjelaskan Efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapajauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut

menyatakan bahwa efektivitasmerupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran

seberapa jauh targetyang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi

dapat tercapai.Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau

organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yangdicapai oleh

suatu lembaga atau organisasi itu sendiri(Sedarmayanti, 2006:61).

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya “Manajemen Kinerja

SektorPublik” mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas

merupakanhubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi

(sumbangan) outputterhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,

program atau kegiatan”(Mahmudi, 2005:92). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa

36
efektivitas mempunyaihubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin

besar kontribusi output,maka semakin efektif suatu program atau kegiatan.

Dari beberapa pengertian menurut pendapat ahli mengenai pengertian

efektivitas itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran

yang dapat menjelaskan apakah suatu kinerja organisasi atau program sudah berjalan

dengan maksimal dan sesuai apa yang diharapkan.

Menurut Campbell J.P.(1989:121) dalam Starawaji (2009) bahwa terdapat

cara pengukuran efektifitas secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagi

berikut :

1. Keberhasilan program

Efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampun operasional

dalammelaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang

telahditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat di tinjau dari proses

danmekanisme suatu kegiatan dilakukan dilapangan.

2. Keberhasilan sasaran

Efektifitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan dengan memusatkanperhatian

terhadap aspek output, artinya efektifitas dapat diukur dengan seberapajauh tingkat

output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapaitujuan yang

telah ditetapkan.

37
3. Kepuasan terhadap program

Kepuasan merupakan kriteria efektifitas yang mengacu pada keberhasilanprogram

dalam memenuhi kebutuhan pengguna.Kepuasan dirasakan oleh parapengguna

terhadap kuliatas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitasproduk dan

jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,

maka dapat menimbulkan keuntungan bagi lembaga

4. Tingkat input dan output

Pada efektifitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandingan antara

masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka

dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat

dikatakan tidak efisien.

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan.Dalam hal

ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program

dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan operasionalnya dalam

melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,

secara komprehensif, efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya

(Campbell, 1989:47).

38
e. Pencapaian tujuan menyeluruh.

Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan.Dalam hal

ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program

dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan operasionalnya dalam

melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,

secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya

(Campbell, 1989:47).

Steers dalam Halim menjelaskan bahwa efektivitas sebagai ukuran seberapa

jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.Menurut pendapat

David Krech, Richard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballacheydalam Danim (2012 :

119 – 120) menyebutkan indikator efektivitas sebagaiberikut :

1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan

Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, programatau

kegiatan.Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio)antara masukan

(input) dengan keluaran (output), usaha dengan hasil,persentase pencapaian program

kerja dan sebagainya.

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh

Ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlahatau

banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3. Produk kreatif

39
Penciptaan hubungan kondisi yang kondusif dengan dunia kerja,

yangnantinya dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan.

4. Intensitas yang akan dicapai

Memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu,dimana

adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.

Pendapat di atas dijelaskan bahwa ukuran efektivitas harus dilihat dariperbandingan

antara masukan dan keluaran, tingkat kepuasan yang diperoleh,Penciptaan hubungan

kerja yang kondusif serta adanya rasa saling memiliki yangtinggi.Rasa memiliki

yang tinggi tersebut bukan berarti berlebihan.

Makmur(2011:7-9) mengungkapkan indikator efektivitas dilihat dari beberapa

segi kriteriaefektivitas, sebagai berikut :

1. Ketepatan waktu

Waktu adalah sesuatu yang dapat menentukan keberhasilan sesuatukegiatan

yang dilakukan dalam sebuah organisasi tapi juga dapat berakibatterhadap kegagalan

suatu aktivita s organisasi. Penggunaan waktu yangtepat akan menciptakan

efektivitas pencapaian tujuan yang telahditetapkan sebelumnya.

2. Ketepatan perhitungan biaya

Berkaitan dengan ketepatan dalam pemanfaatan biaya, dalam arti

tidakmengalami kekurangan juga sebaliknya tidak mengalami kelebihanpembiayaan

sampai suatu kegiatan dapat dilaksanakan dan diselesaikandengan baik.Ketepatan

dalam menetapkan satuan – satuan biayamerupakan bagian daripada efektivitas.

3. Ketepatan dalam pengukuran

40
Dengan ketepatan ukuran sebagaimana yang telah ditetapkan

sebelumnyasebenarnya merupakan gambaran daripada efektivitas kegiatan

yangmenjadi tanggung jawab dalam sebuah organisasi.

4. Ketepatan dalam menentukan pilihan.

Menentukan pilihan bukanlah suatu persoalan yang gampang dan jugabukan

hanya tebakan tetapi melalui suatu proses, sehingga dapatmenemukan yang terbaik

diantara yang baik atau yang terjujur diantarayang jujur atau kedua-duanya yang

terbaik dan terjujur diantara yang baik dan jujur.

5. Ketepatan berpikir

Ketepatan berfikir akan melahirkan keefektifan sehingga kesuksesan

yangsenantiasa diharapkan itu dalam melakukan suatu bentuk kerjasama

dapatmemberikan hasil yang maksimal.

6. Ketepatan dalam melakukan perintah.

Keberhasilan aktivitas suatu organisasi sangat banyak dipengaruhi oleh

kemampuan seorang pemimpin, salah satunya kemampuan memberikan perintah

yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan. Jika perintah yang diberikan tidak

dapat dimengerti dan dipahami maka akan mengalami kegagalan yang akan

merugikan organisasi.

