PENDAHULUAN
peringkat ke-4 didunia yang Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk Indonesia tahun 2017 ini mencapai 261 juta jiwa.Tentunya hal ini juga
harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia dalam hal penyediaan lahan tempat
tinggal, lahan pekerjaan, pendidikan, transportasi, dan lahan strategis lainnya. Dalam
hal lahan tersebut tentunya tidak akan lepas kaitannya dengan pertanahan. Selain itu
juga, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, dimana setiap kegiatan
masyarakatnya selalu melibatkan dengan urusan tanah baik dalam hal pertanian,
peternakan, industri, dan yang lainnya.Maka, pengakuan kepemilikan hak atas tanah
saat ini menjadi hal yang sangat penting dengan itu diperlukan adanya bukti tertulis
yang diakui dan tercatat oleh lembaga Negara yang berwenang. Dalam hal ini, yakni
Badan Pertanahan Nasional yang mengurusi pembuatan surat tanda bukti hak
Pembuatan bukti hak atas kepemilikan tanah saat ini juga menjadi perhatian
penting dan menjadi bagian dari pelayanan publik dalam proses tertib administrasi di
1
transparan,tanpa diskriminasi, dan sesuai dengan sasaran atau obyektif. Bagaimana
tidak, tanpa kita sadari bersama pelayanan publik dianggap berhasil apabila berjalan
diatur menurut UU No. 25 tahun 2009. Pelayanan publik adalah kegiatan atau
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
pelayanan publik.
meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang
perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya. (Pasal 5
2
dan keterjangkauan. Dalam hal ini yakni dalam ruang lingkup sektor strategis
pendaftaran tanah.
33 ayat 3UUD 1945 menyebutkan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
Sumber daya yang ada didalamnya maka dibutuhkanlah kepastian hak untuk
masyarakat sebagai bukti memiliki sumber daya tersebut, dalam hal ini yaitu
kepastian hak atas kepemilikan tanah.Selain itu kita sadari bersama, pada hakikatnya
setiap manusia tidak bisa terlepas dari hubungan dengan tanah dari mulai manusia
(UUPA) No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria yang
bahwasanya hukum agraria nasional harus memberi peluang tercapainya fungsi bumi
dan ruang angkasa yang menjamin kepastian hukum dan harus sesuai dengan
perkembangan zaman.
dalam UUPA Pasal 19 ayat 1 yang berbunyi: “ untuk menjamin kepastian hukum hak
dan tanah oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
3
Indonesia”. Jelas dinyatakan dalam UU bahwa pendaftaran tanah merupakan
agar diikuti oleh masyarakat dengan minat dan kepuasan tentang program ataupun
melalui pendaftaran tanah baik dilakukan secara individu maupun secara massal.
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan
rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
tertentu yang membebaninya”. Kepemilikan hak atas tanah dapat dibuktikan lebih
kuat dengan adanya bukti tertulis yang diakui secara hukum dan Negara.dalam hal
ini dibuktikan dengan bukti tertulis yang biasa disebut dengan sertifikat tanah.
tanah, dalam pasal 2 ayat 1 mengatakan “Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak
yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
4
yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan”.
dilakukan dengan dua cara, yakni secara sistematik dan sporadik. Pada pendaftaran
tanah secara sistematik, inisiatif datang dari kantor pertanahan setempat. Mereka
yang mengunjungi lokasi, mendatangi para pemilik tanah dengan didampingi oleh
tanah secara sporadik yaitu inisiatif datang dari pemohon sertifikat. Pemohon akan
daftar tarif layanan jasa yang telah ditetapkan oleh BPN. Semua kegiatan
berlangsung didepan loket khusus didalam gedung kantor pertanahan. Namun cara
sporadik pun dapat dilakukan secara massal, yaitu beberapa pemilik yang tanahnya
loket khusus pada kantor pertanahan. Cara tersebut biasa disebut sebagai
“pendaftaran tanah secara sporadic secara massal” (Hermit 2004:5 dalam buku
Nasional (Bappenas) pada tahun 2013 yang menjelaskan bahwa kasus yang
5
Proporsi ini merupakan akumulasi dari paling tidak lima tipologi kasus yang
berkenaan dengan penguasaan dan pemilikan tanah, batas bidang tanah, serta
anggota masyarakat menempati posisi tertinggi (71,45%). Secara detail, kasus yang
hidup masyarakat terhadap tanah masih sangat tinggi.Di sampingitu, tampak pula
bahwa kepastian hukum hak atas tanah juga menjadi masalah yangbelum
keadilan penguasaan dan pemilikan tanah serta pemberiankepastian hukum hak atas
6
Dalam rangka tertib administrasi di bidang pertanahan khususnya bukti
kepemilikan tanah, pada tahun 2017 saat ini dalam masa kepemimpinan Negara
Indonesia dipimpin oleh Bapak Ir. H. Joko Widodo, beliau bekerjasama dengan
khususnya untuk golongan ekonomi lemah dan menengah secara serentak melalui
selanjutnya penulis sebut PTSL. Dalam data sekunder yang penulis peroleh melalui
Peraturan Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan Pertanahn Nasional No. 12
Tahun 2017 mengenai Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap PTSL yang
merupakan perubahan atas peraturan menteri agraria dan Tata Ruang /Kepala Badan
Dalam hal penelitian ini menyangkut pembuatan sertifikat yang dibuat melalui
7
ketentuan perundang-undangan.(Berdasarkan Peraturan Menteri agraria dan Tata
Dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih spesifik lagi yakni pembuatan
sertifikat secara masal atas inisiatif dari kantor pertanahan setempat untuk diikuti
oleh masyarakat yang dibiayai melalui dana APBN dari pemerintah melalui
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). PTSL sendiri merupakan bagian dari
tahun 2017, namun memiliki sistem dan persyaratan yang sama dengan PRONA
(Program Nasional Agraria). Dalam website resmi Badan Pertanahan Nasional pun
pelayanan PTSL dijelaskan melalui menu layanan pendaftaran tanah pertama kali
program PRONA.
untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau
nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan
8
kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek
Obyek pendaftaran tanah pertama kali yang dapat mengikuti PTSL adalah
meliputi: seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah hak, tanah aset
Milik Daerah, tanah desa, Tanah Negara, tanah masyarakat hukum adat, kawasan
hutan, tanah obyek landreform, tanah transmigrasi, dan bidang tanah lainnya.
2. Penyuluhan;
5. Pemeriksaan Tanah;
6. Pengumuman;
7. Pengesahan;
Hak;
9. Pembukuan Hak;
9
10. Penerbitan dan Penyerahan Sertipikat;
12. Pelaporan
2017)
1. Penyuluhan;
4. Pemeriksaan Tanah;
6. Penerbitan Sertipikat;
Sedangkan biaya materai, pembuatan dan pemasanagan patok tanda batas, Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan dari
Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi yang terkena ketentuan
Indonesia nomor 1 Tahun 2010 yang mengatur mengenai Standar Pelayanan dan
10
Pengaturan Pertanahan adalah selama 98 hari terhitung sejak berkas pemohon
diserahkan.
sama dengan pihak pemerintahan di tingkat kelurahan/ desa yang mendapatkan jatah
dasarnya pemerintah daerah lah yang lebih mengerti bagaimana kondisi geografis,
Sebagaimana dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah Daerah dalam pasal
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
Lembaga Masyarakat Kelurahan (LMK) yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai
jumlah wilayah seluas 662,33 km2 dengan rincian masing-masing kotamadya yang
11
penulis peroleh dari website Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta per tahun
Sebagai kota yang memiliki daya tarik paling tinggi untuk kaum pendatang mencari
rezeki dan penghidupan yang layak dari tahun ke tentunya membutuhkan lahan
yang tertata dan sesuai prosedur agar memberikan kemudahan dan jaminan bagi
setiap penduduk didalamnya. Selain itu pula, Jakarta sebagai Ibukota Negara
tentunya juga menjadi pusat penyelenggaraan pemerintahan baik dari segi pelayanan
publik ataupun yang lainnya.Kemudahan akses bagi dari segi transportasi ataupun
dengan Jakarta yang tentunya lebih menjadi sorotan oleh Provinsi lain.
12
Jumlah Penduduk yang padat dan terus meningkat menyebabkan masalah baru
identik dengan Ibukota Jakarta maka masalah lainnya yaitu penggunaan lahan dan
tata ruang yang belum tertata rapi.Karena kebutuhan manusia terhadap tanah dewasa
sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. Sebagaimana data jumlah
Kotamadya per 2017 bersumber dari website Badan Pusat Statistik Provinsi DKI
Persentase
Kepadatan Penduduk per km2
Kabupaten/Kota Penduduk
1 2 3
1 Kepulauan Seribu 0,23 2 683,96
2 Jakarta Selatan 21,48 15 472,17
3 Jakarta Timur 27,94 15 124,15
4 Jakarta Pusat 8,98 18 993,11
5 Jakarta Barat 24,20 19 017,92
6 Jakarta Utara 17,17 11 913,83
Jakarta Barat merupakan salah satu kota administratif yang terletak di Ibukota
DKI Jakarta,dengan luas wilayah 129,54 km2 dan memiliki 8 kecamatan yang
Kebon Jeruk, Kembangan, Palmerah, Taman Sari dan Tambora. Dari data kepadatan
penduduk melalui data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dapat kita ketahui
13
bahwa Kotamadya Jakarta Baratsebagai peringkat dua tertinggi jumlah kepadatan
membutuhkan tanah untuk tempat tinggal ataupun bekerja yang cukup luas. Namun
kembali lagi pada saat penduduk itu memiliki tanah untuk tempat tinggal ataupun
untuk jenis kegiatan usaha maka harus memiliki surat tanda bukti yang sah atau
sertifikat atas hak kepemilikan tanah tersebut.Terlebih lagi di Provinsi DKI Jakarta,
banyaknya kegiatan penertiban dan relokasi lahan ataupun tempat tinggal warga oleh
Pemerintah Provinsi setempat dalam rangka menyusun tata ruang dan kota di
Jakarta, maka kepemilikan bukti tanah yang sah menjadi hal yang sangat penting
perlu perhatian lebih. Baik dari dinas terkait maupun masyarakat sendiri.
