SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Disusun oleh:
RAIHANAH RIZKY ANANDA
135060601111026
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
EVALUASI KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN KERETA API
PENATARAN, STASIUN GUBENG DAN MALANG KOTA BARU
SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Disusun oleh:
RAIHANAH RIZKY ANANDA
135060601111026
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
EVALUASI KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN
KERETA API PENATARAN, STASIUN GUBENG DAN MALANG
KOTA BARU
SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dr. Ir. Budi Sugiarto Waluyo., MSP Dr. Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D
NIP. 19560502 198403 1 001 NIP. 19681221 199903 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
JUDUL SKRIPSI:
Evaluasi Kinerja Operasional dan Pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan
Malang Kota Baru
KOMISI PEMBIMBING:
Ketua :Dr. Ir. Budi Sugiarto Waluyo., MSP
Anggota :Dr. Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D
Raihanah Rizky Ananda, Lumajang, 11 Juni 1995 anak dari ayah Zaid AR dan Ibu Erlima
Ghaniwati., S.Pd, SD sampai SMA di Kota Lumajang hingga lulus SMA tahun 2013, lulus
program sarjana teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya tahun 2017. Pengalaman sebagai asisten dalam mata kuliah Metode Analisis
Perencanaan I teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya tahun 2015 serta aktif mengikuti organisasi seperti Himpunan Mahasiswa
Perencanaan Wilayah dan Kota periode 2015-2016 dan 2016-2017 serta Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Teknik periode 2015-2016 beserta kepanitiaan-kepanitiaan di jurusan
maupun teknik.
Penulis
Teriring ucapan terima kasih kepada :
Terima kasih atas semua doa dan motivasi yang selalu diberikan
Raihanah Rizky Ananda, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota., Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Juli 2017, Evaluasi Kinerja Operasional dan Pelayanan Kereta Api
Penataran, Stasiun Gubeng dan Malang Kota Baru, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi
Sugiarto Waluyo, MSP dan Dr. Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D.
Many public transport passengers chose trains in both short and long distance
transportation because it can accommodate passengers in large quantities and can avoid
traffic jams. Penataran Train was one of the trains that serve close-range trips namely
Malang-Surabaya and round trip. The existing facilities in Penataran Trainwere not in
accordance with Minimum Service Standards (SPM) based on the observations made. The
aim of the research was to evaluate operational performance and service performance of
Penataran Train along with Gubeng Station and Malang Kota Baru Station. The research
used SPM to compared existing facilities with the standards in SPM and Kano Method to
knew passanger’s satisfaction and importance for the existing facilites to get the
recommendations for improvement.
The result showed the priority to improved Penataran Train operational
performance were : added 2 trains, added 2 trips, repaired and tendaced the train and
increased the speed of train to 60 km/hour.The priority to improved Penataran Train
service performance were : added a first aid kit, improved the service quality of the
officers, repaired the damaged facilities, added 1 LED Display, added a ramp at the door of
the train and added a CCTV at every train. The recommendation of Gubeng Station service
performance were added 15 seats in the ticketing room, added 4 air conditioners, added a
set of fire extinguisher, added a platform ladder, added first aid equipment, added
transport information, added breastfeeding facilities and upgraded of free charging
facilities. The recommendation of Malang Kota Baru Station service performance were
added 85 m2 of waiting room, added 960 m2 of parking lot, added a set of fire extinguisher,
added first aid equipment, added transport information, added ramp for difable passanger,
added a platform ladder, added breastfeeding facilities and upgraded of free charging
facilities.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Evaluasi Kinerja Operasional dan
Pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan Malang Kota Baru”. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak
yang berkenan membantu, memberikan pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas segala limpahan rezeki, rahmat dan hidayah-Nya, semoga seluruh
proses dan ilmu yang didapatkan oleh penulis menjadi berkah dan bermanfaat.
2. Kedua orang tua, Mama dan Papa yang selalu memberikan doa, motivasi,
semangat, serta bantuan finansial untuk kelancaran penulis dalam menempuh masa
studi hingga tugas akhir ini terselesaikan.
3. Kedua adik penulis, Muhammad Zaky Aulia dan Anisa Salsabila yang selalu
memberikan doa, semangat dan dukungan selama masa studi hingga tugas akhir ini
terselesaikan.
4. Bapak Dr. Ir. Budi Sugiarto Waluyo, MSP selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr.
Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
membimbing, memberikan pengarahan dan motivasi yang sangat berarti bagi
penulis hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Imma Widyawati Agustin., S.T., M.T., Ph.D selaku dosen penguji I dan Bapak
Dadang Meru Utomo., S.T., MURP selaku dosen penguji II, yang telah bersedia
menguji, memberikan pengarahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis
untuk memperbaiki tugas akhir agar mencapai hasil yang maksimal.
6. Seluruh dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya yang telah mengajarkan dan memberi pengetahuan tentang dunia PWK.
7. PT. KAI DAOP VIII Surabaya yang telah memberikan izin penelitian dan turut
membantu dalam pengumpulan data, serta seluruh pihak yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden hingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Muhammad Noor Halil yang selalu memberikan motivasi, saran, waktu dan tenaga
serta selalu bersedia untuk mendengarkan keluh kesah, menghibur, membantu
penulis hingga tugas akhir ini selesai.
9. Fatma Safura, Fadhilatus Shoimah dan Farida Seran, yang selalu menghibur,
memberikan motivasi dan menemani dalam setiap suka duka dari awal perkuliahan
hingga sekarang.
10. Wage Roro Yuli Hayati dan Kartika Septi Kumala Dewi yang selalu menjadi
tempat penulis untuk berkeluh kesah, berbagi cerita, yang selalu memberikan
motivasi, kritik dan saran serta pemikiran hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
11. Hanifa Muslimah, Eka Zuli Pratiwi, Anestia Lailatri Prabandari, Yulinda Dizah,
Liarizza Wardhani, Wage Roro Yuli Hayati, Kartika Septi Kumala Dewi, Fatma
Safura dan Fadhilatus Shoimah sebagai teman baik penulis dari awal perkuliahan
hingga sekarang yang membantu penulis sebagai tim survei dan menyumbangkan
tenaga dan pemikirannya hingga dapat diperolehnya data-data untuk tugas akhir ini.
12. Trisha, Laila, Tiktuk dan Rula, teman kos penulis yang selalu menemani malam-
malam penulis menyelesaikan tugas akhir ini dengan suara merdunya, serta selalu
memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
13. Khotim, Kiki, Yunda, Gandes, Ilham, Puji, Babe, dan Ayuq, teman-teman
seperjuangan dari sidang hingga tugas akhir ini selesai dijilid.
14. Teman-teman PWK 2013 yang setia memberikan dukungan dan selalu ada saat
suka dan duka.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan untuk masa yang akan datang. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi instansi pemerintah, peneliti, masyarakat, serta
dapat dijadikan pengembangan studi mengenai kinerja operasional dan pelayanan angkutan
umum.
Penulis
DAFTAR ISI
i
3.1.1 Evaluasi ............................................................................................................... 53
3.1.2 Kinerja Operasional ............................................................................................ 53
3.1.3 Kinerja Pelayanan ............................................................................................... 53
3.1.4 Kereta Api ........................................................................................................... 52
3.1.5 Stasiun ................................................................................................................. 52
3.2 Jenis Penelitian ............................................................................................................. 52
3.3 Diagram Metode ........................................................................................................... 53
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................................................... 54
3.5 Data yang diperlukan ................................................................................................... 57
3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 58
3.6.1 Survei Primer ...................................................................................................... 58
3.6.2 Survei Sekunder .................................................................................................. 60
3.7 Penentuan Populasi dan Sampel ................................................................................... 60
3.7.1 Populasi dan Sampel Pengguna Kereta Api ........................................................ 60
3.7.2 Metode Pengambilan Sampel Ahli...................................................................... 61
3.7.3 Populasi dan Sampel Kereta Api......................................................................... 62
3.8 Metode Analisis Data ................................................................................................... 64
3.8.1 Analisis Karakteristik Pengguna Kereta Api ...................................................... 64
3.8.2 Analisis Kinerja Operasional Kereta Api ............................................................ 64
3.8.3 Analisis Standar Pelayanan Minimum ................................................................ 66
3.8.4 Analisis Kano ...................................................................................................... 81
3.8.5 Analisis AHP ....................................................................................................... 87
3.9 Desain Survei .............................................................................................................. 92
3.10 Kerangka Metode ........................................................................................................ 96
ii
4.3.3 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Pekerjaan dan
Pendapatan ....................................................................................................... 122
4.3.4 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Maksud Perjalanan dan
Frekuensi Perjalanan ........................................................................................ 123
4.3.5 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Maksud Perjalanan dan
Tipe Perjalanan ................................................................................................ 123
4.3.6 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Tipe Perjalanan dan
Frekuensi Perjalanan ........................................................................................ 124
4.4 Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Penataran ................................................. 125
4.4.1 Load Factor ....................................................................................................... 125
4.4.2 Travel Time ...................................................................................................... 128
4.4.3 Waktu Henti ..................................................................................................... 130
4.4.4 Waktu Tunda .................................................................................................... 131
4.4.5 Kecepatan ......................................................................................................... 132
4.4.6 Headway ........................................................................................................... 133
4.5 Kinerja Pelayanan Stasiun dan Kereta Api................................................................ 134
4.5.1 Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ......................................................... 134
4.5.2 Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .................................................................. 140
4.5.3 Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ................................................. 151
4.6 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun dan Kereta Api
menggunakan Metode Kano ...................................................................................... 160
4.6.1 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ........ 160
4.6.2 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng ................. 162
4.6.3 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru 166
4.7 Prioritas Arahan Peningkatan Kinerja Operasional dan Pelayanan........................... 169
4.7.1 Kinerja Operasional Kereta Api ....................................................................... 172
4.7.2 Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ......................................................... 179
4.7.3 Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .................................................................. 182
4.7.4 Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ................................................. 187
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Standar Kecepatan Kereta Api Dalam Kota....................................................... 26
Tabel 2.2 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam
Perjalanan ........................................................................................................... 28
Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api di Stasiun ... 30
Tabel 2.4 Enam Kategori Kano .......................................................................................... 35
Tabel 2.5 Contoh Pertanyaan Kuesioner Kano Model ....................................................... 36
Tabel 2.6 Evaluasi Kano .................................................................................................... 36
Tabel 2.7 Fungtional Answer, Dis Fungtional Answer dan Kano Evaluation model
Kano .................................................................................................................... 37
Tabel 2.8 Perhitungan CS-Coefficient ............................................................................... 37
Tabel 2.9 Atribut Kategori Kualitas Model Kano Refined ................................................ 40
Tabel 2.10 Studi Terdahulu ................................................................................................. 45
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ............................................................................................. 54
Tabel 3.2 Trip KA Penataran Surabaya-Malang ................................................................ 57
Tabel 3.3 Trip KA Penataran Malang – Surabaya ............................................................. 58
Tabel 3.4 Tabel Penentuan Jumlah Sampel Isaac dan Michael ......................................... 60
Tabel 3.5 Pembagian Jumlah Responden ........................................................................... 61
Tabel 3.6 Stakeholder yang dipilih sebagai sampel ........................................................... 61
Tabel 3.7 Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Rute Surabaya-Malang Bulan Januari
2017 .................................................................................................................... 62
Tabel 3.8 Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Rute Malang-Surabaya Bulan Januari
2017 .................................................................................................................... 63
Tabel 3.10 Pengklasifikasian Skor ...................................................................................... 66
Tabel 3.11 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam
Perjalanan ........................................................................................................... 67
Tabel 3.12 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api di Stasiun . 72
Tabel 3.13 Atribut Kuisioner Kano ..................................................................................... 81
Tabel 3.14 Contoh Kuisioner Kano..................................................................................... 83
Tabel 3.15 Contoh Kuisioner I-S Model ............................................................................. 83
Tabel 3.16 Evaluasi Kano ................................................................................................... 84
Tabel 3.17 Contoh Pengisian Tabel Perhitungan Kano ...................................................... 85
Tabel 3.18 Contoh Pengisian Tabel I-S Model ................................................................... 86
Tabel 3.19 Atribut Kategori Kualitas Model Kano Refined ............................................... 87
Tabel 3.20 Skala Penilaian Prioritas ................................................................................... 89
Tabel 3.21 Contoh hasil kuadrat matriks AHP ................................................................... 90
Tabel 3.22 Contoh Perhitungan Eigen Vector .................................................................... 90
Tabel 3.23 Tabel RI............................................................................................................. 91
Tabel 3.24 Desain Survei .................................................................................................... 92
Tabel 4.1 Trip KA Penataran Surabaya-Malang ................................................................ 98
Tabel 4.2 Trip KA Penataran Malang - Surabaya .............................................................. 98
Tabel 4.3 Stasiun-Stasiun pemberhentian Kereta Api Penataran ....................................... 99
iv
No Judul Halaman
Tabel 4.4 Karakteristik penumpang Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan Stasiun
Malang Kota Baru ............................................................................................ 109
Tabel 4.5 Hubungan antara jenis kelamin dan usia ......................................................... 120
Tabel 4.6 Hubungan antara jenis kelamin dengan maksud perjalanan............................ 121
Tabel 4.7 Hubungan antara pekerjaan dan pendapatan ................................................... 122
Tabel 4.8 Hubungan antara maksud perjalanan dan frekuensi perjalanan ...................... 123
Tabel 4.9 Hubungan antara maksud perjalanan dan tipe perjalanan ............................... 124
Tabel 4.10 Hubungan antara tipe perjalanan dan frekuensi perjalanan ............................ 124
Tabel 4.11 Data perjalanan Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya ....................... 129
Tabel 4.12 Data perjalanan Kereta Api Penataran rute Surabaya-Malang ....................... 130
Tabel 4.13 Kecepatan Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya ............................... 132
Tabel 4.14 Kecepatan Kereta Api Penataran Rute Surabaya-Malang .............................. 133
Tabel 4.15 Headway Kereta Api Penataran...................................................................... 134
Tabel 4.16 Kinerja pelayanan Kereta Api Penataran ....................................................... 135
Tabel 4.17 Kinerja pelayanan Stasiun Gubeng ................................................................ 141
Tabel 4.18 Kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ............................................... 151
Tabel 4.19 Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Kereta Api Penataran ........... 160
Tabel 4.20 Atribut arahan peningkatan fasilitas Kereta Api Penataran berdasarkan Metode
Kano ............................................................................................................... 162
Tabel 4.21 Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Stasiun Gubeng .................... 163
Tabel 4.22 Atribut arahan peningkatan fasilitas Stasiun Gubeng berdasarkan Metode
Kano ............................................................................................................... 165
Tabel 4.23 Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ... 166
Tabel 4.24 Atribut arahan peningkatan fasilitas Stasiun Malang Kota Baru berdasarkan
Metode Kano ................................................................................................. 168
Tabel 4.25 Eigen vector penentuan priortias kriteria dalam pengembangan kinerja
operasional Kereta Api Penataran ................................................................. 170
Tabel 4.26 Eigen vector penentuan priortias kriteria dalam pengembangan kereta api dan
stasiun ............................................................................................................ 171
Tabel 4.27 Alternatif peningkatan kinerja operasional Kereta Api Penataran ................. 172
Tabel 4.28 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan kinerja
operasional Kereta Api Penataran ................................................................. 173
Tabel 4.29 Skenario penambahan kapasitas KA 462 saat weekday ................................. 175
Tabel 4.30 Skenario penambahan kapasitas KA 462 saat weekend ................................. 175
Tabel 4.31 Skenario penambahan kapasitas KA 465 saat weekday ................................. 176
Tabel 4.32 Skenario penambahan kapasitas KA 465 saat weekend ................................. 176
Tabel 4.33 Skenario penambahan kecepatan pada KA rute Malang-Surabaya ................ 177
Tabel 4.34 Skenario penambahan kecepatan pada KA rute Surabaya-Malang ................ 178
Tabel 4.35 Skenario penambahan trip kereta api ............................................................. 178
Tabel 4.36 Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Kereta Api Penataran ................... 179
Tabel 4.37 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Kereta Api
Penataran........................................................................................................ 180
Tabel 4.38 Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Gubeng ............................ 183
v
No Judul Halaman
Tabel 4.39 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Stasiun
Gubeng ...........................................................................................................183
Tabel 4.40 Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ............188
Tabel 4.41 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Stasiun
Malang Kota Baru ..........................................................................................188
vi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1.1 Penumpukan pengunjung di hall Stasiun Malang Kota Baru ..........................3
Gambar 1.2 Penyandang disabilitas kesulitan turun dari kereta api karena tidak ada ramp
di Stasiun Malang Kota Baru ............................................................................4
Gambar 1.3 Parkir motor di Stasiun Malang Kota Baru hingga ke badan jalan (a); Parkir
mobil di Stasiun Malang Kota Baru hingga ke badan jalan (b); Kemacetan
yang diakibatkan meluasnya parkir kendaraan ke badan jalan (c) ...................5
Gambar 1.4 Wilayah Studi ..................................................................................................11
Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran ........................................................................................13
Gambar 2.1 Pembagian Zona dan Sirkulasi Penumpang Stasiun ........................................23
Gambar 2.2 Diagram kano...................................................................................................34
Gambar 2.3 Kuadran kano berdasarkan CS-coefficient ......................................................39
Gambar 2.4 Contoh I-S model.............................................................................................39
Gambar 2.5 Hirarki lengkap ................................................................................................42
Gambar 2.6 Hirarki Tidak Lengkap ....................................................................................43
Gambar 2.7 Kerangka teori .................................................................................................49
Gambar 3.1 Diagram Metode ..............................................................................................53
Gambar 3.2 Diagram Kartesius Model Kano ......................................................................85
Gambar 3.3 Diagram Kartesius I-S Model ..........................................................................86
Gambar 3.4 Contoh hirarki tidak lengkap ...........................................................................88
Gambar 3.5 Kerangka Metode ............................................................................................96
Gambar 4.1 Layout Kereta Api Penataran........................................................................ 101
Gambar 4.2 Rute Kereta Api Penataran ........................................................................... 102
Gambar 4.3 Grafik jumlah penumpang Stasiun Gubeng .................................................. 103
Gambar 4.4 Layout Stasiun Gubeng ................................................................................ 104
Gambar 4.5 Grafik jumlah penumpang Stasiun Malang Kota Baru................................. 106
Gambar 4.6 Layout Stasiun Malang Kota Baru ............................................................... 107
Gambar 4.7 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Usia pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota
Baru (c) .......................................................................................................... 111
Gambar 4.8 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Jenis
Kelamin pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .................................................................................... 112
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Pekerjaan pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru
(c) ................................................................................................................... 114
Gambar 4.10 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Pendapatan
pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota
Baru (c) .......................................................................................................... 115
Gambar 4.11 Persentase jumlah penumpang dan pengunjung berdasarkan maksud
perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .................................................................................... 116
vii
No Judul Halaman
Gambar 4.12 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Tipe
Perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .....................................................................................117
Gambar 4.13 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Frekuensi
Perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .....................................................................................118
Gambar 4.14 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Tujuan
Perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .....................................................................................119
Gambar 4.15 Load Factor Weekday Rute Malang-Surabaya ...........................................125
Gambar 4.16 Load Factor Weekend Rute Malang-Surabaya ...........................................126
Gambar 4.17 Load Factor Weekday Rute Surabaya-Malang ...........................................127
Gambar 4.18 Load Factor Weekend Rute Surabaya-Malang ...........................................128
Gambar 4.19 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran 161
Gambar 4.20 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ....162
Gambar 4.21 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .........164
Gambar 4.22 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .............165
Gambar 4.23 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Malang
Kota Baru ..............................................................................................................167
Gambar 4.24 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Malang
Kota Baru .......................................................................................................168
Gambar 4.25 Bagan AHP Kinerja Operasional Kereta Api Penataran .............................171
Gambar 4.26 Bagan AHP Kinerja Pelayanan ...................................................................172
Gambar 4.27 Hirarki Prioritas Alternatif Peningkatan Kinerja Operasional Kereta Api
Penataran ........................................................................................................173
Gambar 4.28 Hirarki Prioritas Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Kereta Api
Penataran ........................................................................................................180
Gambar 4.29 Contoh LED Display di Kereta Api Krakatau Express ...............................182
Gambar 4.30 Ramp di Pintu KRL Jabodetabek ................................................................182
Gambar 4.31 Hirarki Priortias Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Stasiun
Gubeng ...........................................................................................................184
Gambar 4.32 Hydrant Box Indoor, Hydrant Box Outdoor dan Hydrant Pillar .................185
Gambar 4.33 Fasilitas Free Charging di Stasiun Bogor ....................................................187
Gambar 4.35 Rencana Perubahan Ruang Stasiun Gubeng ...............................................192
Gambar 4.36 Rencana Perubahan Ruang Stasiun Malang Kota Baru ..............................193
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Tingkat Kepuasan
serta Tingkat Kepentingan Pengguna Kereta Api ..........................................1
Lampiran 2. Kuesioner AHP ...............................................................................................13
Lampiran 3. Data Survey Load Factor................................................................................27
Lampiran 4. Rekap Hasil Kuesioner Metode Kano .............................................................30
Lampiran 5. Hasil Rekap Kuesioner IPA ...........................................................................34
Lampiran 6. Data Penilaian AHP ........................................................................................47
ix
EVALUASI KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN
KERETA API PENATARAN, STASIUN GUBENG DAN MALANG
KOTA BARU
SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dr. Ir. Budi Sugiarto Waluyo., MSP Dr. Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D
NIP. 19560502 198403 1 001 NIP. 19681221 199903 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
JUDUL SKRIPSI:
Evaluasi Kinerja Operasional dan Pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan
Malang Kota Baru
KOMISI PEMBIMBING:
Ketua :Dr. Ir. Budi Sugiarto Waluyo., MSP
Anggota :Dr. Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D
Raihanah Rizky Ananda, Lumajang, 11 Juni 1995 anak dari ayah Zaid AR dan Ibu Erlima
Ghaniwati., S.Pd, SD sampai SMA di Kota Lumajang hingga lulus SMA tahun 2013, lulus
program sarjana teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya tahun 2017. Pengalaman sebagai asisten dalam mata kuliah Metode Analisis
Perencanaan I teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya tahun 2015 serta aktif mengikuti organisasi seperti Himpunan Mahasiswa
Perencanaan Wilayah dan Kota periode 2015-2016 dan 2016-2017 serta Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Teknik periode 2015-2016 beserta kepanitiaan-kepanitiaan di jurusan
maupun teknik.