7. Ketepatan dalam menentukan tujuan

Ketepatan dalam menentukan tujuan merupakan aktivitas organisasi untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang ditetapkan

41
secara tepat akan sangat menunjang efektivitas pelaksanaankegiatan terutama yang

berorientasi kepada jangka panjang.

8. Ketepatan ketepatan sasaran

Penentuan sasaran yang tepat baik yang ditetapkan secara individumaupun

secara organisasi sangat menentukan keberhasilan aktivitasorganisasi. Demikian

pula sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan itukurang tepat, maka akan

menghambat pelaksanaan berbagai kegiatan itusendiri.

Berdasarkan uraian indikator efektivitas oleh Makmur di atas intinya dapat

dilihat bahwa efektivitas merupakan suatu pengukuran dalam tercapainya sasaran

atautujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan ukuran-ukuran

ketepatan efektivitas dimana suatu target atau sasaran dapat tercapai sesuaidengan

apa yang telah direncanakan. Sedangkan Richard M. Steers dalamTangkilisan (2005)

menggungkapkan ada 3 indikator dalam efektivitas. Iamengatakan indikator

efektivitas sebagai berikut :

1. Pencapaian tujuan

Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuanakhir

semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian

bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan

terdiri dari 2 sub-indikator, yaitu : kurunwaktu dan sasaran yang merupakan target

kongkret.

42
2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasiuntuk mengadakan sosialisasi atau komunikasi dan

pengembangankonsensus. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan program dengan

keadaan di lapangan.

2.1.8 Pengertian Program

Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan

atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran

yang sama.Biasanya suatu program mencakup seluruh kegiatan yang berada di

bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling bergantung dan

saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan atau

berurutan (Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo, 2009: 349. Manajemen

Pendidikan)

2.1.9 Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Berdasarkan Peraturan Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional No. 12 Tahun 2017 mengenai Percepatan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap PTSL.Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya

43
disebut PTSL adalah kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang dilakukan

secara serentak bagi semua obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik

Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat

dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data

yuridis mengenai satu atau beberapa obyek Pendaftaran Tanah untuk keperluan

pendaftarannya. Tujuan dari PTSL sendiri diatur dalam pasal 2 ayat 2 Peraturan

Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 12 Tahun

2017 mengenai Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah

untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas

Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan

terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mengurangi dan mencegah

sengketa dan konflik pertanahan.

Ruang lingkup percepatan pelaksanaan program PTSL adalah dilaksanakan di

desa demi desa di wilayah kabupaten dan kelurahan demi kelurahan di wilayah

perkotaan yang meliputi semua bidang tanah di seluruh wilayah Republik

Indonesia.Dengan waktu sampai dengan penertiban sertifikat selama 98 hari

terhitung sejak dikumpulkannya berkas persyaratan pendaftaran tanah pertama kali.

PTSL sendiri baru diterapkan pada tahun 2017, yang disubyekkan ditujukan

untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dan menengah dengan pembiayaan yang

ditanggung oleh APBN dan dialokasikan kedalam DIPA-BPN RI. Hanya saja untuk

biaya materai, pembuatan dan pemasanagan patok tanda batas, Bea Perolehan Hak

44
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak

Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi yang terkena ketentuan perpajakan menjadi

beban kewajiban peserta program.

Berdasarkan teori yang sudah dijabarkan diatas, dalam penelitian mengenai

Efektivitas Pembuatan Sertifikat Tanah melalui Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) di Kelurahan Duri Kosambi Jakarta Barat menggunakan teori

Efektivitas ProgramMenurut Campbell J.P.(1989:121) dalam Starawaji (2009). Yang

menjabarkan bahwa terdapat cara pengukuran efektifitas secara umum dan yang

paling menonjol adalah sebagi berikut :

1. Keberhasilan program

Efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampun operasional

dalammelaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang

telahditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat di tinjau dari proses

danmekanisme suatu kegiatan dilakukan dilapangan.

2. Keberhasilan sasaran

Efektifitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan dengan memusatkanperhatian

terhadap aspek output, artinya efektifitas dapat diukur dengan seberapajauh tingkat

output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapaitujuan yang

telah ditetapkan.

3. Kepuasan terhadap program

Kepuasan merupakan kriteria efektifitas yang mengacu pada keberhasilanprogram

dalam memenuhi kebutuhan pengguna.Kepuasan dirasakan oleh parapengguna

45
terhadap kuliatas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitasproduk dan

jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,

maka dapat menimbulkan keuntungan bagi lembaga

4. Tingkat input dan output

Pada efektifitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandinganantara

masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka

dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat

dikatakan tidak efisien.

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Sejauhmana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan.Dalam hal ini

merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program

dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan operasionalnya dalam

melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,

secara komprehensif, efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya

(Campbell, 1989:47).

e. Pencapaian tujuan menyeluruh.

Sejauhmana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan.Dalam hal ini

merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program

dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan operasionalnya dalam

46
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,

secara komprehensif, efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya

(Campbell, 1989:47).