pertanahan, yakni banyak pemukiman warga yang direlokasi dan dijadikan rumah
susun (Rusun) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri, tidak hanya itu dari
pihak pengembang swasta pun banyak yang mendirikan apartement ataupun hotel di
Dari data yang peneliti dapatkan terkait penggusuran lahan di DKI Jakarta
menurut penelitian Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada tahun 2016 dengan peta
14
Gambar 1.1 Peta sebaran penggusuran lahan di DKI Jakarta menurut survei LBH Jakarta
2016
Jakarta Pusat,39 titik penggusuran terjadi di wilayah Jakarta Selatan, dan 23 titik
taman kota, penertiban, proyek MRT, pelebaran jalan, atau jalur hijau. Pembagian
Meninjau dari kasus sengketa lahan lain yang juga terjadi di Jakarta Barat
yakni kasus yang terjadi di Cengkareng Barat yang mencuat di era mantan Gubernur
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ketika itu, Dinas Perumahan dan Gedung Pemprov
DKI Jakarta (sekarang bernama Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
15
DKI) membeli lahan tersebut dari seorang warga bernama Toeti Noezlar Soekarno
pada tahun 2015.Bagaimana bisa hal tersebut dapat terjadi, bahkan diketahui bahwa
lahan itu juga terdata sebagai milik Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan
Pangan DKI Jakarta.Karena tercatat sebagai milik dua pihak, BPK menilai ada
dari segi masyarakat sendiri, pemerintah ataupun swasta yang akan mengganti
penggunaan lahan maka dibutuhkan bukti kepemilikan yang sah dari masyarakat
agar masyarakat bisa mendapatkan ganti rugi ataupun relokasi yang sepadan.
Namun, perhatian warga yang masih rendah bahkan enggan untuk mendaftarkan
tanah miliknya dengan alasan sulitnya proses dan mahalnya pembuatan sertifikat
tanah menyebabkan kesulitan disaat adanya penggusuran lahan baik untuk direlokasi
ataupun tidak. Maka dari itu pada saat pemerintahan bapak presiden Joko widodo di
yang memiliki jumlah penduduk paling padat didalamnya, tentunya hal ini akan
Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat pada tahun 2014 yakni ada sejumlah
16
Kecamatan Cengkareng, memiliki salah satu kelurahan didalamnya yakni
selatan.Kelurahan Duri Kosambi menjadi salah satu kelurahan yang mengikuti PTSL
pada tahun 2017.Kelurahan Duri Kosambi memiliki luas wilayah sebesar 503 ha
dengan jumlah penduduk 40.044 jiwa dan 16.204 KK.Peneliti memutuskan untuk
saat mencari informasi pra penelitian yang peneliti temukan di lapangan pada saat
berkunjung ke Kelurahan tersebut untuk bertanya tahap awal mengenai PTSL pada
tanggal 7 Maret 2018 pukul 14.00 wib, dari beberapa masyarakat yang mengikuti
Program PTSL di Kelurahan Duri Kosambi tahap 1 yang sudah dilaksanakan sejak
tahun 2017 namun masih terdapat beberapa masalah yang masih dikeluhkan
masyarakat.
Pertama kurangnya sosialisasi yang diakui oleh masyarakat, saat itu penulis
melakukan perbincangan dengan Ibu Titi Suhendrawati salah seorang warga dari RW
informasi sebagai berikut “saya malah belum tahu-menahu soal adanya Program
pembuatan sertifikat tanah gratis resmi dari kelurahan sendiri, saya hanya
mendengar dari desas-desus masyarakat sekitar, sangat sayang sekali padahal banyak
warga yang ingin mengikutinya, namun kan ya karena tidak ada info resmi jadi saya
pikir itu bohongan, sayamah inginnya da kegiatan resmi sosialisasi gitu untuk
17
warga”. Selain ibu Titi penulis juga berbincang dengan Ibu Kamidah warga RW 014
Kelurahan Duri Kosambi yang menurut penuturan beliau juga hampir sama dengan
Ibu Titi, yakni sebagai berikut: “Di tempat tinggal saya juga saya tahunya kalau ada
PTSL tuh lewat tetangga dan diapun mengatakan dengan ragu dan mengajak saya
untuk mengikuti PTSL itu dengan koordinator yang ia sudah kenal. Lagi pula dalam
satu RW saja bisa beberapa orang yang mengkoordinir.Jadi tidak selalu sama
padahal satu wilayah RW”. Informasi juga penulis dapatkan dari Ketua LMK di
Kelurahan Duri Kosambi yaitu dengan Bapak Suratno Widiarto, menurut informasi
dari beliau yakni dari berkas warga yang mengajukan untuk mengikuti Program
PTSL hanya ada sekitar 530 berkas yang divalidasi untuk bisa lanjut ke tahap
kurang mengetahui persyartan yang lengkap dan benar itu harus seperti apa, selain
itu juga koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional juga membutuhkan waktu
yang lama sehingga masih banyak masalah terkait berjalannya PTSL ini sendiri”
mengikuti sejak bulan Oktober terhitung berkas sudah disetorkan namun masih ada
beberapa berkas masyarakat yang menumpuk di Kelurahan dan belum ada kejelasan
kapan selesai sehingga sertifikat dapat diterbitkan, dari informasi yang penulis
dapatkan pada saat pra penelitian pada tanggal 12 Maret 2018 dengan Bapak Nita
Aryandi salah satu warga di Kelurahan Duri Kosambi, beliau mengaku sudah
18
Kelurahan Duri Kosambi, menurut informasi dari penuturan beliau yakni sebagai
berikut “ saya sudah gak ikutan lagi itu yang bikin sertifikat gratis, soalnya udah dari
bahkan Akta Jual Beli yang asli pun sudah saya kumpulkan tapi sampai bulan Maret
ini belum ada jelasnya kapan selesai, daripada berkas saya malah lama-kelamaan
hilang tidak jelas, lebih baik saya cabut berkas saja daripada saya nanti mendapat
resiko lagi. Yang saya pikir lagi dan menambah”. Selain dari Bapak Nita Aryandi,
informasi juga penulis peroleh dari Bapak Suyadi yang juga mengikuti PTSL di
Kelurahan Duri Kosambi, menurut penuturan beliau yang penulis peroleh sebagai
berikut “ saya khawatir sertifikat tidak jadi, saya ikut di tahap awal PTSL sampai
bulan ini belum jadi juga, yang terlebih khawatir lagi saya tuh menyerahkan berkas
asli pemilik tanah yang saya miliki, saya tidak ada fotocopy salinannya dirumah.