Penulis
Teriring ucapan terima kasih kepada :
Terima kasih atas semua doa dan motivasi yang selalu diberikan
Raihanah Rizky Ananda, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota., Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Juli 2017, Evaluasi Kinerja Operasional dan Pelayanan Kereta Api
Penataran, Stasiun Gubeng dan Malang Kota Baru, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi
Sugiarto Waluyo, MSP dan Dr. Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D.
Many public transport passengers chose trains in both short and long distance
transportation because it can accommodate passengers in large quantities and can avoid
traffic jams. Penataran Train was one of the trains that serve close-range trips namely
Malang-Surabaya and round trip. The existing facilities in Penataran Trainwere not in
accordance with Minimum Service Standards (SPM) based on the observations made. The
aim of the research was to evaluate operational performance and service performance of
Penataran Train along with Gubeng Station and Malang Kota Baru Station. The research
used SPM to compared existing facilities with the standards in SPM and Kano Method to
knew passanger’s satisfaction and importance for the existing facilites to get the
recommendations for improvement.
The result showed the priority to improved Penataran Train operational
performance were : added 2 trains, added 2 trips, repaired and tendaced the train and
increased the speed of train to 60 km/hour.The priority to improved Penataran Train
service performance were : added a first aid kit, improved the service quality of the
officers, repaired the damaged facilities, added 1 LED Display, added a ramp at the door of
the train and added a CCTV at every train. The recommendation of Gubeng Station service
performance were added 15 seats in the ticketing room, added 4 air conditioners, added a
set of fire extinguisher, added a platform ladder, added first aid equipment, added
transport information, added breastfeeding facilities and upgraded of free charging
facilities. The recommendation of Malang Kota Baru Station service performance were
added 85 m2 of waiting room, added 960 m2 of parking lot, added a set of fire extinguisher,
added first aid equipment, added transport information, added ramp for difable passanger,
added a platform ladder, added breastfeeding facilities and upgraded of free charging
facilities.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Evaluasi Kinerja Operasional dan
Pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan Malang Kota Baru”. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak
yang berkenan membantu, memberikan pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas segala limpahan rezeki, rahmat dan hidayah-Nya, semoga seluruh
proses dan ilmu yang didapatkan oleh penulis menjadi berkah dan bermanfaat.
2. Kedua orang tua, Mama dan Papa yang selalu memberikan doa, motivasi,
semangat, serta bantuan finansial untuk kelancaran penulis dalam menempuh masa
studi hingga tugas akhir ini terselesaikan.
3. Kedua adik penulis, Muhammad Zaky Aulia dan Anisa Salsabila yang selalu
memberikan doa, semangat dan dukungan selama masa studi hingga tugas akhir ini
terselesaikan.
4. Bapak Dr. Ir. Budi Sugiarto Waluyo, MSP selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr.
Ir. Ismu Rini Dwi Ari., Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
membimbing, memberikan pengarahan dan motivasi yang sangat berarti bagi
penulis hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Imma Widyawati Agustin., S.T., M.T., Ph.D selaku dosen penguji I dan Bapak
Dadang Meru Utomo., S.T., MURP selaku dosen penguji II, yang telah bersedia
menguji, memberikan pengarahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis
untuk memperbaiki tugas akhir agar mencapai hasil yang maksimal.
6. Seluruh dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya yang telah mengajarkan dan memberi pengetahuan tentang dunia PWK.
7. PT. KAI DAOP VIII Surabaya yang telah memberikan izin penelitian dan turut
membantu dalam pengumpulan data, serta seluruh pihak yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden hingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Muhammad Noor Halil yang selalu memberikan motivasi, saran, waktu dan tenaga
serta selalu bersedia untuk mendengarkan keluh kesah, menghibur, membantu
penulis hingga tugas akhir ini selesai.
9. Fatma Safura, Fadhilatus Shoimah dan Farida Seran, yang selalu menghibur,
memberikan motivasi dan menemani dalam setiap suka duka dari awal perkuliahan
hingga sekarang.
10. Wage Roro Yuli Hayati dan Kartika Septi Kumala Dewi yang selalu menjadi
tempat penulis untuk berkeluh kesah, berbagi cerita, yang selalu memberikan
motivasi, kritik dan saran serta pemikiran hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
11. Hanifa Muslimah, Eka Zuli Pratiwi, Anestia Lailatri Prabandari, Yulinda Dizah,
Liarizza Wardhani, Wage Roro Yuli Hayati, Kartika Septi Kumala Dewi, Fatma
Safura dan Fadhilatus Shoimah sebagai teman baik penulis dari awal perkuliahan
hingga sekarang yang membantu penulis sebagai tim survei dan menyumbangkan
tenaga dan pemikirannya hingga dapat diperolehnya data-data untuk tugas akhir ini.
12. Trisha, Laila, Tiktuk dan Rula, teman kos penulis yang selalu menemani malam-
malam penulis menyelesaikan tugas akhir ini dengan suara merdunya, serta selalu
memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
13. Khotim, Kiki, Yunda, Gandes, Ilham, Puji, Babe, dan Ayuq, teman-teman
seperjuangan dari sidang hingga tugas akhir ini selesai dijilid.
14. Teman-teman PWK 2013 yang setia memberikan dukungan dan selalu ada saat
suka dan duka.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan untuk masa yang akan datang. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi instansi pemerintah, peneliti, masyarakat, serta
dapat dijadikan pengembangan studi mengenai kinerja operasional dan pelayanan angkutan
umum.
Penulis
DAFTAR ISI
i
3.1.1 Evaluasi ............................................................................................................... 53
3.1.2 Kinerja Operasional ............................................................................................ 53
3.1.3 Kinerja Pelayanan ............................................................................................... 53
3.1.4 Kereta Api ........................................................................................................... 52
3.1.5 Stasiun ................................................................................................................. 52
3.2 Jenis Penelitian ............................................................................................................. 52
3.3 Diagram Metode ........................................................................................................... 53
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................................................... 54
3.5 Data yang diperlukan ................................................................................................... 57
3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 58
3.6.1 Survei Primer ...................................................................................................... 58
3.6.2 Survei Sekunder .................................................................................................. 60
3.7 Penentuan Populasi dan Sampel ................................................................................... 60
3.7.1 Populasi dan Sampel Pengguna Kereta Api ........................................................ 60
3.7.2 Metode Pengambilan Sampel Ahli...................................................................... 61
3.7.3 Populasi dan Sampel Kereta Api......................................................................... 62
3.8 Metode Analisis Data ................................................................................................... 64
3.8.1 Analisis Karakteristik Pengguna Kereta Api ...................................................... 64
3.8.2 Analisis Kinerja Operasional Kereta Api ............................................................ 64
3.8.3 Analisis Standar Pelayanan Minimum ................................................................ 66
3.8.4 Analisis Kano ...................................................................................................... 81
3.8.5 Analisis AHP ....................................................................................................... 87
3.9 Desain Survei .............................................................................................................. 92
3.10 Kerangka Metode ........................................................................................................ 96
ii
4.3.3 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Pekerjaan dan
Pendapatan ....................................................................................................... 122
4.3.4 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Maksud Perjalanan dan
Frekuensi Perjalanan ........................................................................................ 123
4.3.5 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Maksud Perjalanan dan
Tipe Perjalanan ................................................................................................ 123
4.3.6 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Tipe Perjalanan dan
Frekuensi Perjalanan ........................................................................................ 124
4.4 Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Penataran ................................................. 125
4.4.1 Load Factor ....................................................................................................... 125
4.4.2 Travel Time ...................................................................................................... 128
4.4.3 Waktu Henti ..................................................................................................... 130
4.4.4 Waktu Tunda .................................................................................................... 131
4.4.5 Kecepatan ......................................................................................................... 132
4.4.6 Headway ........................................................................................................... 133
4.5 Kinerja Pelayanan Stasiun dan Kereta Api................................................................ 134
4.5.1 Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ......................................................... 134
4.5.2 Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .................................................................. 140
4.5.3 Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ................................................. 151
4.6 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun dan Kereta Api
menggunakan Metode Kano ...................................................................................... 160
4.6.1 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ........ 160
4.6.2 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng ................. 162
4.6.3 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru 166
4.7 Prioritas Arahan Peningkatan Kinerja Operasional dan Pelayanan........................... 169
4.7.1 Kinerja Operasional Kereta Api ....................................................................... 172
4.7.2 Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ......................................................... 179
4.7.3 Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .................................................................. 182
4.7.4 Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ................................................. 187
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Standar Kecepatan Kereta Api Dalam Kota....................................................... 26
Tabel 2.2 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam
Perjalanan ........................................................................................................... 28
Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api di Stasiun ... 30
Tabel 2.4 Enam Kategori Kano .......................................................................................... 35
Tabel 2.5 Contoh Pertanyaan Kuesioner Kano Model ....................................................... 36
Tabel 2.6 Evaluasi Kano .................................................................................................... 36
Tabel 2.7 Fungtional Answer, Dis Fungtional Answer dan Kano Evaluation model
Kano .................................................................................................................... 37
Tabel 2.8 Perhitungan CS-Coefficient ............................................................................... 37
Tabel 2.9 Atribut Kategori Kualitas Model Kano Refined ................................................ 40
Tabel 2.10 Studi Terdahulu ................................................................................................. 45
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ............................................................................................. 54
Tabel 3.2 Trip KA Penataran Surabaya-Malang ................................................................ 57
Tabel 3.3 Trip KA Penataran Malang – Surabaya ............................................................. 58
Tabel 3.4 Tabel Penentuan Jumlah Sampel Isaac dan Michael ......................................... 60
Tabel 3.5 Pembagian Jumlah Responden ........................................................................... 61
Tabel 3.6 Stakeholder yang dipilih sebagai sampel ........................................................... 61
Tabel 3.7 Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Rute Surabaya-Malang Bulan Januari
2017 .................................................................................................................... 62
Tabel 3.8 Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Rute Malang-Surabaya Bulan Januari
2017 .................................................................................................................... 63
Tabel 3.10 Pengklasifikasian Skor ...................................................................................... 66
Tabel 3.11 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam
Perjalanan ........................................................................................................... 67
Tabel 3.12 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api di Stasiun . 72
Tabel 3.13 Atribut Kuisioner Kano ..................................................................................... 81
Tabel 3.14 Contoh Kuisioner Kano..................................................................................... 83
Tabel 3.15 Contoh Kuisioner I-S Model ............................................................................. 83
Tabel 3.16 Evaluasi Kano ................................................................................................... 84
Tabel 3.17 Contoh Pengisian Tabel Perhitungan Kano ...................................................... 85
Tabel 3.18 Contoh Pengisian Tabel I-S Model ................................................................... 86
Tabel 3.19 Atribut Kategori Kualitas Model Kano Refined ............................................... 87
Tabel 3.20 Skala Penilaian Prioritas ................................................................................... 89
Tabel 3.21 Contoh hasil kuadrat matriks AHP ................................................................... 90
Tabel 3.22 Contoh Perhitungan Eigen Vector .................................................................... 90
Tabel 3.23 Tabel RI............................................................................................................. 91
Tabel 3.24 Desain Survei .................................................................................................... 92
Tabel 4.1 Trip KA Penataran Surabaya-Malang ................................................................ 98
Tabel 4.2 Trip KA Penataran Malang - Surabaya .............................................................. 98
Tabel 4.3 Stasiun-Stasiun pemberhentian Kereta Api Penataran ....................................... 99
iv
No Judul Halaman
Tabel 4.4 Karakteristik penumpang Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan Stasiun
Malang Kota Baru ............................................................................................ 109
Tabel 4.5 Hubungan antara jenis kelamin dan usia ......................................................... 120
Tabel 4.6 Hubungan antara jenis kelamin dengan maksud perjalanan............................ 121
Tabel 4.7 Hubungan antara pekerjaan dan pendapatan ................................................... 122
Tabel 4.8 Hubungan antara maksud perjalanan dan frekuensi perjalanan ...................... 123
Tabel 4.9 Hubungan antara maksud perjalanan dan tipe perjalanan ............................... 124
Tabel 4.10 Hubungan antara tipe perjalanan dan frekuensi perjalanan ............................ 124
Tabel 4.11 Data perjalanan Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya ....................... 129
Tabel 4.12 Data perjalanan Kereta Api Penataran rute Surabaya-Malang ....................... 130
Tabel 4.13 Kecepatan Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya ............................... 132
Tabel 4.14 Kecepatan Kereta Api Penataran Rute Surabaya-Malang .............................. 133
Tabel 4.15 Headway Kereta Api Penataran...................................................................... 134
Tabel 4.16 Kinerja pelayanan Kereta Api Penataran ....................................................... 135
Tabel 4.17 Kinerja pelayanan Stasiun Gubeng ................................................................ 141
Tabel 4.18 Kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ............................................... 151
Tabel 4.19 Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Kereta Api Penataran ........... 160
Tabel 4.20 Atribut arahan peningkatan fasilitas Kereta Api Penataran berdasarkan Metode
Kano ............................................................................................................... 162
Tabel 4.21 Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Stasiun Gubeng .................... 163
Tabel 4.22 Atribut arahan peningkatan fasilitas Stasiun Gubeng berdasarkan Metode
Kano ............................................................................................................... 165
Tabel 4.23 Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ... 166
Tabel 4.24 Atribut arahan peningkatan fasilitas Stasiun Malang Kota Baru berdasarkan
Metode Kano ................................................................................................. 168
Tabel 4.25 Eigen vector penentuan priortias kriteria dalam pengembangan kinerja
operasional Kereta Api Penataran ................................................................. 170
Tabel 4.26 Eigen vector penentuan priortias kriteria dalam pengembangan kereta api dan
stasiun ............................................................................................................ 171
Tabel 4.27 Alternatif peningkatan kinerja operasional Kereta Api Penataran ................. 172
Tabel 4.28 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan kinerja
operasional Kereta Api Penataran ................................................................. 173
Tabel 4.29 Skenario penambahan kapasitas KA 462 saat weekday ................................. 175
Tabel 4.30 Skenario penambahan kapasitas KA 462 saat weekend ................................. 175
Tabel 4.31 Skenario penambahan kapasitas KA 465 saat weekday ................................. 176
Tabel 4.32 Skenario penambahan kapasitas KA 465 saat weekend ................................. 176
Tabel 4.33 Skenario penambahan kecepatan pada KA rute Malang-Surabaya ................ 177
Tabel 4.34 Skenario penambahan kecepatan pada KA rute Surabaya-Malang ................ 178
Tabel 4.35 Skenario penambahan trip kereta api ............................................................. 178
Tabel 4.36 Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Kereta Api Penataran ................... 179
Tabel 4.37 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Kereta Api
Penataran........................................................................................................ 180
Tabel 4.38 Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Gubeng ............................ 183
v
No Judul Halaman
Tabel 4.39 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Stasiun
Gubeng ...........................................................................................................183
Tabel 4.40 Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru ............188
Tabel 4.41 Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Stasiun
Malang Kota Baru ..........................................................................................188
vi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1.1 Penumpukan pengunjung di hall Stasiun Malang Kota Baru ..........................3
Gambar 1.2 Penyandang disabilitas kesulitan turun dari kereta api karena tidak ada ramp
di Stasiun Malang Kota Baru ............................................................................4
Gambar 1.3 Parkir motor di Stasiun Malang Kota Baru hingga ke badan jalan (a); Parkir
mobil di Stasiun Malang Kota Baru hingga ke badan jalan (b); Kemacetan
yang diakibatkan meluasnya parkir kendaraan ke badan jalan (c) ...................5
Gambar 1.4 Wilayah Studi ..................................................................................................11
Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran ........................................................................................13
Gambar 2.1 Pembagian Zona dan Sirkulasi Penumpang Stasiun ........................................23
Gambar 2.2 Diagram kano...................................................................................................34
Gambar 2.3 Kuadran kano berdasarkan CS-coefficient ......................................................39
Gambar 2.4 Contoh I-S model.............................................................................................39
Gambar 2.5 Hirarki lengkap ................................................................................................42
Gambar 2.6 Hirarki Tidak Lengkap ....................................................................................43
Gambar 2.7 Kerangka teori .................................................................................................49
Gambar 3.1 Diagram Metode ..............................................................................................53
Gambar 3.2 Diagram Kartesius Model Kano ......................................................................85
Gambar 3.3 Diagram Kartesius I-S Model ..........................................................................86
Gambar 3.4 Contoh hirarki tidak lengkap ...........................................................................88
Gambar 3.5 Kerangka Metode ............................................................................................96
Gambar 4.1 Layout Kereta Api Penataran........................................................................ 101
Gambar 4.2 Rute Kereta Api Penataran ........................................................................... 102
Gambar 4.3 Grafik jumlah penumpang Stasiun Gubeng .................................................. 103
Gambar 4.4 Layout Stasiun Gubeng ................................................................................ 104
Gambar 4.5 Grafik jumlah penumpang Stasiun Malang Kota Baru................................. 106
Gambar 4.6 Layout Stasiun Malang Kota Baru ............................................................... 107
Gambar 4.7 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Usia pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota
Baru (c) .......................................................................................................... 111
Gambar 4.8 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Jenis
Kelamin pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .................................................................................... 112
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Pekerjaan pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru
(c) ................................................................................................................... 114
Gambar 4.10 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Pendapatan
pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota
Baru (c) .......................................................................................................... 115
Gambar 4.11 Persentase jumlah penumpang dan pengunjung berdasarkan maksud
perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .................................................................................... 116
vii
No Judul Halaman
Gambar 4.12 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Tipe
Perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .....................................................................................117
Gambar 4.13 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Frekuensi
Perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .....................................................................................118
Gambar 4.14 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Tujuan
Perjalanan pada Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun
Malang Kota Baru (c) .....................................................................................119
Gambar 4.15 Load Factor Weekday Rute Malang-Surabaya ...........................................125
Gambar 4.16 Load Factor Weekend Rute Malang-Surabaya ...........................................126
Gambar 4.17 Load Factor Weekday Rute Surabaya-Malang ...........................................127
Gambar 4.18 Load Factor Weekend Rute Surabaya-Malang ...........................................128
Gambar 4.19 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran 161
Gambar 4.20 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran ....162
Gambar 4.21 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .........164
Gambar 4.22 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng .............165
Gambar 4.23 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Malang
Kota Baru ..............................................................................................................167
Gambar 4.24 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Malang
Kota Baru .......................................................................................................168
Gambar 4.25 Bagan AHP Kinerja Operasional Kereta Api Penataran .............................171
Gambar 4.26 Bagan AHP Kinerja Pelayanan ...................................................................172
Gambar 4.27 Hirarki Prioritas Alternatif Peningkatan Kinerja Operasional Kereta Api
Penataran ........................................................................................................173
Gambar 4.28 Hirarki Prioritas Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Kereta Api
Penataran ........................................................................................................180
Gambar 4.29 Contoh LED Display di Kereta Api Krakatau Express ...............................182
Gambar 4.30 Ramp di Pintu KRL Jabodetabek ................................................................182
Gambar 4.31 Hirarki Priortias Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Stasiun
Gubeng ...........................................................................................................184
Gambar 4.32 Hydrant Box Indoor, Hydrant Box Outdoor dan Hydrant Pillar .................185
Gambar 4.33 Fasilitas Free Charging di Stasiun Bogor ....................................................187
Gambar 4.35 Rencana Perubahan Ruang Stasiun Gubeng ...............................................192
Gambar 4.36 Rencana Perubahan Ruang Stasiun Malang Kota Baru ..............................193
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Tingkat Kepuasan
serta Tingkat Kepentingan Pengguna Kereta Api ..........................................1
Lampiran 2. Kuesioner AHP ...............................................................................................13
Lampiran 3. Data Survey Load Factor................................................................................27
Lampiran 4. Rekap Hasil Kuesioner Metode Kano .............................................................30
Lampiran 5. Hasil Rekap Kuesioner IPA ...........................................................................34
Lampiran 6. Data Penilaian AHP ........................................................................................47
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
di Surabaya dan Jawa Timur serta merupakan stasiun keberangkatan utama KA dari Kota
Surabaya, khususnya yang melalui jalur Selatan dan Timur (PT. KAI DAOP VIII
Surabaya, 2016).