2.2 Penelitian Terdahulu

Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian ini, Peneliti cantumkan

beberapa hasil penelitian terlebih dahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis

baca diantaranya :

1. Skripsi Devvi Nurvica (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) tahun 2016.

Yang mengangkat judul “Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Melalui

Proyek Nasional Agraria”. Metode dalam penelitian ini menggunakan

metode kualitatif, persamaan dengan penelitian yang peneliti buat adalah

penelitian ini meneliti tentang Pelaksanaan sertipikat melalui program

pemerintah. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kantor pertanahan

Kabupaten Tangertang dalam mengurusi sertipikasi melalui Proyek Nasional

Agraria masih belum optimal.

2. Skripsi Najiah (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) pada tahun 2013. Yang

mengangkat judul ‘Efektivitas Relokasi Pasar Ciomas Kabupaten Serang

Tahun 2012”. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kunatitatif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti yakni

47
mengukur efektivitas kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

penertiban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relokasi pasar ciomas masih

kurang efektif.

3. Skripsi Eka Rahayu (Universitas Hasanuddin) tahun 2015 yang mengangkat

judul “ Strategi Pelayanan Sertifikat Tanah pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Pinrang”. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode

Kualitatif. Persamaan dengan penelitian yang peneliti buat yakni unruk

mengetahui bagaiaman mengenai pembuatan sertifikat tanah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa strategi pelayanan pada Kantor Pertanahan

KabupatenPinrang sudah berjalan dengan baik, meskipun pelaksanaannya

belum bisadikategorikan secara maksimal.

2.3 Kerangka Berpikir

Jaminan atas hak kepemilikan tanah yang kuat menjadi hak bagi semua

masyarakat, hal ini harus dibuktikan dengan bukti tertulis berupa sertifikat tanah.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 yang

mengamatkan seluruh sumber daya di Negara digunakan untuk kemakmuran

rakyatnya. Pelayanan publik yang diselenggarakan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan masyarakat adalah kewajiban dari pemerintah sesuai yang

diamanatkan undang-undang baik pelayanan barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif. Pelayanan pemerintah dari segi administratif pertanahan saat ini masih

menjadi masalah dikalangan masyarakat.Tingginya biaya pembuatan sertifikat dan

48
lamanya waktu untuk memprosesnya membuat masyatrakat enggan untuk

mendaftarkan tanah miliknya.Hadirnya Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) mulai tahun 2017 patut kita amati bagaimana susksesnya program

tersebut dalam menangani masalah sertipikasi di kalangan masyarakat. Sebab pada

dasarnya masyarakat berhak atas pelayanan yang prima dan tanpa

diskriminasi.Program tersebut dikatakan berhasil dan efektif apabila sudah

memenuhi beberapa indikator efektivitas. Dalam penelitian ini yakni menggunakan

indikator efektivitas program Menurut Campbell J.P.(1989:121) dalam Starawaji

(2009) bahwa terdapat cara pengukuran efektifitas secara umum dan yang paling

menonjol adalah sebagi berikut :

1. Keberhasilan program

Efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampun operasional

dalammelaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang

telahditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat di tinjau dari proses dan

mekanisme suatu kegiatan dilakukan dilapangan.

2. Keberhasilan sasaran

Efektifitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan dengan memusatkanperhatian

terhadap aspek output, artinya efektifitas dapat diukur dengan seberapajauh tingkat

output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapaitujuan yang

telah ditetapkan.

3. Kepuasan terhadap program

49
Kepuasan merupakan kriteria efektifitas yang mengacu pada keberhasilanprogram

dalam memenuhi kebutuhan pengguna.Kepuasan dirasakan oleh parapengguna

terhadap kuliatas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitasproduk dan

jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,

maka dapat menimbulkan keuntungan bagi lembaga

4. Tingkat input dan output

Pada efektifitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandinganantara

masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka

dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat

dikatakan tidak efisien.

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Sejauhmana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan.Dalam hal ini

merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program

dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan operasionalnya dalam

melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,

secara komprehensif, efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya

(Campbell, 1989:47).

e. Pencapaian tujuan menyeluruh.

Sejauhmana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan.Dalam hal ini

merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

50
menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program

dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan operasionalnya dalam

melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,

secara komprehensif, efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya

(Campbell, 1989:47).

Namun masih terdapat kendala yang belum mampu berjalan dengan optimal,

yakni masih banyaknya npenumpukan berkas persyaratan yang masyarakat ajukan

sebagai syarat mengikuti PTSL, belum adanya kejelasan kapan sertifikat akan

diterbitkan, banyaknya pungutan liar yang justru memberatkan masyarakat padahal

PTSL ini ditujukan untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dan menengah

dengan kategori yang sudah ditetapkan. Transparansi pun masih dinilai kurang

dalam perjalanan proses pembuatan sertifikat melalui PTSL ini, khususnya di

Kelurahan Duri Kosambi Jakarta barat.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan fakta yang masih menyimpang dari

teori, dan dalam kerangka berpikir peneliti gambarkan dalam bagan berikut:

51
Pembuatan Sertifikat Melalui
Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap di Kelurahan Duri
Kosambi, Jakarta Barat

Masalah: Teori indikator oengukuran

1. Kurang adanya sosialisasi dari Efektivitas Program, Menurut


pihak kelurahan setempat. (Campbell & Campbell, 1990)

2. Tidak adanya kejelasan kapan Pengukuran efektivitas secara


pembuatan sertifikat akan selesai umum danyang paling menonjol
dan diterbitkan adalah:
3. banyaknya pungutan liar, a. Keberhasilan proggram
padahal program tersebut sudah b. Keberhasilan sasaran
diringankan dan dibiayai oleh
c. Kepuasan terhadap program
APBN untuk meringankan
masyarakat golongan ekonomi d. Tingkat input dan output
lemah dan menengah e.Pencapaian tujuan menyeluruh
4. Kurangnya transparansi dari
pihak Lembaga Musyawarah
Kelurahan (LMK) yang 1. Terwujudnya pemberian
melaksanakan PTSL di tingkat penjaminan hak kepemilikan atas
kelurahan tanah untuk masyarakat agar
masyarakat merasa lebih
terjamin.