Saya takut disalahgunakan.” Di sisi lain penulis mencoba bertanya kepada Bapak
Kotamadya Jakarta Barat. Pada 15 Maret 2018, penulis mendapat informasi dari
penuturan beliau yang penulis kutip sebagai berikut: “ PTSL 2017 tahap 1 sudah
pelaksanaannya sampai kepada masyarakat yang menjadi subyek program ini, untuk
tahun 2018 ini presiden juga akan menambahkan lagi sertifikat untuk diberikan
menyelesaikannya”. Dari informasi yang penulis peroleh dari warga dan pegawai
19
dianggap sukses dan efektiv sampai kepada warga menurut pihak Kantor Pertanahan
Sendiri, justru malah berbeda dengan fakta yang ada di lapangan.Khususnya dalam
pembuatan sertifikat tanah gratis yang dikhususkan untuk warga golongan ekonomi
telah dimintai sejumlah uang diawal pemberkasan. Menurut informasi yang penulis
dapatkan dari Ibu sulastri pada tanggal 12 Maret 2018 yang merupakan salah
seorang warga kelurahan Duri Kosambi yang mengikuti PTSL 2017 sebagai berikut:
“ saya mengikuti PTSL ini sejak tahun kemarin, saya dimintai uang sebesar
Rp.3500.000,00 dari pihak koordinator saya, setahu saya sertifikat tanah ini sedang
ada program gratis, ya memang untuk pembiayaan materai, pasang patok dan
sebagainya ditanggung warga tapi saya rasa tidak sampai sebesar itu seharusnya”.
Selain itu hal yang sama juga dirasakan oleh warga lain yaitu bapak Suyono, yang
menurut penuturan beliau sebagai berikut “kalau saya sendiri dimintai uang dimuka
sebesar Rp.1000.000,00 tapi saya dengar-dengar diwilayah lain mah juga nanti beda
lagi tergantung dari kordinator pelaksana sendiri yang berhubungan langsung dengan
kelurahan”.
seharusnya diberikan oleh setiap pemberi pelayanan publik kepada masyarakat justru
kurang diterapkan dalam program PTSL 2017 di Kelurahan Duri Kosambi tersebut.
Pada tanggal 8 Maret 2018, penulis mencoba bertanya mengenai pelaksanaan PTSL
20
2017 di Kelurahan Duri Kosambi kepada perwakilan dari Lemabaga Masyarakat
Kota di tingkat Kelurahan untuk perwakilan RW 014 yaitu Bapak Yudi, menurut
penuturan dari beliau yang penulis kutip sebagai berikut “ untuk pelaksanaan PTSL
sendiri sudah berjalan namun untuk efektivitasnya khusus untuk di RW 014 sedang
ada kasus didalamnya sehingga banyak sertifikat yang belum bisa diterbitkan. Tapi
sejauh ini sih saya mencoba meyakinkan masyarakat agar tetap tenang jika ada yang
menanyakan lebih lanjut terkait masalah apa saja yang terjadi sehingga tertundanya
tanah apalagi untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dengan adanya program
pihak yang membuat program ini belum mampu berjalan secara efektif untuk
menolong masyarakat.
surat tanah masih dianggap menyulitkan dan memakan biaya yang jumlahnya cukup
besar sehingga membuat masyarakat enggan untuk membuatkan surat atas hak
kepemilikan tanah atau sertifikat. Hal ini tentunya menjadi sebuah permasalahan
bagi pemerintah, mengingat banyaknya hak tanah yang dimiliki rakyat namun belum
terdaftar secara tertib dapat menjadi masalah baik secara administrasi maupun pada
21
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut, seberapa besar efektivitas program PTSL tersebut dalam pembuatan sertifikat
perencanaan ruang dan kota hususnya untuk warga di Kelurahan Duri Kosambi
1.2.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di uraikan beberapa masalah yang ada
yaitu:
sertifikat tersebut.
2. Tidak adanya kejelasan kapan Sertifikat tanah akan diberikan kepada warga
tersebut.
22
1.3 Batasan Masalah
PTSL, penelitian ini dibatasi yakni untuk membahas dalam ruang lingkup efektivitas
sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah bagaimana efektivitas pelaksanaan
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang sangat baik terutama bagi
peneliti sendiri dan bagi Akademi dan segala bentuk elemen yang ada di masyarakat,
1. Secara Teoris
23
Memberikan pemahaman yang lebih baik dan memberikan pandangan untuk
2.Secara Praktis
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi pihak Badan Pertanahan Nasional
masyarakat terkait pemahaman dan praktik dalam pembuatan sertifikat tanah agar
lebih berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan dan sasarannya.Selaain itu
24
BAB II
Deskripsi Teori
suatutujuan tertentu”.
sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
25
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam
dalam(Ratminto & Atik Septi Winarsih 2013), telah melakukan berbagai penelitian
yang diberikan perusahaan. beberapa kriteria yang secara garis besarnya adalah:
yangdijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan serta sesuai denganyang telah
dijanjikan.
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas daribahaya, resiko atau keragu-
raguan.