Stasiun Gubeng dipilih menjadi objek penelitian karena Stasiun Gubeng merupakan
stasiun terbesar di Surabaya dan di Jawa Timur yang memiliki tarikan terbesar pula dengan
jumlah penumpang ± 9.000 orang setiap harinya, sehingga perlu dikaji kinerja
pelayanannya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan penumpang.
Stasiun Malang Kota Baru (ML) merupakan stasiun kereta api utama Kota Malang
berada pada ketinggian +444 meter dari permukaan laut dan berlokasi di zona 6, tepatnya
di Kecamatan Klojen. Stasiun Malang Kota Baru sebagai simpul kegiatan transportasi di
Kota Malang juga terletak di pusat kegiatan Kota Malang, yaitu pada zona pemerintahan,
pendidikan, perdagangan dan jasa serta militer. Stasiun ini memiliki 12 jalur aktif dengan
jalur 3 sebagai sepur lurus. Stasiun Malang Kota Baru melayani berbagai kelas kereta api,
seperti kelas eksekutif (Gajayana, Bima), kelas campuran (Malabar/ kelas eksekutif-bisnis-
ekonomi, Malioboro ekspres/ kelas eksekutif-ekonomi), kelas ekonomi AC plus
(Majapahit, Jayabaya), kelas ekonomi AC (Matarmaja, Tawang Alun, Tumapel,
Penataran). Stasiun Malang Kota Baru melayani kereta api baik lokal (wilayah Jawa
Timur), maupun regional (lintas provinsi) (PT. KAI DAOP VIII Surabaya, 2016).
Stasiun Malang Kota Baru dipilih menjadi objek penelitian karena merupakan
stasiun kelas besar yang terletak di wilayah rencana double track lintasan Malang-
Surabaya. Kota Malang sebagai daerah otonom dan kota besar kedua setelah Kota
Surabaya pastinya memiliki tarikan yang besar dari berbagai kota dan kabupaten di
sekitarnya sehingga jumlah penumpang kereta api di Stasiun Malang Kota Baru terus
meningkat setiap tahunnya. Karena itu selain Stasiun Gubeng, Stasiun Malang Kota Baru
juga perlu dievaluasi mengenai kinerja pelayanannya.
Kereta api Penataran yang beroperasi di Daerah Operasi VIII Surabaya
sebagai kereta api kelas ekonomi lokal yang melayani rute jarak dekat Surabaya Kota-
Malang dan sebaliknya. Karena KA Penataran merupakan salah satu kereta api yang
melayani perjalanan dengan jarak yang cukup dekat dengan Kota Malang, kereta api ini
cukup diminati penumpang yang menuju arah Surabaya. Selain itu KA Penataran memiliki
jumlah keberangkatan 5 kali dalam satu hari, berbeda dengan KA Tumapel yang hanya
memiliki 1 kali keberangkatan, sehingga KA Penataran semakin diminati, terbukti dengan
tiketnya yang selalu habis hampir setiap hari dan tak jarang terdapat penumpang yang
3
berdiri. Maka dari itu dipilihlah Kereta Api Penataran sebagai objek dalam penelitian ini
untuk di evaluasi kinerja operasional dan kinerja pelayanannya.
Gambar 1.2 Penyandang disabilitas kesulitan turun dari kereta api karena tidak ada
ramp di Stasiun Malang Kota Baru
c. Kapasitas lahan parkir Stasiun Malang Kota Baru dalam kondisi eksisting tidak
mencukupi kebutuhan parkir pada saat jam kedatangan atau keberangkatan
kereta api, hal ini dibuktikan bahwa ketersediaan lahan parkir 288 sepeda motor
(150 kendaraan parkir inap dan 78 kendaraan parkir sementara), 13 mobil dan 8
taksi sedangkan kebutuhan parkir sepeda motor inap 210 kendaran, sepeda
motor sementara 135 kendaraan, angkutan umum (taksi) 13 kendaraan dan
mobil 37 kendaraan. Karena kapasitas lahan parkir tidak mencukupi kebutuhan,
parkir kendaraan meluas hingga membuat lalu lintas di Jalan Trunojoyo di
depan Stasiun Malang Kota Baru sering terganggu dan menimbulkan
kemacetan. Kemacetan yang terjadi adalah pada peak hour penumpang di
stasiun dan pada jam pulang kerja sehingga lalu lintas menjadi padat (Birka,
Admaja, Djakfar dan Suharyanto, 2014).
(a) (b)
5
(c)
Gambar 1.3 Parkir motor di Stasiun Malang Kota Baru hingga ke badan jalan (a);
Parkir mobil di Stasiun Malang Kota Baru hingga ke badan jalan (b); Kemacetan yang
diakibatkan meluasnya parkir kendaraan ke badan jalan (c)
2. Untuk akademisi
Memberikan informasi tentang bagaimana mengevaluasi dan menyusun
prioritas arahan pengembangan pada Stasiun Malang Kota Baru dan Stasiun
Gubeng serta Kereta Api Penataran.
3. Untuk pemerintah
Menjadi masukan dalam perencanaan pengembangan Stasiun Malang Kota
Baru dan Stasiun Gubeng serta Kereta Api Penataran.
berbeda dengan kereta api kelas lainnya yang ditetapkan oleh penyelenggara
sarana perkeretaapian dengan dasar perhitungan biaya operasi dan tingkat
pelayanan seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia No. 69 Tahun 2014 tentang Pedoman Perhitungan dan
Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api.
4. Evaluasi kinerja operasional dalam penelitian ini dilakukan pada jam puncak
(peak hour) yaitu pada kereta api dengan penumpang terbanyak yang
ditentukan berdasarkan data jumlah penumpang dari data PT. KAI DAOP
VIII Surabaya Tahun 2016-2017.
5. Kinerja pelayanan kereta api dan kinerja sarananya berupa stasiun dalam
penelitian ini berdasarkan standar-standar yang ada dan berdasarkan persepsi
pengguna.
6. Aspek-aspek yang dinilai pada kinerja pelayanan kereta api dan stasiun
mengacu pada Permenhub RI No. 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api.
7. Aspek-aspek yang dinilai pada kinerja pelayanan kereta api berupa: aspek
keselamatan yaitu; alat-alat pemadam kebakaran dan fasilitas kesehatan.
Aspek keamanan yaitu; ketersediaan CCTV, petugas keamanan, informasi
gangguan keamanan dan lampu penerangan. Aspek kehandalan/keteraturan
yaitu; ketepatan jadwal kereta api. Aspek kenyamanan yaitu; tempat duduk,
toilet, restorasi, pegangan penumpang berdiri, rak bagasi dan pengatur
sirkulasi udara. Aspek kemudahan yaitu; informasi visual dan audio stasiun
yang akan disinggahi, informasi gangguan perjalanan KA dan nama serta
nomor urut KA. Aspek kesetaraan yaitu; fasilitas bagi penumpang difabel.
Semua jenis pelayanan tersebut diambil sebagai objek penelitian karena
sangat penting untuk menunjang pengembangan fasilitas-fasilitas di kereta
api. Penilaian dilakukan dengan skoring skala 1-5 yang masing-masing
nilainya diasumsikan oleh peneliti.
8. Aspek-aspek yang dinilai pada kinerja pelayanan stasiun berupa: aspek
keselamatan yaitu; alat-alat pemadam kebakaran, petunjuk dan prosedur jalur
evakuasi, titik simpul evakuasi, nomor-nomor telepon darurat, fasilitas
kesehatan, dan lampu penerangan. Aspek keamanan yaitu; ketersediaan
CCTV, petugas keamanan, informasi gangguan keamanan dan lampu
penerangan. Aspek kehandalan/keteraturan yaitu; layanan penjualana tiket.
9
Aspek kenyamanan yaitu; ruang tunggu, ruang boarding, toilet, mushola dan
pengatur sirkulasi udara. Aspek kemudahan yaitu; informasi pelayanan,
informasi gangguan perjalanan kereta api, informasi angkutan lanjutan,
fasilitas layanan penumpang, fasilitas kemudahan naik turun penumpang dan
tempat parkir. Aspek kesetaraan yaitu; fasilitas bagi penumpang difabel dan
ruang ibu menyusui. Semua jenis pelayanan tersebut diambil sebagai objek
penelitian karena sangat penting untuk menunjang pengembangan fasilitas-
fasilitas di stasiun. Penilaian dilakukan dengan skoring skala 1-5 yang
masing-masing nilainya diasumsikan oleh peneliti.
9. Evaluasi kinerja pelayanan kereta api membahas mengenai persepsi
penumpang terhadap pelayanan kereta yang melalui rute Malang-Surabaya
dan sebaliknya. Sedangkan evaluasi kinerja pelayanan di stasiun dilakukan di
Stasiun Malang Kota Baru dan Stasiun Gubeng sebagai stasiun besar untuk
stasiun keberangkatan dan stasiun akhir untuk rencana double track lintasan
Malang-Surabaya. Persepsi penumpang tersebut kemudian dianalisis
menggunakan metode Kano agar lebih mudah untuk menentukan arahan
pengembangan kinerja pelayanan kereta api dan stasiun.
10. Prioritas arahan peningkatan pelayanan kereta api dan stasiun merupakan
output yang diinginkan dari penelitian ini. Prioritas-prioritas tersebut
didapatkan dari persepsi stakeholder menggunakan input hasil analisis kinerja
operasional kereta api dan kinerja pelayanan kereta api dan stasiun. Arahan
peningkatan ditujukan pada kinerja operasional yang masih belum memenuhi
standar, sedangkan untuk kinerja pelayanan kereta api dan stasiun ditujukan
pada atribut pelayanan yang memiliki skor penilaian rendah yaitu 1-3 dan
memiliki nilai kepuasan rendah sedangkan nilai kepentingannya tinggi
sehingga dibutuhkan arahan peningkatan pelayanan. Prioritas arahan
peningkatan tersebut didapatkan dari analisis AHP yang menggunakan
pendapat ahli untuk mengetahui alternatif mana yang diprioritaskan.
11. Arahan peningkatan pelayanan mulanya dirumuskan oleh peneliti setelah
didapatkan hasil analisis kinerja operasional kereta api dan analisis kinerja
pelayanan kereta api dan stasiun untuk kemudian diserahkan kepada
stakeholder untuk dinilai bobot kepentingan tiap kriteria dan alternatif yang
dirumuskan.
10
15
16
Konsep pergerakan dibagi dalam dua bagian, yaitu konsep mengenai ciri
pergerakan tidak spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya yang menyangkut
pertanyaan mengapa orang melakukan perjalanan, kapan orang melakukan perjalanan, dan
jenis angkutan apa yang mereka pergunakan, dan konsep mengenai pergerakan spasial
(dengan batas ruang) di dalam kota, termasuk pola tata guna lahan, pola perjalanan orang,
dan pola perjalanan angkutan barang (Tamin, 2000).
A. Pergerakan tidak spasial
Ciri pergerakan tidak spasial adalah semua ciri pergerakan yang berkaitan
dengan aspek tidak spasial, seperti sebab terjadinya pergerakan, waktu terjadinya
pergerakan, dan jenis moda yang digunakan (Tamin, 2000).
1. Penyebab terjadinya pergerakan
Penyebab terjadinya pergerakan didasarkan pada maksud perjalanan dengan
ciri dasarnya, yaitu yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, dan agama.
2. Waktu terjadinya pergerakan
Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang
melakukan aktivitasnya sehari-harinya. Waktu perjalanan sangat tergantung
pada maksud perjalanan.
3. Jenis sarana angkutan yang digunakan
Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis
angkutan mobil, angkutan umum, pesawat terbang, atau kereta api. Penentuan
pilihan jenis angkutan biasanya orang mempertimbangkan berbagai faktor,
yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan.
B. Pergerakan spasial
Perjalanan terjadi karena manusia melakukan aktivitas ditempat yang berbeda
dengan daerah tempat mereka tinggal. Keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah
berperan dalam menciptakan perjalanan. Berikut ini dijelaskan beberapa ciri
pergerakan spasial, yaitu pola perjalanan orang dan pola perjalanan barang (Tamin,
2000):
1. Pola perjalanan orang
Dalam pola penyebaran spasial yang sangat berperan adalah sebaran spasial dari
daerah industri, perkantoran, dan permukiman. Pola sebaran spasial dari ketiga
jenis tata guna lahan ini sangat berperan dalam menentukan pola perjalanan
orang, terutama perjalanan dengan maksud bekerja.
17
dimana piston diletakkan, uap air masuk akan menekan piston untuk bergerak
dan di sisi lain diruang piston uap air yang berada diruang tersebut didorong
keluar demikian seterusnya. Uap air diatur masuk kedalam ruang piston oleh
suatu mekanime langsung seperti ditunjukkan dalam gambar. Selanjutnya
piston akan menggerakkan roda mealui mekanisme gerakan maju mundur
menjadi gerak putar.
2. Kereta api diesel
Kereta api diesel dalah jenis kereta api yang bermesin diesel dan umumnya
menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada dua jenis utama kereta api
diesel yaitu kereta api diesel hidrolik dan kereta api diesel elektrik.
3. Kereta rel listrik
Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta yang bergerak dengan
sistem propulsi motor listrik.
Dalam penelitian ini, jenis kereta yang dijadikan objek penelitian adalah kereta api
diesel.
B. Segi rel
1. Kereta api rel konvensional
Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum dijumpai.
Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang besi yang diletakan di bantalan.
Daerah tertentu yang memliki tingkat ketinggian curam, digunakan rel
bergerigi yang diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan
lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.
2. Kereta api monorel
kereta api rel tunggal adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta
yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi.
Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien,
biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota
metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang.
Dalam penelitian ini, jenis kereta yang dijadikan objek penelitian adalah kereta api
konvensional.
C. Segi di atas/di bawah permukaan tanah
1. Kereta api permukaan
Kereta api permukaan berjalan di atas tanah. Umunya kereta api yang sering
dijumpai adalah kereta api jenis ini.
19
Dalam penelitian ini, jenis stasiun yang dijadikan objek penelitian adalah
overtrack station.
F. Jangkauan pelayanan penumpang kereta
1. Stasiun jarak dekat, melayani jarak dekat dalam kota.
2. Stasiun jarak menengah, melayani jarak sedang di luar kota yang
menghubungkan pusat kota dengan wilayah suburban.
3. Stasiun jarak jauh, melayani jarak jauh antar kota, wilayah atau negara.
Dalam penelitian ini, jenis stasiun yang dijadikan objek penelitian adalah stasiun
jarak jauh yang melayani antar kota dan wilayah.
a. Hall.
b. Tempat parkir.
c. Halaman stasiun; dan semua ruang yang yang dibatasi oleh tempat
pemeriksaan tiket/portir.
2.5.2 Pengaturan Sirkulasi Penumpang di Stasiun
Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Tidak terjadi perpotongan antara akses masuk dan keluar penumpang baik yang
akan naik KA maupun Turun dari KA.
2. Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun.
3. Kapsitas/ukuran pintu masuk dan keluar penumpang sesuai dengan volume
penumpang yang ada.
Pembagian zona dan sirkulasi penumpang stasiun dapat dilihat pada Gambar 2.1.
maupun angkutan umum menjadi lebih bersaing selama jam puncak. Hal ini
mengakibatkan jalanan menjadi padat dan pelaku perjalanan berupaya mencari
moda transportasi yang bisa menghemat waktu tempuh.
3. Lokasi stasiun/shelter dan arah perjalanan, lokasi stasiun/shelter berpengaruh
terhadap operasional KA komuter; sebab penempatan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat umum berarti pelayanan KA komuter menjadi optimal.
Sedangkan arah perjalanan berpengaruh terhadap tujuan perjalanan pengguna
karena biasanya tujuan perjalanan adalah menuju ke daerah pusat bisnis (CBD).
4. Jadwal keberangkatan dan kedatangan, pengaturan jadwal adalah salah satu hal
penting dalam pengoperasian KA komuter sehingga harus mampu
mengakomodasi kebutuhan penggunanya. Pengaturan jadwal yang tepat bisa
memberikan dampak yang positif bagi para pengguna untuk lebih memilih
menggunakan kereta komuter.
5. Tingkat pendapatan, sangat berhubungan dengan karakteristik pengguna kereta
komuter karena biasanya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin
kecil minat mereka untuk menggunakan angkutan umum.
6. Usia, faktor usia juga mempengaruhi karakteristik pengguna kereta komuter,
karena biasanya dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin malas
menggunakan angkutan umum; terutama angkutan umum yang mengangkut
dalam jumlah besar seperti KA komuter karena pertimbangan beberapa hal,
antara lain rasa tidak nyaman jika harus berdesakan dengan penumpang yang
lain.
7. Jenis kelamin, umumnya wanita akan lebih memilih menggunakan angkutan
umum dibanding pria karena biasanya wanita tidak bisa mengemudi. Namun
seiring perkembangan zaman hal itu dapat berubah.