2. Terwujudnya penataan ruang


dan pemanfaatan lahan yang
sesuai sehingga memberikan
dampak masyarakat yang
makmur dan sejahtera

Gambar 2.2.1

Kerangka Berfikir Penelitian.

52
2.4. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan Hipotesis deskriptif yakni jawaban

sementara terhadap rumusan masalah deskriptif.Hipotesis Deskriptif adalah dugaan

terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat

beberapa kategori.Hipotesis deskriptif ditinjau dari pengamatan lapangan,

pengumpulan data lapangan, dan deskripsi teori yang digunakan sebagai dasar

argumentasi dalam penelitian. Dengan hipotesis, penelitian menjadi lebih terarah

dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di

lapangan, baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.

(Arikunto, Suharismi. Op.Ci: 66).

Berdasarkan data dan fakta dilapangan yang peneliti temukan sefrta

berdasarkan kerangka verfikir, maka peneliti merumuskan hipotesis kerja (Ha) dan

hipotesis nol (H0 ) dalam penelitian ini yakni:

Ha : µ < 65%

“Efektivitas Pembuatan sertifikat Tanah Melalui Pendaftaran tanah Sistematis

Lengkap atau PTSL di kelurahan Duri Kosambi Jakarta barat pada tahun 2017

paling tinggi mencapai 65% dari ideal”.

H0 : µ ≥ 65 %

“Efektivitas Pembuatan sertifikat Tanah Melalui Pendaftaran tanah Sistematis

Lengkap atau PTSL di kelurahan Duri Kosambi Jakarta barat pada tahun 2017

tercapai melebihi 65%.

53
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif bersifat

desriptif.Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

metode penelitian yang berlandaskan terhadap filsafat positivisme, digunakan dalam

meneliti terhadap sample dan pupulasi penelitian, tehnik pengambilan sample

umunya dilakukan dengan acak atau random sampling, sedangkan pengumpulan data

dilakukan dengan cara memanfaatkan instrumen penelitian yang dipakai, analisis

data yang digunakan bersifat kuantitatif/bisa diukur dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Nazir (1988: 63) metode deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.Sedangkan Menurut

Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

yang tepat. Selain itu, menurut siregar(2010:107) mengemukakan bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri.

Baik satu variable ataupun lebih (independent).Analisis deskriptif ini dilakukan

dengan pengujian hipotesis deskriptif.Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis

penelitian dapat digeneralisasikan atau tidak.Berdasarkan beberapa teori tersebut,

54
penelitian kuantitatif deskriptif merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi

penelitian dianalisis sesuai dengan metode yang dilakukan.Selain itu, penelitian

kuantitatif digunakan untuk menjaga nilai keobjektifan hasil penelitian.

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian

Fokus pembahasan dalam penelitian ini yaitu terkait efektivitas pembuatan

Sertifikat Tanah Melalui Pendaftaran tanah Sistematis Lengkap di Kelurahan Duri

Kosambi, Jakarta Barat.

3.3. Lokasi Penelitian

Tempat (locus) penelitian adalah di kelurahan Duri Kosambi, Jakarta

Barat.kelurahan Duri Kosambi, Jakarta Barat adalah salah satu kelurahan yang

terletak di kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Kelurahan ini memiliki luas

wilayah (503ha) dengan jumlah penduduk 40.044 jiwa dan 16.204 KK. Pada tahun

2017, kelurahan Duri Kosambi menyelenggarakan pembuatan sertifikat tanah untuk

masyarakat didalamnya dengan memanfaatkan Pendaftaran tanah Sistematis

Lengkap (PTSL)

3.4 Variabel penelitian

Variabel penelitian, pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

55
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Direktorat Pendidikan Tinggi,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) menjelaskan bahwavariabel

penelitian ialah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah yang akan memberikan gambaran tentang konsep

dari variabel yang akan diteliti menurut peneliti berdasarkan kerangka teori yang

digunakan. Definisi konseptual dalam penelitian ini yakni terkait dengan hal

dibawah ini:

1. Efektivitas.

Efektivitas merupakan harapan dari setiap berjalannya proses agar berjalan

sesuai dengan tujuan awal, tepat sasran dan mendapatkan hasil sesuai harapan. Suatu

organisasi ataupun suatu program dikatakan efektif apabila mampu berjalan dengan

baik, tepat pada sasaran dan memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai

penerima pelayananan. Konsep efektivitas dalam penelitian ini menitikberatkan pada

bagaimana perkembangan kepemilikan sertifikat di kalangan masyarakat semenjak

diadakannya percepatan pendaftaran tanah melalui PTSL, selain itu dalam rangka

mewujudkan tertib administrasi pertanahan dan menargetkan hingga tahun 2025

sudah seluruh tanah disertifikasi.