26
2.1.2 Pengertian Tanah
4. Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, batu cadas dan
sebagainya).
Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum 1994:17 yang
menyebutkan bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah “permukaan bumi, hak
atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu dari permukaan bumi, yang terbatas,
pengertian tanah berdasarkan apa yang dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 UU Pokok
Agraria No 5 Tahun 1960 bahwa, “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai
bumi, yang disebut tanah” . Dengan demikian tanah dalam pengertian yuridis dapat
27
dalam masyarakat, lalu ia jua yang sering memberi sendatan dalam pelaksanaan
pembangunan”.
pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik
atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”. Definisi
ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang hanya meliputi:
tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat (Mhd.
Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis.Hukum Pendaftaran Tanah 2008: 15).
dalam pasal 10 dan pasal 11 yang menjelaskan mengenai pendaftran tanah unruk
pertama kali dengan menggunakan dua cara yakni secara sistemati dan
28
untukpertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua
obyekpendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah
Dasar Pokok-Pokok Agraria, telah dijelaskan bahwa pendaftaran tanah adalah upaya
bidang hak-hak atas tanah. Pendaftaran tanah akan menghasilkan kepastian bukti hak
atas tanah yang merupakan alat yang mutlak ada, sebagai dasar status kepemilikan
Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam
bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun,
termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya”.
29
kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus untuk mengumpulkan,
tanah-tanah tertentu yang ada di suatu wilayah tertentu dengan tujuan tertentu.
alatpembuktian yang kuat sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengandata mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, yang
adadalam surat dan buku tanah yang bersangkutan (PP Nomor 24 Tahun 1997 pasal
bidang pertanahan dengan mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai
3. meningkatkan daya hasil guna tanah lebih bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
30
Untuk merealisasikan hal tersebut serta dalam rangka peningkatan pelayanan
7 Tahun 1979 tentang Catur Tertib Pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan; tertib
hukum yang sah dengan tanah yang bersangkutan menurut peraturan perundang-
31
pelayanan di bidang pertanahan agar lancar, tertib, murah, cepat dan tidak berbelit-
memungkinkan:
a. Untuk setiap bidang tanah telah tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran
fisik, penguasaan, penggunaan, jenis hak dan kepastian hukumnya, yang dikelola
sederhana, cepat dan murah, namun tetap menjamin kepastian hukum, yang
keamanannya.
kemampuan tanah.
a. Tanah telah digunakan secara optimal, serasi dan seimbang, sesuai dengan
32
b. Penggunaan tanah di daerah perkotaan telah dapat menciptakan suasana aman,
tanah.
kesuburan tanah dan menjaga kualitas sumber daya alam serta pencegahan
pencemaran tanah yang dapat menurunkan kualitas tanah dan lingkungan hidup, baik
b. Pemberian hak atas tanah dan pengarahan penggunaannya telah dapat menunjang
33
2.1.6 Kebijakan dibidang Pertanahan
(Bappenas) pada tahun 2013, yang tertuang dalam rencana jangka panjang dengan
tanah hutandengan tanah budi daya nonhutan dapat terlihat dengan jelas sehingga
langkah teknis yang perlu dilakukan, salah satunya adalah percepatan penyusunan
34
peta dasar pertanahan. Mengingat masih minimnya ketersediaan peta dasar
pertanahan saat ini, pelaksanaan kegiatan tersebut perlu dilakukan dalam waktu yang
lama, yaitu 12 tahun untuk dapat diperoleh cakupan peta dasar pertanahanyang
sesuai dengan tujuan awal, tepat sasran dan mendapatkan hasil sesuai harapan. Suatu
organisasi ataupun suatu program dikatakan efektif apabila mampu berjalan dengan
baik, tepat pada sasaran dan memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai
penerima pelayanana.Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif
35
”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan
biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekananatau ketegangan
diantara pelaksanaannya.
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah
efektivitasnya.
seberapa jauh targetyang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi
dapat tercapai.Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau
organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yangdicapai oleh
36
efektivitas mempunyaihubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin
efektivitas itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran
yang dapat menjelaskan apakah suatu kinerja organisasi atau program sudah berjalan
cara pengukuran efektifitas secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagi
berikut :
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
terhadap aspek output, artinya efektifitas dapat diukur dengan seberapajauh tingkat
output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapaitujuan yang
telah ditetapkan.
37
3. Kepuasan terhadap program
terhadap kuliatas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitasproduk dan
jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,
Pada efektifitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandingan antara
masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka
dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat
ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,
lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya
(Campbell, 1989:47).
38
e. Pencapaian tujuan menyeluruh.
ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,
lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya
(Campbell, 1989:47).
Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, programatau
3. Produk kreatif
39
Penciptaan hubungan kondisi yang kondusif dengan dunia kerja,
kerja yang kondusif serta adanya rasa saling memiliki yangtinggi.Rasa memiliki
1. Ketepatan waktu
yang dilakukan dalam sebuah organisasi tapi juga dapat berakibatterhadap kegagalan
40
Dengan ketepatan ukuran sebagaimana yang telah ditetapkan
hanya tebakan tetapi melalui suatu proses, sehingga dapatmenemukan yang terbaik
diantara yang baik atau yang terjujur diantarayang jujur atau kedua-duanya yang
5. Ketepatan berpikir
yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan. Jika perintah yang diberikan tidak
dapat dimengerti dan dipahami maka akan mengalami kegagalan yang akan
merugikan organisasi.