8. Jenis pekerjaan, dengan mengetahui jenis pekerjaan pengguna KA komuter
maka bisa diketahui apakah mayoritas pengguna berasal dari golongan pelajar,
mahasiswa, pegawai negeri sipil, ibu rumah tangga dan lain-lain. Umumnya
seseorang dengan jenis pekerjaan/jabatan yang sudah mapan cenderung untuk
lebih memilih menggunakan mobil pribadi daripada angkutan umum.
Dalam penelitian ini hanya 6 dari 8 karakteristik yang digunakan sebagai variabel
kecuali waktu perjalanan dan jadwal keberangkatan dan kedatangan karena sebelumnya
telah dikaji terlebih dahulu jam puncak untuk menentukan waktu penelitian sehingga
kedua varibel tersebut tidak dijadikan objek penelitian dalam karakteristik penumpang.
25
Standar kecepatan untuk kereta api perkotaan atau layanan kereta api jarak dekat
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1
Standar Kecepatan Kereta Api Dalam Kota
Jenis Kereta Kecepatan Minimum (Km/Jam) Kecepatan Maksimum (Km/Jam)
Antar kota 60 85
Komuter 20 60
Sumber : Rosyani dan Susilo, 2011
2.7.6 Headway
Headway didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jarak atau waktu ketika
bagian depan kereta api yang berurutan melewati suatu titik pengamatan ruas jalan. Waktu
atau jarak kendaraan yang berurutan tergantung pada banyaknya penumpang yang
diangkut dan kapasitas kereta api (Rosyani dan Susilo, 2011). Perhitungan headway rata-
rata berdasarkan kapasitas dan load factor yang dirumuskan sebagai berikut (Sumantri dan
harijanto, 2014):
60 𝑥 𝐶 𝑥 𝑙𝑓
Hd = ...............................................................................(2-3)
P
Dimana :
Hd = headway ideal
C = kapasitas kereta api
Lf = load factor
P = jumlah penumpang eksisting
27
Headway dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui waktu antara masing-
masing KA dengan membandingkan hasil perkalian kapasitas angkut KA dengan load
factor dibagi dengan jumlah penumpang eksisting yang dijabarkan dalam menit. Hasil
perhitungan tersebut untuk membandingkan headway eksisting dan headway ideal,
kemudian dapat pula menjadi bahan pertimbangan untuk penambahan jumlah trip yang
disesuaikan dengan waktu pada jumlah penumpang terbanyak dalam satu hari.
2.8 Persepsi
Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan atau
penilaian, pendapat atau menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang
ditampilkan dari sumber lain (Tanjung, 2010).
Selain itu pengertian persepsi sebagai suatu penerimaan yang baik atau
pengambilan inisiatif dari proses komunikasi. Tanjung (2010) mengemukakan
bahwasannya ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu :
1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan
apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
dari pelaku persepsi individu itu.
2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati
dapatmempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam
keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi
persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang
berdekatan atau yang mirip.
3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. Preferensi berasal dari
bahasa inggris “Preference” yang berarti sesuatu yang lebih diminati, suatu pilihan
utama, merupakan kebutuhan prioritas.Preferensi marupakan suatu hal yang harus
didahulukan, dan diutamakan dari pada yang lain, prioritas, pilihan, kecenderungan
dan lebih disukai.
mengoperasikan stasiun kereta api dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa
stasiun kereta api dan penyelenggaraan sarana perkeretaapian yang melaksanakan kegiatan
angkutan orang dengan kereta api.
Dalam penelitian ini, tolok ukur yang digunakan dalam SPM kereta api adalah
kereta api antar kota, dan tolok ukur yang digunakan dalam SPM stasiun adalah stasiun
kelas besar. SPM stasiun dan SPM kereta api dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam Perjalanan
Tolak Ukur KA Antar
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Keterangan
Kota
1. Keselamatan
a. Informasi dan Informasi ketersediaan dan Kondisi Informasi dan fasilitas Alat pemecah kaca
fasilitas peralatan penyelamatan keselamatan mudah disediakan utuk
keselamatan darurat dalam bahaya terlihat dan terjangkau, jendela darurat yang
(kebakaran, kecelakaan antara lain: tidak bisa dibuka
atau bencana alam) ▪ 1 APAR per kereta
dengan ukuran minimal
3 kg
▪ Rem darurat
▪ Alat pemecah kaca
yang mudah terlihat
dan terjangkau
▪ Petunjuk jalur evakuasi
b. Informasi dan Informasi ketersediaan dan Kondisi ▪ Informasi dan fasilitas
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan untuk kesehatan berupa
penanganan keadaan perlengkapan P3K
darurat (pertolongan pertama
pada kecelakaan)
mudah terlihat dan
terjangkau
▪ 1 set ditempatkan
disetiap kereta, kereta
makan (restorasi), dan
petugas pengamanan
atau kondektur
2. Keamanan
a. Fasilitas Peralatan untuk memonitor Jumlah Minimal 1 CCTV dalam 1
pendukung kejadian di dalam kereta rangkaian kereta
b. Petugas keamanan Orang yang bertugas Jumlah Minimal 2 orang petugas
menjaga ketertiban dan dalam 1 rangkaian KA
kelancaran sirkulasi
pengguna jasa dan stasiun
c. Informasi Informasi yang Jumlah Minimal 2 stiker yang Operator yang
gangguan disampaikan kepada mudah terlihat dan jelas menerima dan
keamanan pengguna jasa apabila terbaca menindak lanjuti
mendapat gangguan laporan
keamanan berupa stiker
berisi nomor telepon
dan/atau SMS penganduan
ditempel pada tempat yang
strategis dan mudah
terlihat
d. Lampu penerang Lampu penerangan di Intensitas Pukul 17.00-22.00 200-
kereta berfungsi sebagai cahaya 300 lux
sumber cahaya untuk Pukul 22.00-04.00 60-100
membaca dan lux
berkomunikasi
29
c. Lampu penerang Lampu penerang di dalam Intensitas ▪ Pukul 17.00-22.00 200- Titik lampu
kereta berfungsi sebagai cahaya 300 lux disesuaikan dengan
sumber cahaya di dalam ▪ Pukul 22.00-04.00 60- kebutuhan
kereta untuk memberikan 100 lux
rasa nyaman bagi
pengguna jasa angkutan
KA
d. Fasilitas pengatur Fasilitas untuk sirkulasi Suhu Suhu dalam ruangan Dilengkapi dengan
sirkulasi udara di udara dapat menggunakan maksimal 27o alat pengukur suhu
ruang tunggu AC (air conditioer), kipas ruangan pada setiap
tertutup angin (fan) dari/atau KA
ventilasi udara
e. Restorasi Fasilitas untuk menunjang Ketersedia Harus tersedia Fasilitas memasak
kebutuhan pengguna jasa an berupa pemanas
yang hendak makan dan listrik
minum
f. Fasilitas pegangan Fasilitas ini diperuntukan ▪ Kondisi
penumpang berdiri bagi penumpang berdiri ▪ Jumlah
pada KA perkotaan
g. Rak bagasi Fasilitas ini diperuntukan Jumlah Tersedia rak bagasi di atas
bagi pengguna jasa yang tempat duduk
angkutan KA untuk dapat berfungsi
menempatkan barang
bawaan di dalam kereta
dan dengan aman dan tidak
mengganggu penumpang
5. Kemudahan
a. Informasi stasiun Informasi yang ▪ Bentuk ▪ Informasi dalam bentuk
yang akan disampaikan di untuk ▪ Tempat visual harus diletakkan
disinggahi atau mempermudah penumpang ▪ Intensi- di tempat strategis,
dilewati secara yang akan turun di suatu tas mudah terkihat dan
berurutan stasiun KA (sedang dan suara jelas terbaca
30
Tabel 2.3
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api di Stasiun
Tolak Ukur Stasiun
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Keterangan
Besar
1. Keselamatan
a. Informasi dan fasilitas Informasi Kondisi Informasi dan fasilitas
keselamatan ketersediaan dan keselamatan mudah
peralatan terlihat dan terjangkau,
penyelamatan darurat antara lain:
dalam bahaya ▪ Alat pemadam kebakaran
(kebakaran, ▪ Petunjuk jalur dan
kecelakaan atau prosedur evakuasi
bencana alam) ▪ Titik simpul evakuasi
▪ Nomor-nomor telepon
darurat
b. Informasi dan fasilitas Informasi Kondisi Informasi dan fasilitas
kesehatan ketersediaan dan kesehatan mudah terlihat
31
d. Fasilitas layanan Fasilitas yang Jumlah ▪ Mempunyai tempat dan 1 Petugas yang memiliki
penumpang disediakan untuk meja kerja kecakapan Bahasa
memberikan 1 orang petugas dan Inggris hanya untuk
informasi perjalanan memiliki kecakapan stasiun-stasiun
KA dan layanan Bahasa inggris berpenumpang
pengaduan internasional
e. Fasilitas kemudahan Memberikan Aksesibilitas Selisih tinggi peron Untuk stasiun yang
naik atau turun kemudahan dengan lantai kereta tidak tinggu peronnya di
penumpang penumpang untuk lebih dari 20 cm bawah lantai kereta
naik ke kereta atau yang di layani, harus
turun dari kereta disediakan tangga
platform atau peron
tidak permanen
f. Tempat parkir Tempat untuk parkir ▪ Luas ▪ Luas tempat parkir ▪ Prioritas bagi stasiun
kendaraan baik roda 4 ▪ Sirkulasi disesuaikan dengan lahan antar kota
dan roda 2 yang tersedia ▪ Untuk stasiun besar
▪ Sirkulasi kendaraan akses dari dan menuju
masuk, keluar dan parkir stasiun dilengkapi
lancar dengan kanopi atau atap
6. Kesetaraan
b. Fasilitas bagi Fasilitas yang ▪ Aksesibilitas Terdapat ramp dengan Lift dan/atau eskalator
penumpang difable disediakan untuk ▪ Ketersediaaan kemiringan maksimal 10o harus disediakan untuk
penyandang dan akses jalan stasiun yang jumlah
disabilitas penyambung antar peron lantainya lebih dari 1
lantai
c. Ruang ibu menyusui Ruang atau tempat Ketersediaan Tersedia ruang khusus
yang disediakan beserta fasilitas lengkap
khusus bagi ibu untuk ibu menyusui bayi
menyusui bayi
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 48 Tahun 2015
Tabel 2.4
Enam Kategori Kano
A Atrractive R Reverse
M Must-Be I Indifferent
O One Dimensional Q Questionable
Sumber :Fajar, 2011
Kuesioner yang disusun mempunyai dua jenis pertanyaan untuk setiap pertanyaannya.
Dua jenis pertanyaan tersebut adalah pertanyaan apabila atribut tersebut terpenuhi
36
Tabel 2.5
Contoh Pertanyaan Kuesioner Kano Model
If the gas mileage is good, how do you feel? 1. I like it that way
2. It must be that way
3. I am neutral
4. I can live with it that way
5. I dislike it that way
If the gas mileage is poor, how do you feel? 1. I like it that way
2. It must be that way
3. I am neutral
4. I can live with it that way
5. I dislike it that way
Atribut Importance Satisfaction
Gas mileage 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
x x
Sumber : Fajar, 2011
Jawaban-jawaban dari pelanggan kemudian diterjemahkan ke dalam tabel evaluasi
Kano yang tertera seperti di bawah ini:
Tabel 2.6
Evaluasi Kano
Customer requirements Disfunctional
1 2 3 4 5
like Must- Neutral Live dislike
be with
Functional 1. like Q A A A O
2. must-be R I I I M
3. neutral R I I I M
4. live with R I I I M
5. dislike R R R R Q
Sumber : Fajar, 2011
Customer Requirement adalah :
A : Atrractive O : One-dimensional
M : Must-be Q : Questionable result
R : Reverse I : Indiferent
Tabel 2.7
Fungtional Answer, Dis Fungtional Answer dan Kano Evaluation model Kano
Combination of FA and
SI FA DFA DFA KE
1 Like Like Like Like Questionable (Q)
2 Like Must-be Like Must-be Attractive (A)
3 Like Neutral Like Neutral Attractive (A)
4 Like Live-with Like Live-with Attractive (A)
5 Like Dislike Like Dislike One-dimensional (O)
6 Must-be Like Must-be Like Reverse (R)
7 Must-be Mst-be Must-be Must-be Indefferent (I)
8 Must-be Neutral Must-be Neutral Indefferent (I)
9 Must-be Live-with Must-be Live-with Indefferent (I)
10 Must-be Dislike Must-be Dislike Must-be (M)
Sumber : Fajar, 2011
Langkah 4: Menyebarkan kuesioner pada responden yang telah dihitung jumlahnya
melalu sampling.
Langkah 5: Memproses hasil kueisoner. Langkah ini dilakukan dengan menerjemahkan
hasil kuesioner ke dalam klasifikasi kategori model Kano sesuai dengan tabel tabulasi
Kano. Langkah selanjutnya adalah memetakan tiap atribut pertanyaan ke dalam kuadran
model Kano berdasarkan perhitungan koefisien kepuasan pelanggan (Fajar, 2011).
Koefisien kepuasan :
𝐴+𝑂
………………….........................................................………………(2-4)
A+O+M+I
Koefisien ketidakpuasan:
𝑂+𝑀
………….........................................................………………………(2-5)
A+O+M+I
Tabel 2.8
Perhitungan CS-Coefficient
𝑨+𝑶 𝑶+𝑴
Atribut A O M I Total Kategori
𝐀+𝐎+𝐌+𝐈 𝐀+𝐎+𝐌+𝐈
A 7 33 50 10 100 % M 0,4 -0,83
B 11 46 31 12 100 % O 0,57 -0,78
C 66 22 3 9 100 % A 0,89 -0,25
Sumber : Fajar, 2011
38
Tanda minus untuk nilai koefisien ketidakpuasan menyatakan bahwa kriteria tersebut
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kepuasan pelanggan apabila tidak terpenuhi.
Untuk koefisien kepuasan, apabila nilai hasil perhitungan mendekati 1 (dari rentang 0
sampai 1) maka dapat dikatakan tersedianya atribut tersebut mempunyai pengaruh yang
tinggi terhadapmeningkatnya kepuasan pelanggan. Nilai sekitar 0 menyatakan bahwa
ketidaktersediaan atribut tidak menyebabkan ketidakpuasan pelanggan.
Setelah didapatkan nilai kedua koefisien untuk tiap atributnya, langkah selanjutnya
adalah memetakan tiap atribut ke dalam kuadran Kano dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kategori must-be mempunyai nilai koefisien ketidakpuasan tinggi dan nilai
koefisien kepuasan rendah.
b. Kategori one dimensional mempunyai nilai yang tinggi pada koefisien kepuasan
dan ketidakpuasan.
c. Kategori attractive mempunyai nilai koefisien kepuasan yang tinggi dan nilai
koefisien ketidakpuasan yang rendah.
d. Sedangkan kategori indifferent mempunyai nilai yang rendah pada koefisien
kepuasan dan ketidakpuasannya.
Kuadran Kano dibagi menjadi empat bagian sesuai dengan keempat kategori tersebut
dilakukan dengan cara menarik dua garis yang saling tegak lurus dimana kedua garis
tersebut berasal dari nilai rata-rata koefisien kepuasan dan ketidakpuasan yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
∑ 𝑥𝑖
𝑋= ……………………..........................................................……………...(2-6)
N
∑ 𝑦𝑖
𝑌= …………………..........................................................………………...(2-7)
N
Dimana:
X = skor rata-rata nilai koefisien kepuasan
Y = skor rata-rata nilei koefisien ketidakpuasan n = jumlah atribut
Langkah 6: Tindakan perbaikan. Pada umumnya hasil dari kuesioner Kano merupakan
panduan perusahaan dalam melakukan pengembangan produk atau pelayanan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan. Perusahaan harus memenuhi semua atribut must-be,
memiliki kinerja yang lebih baik dengan kompetitor untuk memenuhi atribut one
dimensional dan berkonsentrasi pada atribut-atribut yang tergolong attractive.
39
Indifferent Must be
Ketidakpuasan
Gambar 2.3 Kuadran kano berdasarkan CS-coefficient
Sumber : Fajar, 2011
Tahap selanjutnya adalah dengan memasukkan angka kepentingan dan kepuasan
ke dalam kategori model I-S berdasarkan kuisioner kepentingan dan kepuasan untuk
memudahkan pemberian arahan bagi peningkatan pelayanan. Diagram I-S model dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Surplus Exellent
Satisfaction
Importance
Gambar 2.4 Contoh I-S model
Sumber : Fajar, 2011
Pada I-S model terdapat kuadran-kuadran yang menentukan lokasi-lokasi dari
atribut. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing diagram :
1. Excellent = pengguna menganggap bahwa pelayanan dari atribut sangat
penting dan memuaskan, sehingga pelayanan dari atribut perlu dilanjutkan
2. To be impoved = atribut pada area ini dianggap penting namun belum sesuai
dengan harapan pelanggan, sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk atribut
yang beradapada kuadran ini
3. Surplus = pengguna menganggap fasilitas yang ada tidak terlalu penting namun
memberikan kepuasan kepada pengguna. Apabila pemberi jasa ingin
40
Tabel 2.9
Atribut Kategori Kualitas Model Kano Refined
Atribut Kategori Kualitas Atribut Kategori Kualitas
Atribut Kategori Kualitas di
dengan Kepentingan Tinggi di dengan Kepentingan Rendah
Model Kano
Model Pengembangan di Model Pengembangan
Attractive Highly attractive Less attractive
One-dimensional High value-added Low value-added
Must-be Critical Necessary
Indifferent Potential Care-free
Sumber : Yenni, 2016
KA Penataran. Pada dasarnya, AHP bekerja dengan cara memberi prioritas kepada
alternatif yang penting mengikuti kriteria yang telah ditetapkan dengan subjek penelitian
adalah stakeholder. Lebih tepatnya, AHP memecah berbagai peringkat struktur hirarki
berdasarkan tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan pilihan atau alternatif (decompotition). AHP
juga memperkirakan perasaan dan emosi (psikologi manusia) sebagai pertimbangan dalam
membuat keputusan. Metode AHP didasarkan pada penilaian orang yang ahli di bidang
yang sedang dipermasalahkan (Fasial, 2015).
Peralatan utama AHP adalah suatu hirarki fungsional dengan input utamanya
persepsi manusia. Keahlian, pengalaman, dan wawasan yang luas sangat diutamakan
dalam data yang diperlukan untuk memberikan suatu penilaian yang tepat terhadap
variabel keputusan yang dijadikan kriteria pemilihan. Dalam pengambilan suatu keputusan
yang besar, metode AHP juga dapat melibatkan banyak orang atau kelompok. Partisipasi
seringkali tidak mudah dalam pelaksanaannya. Hal yang diterapkan pada analisis AHP
adalah kualitas dari responden, bukan kuantitas respondennya. Oleh karena itu, metode
AHP dapat dilakukan hanya berdasarkan penilaian satu orang saja, dengan syarat orang
tersebut merupakan orang yang ahli pada bidang yang dipermasalahkan. Walaupun hanya
satu orang, metode AHP mampu menyajikan suatu analisis kuantitatif serta kualitatif yang
memadai (Fasial, 2015).
Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan metode AHP terdiri dari:
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci permasalahan permasalahan yang
diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang
kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang
bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya
melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus menentukan
keputusan mana yang akan diambil. Proses penyusunan elemen-elemen
secara hirarkis meliputi pengelompokan elemen-elemen dalam komponen
yang sifatnya homogen dan menyusun komponen-komponen tersebut dalam
level hirarki yang tepat. Hirarki juga merupakan abstraksi struktur suatu
sistem yang mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan juga
dampakdampaknya pada sistern. Abstraksi ini mempunyai bentuk saling
berkaitan, tersusun dan suatu puncak atau sasaran utama (ultimate goal) turun
ke sub-sub tujuan tersebut, lalu kepelaku (aktor) yang memberi dorongan,
42
b. Hirarki tidak lengkap, merupakan jenis hirarki dimana tidak semua elemen
pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap elemen yang ada pada
tingkat berikutnya (Puji, 2010). Berikut merupakan contoh hirarki tidak
lengkap dimana semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan
terhadap elemen yang ada pada tingkat berikutnya, namun terdapat
beberapa elemen yang menghasilkan alternatif yang sama. Jenis hirarki
tersebut dapat digunakan untuk penentuan prioritas alternatif jika
alternatif yang dihasilkan memiliki keberagaman.
43
Tabel 2.10
Studi Terdahulu
No Penulis Judul, Tahun Tujuan Variabel Analisis yang Hasil
Penelitian digunakan
1 Dewi Kinerja Operasi Menganalisis kinerja operasional 1. Kecepatan Analisis Mengetahui kinerja
Rosyani dan Kereta Api Baraya Kereta Api Baraya Geulis Rute 2. Waktu antara 2 moda deskriptif operasional Kereta Api
Budi Geulis Rute Bandung-Cicalengka 3. Ketepatan waktu Baraya Geulis Rute
Hartanto Bandung- 4. Faktor muat Bandung-Cicalengka
Susilo Cicalengka, 2011 5. Kenyamanan dalam kereta
2 Bowoputro, Jurnal : Evaluasi 1. Mengevaluasi kinerja pelayanan 1. Informasi yang jelas dan mudah 1. Analisis Mengetahui kinerja
Hendi, rahayu Kinerja Stasiun dan fasilitas yang dianggap dibaca kinerja pelayanan stasiun dan
K dan Ahmad Malang Kota Baru penting dalam menentukan 2. Loket stasiun arahan pengembangannya
Syahirul berdasarkan SPM kepuasan para penumpang dan 3. Ruang tunggu dengan SPM
Alim KA dan IPA, 2016 pengguna fasilitas di Stasiun 4. Tempat ibadah 2. Analisis IPA
Malang Kota Baru sesuai 5. Toilet 3. Analisis
Peraturan Menteri Perhubungan 6. Tempat parkir SWOT
No.9 tahun 2011 7. Fasilitas kemudahan naik/turun
2. Mendapatkan arahan untuk penumpang
mengadakan perbaikan 8. Fasilitas penyandang cacat
berdasarkan metode Importance 9. Fasilitas kesehatan
Performance Analysis (IPA) dan 10. Fasilitas kesehatan dan
Strength, Weakness, keamanan
Opportunity, Threat (SWOT)
setelah dilakukan evaluasi pada
Stasiun Malang Kota Baru.
3 Bayu Rosida Jurnal : Analisis Menganalisis kinerja operasional 1. Waktu tempuh Analisis Mengetahui bagaimana
Sumantri dan Kinerja Operasional kereta api Sriwedari Express 2. Waktu henti deskriptif kinerja operasional Kereta
Wahju Kereta Api Sriwedari 3. Waktu tunda Api Sriwedari Express dan
Herijanto Ekspress Jurusan 4. Kenyamanan ruang duduk dan arahan pengembangannya
Solo-Yogya, 2014 berdiri
5. Load factor
4 Raden Aji Jurnal : Evaluasi 1. Mengevaluasi kinerja pelayanan 1. Loket 1. Analisis tingkat kepuasan dan
Laksono Kinerja Stasiun dan fasilitas stasiun Prujakan 2. Ruang tunggu kinerja kepentingan masyarakat
Kereta Api Cirebon 3. Fasilitas disabilitas stasiun terhadap fasilitas di stasiun
berdasarkan SPM di 2. Mengetahui tingkat kepentingan 4. Mushola dengan SPM
45
Stasiun( Stasiun dan kepuasan masyarakat 5. Toilet 2. Analisis IPA
Prujakan Cirebon, terhadap fasilitas di stasiun 6. Layanan informasi
46
46
No Penulis Judul, Tahun Tujuan Variabel Analisis yang Hasil
Penelitian digunakan
Jawa Barat), 2013 7. Fasilitas keamanan
8. aksesibilitas
5 Indah Wahyu Jurnal : Analisis Mengetahui sejauh mana kepuasan 1. Tangibles Analisis IPA Arahan pengembangan
Maesarini tingkat kepuasan pelanggan pada sistem commuter 2. Reliability untuk meningkatkan kualitas
dan Rizky pelanggan KRL line yang diterapkan oleh PT KAI 3. Responsiveness pelayanan pada sistem
Ramdan sistem commuter Jabodetabek 4. Assurance commuter line
Fauzi line (PT Kereta Api
Commuter Line
Jabodetabek), 2014
6 Fakhrul Kajian Tarif Kereta Mengetahui kesesuaian tarif 1. Tingkat kemampuan orang 1. Analisis ATP Nilai tarif yang sesusai
Hartasantoso Api Penataran berdasarkan Biaya Operasional untuk membayar 2. Analisis dengan BOK, ATP dan
dan Rina Jurusan Blitar- Kendaran dengan tarif saat ini 2. Tingkat kemauan orang untuk WTP WTP
Puspita Surabaya membayar 3. Analisis IPA
Wahyuningaji 3. Kinerja pelayanan kereta api
7 Karina Evaluasi Kinerja 1. Mengidentifikasi kinerja 1. Headway 1. Analisis Prioritas arahan
Nuraini, Budi Operasional dan operasional kereta komuter rute 2. Travel time Kinerja pengembangan Kereta
Sugiarto Pelayanan Kereta Stasiun Depok Baru – Stasiun 3. Load factor Operasional Komuter Rute Depok-
Waluyo dan Komuter Rute Manggarai 4. Waktu tunggu 2. Analisis IPA Jakarta
Imma Depok-Jakarta, 2016 5. Biaya perjalanan 3. Analisis AHP
Widyawati 2. Mengetahui kinerja pelayanan 1. Keselamatan
Agustin kereta komuter dan 2. Keamanan
prasarananya pada rute Stasiun 3. Kehandalan
Depok Baru – Stasiun 4. Kenyamanan
Manggarai berdasarkan 5. Kemudahan
persepsi penumpang 6. Kesetaraan
3. Mengetahui strategi
peningkatan kinerja operasional
dan pelayanan kereta komuter
rute Stasiun Depok Baru –
Stasiun Manggarai berdasarkan
stakeholder
8 Raihanah Evaluasi Kinerja 1. Mengevaluasi kinerja dari 1. Kinerja pelayanan stasiun 4. Analisis 1. Mengetahui kinerja
Rizky Operasional dan Stasiun Malang Kota Baru dan a. Keselamatan kinerja operasional dan
Ananda Pelayanan Kereta Stasiun Gubeng serta kinerja - alat-alat pemadam kebakaran, pelayanan pelayanan Stasiun
47
47
- alat-alat pemadam kebakaran
48
48
No Penulis Judul, Tahun Tujuan Variabel Analisis yang Hasil
Penelitian digunakan
dan
- fasilitas kesehatan
b. Keamanan
- ketersediaan CCTV,
- petugas keamanan,
- informasi gangguan keamanan
dan
- lampu penerangan.
c. Kemudahan
- informasi visual dan audio
stasiun yang akan disinggahi,
- informasi gangguan
perjalanan KA dan
- nama serta nomor urut KA
d. Kenyamanan
- tempat duduk,
- toilet,
- restorasi,
- pegangan penumpang berdiri,
- rak bagasi dan
- pengatur sirkulasi udara
e. Kehandalan
- ketepatan jadwal kereta api
f. Kesetaraan
- fasilitas bagi penumpang
difabel.
3. Kinerja operasional
a. Load factor
b. Travel time
c. Waktu henti
d. Waktu tunda
e. Headway
f. Kecepatan
49
3.1 Operasional
Operasional merupakan salah satu instrumen dari riset, merupakan salah satu tahap
dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang
lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel atau
konsep definisi operasional tersebut membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar
ke dalam kategori khusus dari variabel.
3.1.1 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
objek dengan menggunakan instrumen dengan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur
untuk memperoleh kesimpulan (Nuraini, Waluyo dan Agustin, 2016). Secara teknis,
evaluasi dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui kinerja
operasional dan kinerja pelayanan kereta api serta stasiun yang hasilnya dibandingkan
dengan SPM dan persepsi masyarakat untuk kemudian diperoleh hasil dari evaluasi
tersebut.
3.1.2 Kinerja Operasional
Kinerja operasional adalah gambaran dari prestasi/hasil kerja dari suatu periode
tertentu atau apa yang dicapai sebagai dasar untuk menetukan apa yang akan dilaksanakan
kedepan. Sebagai prestasi kerja, maka menggambarkan tingkat pelayanan yang diberikan
kepada customer (Sumantri dan Harijanto, 2014). Secara teknis, kinerja operasional dalam
penelitian ini merupakan gambaran dari suatu kondisi kereta api yang kemudian dapat
diketahui tingkat kemampuannya dalam beroperasi sebagaimana mestinya. Kinerja
operasional sebagai objek dalam penelitian ini adalah load factor, travel time, waktu tunda,
waktu henti, kecepatan dan headway yang dianalisis dengan analisis kinerja operasional.
3.1.3 Kinerja Pelayanan
Kinerja pelayanan merupakan suatu prestasi/hasil kerja dari apa yang dicapai suatu
barang atau jasa dalam usaha melayani kebutuhan (Yusup dan Miharja, 2013). Secara
teknis dalam penelitian ini kinerja pelayanan merupakan gambaran kondisi kereta api atau
stasiun yang kemudian dapat diketahui tingkat kemampuan kereta api dan stasiun dalam
melayani kebutuhan penggunanya. Kinerja pelayanan sebagai objek dalam penelitian
adalah fasilitas-fasilitas yang mencakup aspek keselamatan, keamanan, kehandalan,
51
52
kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan yang dianalisis dengan analisis SPM dan metode
Kano.
3.1.4 Kereta Api
Menurut Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, definisi
dari kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di
atas jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Kereta api sendiri terdiri dari
lokomotif, kereta, dan gerbong. Lokomotif merupakan kendaraan rel yang dilengkapi
dengan mesin penggerak dan pemindah tenaga kepada roda-roda dan khusus digunakan
untuk menarik kereta penumpang dan atau gerbong barang. Kereta merupakan salah satu
rangkaian dari kereta api yang berfungsi untuk mengangkut penumpang. Sedangkan
rangkaian yang digunakan untuk mengangkut barang atau binatang disebut gerbong.
Dalam penelitian ini yang dimaksud kereta adalah bagian kereta api untuk mengangkut
penumpang, dan rangkaian kereta api adalah lokomotif, restorasi dan lima buah kereta dari
Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya.
3.1.5 Stasiun
Berdasarkan UU. No. 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, stasiun merupakan
tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan turunnya penumpang
dan/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi kereta api yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan dan kegiatan penunjang stasiun serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Dalam penelitian ini stasiun yang
digunakan sebagai penelitian adalah Stasiun Gubeng dan Stasiun Malang Kota Baru.
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang dibutuhkan Referensi / Sumber
1. Mengevaluasi Load factor Perbandingan jumlah Sumantri dan harijanto,
kinerja operasional penumpang dengan 2014
Kereta Api kapasitas dalam %
Penataran Travel time Waktu tempuh kereta
dalam menit
Waktu henti Waktu henti kereta
dalam menit
Waktu tunda Waktu tunda kereta
dalam menit
Headway Waktu tunggu kereta Rosyani dan Susilo,
dalam menit 2011
Kecepatan Kecepatan kereta dalam
km/jam
2. Mengevaluasi Kinerja a. Informasi dan 1. Alat Pemadam Permenhub RI No. 48
kinerja pelayanan pelayanan fasilitas kebakaran Tahun 2015
Kereta Api stasiun aspek keselamatan 2. Petunjuk jalur dan Standarisasi Stasiun
Penataran, Stasiun keselamatan prosedur evakuasi Kereta Api Tahun 2012
Gubeng dan Stasiun 3. Titik simpul evakuasi
Malang Kota Baru 4. Nomor-nomor
berdasarkan telepon darurat
persepsi b. Informasi dan 1. Pertolongan P3K
penumpang fasilitas kesehatan 2. Kursi roda
3. Tandu
c. Lampu penerangan Jumlah lampu dan besar
lux (200-250 lux)
Kinerja a. Fasilitas keamanan Jumlah CCTV
pelayanan b. Petugas keamanan Jumlah petugas
stasiun aspek berseragam
keamanan c. Informasi gangguan Jumlah stiker informasi
keamanan
d. Lampu penerangan Besar lux(200-250 lux)
Kinerja a. Layanan penjualan 1. Lama waktu
pelayanan tiket pelayanan dalam
stasiun aspek detik (180 detik)
Kehandalan/ 2. Informasi
Ketera-turan ada/tidaknya tempat
duduk untuk seluruh
kelas KA
Kinerja a. Ruang tunggu Rasio jumlah tempat
pelayanan duduk dan jumlah
stasiun aspek penumpang terhadap
Kenyamanan luas ruang
Luas area bersih dan
tidak berbau dalam %
55
Tabel 3.2
Trip KA Penataran Surabaya-Malang
STASIUN 459 461 463 465 467
Surabaya Gubeng 04.45 07.40 11.35 17.50 20.00
Wonokromo 04.52 07.48 11.43 17.58 20.09
Waru 05.01 07.57 11.52 18.07 20.20
Gedangan 05.09 08.05 12.00 18.15 20.30
Sidoarjo 05.20 08.23 12.13 18.26 20.41
Tanggulangin 05.29 08.32 12.22 18.35 20.50
Porong 05.36 08.43 12.35 18.44 20.57
Bangil 05.53 08.59 12.55 19.05 21.18
Lawang 06.34 09.40 13.53 19.47 22.06
Singosari 06.47 09.53 14.06 20.00 22.19
Blimbing 06.58 10.04 14.16 20.16 22.30
Malang 07.10 10.25 14.33 20.35 22.37
Sumber : PT. KAI, 2016
58
Tabel 3.3
Trip KA Penataran Malang – Surabaya
STASIUN 460 462 464 466 468
Malang 04.30 07.07 12.20 17.05 20.05
Blimbing 04.39 07.16 12.29 17.14 20.14
Singosari 04.50 07.27 12.40 17.25 20.24
Lawang 05.07 07.45 12.55 17.40 20.38
Bangil 05.51 08.28 13.43 18.22 21.20
Porong 06.06 08.45 14.02 18.42 21.35
Tanggulangin 06.13 08.52 14.09 18.49 21.42
Sidoarjo 06.22 09.01 14.20 18.58 21.51
Gedangan 06.38 09.17 14.31 19.09 22.01
Waru 06.47 09.25 14.45 19.17 22.13
Wonokromo 07.07 09.34 14.55 19.27 22.22
Surabaya Gubeng 07.17 09.45 15.03 19.34 22.30
Sumber : PT. KAI, 2016
Tabel 3. 4
Tabel Penentuan Jumlah Sampel Isaac dan Michael
Dari tabel di atas dapat ditentukan jumlah sampel pada stasiun dan kereta api.
Jumlah sampel tersebar di Stasiun Malang Kota Baru, Stasiun Gubeng dan Kereta Api
Penataran. Pembagian responden pada ketiga wilayah studi adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 5
Pembagian Jumlah Responden
Jumlah Jumlah Surveyor
Jumlah
Jumlah (orang) Persentase responden
Penumpang di
(orang)
± 4500(Humas PT KAI 56% x 334= 10 orang (1 orang = 19 responden)
Stasiun Gubeng 56%
DAPO VIII Surabaya) 188
Stasiun Malang ± 3500(Humas PT KAI 44% x 334= 10 orang (1 orang = 15 responden)
44%
Kota Baru DAPO VIII Surabaya) 144
10 orang ( 7 responden dalam 1
gerbong) jurusan Malang-Surabaya
159 orang x 5 kereta x 10
KA Penataran 100% 334
rangkaian = 7.950
10 orang ( 7 responden dalam 1
gerbong) jurusan Surabaya-Malang
Total 100% 668 20 orang
Tabel 3. 6
Stakeholder yang dipilih sebagai sampel
No. Nama dan Instansi Alasan Pemilihan Jumlah
1. Manajer PT. KAI bidang Memiliki kompetensi dibidang operasional
1
operasional perkeretaapian DAOP VIII Surabaya
2. Manajer PT. KAI bidang Memiliki kompetensi dibidang pelayanan
1
pelayanan perkeretaapian DAOP VIII Surabaya
3. Manajer PT. KAI bidang Sarana Memiliki kompetensi dibidang sarana
1
perkeretaapian DAOP VIII Surabaya
4. Kepala Stasiun Gubeng Memiliki kompetensi dibidang perkeretaapian dan
1
kondisi Stasiun Gubeng
5. Wakil Kepala Stasiun Memiliki kompetensi dibidang perkeretaapian dan
1
kondisi Stasiun Gubeng
6. Supervisor Pelayanan Stasiun Memiliki kompetensi dibidang perkeretaapian dan
1
Gubeng kondisi Stasiun Gubeng
7. Kepala Stasiun Malang Kota Memiliki kompetensi dibidang perkeretaapian dan
1
Baru kondisi Stasiun Malang Kota Baru
8. Supervisor Pelayanan Stasiun Memiliki kompetensi dibidang perkeretaapian dan
1
Malang Kota Baru kondisi Stasiun Malang Kota Baru
9. Supervisor Komersial Stasiun Memiliki kompetensi dibidang perkeretaapian dan
1
Malang Kota Baru kondisi Stasiun Malang Kota Baru
Total 9
62
Tabel 3. 7
Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Rute Surabaya-Malang Bulan Januari 2017
Jumlah Penumpang dalam orang
Hari Tanggal
KA 459 KA 461 KA 463 KA 465 KA 467
Senin 2 292 533 566 593 396
Selasa 3 589 616 563 556 365
Rabu 4 295 527 529 656 422
Kamis 5 294 671 569 598 411
Jumat 6 404 560 564 517 381
Sabtu 7 628 531 490 553 399
Minggu 8 282 527 483 531 356
Senin 9 284 468 687 548 372
Selasa 10 294 387 526 577 388
Rabu 11 279 506 531 679 457
Kamis 12 687 567 677 628 420
Jumat 13 315 524 582 548 431
Sabtu 14 266 521 520 519 373
Minggu 15 435 503 490 578 380
Senin 16 448 375 422 660 482
Selasa 17 328 346 631 511 353
Rabu 18 590 518 620 661 395
Kamis 19 408 498 596 610 434
Jumat 20 462 577 592 690 385
Sabtu 21 483 345 413 521 392
Minggu 22 328 431 574 674 459
Senin 23 344 659 586 539 480
Selasa 24 597 589 640 571 437
Rabu 25 397 499 475 611 376
Kamis 26 484 580 670 663 400
Jumat 27 428 583 471 698 456
Sabtu 28 332 627 456 642 433
Minggu 29 420 571 454 615 481
Rata-rata weekday 413 521 581 604 412
Rata-rata weekend 399 525 507 591 411
Sumber : PT. KAI DAOP VIII Surabaya
63
Tabel 3.7 merupakan tabel jumlah penumpang Kereta Api Penataran rute Surabaya-
Malang pada tanggal 2-29 Januari 2017. Dari data tersebut kemudian dicari rata-rata
jumlah penumpang tiap nomor kereta api pada weekday dan weekend. Setelah itu
didapatkan hasil bahwa jumlah penumpang terbanyak pada weekday dan weekend terdapat
pada Kereta Api Penataran nomor 465. Untuk itu kereta api yang digunakan dalam
penelitian ini adalah KA 465.