2. Program

Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan

atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran

56
yang sama. Dalam penelitian ini terkait dengan program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) yang merupakan wadah pembuatan sertifikat

masyarakat.

3. Efektivitas Program

Dapat ditarik kesimpulan, berdasarkan teori diats. Efektivitas program adalah

kegiatan suatu unit organisasi yang setiap berjalannya proses diharapkan dapat

sesuai dengan tujuan awal, tepat sasaran dan mendapatkan hasil sesuai harapan

masyarakat. Dalam penelitian ini dikonsepkan untuk meneliti sejauh mana

efektivitas program yang sudah berjalan yakni program PTSL dalam pembuatan

sertifikat tanah di lokasi penelitian.

3.4.2 Definisi Operasional

Untuk menjabarkan definisi konseptual dalam penelitian ini, maka peneliti

selanjutnya menjabarkan kembali bagaimana penelitian ini akan dilakukan melalui

definisi operasional. Definisi Operasional dalam penelitian ini yakni melalui

observasi langsung dan tidak langsung, dalam penelitian ini, menggunakan satu

variable, yakni variable dalam penelitian kuantitatif deskriptif yang bersifat mandiri

dan hanya menggunakan satu variabel , tidak berbentuk perbandingan ataupun

hubungan antara dua variabel atau lebih.

57
Variabel indikator efektivitas program Menurut Campbell J.P.(1989:121)

dalam Starawaji (2009) bahwa terdapat cara pengukuran efektifitas secara umum

dan yang paling menonjol adalah sebagi berikut :

1. Keberhasilan program.

Keberhasilan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dalam

penelitian ini akan peneliti lihat sejauh mana program tersebut dalam

pelaksanaannya dikatakan berhasil dengan melihat petunjuk teknis (juknis) kegiatan

PTSL itu sendiri kemudian bandingkan dengan pelaksanaan di lapangan.

2. Keberhasilan sasaran.

Keberhasilan sasaran dalam pelaksanaan PTSL dalam penelitian ini, peneliti

melihat dari sudut pandang masyarakat yang mengikuti program ini apakah sudah

sesuai dengan konsep dasar PTSL yakni untuk masyarakat yang melakukan

pendaftaran tanah untuk pertama kali.

3. Kepuasan terhadap program

Kepuasaan terhadap program PTSL dalam penelitian ini, terkait kepada

bagaimana kepuasan masyarakat dalam pelaksaan program PTSL ini.Peneliti ingin

melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program PTSL ini baik dilihat dari

sisi waktu pelaksanaan, biaya pelaksanaan, pelayanan petugas, ataupun keadilan

dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat.

4. Tingkat input dan output.

Pada efektivitas tingkat input dan output, dapat dilihat dari

perbandinganantara masukan (input) dengan keluaran (output). Dalam penelitian ini,

58
peneliti akan melihat berapa jumlah masyarakat yang mendaftarkan tanahnya untuk

memperoleh sertifikat melalui PTSL ini, dengan jumlah sertifikat yang sudah

berhasil diterima.

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Ditinjau dari tujuan Program PTSL yang diatur dalam peraturan Menteri

Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2017

tentang percepatan PTSL yakni untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan

perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat,

lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mengurangi

dan mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Maka peneliti akan melihat

bagaimana program PTSL ini berjalan, apakah sudah mampu mencapai tujuan

tersebut dan pada tujuan akhirnya untuk mensejahterakan masyarakat karena

kepemilikan atas hak tanah.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam menggunakan metode penelitian kuantitatif, tentunya sangat berbeda

dengan penelitian kualitatif. Dimana dalam penelitian kualitatif yang menjadi

instrument utama dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri, sedangkan dalam

penelitian kuantitatif umumnya peneliti menggunakan instrument atau alat ukur

untuk mengumpulkan data. Instrument penelitian digunakan untuk menilai variabel

yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan variabel mandiri yaitu

efektivitas program.Skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

59
ini yakni menggunakan Skala Likert. Menurut Siregar (2010:138), skala Likert

adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.

Siregar (2010:140) menambahkan, dalam alternatif jawaban pada Skala Likert

tidak hanya bergantung pada jawaban setuju atau penting. Alternative jawaban dapat

menggunakan apapun sepanjang itu mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang

tentang suatu objek jawaban baik, senang, tinggi, puas dan lain-lain.Skala Likert

menggunakan jawaban dari setiap item instrument ini dengan menetapkan bobot

jawaban terhadap tiap tiap item serta mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif. Dengan Skala likert, maka variabel yang akan di ukur akan di

jabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian,indikator tersebut dijadikan tolak

ukur untuk menyusun item item instrument dalam bentuk pertanyaan. Untuk

keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari setiap instrument di beri skor,

yakni sebagai berikut:

Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak setuju 1
Tabel 3.5.1 Skoring/Nilai

Sumber: Peneliti 2018

Untuk memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data, maka peneliti

membuat pengembangan instrument berupa kisi-kisi instrumen sebagai acuan dalam

mengumpulkan data di lapangan. Dengan kisi-kisi sebagai berikut:

60
Variabel subvariabel Indikator No.Item

Instrumen
Variabel Keberhasilan Kesesuaian 1,2,3,4,5.