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang ditetapkan
41
secara tepat akan sangat menunjang efektivitas pelaksanaankegiatan terutama yang
pula sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan itukurang tepat, maka akan
ketepatan efektivitas dimana suatu target atau sasaran dapat tercapai sesuaidengan
1. Pencapaian tujuan
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuanakhir
terdiri dari 2 sub-indikator, yaitu : kurunwaktu dan sasaran yang merupakan target
kongkret.
42
2. Integrasi
3. Adaptasi
keadaan di lapangan.
atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran
bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling bergantung dan
berurutan (Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo, 2009: 349. Manajemen
Pendidikan)
43
disebut PTSL adalah kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang dilakukan
secara serentak bagi semua obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat
dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data
yuridis mengenai satu atau beberapa obyek Pendaftaran Tanah untuk keperluan
pendaftarannya. Tujuan dari PTSL sendiri diatur dalam pasal 2 ayat 2 Peraturan
Menteri agraria dan Tata ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 12 Tahun
untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas
Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan
desa demi desa di wilayah kabupaten dan kelurahan demi kelurahan di wilayah
PTSL sendiri baru diterapkan pada tahun 2017, yang disubyekkan ditujukan
untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dan menengah dengan pembiayaan yang
ditanggung oleh APBN dan dialokasikan kedalam DIPA-BPN RI. Hanya saja untuk
biaya materai, pembuatan dan pemasanagan patok tanda batas, Bea Perolehan Hak
44
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi yang terkena ketentuan perpajakan menjadi
menjabarkan bahwa terdapat cara pengukuran efektifitas secara umum dan yang
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
terhadap aspek output, artinya efektifitas dapat diukur dengan seberapajauh tingkat
output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapaitujuan yang
telah ditetapkan.
45
terhadap kuliatas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitasproduk dan
jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,
Pada efektifitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandinganantara
masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka
dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,
lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya
(Campbell, 1989:47).
46
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,
lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya
(Campbell, 1989:47).
beberapa hasil penelitian terlebih dahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya :
2. Skripsi Najiah (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) pada tahun 2013. Yang
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti yakni
47
mengukur efektivitas kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
kurang efektif.
Jaminan atas hak kepemilikan tanah yang kuat menjadi hak bagi semua
masyarakat, hal ini harus dibuktikan dengan bukti tertulis berupa sertifikat tanah.
administratif. Pelayanan pemerintah dari segi administratif pertanahan saat ini masih
48
lamanya waktu untuk memprosesnya membuat masyatrakat enggan untuk
Lengkap (PTSL) mulai tahun 2017 patut kita amati bagaimana susksesnya program
(2009) bahwa terdapat cara pengukuran efektifitas secara umum dan yang paling
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
terhadap aspek output, artinya efektifitas dapat diukur dengan seberapajauh tingkat
output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapaitujuan yang
telah ditetapkan.
49
Kepuasan merupakan kriteria efektifitas yang mengacu pada keberhasilanprogram
terhadap kuliatas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitasproduk dan
jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,
Pada efektifitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandinganantara
masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka
dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,
lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya
(Campbell, 1989:47).
50
menghasilkan penilaian umum efektifitas organisasi.Sehingga efektifitas program
melaksanakan program yang sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan sebelumnya,
lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukam sebelumnya
(Campbell, 1989:47).
Namun masih terdapat kendala yang belum mampu berjalan dengan optimal,
sebagai syarat mengikuti PTSL, belum adanya kejelasan kapan sertifikat akan
PTSL ini ditujukan untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dan menengah
dengan kategori yang sudah ditetapkan. Transparansi pun masih dinilai kurang
Dalam penelitian ini peneliti menemukan fakta yang masih menyimpang dari
teori, dan dalam kerangka berpikir peneliti gambarkan dalam bagan berikut:
51
Pembuatan Sertifikat Melalui
Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap di Kelurahan Duri
Kosambi, Jakarta Barat
Gambar 2.2.1
52
2.4. Hipotesis Penelitian
terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat
pengumpulan data lapangan, dan deskripsi teori yang digunakan sebagai dasar
berdasarkan kerangka verfikir, maka peneliti merumuskan hipotesis kerja (Ha) dan
Ha : µ < 65%
Lengkap atau PTSL di kelurahan Duri Kosambi Jakarta barat pada tahun 2017
H0 : µ ≥ 65 %
Lengkap atau PTSL di kelurahan Duri Kosambi Jakarta barat pada tahun 2017
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
umunya dilakukan dengan acak atau random sampling, sedangkan pengumpulan data
data yang digunakan bersifat kuantitatif/bisa diukur dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Nazir (1988: 63) metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri.
54
penelitian kuantitatif deskriptif merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi
Barat.kelurahan Duri Kosambi, Jakarta Barat adalah salah satu kelurahan yang
wilayah (503ha) dengan jumlah penduduk 40.044 jiwa dan 16.204 KK. Pada tahun
Lengkap (PTSL)
Variabel penelitian, pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
55
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Direktorat Pendidikan Tinggi,
penelitian ialah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
dari variabel yang akan diteliti menurut peneliti berdasarkan kerangka teori yang
digunakan. Definisi konseptual dalam penelitian ini yakni terkait dengan hal
dibawah ini:
1. Efektivitas.
sesuai dengan tujuan awal, tepat sasran dan mendapatkan hasil sesuai harapan. Suatu
organisasi ataupun suatu program dikatakan efektif apabila mampu berjalan dengan
baik, tepat pada sasaran dan memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai
diadakannya percepatan pendaftaran tanah melalui PTSL, selain itu dalam rangka
2. Program
atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran
56
yang sama. Dalam penelitian ini terkait dengan program Pendaftaran Tanah
masyarakat.