Tabel 3.8
Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Rute Malang-Surabaya Bulan Januari 2017
Jumlah Penumpang dalam orang
Hari Tanggal
KA 460 KA 462 KA 464 KA 466 KA 468
Senin 2 667 572 514 446 415
Selasa 3 690 589 552 420 364
Rabu 4 358 552 496 434 337
Kamis 5 360 575 526 398 296
Jumat 6 318 563 499 534 386
Sabtu 7 367 594 517 479 365
Minggu 8 389 587 539 457 349
Senin 9 613 577 579 457 376
Selasa 10 360 620 458 395 310
Rabu 11 334 589 497 413 321
Kamis 12 695 595 512 469 346
Jumat 13 355 605 533 541 414
Sabtu 14 390 656 620 554 396
Minggu 15 366 611 544 473 311
Senin 16 615 598 575 483 342
Selasa 17 371 641 531 463 367
Rabu 18 321 628 532 509 309
Kamis 19 350 600 552 460 308
Jumat 20 323 650 530 560 384
Sabtu 21 328 669 579 525 391
Minggu 22 363 649 623 597 369
Senin 23 629 591 567 426 337
Selasa 24 340 562 470 447 293
Rabu 25 340 603 605 418 313
Kamis 26 335 555 505 521 349
Jumat 27 336 599 705 459 503
Sabtu 28 599 661 582 446 348
Minggu 29 409 545 503 358 284
Rata-rata weekday 461 590 529 447 336
Rata-rata weekend 379 616 565 499 375
Sumber : PT. KAI DAOP VIII Surabaya
64
Tabel 3.8 merupakan tabel jumlah penumpang Kereta Api Penataran rute Malang-
Surabaya pada tanggal 2-29 Januari 2017. Dari data tersebut kemudian dicari rata-rata
jumlah penumpang tiap nomor kereta api pada weekday dan weekend. Setelah itu
didapatkan hasil bahwa jumlah penumpang terbanyak pada weekday dan weekend terdapat
pada Kereta Api Penataran nomor 462. Untuk itu sampel kereta api yang digunakan dalam
penelitian ini adalah KA 462.
2. Travel time
Travel time (waktu tempuh) merupakan waktu yang dibutuhkan kereta
untuk melintasi jalur kereta yang akan dilalui. Waktu tempuh memperhitungkan
waktu berhenti dan hambatan yang mengakibatkan perlambatan.(Sumantri dan
harijanto, 2014)
Standar waktu tempuh KA Penataran Malang-Surabaya dan Surabaya-
Malang menurut staf PT KAI adalah sekitar 2 jam 20 menit hingga 2 jam 50
65
menit atau sesuai jadwal yang ditetapkan beserta waktu henti kereta api di tiap
stasiun pemberhentian.
3. Waktu Henti
Waktu henti merupakan selisih dari waktu kedatangan dengan waktu
keberangkatan aktual tiap-tiap stasiun yang dilalui kereta api. Standar waktu
henti dari hasil wawancara dengan staf PT KAI diperoleh informasi bahwa
waktu henti yang dapat ditoleransi adalah 2-4 menit menit atau sesuai dengan
jadwal kereta api.
4. Waktu Tunda
Waktu tunda adalah selisih dari waktu kedatangan dan keberangkatan terjadwal
dengan aktual yang terjadi di lapangan atau bisa disebut waktu keterlambatan.
Standar waktu keterlambatan Kereta Api Penataran adalah 10% dari total waktu
perjalanan yang dijadwalkan atau sekitar 14 menit – 18 menit.
5. Kecepatan
Kecepatan operasi adalah rasio antara jarak perjalanan (S) Kereta Api Penataran
dengan waktu perjalanan total (T) yang ditempuh Kereta Api Penataran dari
stasiun awal hingga stasiun akhir, termasuk waktu berhenti di stasiun dan waktu
tunggu lainnya. Kecepatan dirumuskan sebagai berikut :
𝑆
V = T................................................................................................................(3-2)
Tabel 3. 10
Pengklasifikasian Skor
Klasifikasi Skor
Sangat Buruk 1
Buruk 2
Sedang 3
Baik 4
Sangat Baik 5
Sumber : Nuraini, Waluyo dan Agustin, 2016
Tabel 3. 11
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam Perjalanan
No. Variabel Sub Variabel Uraian Indikator Parameter Keterangan Skor
1. Keselamatan
a. Informasi dan Informasi Ketersediaan Informasi dan fasilitas Tidak tersedia fasilitas keselamatan 1
fasilitas ketersediaan dan dan keselamatan mudah
Tersedia salah 1-2 dari 4 fasilitas keselamatan di kereta
keselamatan peralatan aksesibilitas terlihat dan terjangkau,
api ( 1 APAR, rem darurat, alat pemecah kaca, atau 2
penyelamatan darurat antara lain:
petunjuk jalur evakuasi)
dalam bahaya ▪ 1 APAR per kereta
Tersedia 3 dari empat fasilitas keselamatan di kereta api
(kebakaran, dengan ukuran 3
kecelakaan atau minimal 3 kg
bencana alam) ▪ Rem darurat Tersedia 4 fasilitas keselamatan di kereta api namun
penempatannya sulit dijangkau 4
▪ Alat pemecah kaca
yang mudah terlihat Tersedia fasilitas keamanan berupa 1 APAR per kereta,
dan terjangkau rem darurat, alat pemecah kaca pada jendela darurat
5
▪ Petunjuk jalur yang tidak bisa dibuka, dan petunjuk jalur evakuasi dan
evakuasi mudah dijangkau
b. Informasi dan Informasi Ketersediaan ▪ Informasi dan Tidak terdapat kotak P3K 1
fasilitas kesehatan ketersediaan dan fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan berupa perlengkapan Terdapat kotak P3K dan perlengkapan P3K yang kurang
2
untuk penanganan P3K (pertolongan lengkap di beberapa kereta
keadaan darurat pertama pada Terdapat kotak P3K dan perlengkapan P3K yang
lengkap di beberapa kereta 3
kecelakaan) mudah
terlihat dan Terdapat kotak P3K dan perlengkapan P3K yang kurang
terjangkau lengkap di setiap kereta 4
1 set ditempatkan Terdapat kotak P3K dan 1 set perlengkapan P3K di
disetiap kereta, kereta setiap kereta, kereta makan, dan petugas pengamanan
makan (restorasi), dan atau kondektor 5
petugas pengamanan
atau kondektor
2. Keamanan
a. Fasilitas Peralatan untuk Jumlah Minimal 1 CCTV Tidak terdapat CCTV 1
pendukung memonitor kejadian dalam 1 rangkaian Terdapat 1 CCTV di beberapa kereta 2
di dalam kereta kereta Terdapat lebih dari 1 CCTV di beberapa kereta 3
Terdapat 1 CCTV di setiap kereta 4
Terdapat lebih dari 1 CCTV di setiap kereta 5
b. Petugas keamanan Orang yang bertugas Jumlah dan Minimal 2 orang Tidak terdapat petugas keamanan 1
menjaga ketertiban kondisi petugas dalam 1 Terdapat 1 orang petugas keamanan dalam 1 rangkaian
2
67
dan kelancaran rangkaian KA kereta namun kurang sigap
68
68
No. Variabel Sub Variabel Uraian Indikator Parameter Keterangan Skor
sirkulasi pengguna Terdapat 1 orang petugas keamanan dalam 1 rangkaian
3
jasa dan stasiun kereta dan sigap memberikan pelayanan
Terdapat 2 orang petugas keamanan dalam 1 rangkaian
4
kereta namun kurang sigap
Terdapat 2 orang atau lebih petugas keamanan dalam 1
rangkaian kereta dan sigap dalam memberikan 5
pelayanan
c. Informasi Informasi yang Jumlah dan Minimal 2 stiker yang Tidak terdapat stiker informasi
1
gangguan disampaikan kepada kondisi mudah terlihat dan
keamanan pengguna jasa apabila jelas terbaca Terdapat 1 stiker informasi yang tidak mudah terlihat
mendapat gangguan 2
keamanan berupa
Terdapat 1 stiker informasi yang mudah terlihat
stiker berisi nomor 3
telepon dan/atau SMS
penganduan ditempel Terdapat 2 stiker informasi yang tidak mudah terlihat
4
pada tempat yang
strategis dan mudah Terdapat 2 stiker informasi yang mudah terlihat
5
terlihat
d. Lampu penerangan Lampu penerangan di jumlah Tidak terdapat lampu penerangan 1
kereta berfungsi
Terdapat 1-2 lampu penerangan 18 watt yang berfungsi
sebagai sumber 2
dengan baik dalam 1 kereta
cahaya untuk
Terdapat 3-4 lampu 18 watt penerangan yang berfungsi
membaca dan 3
dengan baik dalam 1 kereta
berkomunikasi
Terdapat 5 lampu penerangan 18 watt yang berfungsi
4
dengan baik dalam 1 kereta
Terdapat 6 lampu penerangan 18 watt yang berfungsi
dengan baik dalam 1 kereta 5
3. Kehandalan
Ketetapan jadwal Memberikan Waktu Keterlambatan 10% Kedatangan dan keberangkatan kereta api terlambat 58 -
kerata api ketepatan atau dari total waktu 170 menit dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan 1
kepastian waktu perjalanan yang Kedatangan dan keberangkatan kereta api terlambat 42
keberangkatan dan dijadwalkan atau – 57 menit dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan 2
kedatangan KA dalam penelitian ini
adalah tidak lebih Kedatangan dan keberangkatan kereta api terlambat 18 -
3
dari 17 menit 41 menit dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan
Kedatangan dan keberangkatan kereta api terlambat 1-
4
17 menit dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan
Kedatangan dan keberangkatan kereta api tepat waktu
5
69
69
penumpang berdiri penumpang yang dari jumlah yang dibutuhkan
70
70
No. Variabel Sub Variabel Uraian Indikator Parameter Keterangan Skor
pada KA perkotaan duduk Terdapat pegangan di beberapa kereta namun sesuai
3
jumlah yang dibutuhkan per kereta
Terdapat pegangan di setiap kereta namun kurang dari
4
jumlah yang dibutuhkan
Terdapat pegangan di setiap kereta dan sesuai jumlah
5
yang dibutuhkan per kereta
g. Rak bagasi Fasilitas ini Jumlah yang Tersedia rak bagasi di Tidak tersedia rak bagasi di atas tempat duduk 1
diperuntukan bagi berfungsi atas tempat duduk Tersedia rak bagasi di atas tempat duduk dan 1-25 % 2
pengguna jasa berfungsi dengan baik
angkutan KA untuk Tersedia rak bagasi di atas tempat duduk dan 26-50 %
dapat menempatkan 3
berfungsi dengan baik
barang bawaan di Tersedia rak bagasi di atas tempat duduk dan 51-75 %
dalam kereta dan 4
berfungsi dengan baik
dengan aman dan Tersedia rak bagasi di atas tempat duduk dan 76-100 %
tidak mengganggu berfungsi dengan baik 5
penumpang
5. Kemudahan
a. Informasi stasiun Informasi yang ▪ Bentuk ▪ Informasi dalam Tidak terdapat fasilitas pelayanan informasi dalam
1
yang akan disampaikan di untuk ▪ Tempat bentuk visual harus bentuk audio
disinggahi atau mempermudah ▪ Intensitas diletakkan di tempat Terdapat fasilitas pelayanan informasi dalam bentuk
dilewati secara penumpang yang suara strategis, mudah audio dengan intensitas suara lebih kecil dari kebisingan 2
berurutan akan turun di suatu terlihat dan jelas yang ada di beberapa kereta
stasiun KA (sedang terbaca Terdapat fasilitas pelayanan informasi dalam bentuk
dan akan disinggahi ▪ Informasi dalam audio dengan intensitas suara lebih kecil dari kebisingan 3
atau dilewati) bentuk audio harus yang ada di setiap kereta
jelas terdengar Terdapat fasilitas pelayanan informasi dalam bentuk
dengan intensitas audio dengan intensitas suara lebih besar dari 4
suara lebih besar dari kebisingan yang ada di beberapa kereta
kebisingan yang ada Terdapat fasilitas pelayanan informasi dalam bentuk
audio dengan intensitas suara lebih besar dari 5
kebisingan yang ada di setiap kereta
b. Informasi Isi informasi yang ▪ Waktu Informasi diumumkan Tidak terdapat pengumuman informasi gangguan
1
gangguan akan terkait dengan ▪ Intensitas maksimal 30 menit perjalanan
perjalanan KA hambatan-hambatan suara setelah terjadi Terdapat pengumuman informasi gangguan perjalanan
selama dalam gangguan dan jelas yang diumumkan lebih dari 30 menit dengan intensitas 2
perjalanan mengenai: terdengar dengan suara lebih kecil dari kebisingan yang ada
▪ Gangguan intensitas suara lebih Terdapat pengumuman informasi gangguan perjalanan
operasional sarana besar dari kebisingan yang diumumkan lebih dari 30 menit dengan intensitas 3
perkeretaapian yang ada suara lebih besar dari kebisingan yang ada
▪ Gangguan Terdapat pengumuman informasi gangguan perjalanan 4
71
71
72
72
Tabel 3. 12
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api di Stasiun
No. Variabel Sub Variabel Uraian Indikator Parameter Keterangan Skor
1. Keselamatan
a. Informasi dan Informasi ketersediaan Ketersediaan Informasi dan fasilitas keselamatan Tidak terdapat fasilitas keselamatan di stasiun 1
fasilitas dan peralatan fasilitas mudah terlihat dan terjangkau, antara
keselamatan penyelamatan darurat keselamatan lain: Terdapat salah satu alat pemadam kebakaran di stasiun
dalam bahaya (kebakaran, ▪ Tabung pemadam 100m2/buah (tabung pemadam, hydrant box indoor, hydrant box 2
kecelakaan atau bencana ▪ 1 hydrant box indoor outdoor, atau hydrant pillar)
alam) ▪ 1 hydrant box outdoor Terdapat dua dari empat alat pemadam kebakaran di
3
▪ 1 hydrant pillar stasiun
(Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Terdapat tiga dari empat alat pemadam kebakaran di
4
Api, 2012) stasiun
Terdapat tabung pemadam 100m2/buah, hydrant box
5
indoor, hydrant box outdoor dan hydrant pillar
Petunjuk jalur dan prosedur evakuasi Tidak terdapat petunjuk jalur dan prosedur evakuasi 1
minimal 2 buah (Pedoman Standarisasi Terdapat satu papan petunjuk jalur evakuasi atau satu
Stasiun Kereta Api, 2012) 2
papan prosedur evakuasi
Terdapat satu papan petunjuk jalur evakuasi dan satu
3
papan prosedur evakuasi
Terdapat dua papan petunjuk jalur evakuasi dan satu
4
papan prosedur evakuasi
Terdapat dua papan petunjuk jalur evakuasi dan dua
papan prosedur evakuasi atau lebih 5
Titik simpul evakuasi : Tidak terdapat titik simpul evakuasi 1
▪ Tanah lapang dan lapangan parkir Terdapat titik simpul evakuasi berupa tanah lapang atau
▪ L = 0,6 m2/orang x Volume lapangan parkir namun luasnya kurang dari yang 2
pengunjung pada peak hour dibutuhkan
(Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Terdapat titik simpul evakuasi berupa tanah lapang dan
Api, 2012) lapangan parkir namun luasnya kurang dari yang 3
Stasiun Gubeng = 1.200 m2 dibutuhkan
Stasiun Malang Kota Baru = 600 m2 Terdapat titik simpul evakuasi berupa tanah lapang atau
(Pengukuran dilakukan dengan 4
lapangan parkir dengan luas sesuai kebutuhan
mengukur denah stasiun) Terdapat titik simpul evakuasi berupa tanah lapang dan
5
lapangan parkir dengan luas sesuai kebutuhan
Nomor-nomor telepon darurat yang Tidak terdapat nomor-nomor telepon darurat 1
mudah terlihat dan jelas terbaca Terdapat 1 papan nomor-nomor telepon darurat yang
tidak mudah terbaca 2
73
73
74
74
75
76
76
b. Ruang Ruang atau tempat uang Luas ruang ▪ Untuk 1 orang minimum 0,6 m2 dan Tidak terdapat kursi di ruang boarding dan dalam
boarding di sediakan untuk orang boarding dilengkapi tempat duduk keadaan kotor 1
melakukan verifikasi **) Luas ruangan 1-25% sesuai kebutuhan (1,8 – 45 m2) dan
sesuai dengan identitas Kondisi dalam keadaan 25% bersih 2
diri kebersihan ruang
Luas ruangan 26-50% sesuai kebutuhan (46,8 – 90 m2)
boarding 3
dan dalam keadaan 50% bersih
Luas ruangan 51-75% sesuai kebutuhan (91,8 – 135 m2)
dan dalam keadaan 75% bersih 4
Area bersih 100% terawat dan tidak Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan (136,8 – 180 m2) 5
berbau yang berasal dari dalam area dan dalam keadaan 100% bersih
stasiun
c. Toilet Tersedianya toilet ▪ Jumlah ▪ 1:40 untuk wanita dan 1:60 untuk pria Tidak terdapat toilet di stasiun 1
▪ Kondisi ▪ Wanita : jumlah penumpang yang Jumlah toilet hanya mencukupi untuk 8 -16 orang dalam
kebersihan menggunakan toilet pada peak hour 2
1 jam dan dalam keadaan 25% bersih
dibagi 40 x 100% (6 WC, 2 wastafel) Jumlah toilet hanya mencukupi untuk 17-25orang dalam
▪ Pria : jumlah penumpang 1 jam dan dalam keadaan 50% bersih
3
yangmenggunakan toilet pada peak
Jumlah toilet hanya mencukupi untuk 26-38 orang dalam
hour dibagi 60 x 100% (4 urinoir, 3
1 jam dan dalam keadaan 75% bersih dan terdapat tempat 4
WC dan 2 wastafel)
untuk penumpang difabel
▪ Untuk penumpang difabel, digunakan
Jumlah toilet hanya mencukupi untuk 39-50 orang dalam 5
perbandingan jumlah penumpang
1 jam dan dalam keadaan 100% bersih dan terdapat
normal dan penumpang difabel
tempat untuk penumpang difabel
Area bersih, terawat dan sirkulasi udara
berfungsi baik
d. Mushola Fasilitas untuk melakukan ▪ Jumlah ▪ Kapasitas = Jumlah penumpang pada Tidak terdapat mushola 1
ibadah yang terpadu ▪ Kondisi peak hour yang menggunakan mushola Terdapat mushola dengan kapasitas tidak mencukupi
dengan tempat wudhu kebersihan / (1 jam/waktu yang digunakan untuk untuk penumpang pada peak hour (mencukupi 8-16 2
solat) orang saja) dan 25% dalam keadaan bersih
▪ Tempat duduk bagi penyandang Terdapat mushola dengan kapasitas tidak mencukupi
disabilitas untuk penumpang pada peak hour (mencukupi 17-25 3
Area bersih 100% terawat dan tidak orang saja) dan 50% dalam keadaan bersih
berbau yang berasal dari dalam area Terdapat mushola dengan kapasitas tidak mencukupi
stasiun untuk penumpang pada peak hour (mencukupi 26-38
4
orang saja) dan 75% dalam keadaan bersih serta tersedia
tempat untuk penumpang difabel
77
77
78
78
b. Informasi Pemberian informasi jika Waktu Informasi diumumkan maksimal 30 Tidak terdapat pengumuman informasi gangguan 1
gangguan terjadi gangguan menit setelah terjadi gangguan perjalanan
perjalanan perjalanan kereta api Terdapat pengumuman innformasi gangguan perjalanan
KA lebih dari 1 jam 2
Terdapat pengumuman informasi gangguan perjalanan
yang diumumkan 45 - 59 menit 3