Efektivitas program pelaksanaan

Program menurut program PTSL

Campbell dengan Petunjuk

(1989:47) teknis (juknis)

Keberhasilan a. cara penyaluran 6,7,8

sasaran program PTSL


Kepuasan a. Kemudahan 9,10,11,12,13,14,

terhadap Prosedur pelayanan 15,16,17,

program pelayanan 18,19,20,21,22

b. Persyaratan

Pelayanan, yaitu

persyaratan teknis

dan administratif

yang diperlukan.

c. Kejelasan

petugas

d. Kedisiplinan

petugas

61
e. Tanggung jawab

petugas pelayanan.

f. Kemampuan

petugas pelayanan

g. Kecepatan

pelayanan.

h. Keadilan

mendapatkan

pelayanan

i. Kesopanan dan

keramahan

petugas,

menghormati.

j. Kewajaran biaya

pelayanan.

k. Kepastian biaya

pelayanan .

l.Kepastian jadwal

pelayanan .

m. Kenyamanan

lingkungan.

62
n. Keamanan

Pelayanan

Tingkat Input a. Kesesuaian 23,24

dan output berkas pendaftar

dengan sertifikat

PTSL .

b. peningkatan

jumlah tanah

tersertifikasi.
Pencapaian a. transparansi 25,26,27

tujuan b. keadilan

menyeluruh c. akuntabilitas

Tabel 3.5.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Sumber: peneliti, 2018.

Dalam penelitian kuantitatif umumnya peneliti menggunakan instrument atau alat

ukur untuk mengumpulkan data.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa kuesioner, studi dokumentasi, dan pengamatan.

1. Kuesioner/angket

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member

seperangkat pertanyatan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

dengan alternatif jawaban yang sesuai dengan aspirasi,persepsi,sikap,keadaan atau

63
pendapat pribadinya.Data yang akan diperoleh akan lebih efisien apa bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan di ukur dan tahu apa yang diharapkan.

2. Studi dokumentasi

Pengumpulan data yang di peroleh melalui pengumpulan peraturan. Undang

Undang, Laporan Laporan ,catatan serta dokumen-dokumen yang relevan mengenai

masalah penelitian ini.

3.Studi literatur atau studi perpustakaan

Pengumpulan data di peroleh dari berbagai referensi yang relevan mengenai

penelitian ini berdasarkan teks books maupun jurnal ilmiah.

4.Pengamatan atau observasi

Dalam penelitian ini pengamatan atau observasi yang di lakukan adalah non

partisipan, di mana peneliti tidak terlibat hanya sebagai pengamat indenpenden.

Beberapa sumber data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya (sampel atau

responden) dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu. Data primer

dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara tidak terstruktur.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua, yang dapat berbentuk

buku-buku ilmiah, dokumen administrasi, atau bahan lain yang sudah merupakan

data hasil olahan yang digunakan sebagai data awal maupun data pendukung dalam

penelitian.

3.6 Populasi Dan Sampel Penelitian.

64
Menurut Bungin (2009:99) berpendapat bahwa keseluruhan (universum) dari

objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,

gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup, dan sebagainya, sehingga objek –objek ini dapat

berupa sumber data penelitian.

Sedangkan Sugiyono (2009: 80-81) menjelaskan populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek / subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Jika dilihat dari sumbernya, populasi dalam penelitian ini menggunakan

populasi terbatas yaitu populasi yang memiliki sumber daya yang jelas-jelas

batasannya secara kuantitatif (Bungin: 2009:99). Adapun populasi dari penelitian ini

adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Duri Kosambi yang pernah mengikuti

program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap dalam membuat sertifikat tanah

mereka. Berdasarkan wawancara dengan bapak Ketua LMK Kelurahan Duri

Kosambi Jakarta Barat, kemudian diperoleh data sebagai berikut:

Berkas Masuk Terinput di Kantor Pertanahan Nasional

Jakarta Barat
680 berkas masuk 530 berkas sudah disetorkan
Tabel 3.6.1 data pendaftar yang mengikuti PTSL 2017 di Kelurahan Duri

Kosambi, Jakarta Barat

Sumber data: peneliti, 2018

65
Ada sebanyak 530 warga yang tersebar di 14 RW yang berkasnya sudah diserahakan

untuk mengikuti program PTSL untuk pendaftaran tanah pertama kali mereka pada

tahun 2017, untuk sisa berkas sebanyak 150 yang masih ada di Kelurahan belum

diserahkan ke Kantor Pertanahan dikarenakan belum kelengkapannya administrasi

sehingga total keseluruhan warga yang mengikuti pembuatan sertifikat melalui PTSL

di tahun 2017 yakni sebanyak 680 warga.

Dalam pengambilan sampel, menggunakan teknik sampling yang akan

digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:82), teknik sampel pada

dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu sampel acak (probability sampling) dan

sampel tak acak (non-probability sampling).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel acak (probability sampling),

dimana teknik ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling.

Teknik proportional random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

semua individu dalam populasi baik secara individu atau bersama-sama diberi

kesempatan untuk dipilih menjadi sampel.

Adapun cara untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini

menggunakan rumus Taro Yamane dengan taraf kesalahan atau tingkat presisi 10%

sebagai berikut:

n= N

N. (d2) + 1

66
Keterangan:

n = banyaknya unit sampel

N = banyaknya populasi

d2 = presisi atau tingkat kesalahan (presisi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 10%).