3. Efektivitas Program
kegiatan suatu unit organisasi yang setiap berjalannya proses diharapkan dapat
sesuai dengan tujuan awal, tepat sasaran dan mendapatkan hasil sesuai harapan
efektivitas program yang sudah berjalan yakni program PTSL dalam pembuatan
observasi langsung dan tidak langsung, dalam penelitian ini, menggunakan satu
variable, yakni variable dalam penelitian kuantitatif deskriptif yang bersifat mandiri
57
Variabel indikator efektivitas program Menurut Campbell J.P.(1989:121)
dalam Starawaji (2009) bahwa terdapat cara pengukuran efektifitas secara umum
1. Keberhasilan program.
penelitian ini akan peneliti lihat sejauh mana program tersebut dalam
2. Keberhasilan sasaran.
melihat dari sudut pandang masyarakat yang mengikuti program ini apakah sudah
sesuai dengan konsep dasar PTSL yakni untuk masyarakat yang melakukan
melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program PTSL ini baik dilihat dari
58
peneliti akan melihat berapa jumlah masyarakat yang mendaftarkan tanahnya untuk
memperoleh sertifikat melalui PTSL ini, dengan jumlah sertifikat yang sudah
berhasil diterima.
Ditinjau dari tujuan Program PTSL yang diatur dalam peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2017
tentang percepatan PTSL yakni untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan
perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat,
lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan
dan mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Maka peneliti akan melihat
bagaimana program PTSL ini berjalan, apakah sudah mampu mencapai tujuan
instrument utama dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri, sedangkan dalam
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan variabel mandiri yaitu
59
ini yakni menggunakan Skala Likert. Menurut Siregar (2010:138), skala Likert
adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
tidak hanya bergantung pada jawaban setuju atau penting. Alternative jawaban dapat
tentang suatu objek jawaban baik, senang, tinggi, puas dan lain-lain.Skala Likert
menggunakan jawaban dari setiap item instrument ini dengan menetapkan bobot
jawaban terhadap tiap tiap item serta mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif. Dengan Skala likert, maka variabel yang akan di ukur akan di
ukur untuk menyusun item item instrument dalam bentuk pertanyaan. Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari setiap instrument di beri skor,
Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak setuju 1
Tabel 3.5.1 Skoring/Nilai
60
Variabel subvariabel Indikator No.Item
Instrumen
Variabel Keberhasilan Kesesuaian 1,2,3,4,5.
b. Persyaratan
Pelayanan, yaitu
persyaratan teknis
dan administratif
yang diperlukan.
c. Kejelasan
petugas
d. Kedisiplinan
petugas
61
e. Tanggung jawab
petugas pelayanan.
f. Kemampuan
petugas pelayanan
g. Kecepatan
pelayanan.
h. Keadilan
mendapatkan
pelayanan
i. Kesopanan dan
keramahan
petugas,
menghormati.
j. Kewajaran biaya
pelayanan.
k. Kepastian biaya
pelayanan .
l.Kepastian jadwal
pelayanan .
m. Kenyamanan
lingkungan.
62
n. Keamanan
Pelayanan
dengan sertifikat
PTSL .
b. peningkatan
jumlah tanah
tersertifikasi.
Pencapaian a. transparansi 25,26,27
tujuan b. keadilan
menyeluruh c. akuntabilitas
1. Kuesioner/angket
63
pendapat pribadinya.Data yang akan diperoleh akan lebih efisien apa bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan di ukur dan tahu apa yang diharapkan.
2. Studi dokumentasi
Dalam penelitian ini pengamatan atau observasi yang di lakukan adalah non
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya (sampel atau
dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara tidak terstruktur.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua, yang dapat berbentuk
buku-buku ilmiah, dokumen administrasi, atau bahan lain yang sudah merupakan
data hasil olahan yang digunakan sebagai data awal maupun data pendukung dalam
penelitian.
64
Menurut Bungin (2009:99) berpendapat bahwa keseluruhan (universum) dari
gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup, dan sebagainya, sehingga objek –objek ini dapat
generalisasi yang terdiri atas objek / subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
populasi terbatas yaitu populasi yang memiliki sumber daya yang jelas-jelas
batasannya secara kuantitatif (Bungin: 2009:99). Adapun populasi dari penelitian ini
Jakarta Barat
680 berkas masuk 530 berkas sudah disetorkan
Tabel 3.6.1 data pendaftar yang mengikuti PTSL 2017 di Kelurahan Duri
65
Ada sebanyak 530 warga yang tersebar di 14 RW yang berkasnya sudah diserahakan
untuk mengikuti program PTSL untuk pendaftaran tanah pertama kali mereka pada
tahun 2017, untuk sisa berkas sebanyak 150 yang masih ada di Kelurahan belum
sehingga total keseluruhan warga yang mengikuti pembuatan sertifikat melalui PTSL
dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu sampel acak (probability sampling) dan
dimana teknik ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure atau anggota
semua individu dalam populasi baik secara individu atau bersama-sama diberi
menggunakan rumus Taro Yamane dengan taraf kesalahan atau tingkat presisi 10%
sebagai berikut:
n= N
N. (d2) + 1
66
Keterangan:
N = banyaknya populasi
d2 = presisi atau tingkat kesalahan (presisi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 10%).