Terdapat pengumuman informasi gangguan perjalanan
yang diumumkan30 - 44 menit 4
Terdapat pengumuman informasi gangguan perjalanan
yang diumumkan kurang dari 30 menit 5
c. Informasi Informasi yang ▪ Tempat Penempatan mudah terlihat dan jelas Tidak terdapat informasi angkutan lanjutan
1
angkutan disampaikan didalam ▪ Kondisi terbaca sekurang-kurangnya memuat:
lanjutan stasiun kepada pengguna ▪ Lokasi dan penunjuk arah angkutan Terdapat 1 dari 3 informasi angkutan lanjutan
2
jasa yang terbaca lanjutan
▪ Jenis angkutan Terdapat 2 dari 3 informasi angkutan lanjutan
▪ Jurusan atau rute 3
Terdapat 2 dari 3 informasi angkutan lanjutan yang tidak
4
mudah terlihat
Tersedia informasi angkutan lanjutan yang mudah terlihat 5
dan jelas terbaca dan berisi lokasi penunjuk arah
angkutan lanjutan. Jenis angkutan dan jurusan atau rute
d. Fasilitas Fasilitas yang disediakan Jumlah ▪ Mempunyai tempat dan 1 meja kerja Tidak terdapat ruangan untuk fasilitas layanan
1
layanan untuk memberikan minimal luas 15 m2 penumpang
penumpang informasi perjalanan KA ▪ 1 orang petugas dan memiliki Terdapat ruang untuk fasilitas layanan penumpang
dan layanan pengaduan kecakapan Bahasa inggris dengan luas kurang dari 15 m2 dan hanya terdapat 1 meja 2
kerja dan 1 bangku untuk penumpang
79
e. Fasilitas Memberikan kemudahan Aksesibilitas Selisih tinggi peron dengan lantai kereta Selisih tinggi peron dengan lantai kereta lebih dari 20 cm
kemudahan penumpang untuk naik ke tidak lebih dari 20 cm dan tidak terdapat tangga platform atau peron tidak 1
naik atau kereta atau turun dari permanen
turun kereta Selisih tinggi peron dengan lantai kereta lebih dari 20 cm
2
penumpang dan terdapat tangga platform
Selisih tinggi peron dengan lantai kereta 20 cm dan tidak
3
terdapat tangga platform
Selisih tinggi peron dengan lantai kereta 20 cm dan
4
terdapat tangga platform
Selisih tinggi peron dengan lantai kereta kurang dari 20
cm 5
f. Tempat Tempat untuk parkir ▪ Luas ▪ Luas tempat parkir disesuaikan dengan Tidak terdapat tempat parkir 1
parkir kendaraan baik roda 4 dan ▪ Sirkulasi lahan yang tersedia :
roda 2 - Mobil pribadi = 200 buah Terdapat tempat parkir untuk mobil, taksi dan motor yang
2
- Taksi = 20 buah kurang mencukupi dan tidak terdapat Kanopi atau atap
- Motor = 300 buah Terdapat tempat parkir untuk mobil, taksi dan motor yang
3
Untuk stasiun besar akses dari dan kurang mencukupi dan terdapat Kanopi atau atap
menuju stasiun dilengkapi dengan Terdapat tempat parkir untuk mobil, taksi dan motor yang
mencukupi dan tidak terdapat Kanopi atau atap 4
Kanopi atau atap
(Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Terdapat tempat parkir untuk mobil, taksi dan motor yang 5
Api, 2012) mencukupi dan terdapat Kanopi atau atap
6. Kesetaraan
a. Fasilitas bagi Fasilitas yang disediakan ▪ Aksesibilitas Terdapat ramp dengan kemiringan Tidak terdapat ramp bagi penumpang difabel 1
penumpang untuk penyandang ▪ Ketersediaaan maksimal 10o dan akses jalan Terdapat ramp bagi penumpang difabel sebagai akses
2
difable disabilitas penyambung antar peron jalan penyambung antar peron dengan kemiringan > 45o
(Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Terdapat ramp bagi penumpang difabel sebagai akses
Api, 2012) jalan penyambung antar peron dengan kemiringan 26 - 3
45o
79
80
80
b. Ruang ibu Ruang atau tempat yang Ketersediaan Tersedia ruang khusus beserta fasilitas Tidak terdapat ruang untuk ibu menyusui 1
menyusui disediakan khusus bagi lengkap untuk ibu menyusui bayi
ibu menyusui bayi minimal untuk 5 orang (15m2) Terdapat ruang untuk ibu menyusui kurang dari 5 orang
2
(Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta dan fasilitas tidak lengkap
Api, 2012) Terdapat ruang untuk ibu menyusui namun hanya
3
memenuhi 1 dari 2 ketentuan
Terdapat ruang ibu menyusui dengan kapasitas 5 orang
4
namun fasilitas tidak lengkap
Terdapat ruang ibu menyusui dengan kapasitas 5 orang
dengan fasilitas lengkap 5
Penjelasan :
Lux x A
*) N = Lumen
Dimana :
N = Jumlah lampu yang dibutuhkan
Lux = besar lux yang diinginkan
A = Luas ruangan
Lumen = Nilai lumen pada lampu (di Stasiun Gubeng daya lampu 18 watt = 1350 lumens, di Stasiun Malang Kota Baru daya lampu 36 watt = 3350 lumens berdasarkan hasil
wawancara dengan staff PT. KAI DAOP VIII Surabaya)
Tabel 3. 13
Atribut Kuisioner Kano
No Variabel Sub Variabel Atribut
1. Keselamatan a. Informasi dan fasilitas 1. Ketersediaan 1 tabung pemadam dalam 1
keselamatan ruangan, 1 hydrant box dan 1 hydrant pillar
2. Ketersediaan 2 petunjuk dan prosedur jalur
evakuasi dalam 1 ruangan
3. Ketersediaan titik simpul evakuasi
4. Ketersediaan 1 nomor-nomor telepon darurat
mudah terlihat dan jelas terbaca dalam 1
ruangan
b. Informasi dan fasilitas 5. Ketersediaan 1 kotak P3K, 1 kursi roda dan 1
kesehatan tandu
6. Ketersediaan ruang kesehatan yang beroperasi
24 jam dengan luas minimal 25 m2 dan
terdapat 2 petugas kesehatan
Kinerja Operasional di Stasiun
Tabel 3. 14
Contoh Kuisioner Kano
Fungsional Disfungsional
Apakah anda merasa S H N B T Apakah anda merasa S H N B T
aman jika terdapat 4 aman jika terdapat
buah CCTV di dalam kurang dari 4 buah
stasiun? CCTV di dalam
stasiun?
Tabel 3. 15
Contoh Kuisioner I-S Model
Atribut Importance Satisfaction
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
CCTV di dalam stasiun
Kepuasan :
1 = sangat tidak puas
2 = tidap puas
3 = cukup puas
4 = puas
5 = puas sekali
Tabel 3. 16
Evaluasi Kano
Customer requirements Disfunctional
1 2 3 4 5
like Must- neutral Live dislike
be with
Functional 1. like Q A A A O
2. must-be R I I I M
3. neutral R I I I M
4. live with R I I I M
5. dislike R R R R Q
Tabel 3. 17
Contoh Pengisian Tabel Perhitungan Kano
No A M O R Q I Total Better Worse
1. 3 4 4 10 0.36 -0.63
2. 6 2 2 10 0.2 -0.8
3. 1 5 1 3 10 0.2 -0.6
4. 3 7 10 0 -0.3
5. 3 1 6 10 0.1 -0.4
6. 2 4 4 10 0.4 -0.6
7. 4 4 2 10 0.4 -0.8
8. 2 1 7 10 0.3 -0.1
9. 2 2 3 3 10 0.5 -0.5
10. 4 2 4 10 0.2 -0.6
Dimana:
X = skor rata-rata nilai koefisien kepuasan pengguna (Stasiun Malang Kota Baru/Stasiun
Gubeng/KA Penataran)
Y = skor rata-rata nilei koefisien ketidakpuasan pengguna (Stasiun Malang Kota Baru/Stasiun
Gubeng/KA Penataran)
N = jumlah atribut (stasiun = 30, kereta api = 18)
Attractive One-dimensional
Kepuasan
Indifferent Must be
Ketidakpuasan
Gambar 3.2 Diagram Kartesius Model Kano
86
Hal tersebut juga berlaku pada I-S model yang didapatkan dari hasil kuisioner kepentingan-
kepuasan, yang kemudian dibuat diagram kartesius I-S model.
Tabel 3. 18
Contoh Pengisian Tabel I-S Model
No Kepentingan Kepuasan
∑X ∑Y X Y
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. 5 5 1 3 4 2 45 29 1.50 0.97
2. 1 4 5 2 3 3 2 44 35 1.47 0.97
3. 1 2 7 1 6 1 2 46 34 1.53 0.93
4. 4 4 2 3 3 3 1 38 32 1.27 0.97
5. 6 4 3 1 4 1 1 38 26 1.27 0.73
6. 1 5 4 3 3 2 1 1 43 24 1.43 0.67
7. 3 7 2 5 3 47 39 1.57 0.90
8. 3 7 5 2 1 1 47 25 1.57 0.77
....
30.
Surplus Exellent
Satisfaction
Importance
Gambar 3.3 Diagram Kartesius I-S Model
Tabel 3. 19
Atribut Kategori Kualitas Model Kano Refined
Atribut Kategori Kualitas Atribut Kategori Kualitas
Atribut Kategori Kualitas di
dengan Kepentingan Tinggi di dengan Kepentingan Rendah
Model Kano
Model Pengembangan di Model Pengembangan
Attractive Highly attractive Less attractive
One-dimensional High value-added Low value-added
Must-be Critical Necessary
Indifferent Potential Care-free
Sumber : Yenni, 2016
Dalam penelitian ini digunakan hirarki tidak lengkap karena pada elemen kriteria
tidak semua berhubungan langsung dengan alternatif-alternatif yang telah dirumuskan
karena tidak semua alternatif-alternatif yang dirumuskan tersebut dapat menjadi solusi
permasalahan pada tiap-tiap kriteria, hanya pada kriteria-kriteria tertentu saja.
Dalam penentuan kriteria dan alternatif didasari oleh bagaimana kemampuan
kereta api dan stasiun dalam memberikan pelayanan kepada penggunanya. Jika dalam
satu aspek kereta api atau stasiun telah memenuhi standar atau telah mampu melayani
penumpang dengan baik, maka tidak perlu dirumuskan alternatif peningkatan kinerjanya.
Jika dirasa belum mampu atau memiliki penilaian rendah, maka perlu dirumuskan
alternatif peningkatannya.
Dasar dalam penentuan hubungan kriteria dan alternatif kinerja pelayanan adalah
berdasarkan SPM angkutan orang dengan kereta api dalam kereta api dan stasiun yang
dikutip dari Permenhub RI No PM 48 Tahun 2015 dengan ringkasan sebagai berikut :
a. Kriteria keselamatan berhubungan dengan alternatif-alternatif yang berkaitan pada
penanganan dan pencegahan kecelakaan atau gangguan perjalanan.
b. Kriteria keamanan berhubungan dengan alternatif-alternatif yang berkaitan pada
fasilitas-fasilitas yang mencegah atau penanganan terhadap tindak kriminal.
89
Tabel 3. 20
Skala Penilaian Prioritas
Skala Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Apabila ragu dengan nilai yang berdekatan
Sumber: Faisal, 2015
3. Penyelesaian dengan manipulasi matriks
Matriks yang dihasilkan diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan jalan
menentukan nilai eigen (eigenvector). Prosedur untuk mendapatkan nilai eigen adalah:
90
Tabel 3. 21
Contoh hasil kuadrat matriks AHP
Matriks Matriks Hasil Kuadrat
1 4 3 0,5 1 4 3 0,5 3,999 10,499 20,5 2,932
0,25 1 3 0,333 0,25 1 3 0,333 2,165 3,998 8,415 1,391
X =
0,333 0,333 1 0,2 0,333 0,333 1 0,2 1,14925 2,598 3,998 0,677389
2 3 5 1 2 3 5 1 6,415 15,665 25 3,999
Tabel 3. 22
Contoh Perhitungan Eigen Vector
Hasil Kuadrat Jumlah EV
3,999 10,499 20,5 2,932 37,93 0,334478
2,165 3,998 8,415 1,391 15,969 0,140819
1,14925 2,598 3,998 0,677389 8,422639 0,074273
6,415 15,665 25 3,999 51,079 0,45043
113,4006
4. Pembobotan alternatif
Menyusun matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap kriteria. Langkah
pembobotan alternatif sama dengan langkah pembobotan pada kriteria yaitu:
a. Pengolahan horisontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap
tingkat hirarki keputusan.
b. Pengolahan vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hirarki
terhadap sasaran utama. Pada Consistency Ratio (CR) merupakan parameter yang
digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan dilakukan dengan konsekuen
atau tidak. Seharusnya nilai CR tidak lebih dari 0,10 jika penilaian criteria telah
dilakukan dengan konsisten. Menemukan hasil CR dilakukan dengan mengalikan EV
dengan matriks jawaban responden. Kemudian dibagi dengan EV untuk menemukan
91
lamda. Lamda maksimum adalah rata-rata dari lamda. Lamda maksimum digunakan
untuk menghitung CI dengan rumus sebagai berikut :
( max−n)
CI = ………….......................................…….………………...(3-8)
(n−1)
Dimana :
CI = Consistency Index
n = jumlah kriteria / alternatif yang diuji
Setelah didapatkan hasil CI, langkah selanjutnya adalah menentukan RI dari tabel RI
sebagai berikut :
Tabel 3. 23
Tabel RI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
92
3.9 Desain Survei
Desain survei penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. 24
Tabel 3.24
Desain Survei
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Metode Metode Output
dibutuhkan pengumpulan Analisis
data
1. Mengevaluasi 1. Travel time Waktu tempuh Hasil Survei primer : Anslisis Evaluasi kinerja
kinerja 2. Headway Waktu tunggu pengamatan KA observasi Kinerja operasional
operasional penataran Operasional Kereta Api
3. Load factor 1. Jumlah
Penataran yaitu
Kereta Api penumpang load factor,
Penataran 2. Kapasitas travel time,
penumpang waktu henti,
3. Jumlah tempat waktu tunda,
duduk dan kecepatan dan
fasilitas untuk headway untuk
penumpang mengetahui
bagaimana baik
berdiri
buruknya
4. Waktu tunda Keterlambatan kinerja
kereta api operasional
5. Waktu Henti Waktu kereta api Kereta Api
berhenti di stasiun Penataran
kecil dan berangkat sehingga dapat
kembali dirumuskan
alternatif
6. Kecepatan Jarak dan waktu
peningkatannya
tempuh
2. Mengevaluasi Kinerja Stasiun : a. Informasi dan fasilitas Data ketersediaan Hasil Survei primer : Analisis SPM Evaluasi
kinerja pelayanan 1. Keselamatan keselamatan fasilitas-fasilitas pengamatan Observasi kinerja
Kereta Api b. Informasi dan fasilitas pada sub variabel Stasiun Gubeng pelayanan dari
Penataran, Stasiun kesehatan dan Stasiun Kereta Api
Gubeng dan c. Lampu penerangan Malang Kota Penataran,
Stasiun Malang Baru Stasiun
Kota Baru 2. Keamanan a. Fasilitas keamanan Gubeng dan
berdasarkan b. Petugas keamanan Stasiun
persepsi c. Informasi gangguan Malang Kota
penumpang keamanan Baru
d. Lampu penerangan berdasarkan
SPM dan
3. Kehandalan/ketera a. Layanan penjualan tiket persepsi
turan penumpang
93
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Metode Metode Output
dibutuhkan pengumpulan Analisis
data
4. Kenyamanan a. Ruang tunggu untuk
b. Ruang boarding mengetahui
c. Toilet bagaimana
d. Mushola tingkat
kepentingan
e. Lampu penerangan dan tingkat
f. Fasilitas pengatur kepuasan
sirkulasi udara penumpang
terhadap
fasilitas-
5. Kemudahan a. Informasi pelayanan fasilitas di
b. Informasi gangguan kereta api dan
perjalanan kereta api stasiun
c. Informasi angkutan sehingga
jalan dapat
d. Fasilitas layanan dirumuskan
penumpangpengadua alternatif
n peningkatan-
nya
e. Fasilitas kemudahan
naik/turun
penumpang
f. Tempat parkir
6. Kesetaraan a. Fasilitas bagi
penumpang difabel
b. Ruang ibu menyusui
Kinerja pelayanan a. Informasi dan Data ketersediaan Hasil Survei primer : Analisis
kereta api: fasilitas keselamatan fasilitas-fasilitas pengamatan Observasi SPM
1. Keselamatan b. Informasi dan pada sub variabel KA Penataran
fasilitas kesehatan
2. Keamanan a. Fasilitas pendukung
b. Petugas keamanan
c. Informasi gangguan
keamanan
d. Lampu penerangan
93
94
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Metode Metode Output
94
dibutuhkan pengumpulan Analisis
data
4. Kenyamanan a. Tempat duduk
b. Toilet dilengkapi
dengan air sesuai
kebutuhan
c. Lampu penerangan
d. Fasilitas pengatur
sirkulasi udara
e. Restorasi
f. Fasilitas penumpang
berdiri
g. Rak bagasi
5. Kemudahan a. Informasi stasiun
yang
disinggahi/dilewati
secara berurutan
b. Informasi gangguan
perjalanan kereta api
c. Nama/relasi kereta
api dan nomor urut
kereta
6. Kesetaraan a. Fasilitas bagi
penumpang difabel
Pelayanan di stasiun 1. Keamanan Persepsi Kuesioner Survei primer: Analisis
dan di kereta api 2. Kenyamanan penumpang Wawancara Kano
3. Kehandalan terhadap dengan
4. Keamanan pelayanan stasiun menyebar
5. Kemudahan dan kereta api kuesioner
6. Kesetaraan pertanyaan
fungsional-
disfungsiona
l dan
kuisioner
kepentingan-
kepuasan
yang
kemudian
diolah
95
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Metode Metode Output
dibutuhkan pengumpulan Analisis
data
menjadi data
kategori
Kano dan
nilai
kepentingan
dan
kepuasan
penumpang
3 Menentukan Prioritas arahan a. Prioritas arahan a. Kinerja 1. Analisis Survei primer: Analisis Prioritas
prioritas arahan peningkatan peningkatan KA operasional KA kinerja Wawancara AHP arahan
peningkatan Penataran Penataran operasional Yang peningkatan
kinerja b. Kinerja KA dilakukan kinerja
operasional dan pelayanan KA Penataran pada operasional
pelayanan Penataran 2. Analisis responden KA
Kereta Api b. Prioritas arahan c. Kinerja SPM berupa Penataran
Penataran, peningkatan Stasiun pelayanan 3. Analisis stakeholder dan Kinerja
Stasiun Gubeng Gubeng Stasiun Gubeng Kano sehingga Pelayanan
dan Stasiun ditemukan Stasiun
Malang Kota prioritas Malang Kota
Baru arahan Baru dan
berdasarkan peningkatan Stasiun
persepsi nya. Gubeng
stakeholder serta KA
Penataran
95
96
96
Berikut merupakan kerangka metode pada penelitian ini yang dapat dilihat pada gambar 3.5.
97
98
Tabel 4.1
Trip KA Penataran Surabaya-Malang
No. Kereta
459 461 463 465 467
Stasiun
B. Stasiun pemberhentian
Kereta Api Penataran merupakan salah satu moda transportasi yang
menghubungkan Stasiun Malang Kota Baru dengan Stasiun Gubeng. Dari Stasiun Malang
Kota Baru menuju Stasiun Gubeng, Kereta Api Penataran berhenti di beberapa stasiun
pemberhentian. Stasiun-stasiun tersebut adalah Stasiun Blimbing, Stasiun Singosari,
Stasiun Lawang, Stasiun Bangil, Stasiun Porong, Stasiun Tanggulangin, Stasiun Sidoarjo,
Stasiun Gedangan, Stasiun Waru dan Stasiun Wonokromo. Berikut adalah deskripsi
singkat mengenai stasiun-stasiun tersebut.