Berdasarkan pada rumus diatas, maka alokasi sampel yang akan digunakan pada

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

n= 680

680. (10%2) + 1

n= 680

680. (0,12) + 1

n= 680

680. (0,01) +1

n= 680

6,8 + 1

n= 680

67
7,1

n= 95,77 dibulatkan menjadi 96.

Dengan metode perhitungan diatas, maka yang akan menjadi sampel adalah

sebanyak 96 responden.

Kemudian untuk memperoleh alokasi sampel tiap Rukun Warga (RW), maka

dihitung berdasarkan proporsional jumlah warga yang membuat sertifikat tanah

melalui PTSL pada tahun 2017 di kelurahan Duri Kosambi. Dihitung dengan

menggunakan metode alokasi proporsional (Nadzir, 2003 : 306) adalah sebagai

berikut:

ni = Ni.n

Keterangan:

ni = Jumlah sampel unit

Ni = populasi unit

N = populasi

n = sampel keseluruhan.

Berdasarkan rumus diatas, maka alokasi sampel dari tiap Rukun Warga (RW) yang

telah mengikuti program Pendaftaran tanah Sistematik Lengkap (PTSL) di Kelurahan

Duri Kosambi adalah sebagai berikut:

68
No RW Partisipasi masyarakat Sampe

l
1 01 41 6
2 02 45 6
3 03 69 10
4 04 57 8
5 05 47 6
6 06 42 6
7 07 40 6
8 08 40 6
9 09 65 9
10 010 71 10
11 011 41 6
12 012 37 5
13 013 48 7
14 014 37 5
Jumla 680 96

h
Tabel 3.6.2 Jumlah sampel tiap Rukun Warga (RW)

Sumber: Peneliti, 2018

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Teknik pengolahan data adalah tahapan dimana data dipersiapkan,

diklarifikasi, dan diformat kedalam aturan tertentu untuk kemudian dilakukan

analisis data.Menurut Siregar (2013: 86) pengolahandata dengan pendekatan

kuantitatif adalah suatu proses dalam memeroleh dataringkasan dengan

menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu. Pengolahandata meliputi kegiatan

sebagai berikut:a. Editting adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang

69
telahberhasil dikumpulkan dari lapangan, karena kemungkinan data yang telah

masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.

b. Coding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yangtermasuk

kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalambentuk angka-angka atau

huruf untuk membedakan antara data atauidentitas data yang akan dianalisis.

c. Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telahdiberi

kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang dibuatsebaiknya mampu

meringkas agar memudahkan dalam proses analisisdata.

Analisis penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan pendekatan analisis

kuantitatif secara deskriptif dan atau analisis kuantitatif secara inferensial. Sesuai

dengan namanya analisis deskriptif adalah analisis yang hanya akan mendeskripsikan

keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai

dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk

angka-angka sehingga memberi suatu kesan lebih mudah dipahami maknanya oleh

siapapun yang membutuhkan informasi terhadap gejala yang diamati. Statistik

deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi data angka, agar

dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala,

peristiwa atau keadaan,sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.

Dalam penelitian ini, menggunakan metode analisis deskriptif yaitu

merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian

berdasarkan sampel (Siregar 2010:221).Analisis deskriptif dilakukan dengan

pengujian hipotesis deskriptif.Hasil analisanya adalah apakah hipotesis penelitian

70
dapat digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis Ha diterima, berate hasil penelitian

dapat digeneralisasikan. Untuk menguji hipotesis deskriptif ini menggunakan uji

sebagai berikut:

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen.

Dalam penelitian, perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dengan

yang reliable.Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data

yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya. Pengujian validitas tiap butir

digunakan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor

total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Uji validitas ini menggunakan rumus

Product Moment Corelation sebagai berikut:

r= n (∑XY) – (∑X)(∑Y)

√[n(∑X2) – (∑X)2][n(∑Y2) – (∑Y)2]

Keterangan:

r = koefisien korelasi

x = skor variabel (jawaban responden)

y = skor total variabel untuk responden n

Menurut Arikunto (2002:154) “reabilitas menunjukan pada suatu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak

akan bersifat tendesius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

71
tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan

data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Jadi, reabilitas menunjukan pada

tingkat keterandalan sesuatu.Reliabel artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

alpha cronbachyaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata

interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Berikut merupakan

rumus alpha cronbach yang akan digunakan untuk menguji reabilitas dalam penelitian

ini:

Keterangan:

r11 = reabilitas instrument

n = jumlah item pertanyaan yang diuji

∑σ t2 = jumlah varians skor tiap item

Σ t2 = varians total.

72
3.8. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini merupakan tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian tentang efektivitas pembuatan sertifikat tanah melalui program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) 2017 di Kelurahan Duri Kosambi

Jakarta Barat. Dengan rincian dalam tabel jadwal penelitian sebagai berikut:

Waktu Pelaksanaan
2018
No Kegiatan Feb Mar Apr Mei
1 Observasi Awal
2 Pengajuan Judul
3 Perizinan dan Observasi Lapangan
4 Penyusunan Proposal
5 Bimbingan dan Perbaikan
6 Ujian Proposal

73
Kuesioner Penelitian
EFEKTIVITAS PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH MELALUI
PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
(PTSL) TAHUN 2017 DI KELURAHAN DURI KOSAMBI,
JAKARTA BARAT
PETUNJUK PENGISIAN

a. Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik dan seksama, kemudian

berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia bagi setiap pertanyaan

yang menurut bapak / ibu rasa paling tepat.

b. Altenatif jawaban yang tersedia terdiri dari :

SS = Sangat Setuju (4)

S = Setuju (3)

TS = Tidak Setuju (2)

STS = Sangat Tidak Setuju (1)

Profil Responden

Usia …

Jenis kelamin

Pria. Wanita.