Berdasarkan pada rumus diatas, maka alokasi sampel yang akan digunakan pada
n= 680
680. (10%2) + 1
n= 680
680. (0,12) + 1
n= 680
680. (0,01) +1
n= 680
6,8 + 1
n= 680
67
7,1
Dengan metode perhitungan diatas, maka yang akan menjadi sampel adalah
sebanyak 96 responden.
Kemudian untuk memperoleh alokasi sampel tiap Rukun Warga (RW), maka
melalui PTSL pada tahun 2017 di kelurahan Duri Kosambi. Dihitung dengan
berikut:
ni = Ni.n
Keterangan:
Ni = populasi unit
N = populasi
n = sampel keseluruhan.
Berdasarkan rumus diatas, maka alokasi sampel dari tiap Rukun Warga (RW) yang
68
No RW Partisipasi masyarakat Sampe
l
1 01 41 6
2 02 45 6
3 03 69 10
4 04 57 8
5 05 47 6
6 06 42 6
7 07 40 6
8 08 40 6
9 09 65 9
10 010 71 10
11 011 41 6
12 012 37 5
13 013 48 7
14 014 37 5
Jumla 680 96
h
Tabel 3.6.2 Jumlah sampel tiap Rukun Warga (RW)
sebagai berikut:a. Editting adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang
69
telahberhasil dikumpulkan dari lapangan, karena kemungkinan data yang telah
b. Coding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yangtermasuk
kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalambentuk angka-angka atau
huruf untuk membedakan antara data atauidentitas data yang akan dianalisis.
c. Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telahdiberi
kuantitatif secara deskriptif dan atau analisis kuantitatif secara inferensial. Sesuai
dengan namanya analisis deskriptif adalah analisis yang hanya akan mendeskripsikan
keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai
angka-angka sehingga memberi suatu kesan lebih mudah dipahami maknanya oleh
deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi data angka, agar
dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala,
merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian
70
dapat digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis Ha diterima, berate hasil penelitian
sebagai berikut:
Dalam penelitian, perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dengan
yang reliable.Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data
yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya. Pengujian validitas tiap butir
digunakan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor
total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Uji validitas ini menggunakan rumus
r= n (∑XY) – (∑X)(∑Y)
Keterangan:
r = koefisien korelasi
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak
71
tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Jadi, reabilitas menunjukan pada
rumus alpha cronbach yang akan digunakan untuk menguji reabilitas dalam penelitian
ini:
Keterangan:
Σ t2 = varians total.
72
3.8. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini merupakan tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
Jakarta Barat. Dengan rincian dalam tabel jadwal penelitian sebagai berikut:
Waktu Pelaksanaan
2018
No Kegiatan Feb Mar Apr Mei
1 Observasi Awal
2 Pengajuan Judul
3 Perizinan dan Observasi Lapangan
4 Penyusunan Proposal
5 Bimbingan dan Perbaikan
6 Ujian Proposal
73
Kuesioner Penelitian
EFEKTIVITAS PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH MELALUI
PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
(PTSL) TAHUN 2017 DI KELURAHAN DURI KOSAMBI,
JAKARTA BARAT
PETUNJUK PENGISIAN
berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia bagi setiap pertanyaan
S = Setuju (3)
Profil Responden
Usia …
Jenis kelamin
Pria. Wanita.
74
Variabel Efektivitas Program. JAWABAN
N SS S KS TS STS
Indikator keberhasilan 5 4 3 2 1
O
Program
1. Sosialisasi terkait adanya
Sistematis Lengkap
2. Arahan mengenai Pengumpulan
Membandingkan keterangan
75
penguasaan, penggunaan tanah
petugas terkait.
4. Pengumuman hasil pemeriksaan
Variabe
No.peraturan pembuatan sertifikat Jawaban
oleh l Badan Pertanahan SS S KS TS STS
5 4 3 2 1
PTSL ditujukan
Nasional). diutamakan
kali
Menjangkau secara merata tanpa
7.
diskriminasi
8. Untuk masyarakat golongan
membebankan
Variabel Kepuasan Program JAWABAN
N SS S KS TS STS
Indikator Kpuasan 1
O 5 4 3 2
Masyarakat.
Kemudahan Prosedur
9.
pelayanan
Kemudahan Persyaratan
10.
Pelayanan
11 Kejelasan Petugas
12. Kedisiplinan Petugas Pelayanan
Tanggung Jawab Petugas
13.
Pelayanan
14. Kemampuan Petugas Pelayanan
15. Kecepatan pelayanan
Keadilan Mendapatkan
16.
Pelayanan
17. Kesopanan dan Keramahan
77
Petugas
18. Kewajaran Biaya Pelayanan
19. Kepastian Biaya Pelayanan
20. Kepastian Jadwal pelayanan
Kenyamanan Lingkungan
21.
dalam memberikan Pelayanan
22. Keamanan Pelayanan
PTSL
Target dibandingkan dengan
25
realisasi pencapaian
78
26 Percepatan Kepemilikan
. Sertifikat
Memberikan sertifikat tanah
27
lebih cepat dan harga yang lebih
.
efisien untuk masyarakat
Daftar Pustaka
Wilayah DKI Jakarta Tahun 2016. Jakarta: Penerbit LBH Jakarta. 2016.
2013.
79
Modul Konsep Dasar Administrasi dan Administrasi Pertanahan oleh Purwaningdyah MW,
Soehendra, Djaka Sertifikat Tanah dan Orang Miskin. Jakarta.Biro Hukum Humas
Jakarta Barat.
Kosambi.
80