74
Variabel Efektivitas Program. JAWABAN
N SS S KS TS STS
Indikator keberhasilan 5 4 3 2 1
O
Program
1. Sosialisasi terkait adanya

Program pembuatan sertifikat

melalui Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap
2. Arahan mengenai Pengumpulan

data Yuridis (mengenai haknya

meliputi hak yang terdapat di

atas tanah tersebut, subjek

pemegang hak, dan ada atau

tidaknya pihak lain).


3. Pemeriksaan Tanah. Yakni

terkait menggali informasi yang

meliputi kesesuaian nama dan

profesi peserta Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap.

Membandingkan keterangan

yang tertera di dalam formulir

isian inventarisasi dan

dokumen/data yuridis dengan

kesesuaian dengan kondisi

75
penguasaan, penggunaan tanah

tersebut di lapangan, serta

kesesuaian letak, batas dan luas

yang tertuang dalam data fisik

(Peta Bidang Tanah) dengan

kenyataan di lapangan oleh

petugas terkait.
4. Pengumuman hasil pemeriksaan

tanah, yang bertujuan untuk

memastikan bahwa tanah yang

diperiksa benar-benar akan

diterbitkan sertifikat. Sesuai

petunjuk teknis PTSL.


5. Penyerahan sertifikat

(dikeluarkan seteleh 98 hari

kerja sebagaimana diatur dalam

Variabe
No.peraturan pembuatan sertifikat Jawaban
oleh l Badan Pertanahan SS S KS TS STS
5 4 3 2 1
PTSL ditujukan
Nasional). diutamakan

6. untuk pendaftaran tanah pertama

kali
Menjangkau secara merata tanpa
7.
diskriminasi
8. Untuk masyarakat golongan

ekonomi lemah dan menengah


76
bebas dari pungutan yang

membebankan
Variabel Kepuasan Program JAWABAN
N SS S KS TS STS
Indikator Kpuasan 1
O 5 4 3 2
Masyarakat.
Kemudahan Prosedur
9.
pelayanan
Kemudahan Persyaratan
10.
Pelayanan
11 Kejelasan Petugas
12. Kedisiplinan Petugas Pelayanan
Tanggung Jawab Petugas
13.
Pelayanan
14. Kemampuan Petugas Pelayanan
15. Kecepatan pelayanan
Keadilan Mendapatkan
16.
Pelayanan
17. Kesopanan dan Keramahan

77
Petugas
18. Kewajaran Biaya Pelayanan
19. Kepastian Biaya Pelayanan
20. Kepastian Jadwal pelayanan
Kenyamanan Lingkungan
21.
dalam memberikan Pelayanan
22. Keamanan Pelayanan

Variabel Kepuasan program Jawaban


N SS S KS TS STS
Indikator Tingkat Input dan 1
o 5 4 3 2
Output.
Berkas yang masuk dibandingkan
23
dengan sertifikat yang diterbitkan
Jumlah tanah yang disertifikasi

24 dari sebelum dan sesudah ada

PTSL
Target dibandingkan dengan
25
realisasi pencapaian

Variabel kepuasan Program Jawaban


S STS
No Indikator Pencapaian Tujuan S KS TS
S
Menyeluruh. 5 4 3 2 1

78
26 Percepatan Kepemilikan

. Sertifikat
Memberikan sertifikat tanah
27
lebih cepat dan harga yang lebih
.
efisien untuk masyarakat

Daftar Pustaka

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Penerbit Djambatam. 2003.

Hutagalung, Arie Sukanti. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pemerintahan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008.

Lembaga bantuan Hukum Jakarta, Seperti Puing: Laporan Penggusuran Paksa di

Wilayah DKI Jakarta Tahun 2016. Jakarta: Penerbit LBH Jakarta. 2016.

Skripsi Hartining, Desy. Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota

Cilegon Dalam Mengatasi Pencemaran Udara Oleh Perusahaan di Kota Cilegon.

Serang: FISIP UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA. 2016.

Skripsi Nurfica Devvi. Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Melalui Proyek Nasional

Agraria. Serang: FISIP UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA. 2016.

Skripsi Ismail,Ismaniar. Efektivitas Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah

(LARASITA) di Kota Makassar. Makassar: FISIP UNIVERSITAS HASANUDDIN.

2013.

79
Modul Konsep Dasar Administrasi dan Administrasi Pertanahan oleh Purwaningdyah MW,

S.H., M.Hum dan Drs. Agus Wahyudi)

Soehendra, Djaka Sertifikat Tanah dan Orang Miskin. Jakarta.Biro Hukum Humas

BPPT UPTN :Jakarta., 2010

Kebijakan Pertanahan Nasional, Bappenas 2013

Website Badan Pusat Statistik DKI Jakarta.

Wawancara dengan Bapak Rahmat Gunardi: Pegawai Bagian Informasi, Kantor

Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Barat. Kantor Pertanahan Kota Administrasi

Jakarta Barat.

Wawancara dengan Bapak Suratno Widiarto: Ketua LMK di Kelurahan Duri

Kosambi.

80

Anda mungkin juga menyukai