Tabel 4.3
Stasiun-Stasiun pemberhentian Kereta Api Penataran
Nama
Deskripsi Gambar
Stasiun
Stasiun Stasiun Blimbing (BMG) adalah salah
Blimbing satu dari tiga stasiun kereta api yang
terletak di Kota Malang, tepatnya berada
di Purwodadi, Blimbing, Malang.
Stasiun yang terletak pada ketinggian
+460 m ini termasuk dalam Daerah
Operasi VIII Surabaya dan menjadi
stasiun kereta api yang lokasi paling
utara di Kota Malang.
Nama
Deskripsi Gambar
Stasiun
Stasiun Stasiun Bangil (BG) adalah stasiun
Bangil kereta api kelas I yang terletak di Pogar,
Bangil, Pasuruan. Stasiun yang terletak
pada ketinggian +9 meter ini merupakan
stasiun yang lokasinya paling timur
di Daerah Operasi VIII Surabaya.
Stasiun ini juga merupakan stasiun
terbesar dan teramai serta menjadi
stasiun aktif yang lokasinya paling barat
di Kabupaten Pasuruan.
Stasiun
Stasiun Porong (PR) adalah stasiun
Porong
kereta api kelas III/kecil yang terletak
di Porong, Porong, Sidoarjo. Stasiun
yang terletak pada ketinggian +6 meter
ini termasuk dalam Daerah Operasi VIII
Surabaya dan merupakan stasiun KA
yang letaknya paling selatan
di Kabupaten Sidoarjo. Stasiun ini
terletak persis di belakang Pasar Porong
Lama yang telah diruntuhkan
bangunannya (sekarang telah menjadi
taman yang bernama Taman Apkasi) dan
di dekat tanggul lumpur Lapindo.
Stasiun Stasiun Tanggulangin (TGA)
Tanggulangin adalah stasiun kereta api kelas III/kecil
yang terletak di Kalitengah,
Tanggulangin, Sidoarjo, tepatnya
bersebelahan dengan Jalan Raya Porong
arah kota Sidoarjo. Stasiun yang terletak
pada ketinggian +6 m ini termasuk
dalam Daerah Operasi VIII Surabaya.
Stasiun ini awalnya memiliki empat jalur
dengan jalur 2 sebagai sepur lurus dan
tiga jalur lainnya untuk persilangan atau
persusulan antarkereta api, namun kini
jalur 4 sudah dibongkar.
Stasiun Stasiun Sidoarjo (SDA) adalah stasiun
Sidoarjo kereta api kelas I yang terletak
di Lemahputro, Sidoarjo, Sidoarjo.
Stasiun ini dilewati jalur kereta api
menuju timur (Jember-Banyuwangi) dan
jalur menuju Malang-Blitar. Stasiun
yang terletak pada ketinggian +4 meter
ini termasuk dalam Daerah Operasi VIII
Surabaya.
Sebagai stasiun kelas I, hampir semua
kereta api berhenti di stasiun ini. Hanya
kereta api barang (ketel dan semen) saja
yang melintas langsung/tidak berhenti.
101
Nama
Deskripsi Gambar
Stasiun
Stasiun Stasiun Gedangan (GDG) adalah stasiun
Gedangan kereta api kelas III/kecil yang berada
di Gedangan, Gedangan, Sidoarjo.
Stasiun yang terletak pada ketinggian +4
meter dan bersistem sinyal mekanik ini
termasuk dalam Daerah Operasi VIII
Surabaya.
D. Rute
2500000
2065604
2000000 1761170
1525237 1834657
1500000 1604384
1000000
500000
0
2012 2013 2014 2015 2016
104
Gambar 4.4 Layout Stasiun Gubeng
105
1200000
959705 1018223
1000000 1002583
800000
561754 712117
600000
400000
200000
0
2012 2013 2014 2015 2016
107
108
Tabel 4.4
Karakteristik penumpang Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan Stasiun Malang Kota Baru
KA Penataran Stasiun Gubeng Stasiun Malang
Sub Variabel Parameter
(orang) (orang) Kota Baru (orang)
Usia 11-15 tahun 1 12 0
16-20 tahun 67 35 30
21-25 tahun 115 46 67
26-30 tahun 52 24 23
31-35 tahun 21 25 9
36-40 tahun 20 17 8
41-45 tahun 19 12 5
46-50 tahun 12 4 11
51-55 tahun 16 6 1
56-60 tahun 4 1 4
61-65 tahun 7 5 1
66-70 tahun 0 1 0
Jenis Kelamin Laki-laki 154 81 67
Perempuan 180 107 92
Pekerjaan Pelajar 117 76 78
Ibu Rumah
24 17 12
Tangga
Wiraswasta 53 35 11
Karyawan
98 42 45
Swasta
PNS 25 13 8
Freelance 3 0 0
Belum Bekerja 5 1 2
Karyawan
3 1 0
BUMN
Dosen/Guru 5 0 1
Pensiunan 1 1 0
Lain-lain 0 2 2
Pendapatan 500.000 -
20 19 12
1.000.000
1.000.000 -
33 12 11
1.500.000
1.500.000 -
60 20 17
2.000.000
2.000.000-
94 54 55
3.000.000
>3.000.000 29 14 11
110
25 tahun. Sama halnya dengan KA Penataran dan Stasiun Gubeng, Stasiun Malang Kota
Baru juga didominasi oleh pengunjung stasiun berusia 21-25 tahun dengan persentase
42%. Hal ini menandakan KA Penataran, Stasiun Gubeng dan Stasiun Malang Kota Baru
lebih banyak digunakan oleh penumpang yang belum, akan atau baru bekerja dan belum
memiliki kendaraan pribadi sehingga lebih memilih menggunakan kereta api untuk
beraktivitas. Selain itu perjalanan menggunakan kereta api lebih murah jika dibandingkan
dengan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Semakin bertambahnya usia seseorang
akan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada harus berdesakan di
angkutan umum terutama yang mengangkut banyak orang seperti kereta api kelas
ekonomi. Supaya perjalanan menggunakan kereta api dapat mencakup segala usia, perlu
adanya perbaikan dan peningkatan performa fasilitas-fasilitas yang ada di stasiun dan di
kereta api agar tercipta kenyamanan bagi segala usia.
(a) (b)
1;1% 4;2% 1;1%
11;7%
5;3% 30;
8;5% 19%
9;6%
23;
14% 67;
42%
Gambar 4.7 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Usia pada Kereta Api
Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru (c)
112
180; 154;
46% 107; 81;
54%
57% 43%
(a) (b)
92; 67;
58% 42%
Laki-laki Perempuan
(c)
Gambar 4.8 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Jenis Kelamin pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru (c)
113
25;7% 13;
117; 7%
35% 76;
42; 40%
22%
98;29%
(a) (b)
8;5%
45; 78;
28% 49%
11;7%
12;8%
(c)
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Pekerjaan pada Kereta
Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru (c)
20;6%
19;10%
33;10% 12;6%
98;29%
69;37%
20;11%
60;18%
29;9%
94;28% 54;29%
14;7%
(a) (b)
12;7%
11;7%
53;33%
17;11%
55;35%
11;7%
(c)
Gambar 4.10 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Pendapatan pada Kereta
Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru (c)
116
10;3% 16;5%
4;2%
71;21% 55;29%
51;15% 55;29%
72;22%
114; 24;13%
34% 50;27%
Pulang Sekolah/kuliah
Bekerja Rekreasi
Berkunjung Dll
(c)
Gambar 4.11 Persentase jumlah penumpang dan pengunjung berdasarkan maksud perjalanan pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru (c)
117
47;
30%
112;
70%
(c)
Gambar 4.12 Persentase Jumlah Penumpang dan Pengunjung berdasarkan Tipe Perjalanan pada
Kereta Api Penataran (a), Stasiun Gubeng (b) dan Stasiun Malang Kota Baru (c)
118
8;4%
64;40% 41;26%
23;12%
47;14%
88;26% 77;41% 22;12%
62;19%
29;15%
25;7%
(a) (b)
37;23%
52;33%
10;6%
10;6% 41;26%
9;6%
Tabel 4. 5
Hubungan antara jenis kelamin dan usia
Jenis Kelamin
l p Total
Usia
11-15 1 0 1
16-20 15 52 67
21-25 54 61 115
26-30 24 28 52
31-35 16 5 21
36-40 12 8 20
41-45 11 8 19
46-50 6 6 12
51-55 12 4 16
56-60 2 2 4
61-65 1 6 7
Total 154 180 334
Hubungan karakteristik antara usia dan jenis kelamin seperti yang ada pada tabel di
atas menunjukkan bahwa penumpang pada usia 16-30 tahun yang berjenis kelamin
perempuan lebih mendominasi daripada penumpang pada rentang usia 31-60 tahun. Pada
rentang usia 31-60 tahun penumpang berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi. Hal ini
menunjukkan bahwa penumpang perempuan lebih banyak melakukan perjalanan antar kota
dan menggunakan transportasi umum pada usia 16-30 tahun, sedangkan untuk usia 31-65
tahun penumpang perempuan yang melakukan perjalanan antar kota dan menggunakan
transportasi umum mulai berkurang. Selain karena faktor kenyamanan, faktor finansial
juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penumpang perempuan lebih
banyak menggunakan kereta api ekonomi pada rentang usia 16-30 tahun daripada
penumpang perempuan pada rentang usia 31-60 tahun.
121
Tabel 4. 6
Hubungan antara jenis kelamin dengan maksud perjalanan
Maksud
Perjalan-
an pulang sekolah/kuliah bekerja rekreasi berkunjung dll Total
Jenis Kelamin
l 31 27 71 16 1 8 154
p 40 40 47 36 9 8 180
Total 71 67 118 52 10 16 334
Hubungan karakteristik antara jenis kelamin dan maksud perjalanan seperti yang
ada pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa penumpang Kereta Api Penataran didominasi oleh
penumpang yang akan bekerja. Namun dilihat dari perbandingannya, penumpang berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak menggunakan kereta api untuk bekerja, sedangkan
penumpang berjenis kelamin perempuan lebih banyak menggunakan kereta api untuk
bekerja, sekolah dan rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa Kereta Api Penataran
merupakan transportasi yang banyak digunakan oleh penumpang laki-laki karena selain
karena harganya yang terjangkau kereta api merupakan transportasi yang bebas hambatan
serta memiliki jadwal keberangkatan dan jadwal kedatangan yang sudah ditetapkan
sehingga penumpang yang akan bekerja tidak perlu takut terjebak macet atau terlambat
bekerja. Sedangkan kereta api digunakan oleh penumpang perempuan selain karena
harganya, tapi juga dari segi kenyamanan dan keamanannya dibandingkan dengan
kendaraan pribadi atau angkutan umum lain.
122
Tabel 4. 7
Hubungan antara pekerjaan dan pendapatan
Pendapatan
500.000- 1.000.000- 1.500.000- 2.000.000-
0 3.000.000 Total
Pekerjaan 1.000.000 1.500.000 2.000.000 3.000.000
Pelajar/
85 12 8 9 3 0 117
mahasiswa
IRT 9 1 0 5 4 5 24
wiraswasta 0 0 10 16 26 1 53
swasta 0 2 11 26 51 8 98
PNS 0 2 0 3 6 13 24
freelance 0 3 0 0 0 0 3
belum
4 0 2 0 0 0 6
bekerja
BUMN 0 0 0 0 2 1 3
guru 0 0 2 1 2 0 5
pensiunan 0 0 0 0 0 1 1
Total 98 20 33 60 94 29 334
Hubungan karakteristik antara pekerjaan dan pendapatan seperti yang ada pada
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa penumpang Kereta Api Penataran didominasi oleh pekerja
dengan pendapatan paling dominan adalah Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Total
jumlah pelajar/mahasiswa dan total penumpang tidak berpendapatan memang terlihat lebih
besar, namun jika jumlah pekerja digabungkan dan jumlah penumpang yang memiliki
penghasilan tetap digabungkan, akan jauh lebih besar angkanya dibandingkan jumlah
pelajar/mahasiswa dan jumlah penumpang tidak berpendapatan. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa penumpang Kereta Api Penataran didominasi oleh karyawan swasta
dengan pendapatan dominan adalah Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Untuk dapat
menarik minat masyarakat agar menggunakan jasa kereta api, perlu dipertimbangkan
peningkatan UMR sehingga masyarakat dapat beralih untuk menggunakan kereta api
sebagai pilihan utama dalam melakukan perjalanan.
123
Tabel 4. 8
Hubungan antara maksud perjalanan dan frekuensi perjalanan
Frekuensi
Perjalanan
setiap seminggu 2 minggu sebulan seminggu tidak
dll Total
Maksud hari sekali sekali sekali dua kali tentu
Perjalanan
pulang 6 18 15 18 0 11 3 71
sekolah/kuliah 0 20 9 26 7 5 0 67
bekerja 22 34 24 25 3 10 0 118
rekreasi 0 4 2 12 0 33 1 52
berkunjung 0 2 3 1 0 3 1 10
dll 0 0 3 4 4 4 1 16
Total 28 78 56 86 14 66 6 334
Tabel 4. 9
Hubungan antara maksud perjalanan dan tipe perjalanan
Tipe Perjalanan
Sekolah/
Pulang Bekerja Rekreasi Berkunjung dll Total
kuliah
Maksud Perjalanan
PP 35 13 53 32 7 14 154
1 kali trip 36 54 65 20 3 2 180
Total 71 67 118 52 10 16 334
Hubungan karakteristik antara maksud perjalanan dan tipe perjalanan seperti yang
ada pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa penumpang Kereta Api Penataran yang
melakukan perjalanannya pulang pergi didominasi oleh pekerja. Begitu pula dengan
perjalanan satu kali trip. Namun kesuluruhan penumpang lebih memilih menggunakan
Kereta Api Penataran untuk perjalanan satu kali trip daripada untuk perjalanan pulang
pergi dalam satu hari karena waktu tempuhnya yang dapat mencapai 3 jam hingga stasiun
akhir untuk sekali perjalanan.
4.3.6 Hubungan antara Karakteristik Penumpang berdasarkan Tipe Perjalanan
dan Frekuensi Perjalanan
Tabel 4.10 merupakan tabel yang menunjukkan keterkaitan antara karakteristik
penumpang Kereta Api Penataran berdasarkan tipe perjalanan dan karaktersitik
penumpang Kereta Api Penataran berdasarkan frekuensi perjalanan.
Tabel 4. 10
Hubungan antara tipe perjalanan dan frekuensi perjalanan
Frekuensi
Perjalanan dua
setiap seminggu sebulan seminggu tidak
minggu dll Total
Tipe hari sekali sekali dua kali tentu
sekali
Perjalanan
pp 28 39 17 26 10 30 4 154
1 kali trip 0 39 39 60 4 36 2 180
Total 28 78 56 86 14 66 6 334
Hubungan karakteristik antara tipe perjalanan dan frekuensi perjalanan seperti yang
ada pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa penumpang Kereta Api Penataran lebih banyak
melakukan perjalanannya pulang pergi dalam rentang waktu seminggu sekali dan
melakukan perjalanan satu kali trip dalam rentang waktu sebulan sekali. Penumpang lebih
banyak menggunakan Kereta Api Penataran dengan tipe perjalanan satu kali trip dan
dengan rentang waktu sebulan sekali karena jarak tempuhnya yang cukup jauh dan waktu
tempuhnya yang mencapai 3 jam sehingga kebanyakan penumpang merupakan pelaku
perjalanan antar kota bukan pelaku perjalanan komuter.
125
120.00% 109.81%
107.36%107.74%109.43% 105.66%
103.02% 104.91%
101.51%
100.00% 95.85% 98.87%
80.00% 75.09%
60.00%
46.04%
40.00%
20.00%
0.00%
Grafik di atas menggambarkan faktor muat penumpang pada Kereta Api Penataran
nomor 462 saat weekday yang beroperasi pada pukul 07.07 dari Stasiun Malang Kota Baru
menuju Stasiun Gubeng. Grafik tersebut menunjukkan bahwa load factor mengalami
126
peningkatan mulai dari Stasiun Malang Kota Baru hingga Stasiun Tanggulangin dan mulai
turun dari Stasiun Tanggulangin hingga Stasiun Gubeng. Load factor mencapai puncaknya
di Stasiun Tanggulangin dengan nilai LF yaitu 109,81 %. Nilai load factor dari Stasiun
Malang Kota Baru hingga Stasiun Waru berkisar antara 95,85 % hingga 109,81 % yang
berarti nilai tersebut melebihi standar load factor maksimum yaitu 90 %. Sedangkan dari
Stasiun Wonokromo hingga Stasiun Gubeng masih berada di bawah nilai load factor
maksimum.
120.00% 110.19%
109.25%
105.28%106.42% 104.34%
101.89% 104.53%
100.00% 101.89%
97.17% 93.96%
82.64%
80.00%
64.91%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
120.00%
105.85% 105.85%
104.91% 98.87%
100.00% 97.36% 96.23% 92.64%
93.21%
84.91% 83.58%
80.00%
59.81%
60.00% 52.83%
40.00%
20.00%
0.00%
Gambar 4.17 Menunjukkan grafik nilai load factor pada Kereta Api Penataran rute
Surabaya-Malang dengan nomor 465 saat weekday yang beroperasi pada pukul 17.50 dari
Stasiun Gubeng menuju Stasiun Malang Kota Baru. Load factor mengalami peningkatan
mulai dari Stasiun Gubeng hingga Stasiun Porong dan mengalami penurunan hingga
Stasiun Malang Kota Baru. Nilai load factor dari Stasiun Wonokromo hingga Stasiun
Singosari berkisar antara 93,21 % hingga 105,85 % yang berarti nilai tersebut melebihi
standar load factor maksimum. Sedangkan Stasiun Gubeng, Stasiun Waru, Stasiun
Blimbing dan Stasiun Malang Kota Baru masih berada di bawah standar load factor
maksimum.
Sedangkan pada weekend, grafik menunjukkan bahwa load factor mengalami
peningkatan mulai dari Stasiun Gubeng hingga Stasiun Porong dan mengalami penurunan
hingga Stasiun Malang Kota Baru. Nilai load factor dari Stasiun Waru hingga Stasiun
Singosari berkisar antara 94,91 % hingga 112,26 % yang berarti nilai tersebut melebihi
standar load factor maksimum. Sedangkan Stasiun Gubeng, Stasiun Blimbing dan Stasiun
Malang Kota Baru masih berada di bawah standar load factor maksimum.
Dari Stasiun Tanggulangin hingga Stasiun Blimbing load factor turun perlahan-
lahan dan turun drastis di Stasiun Malang Kota Baru yang menandakan banyak penumpang
mengakhiri perjalanannya di Stasiun Malang Kota Baru yang terletak di pusat kota yang
dekat dengan perdagangan dan jasa, tempat rekreasi serta angkutan umum yang mudah
ditemui.
128
60.00%
41.32%
40.00%
20.00%
0.00%
Tabel 4. 11
Data perjalanan Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya
No. Kereta 462 (Weekday) 462 (Weekend)
Waktu henti Waktu Tempuh Waktu henti Waktu Tempuh
Stasiun Datang Berangkat Datang Berangkat
(menit) (Menit) (menit) (Menit)
Malang 07.04 07.10 6 07.07 07.13 6
Blimbing 07.18 07.20 2 8 07.21 07.26 5 8
Singosari 07.28 07.30 2 8 07.32 07.35 3 6
Lawang 07.40 07.59 19 10 07.46 08.07 21 11
Bangil 08.29 08.35 6 20 08.27 08.34 7 20
Porong 08.49 08.50 1 14 08.49 08.52 3 15
Tanggulangin 08.57 08.59 2 7 08.58 09.00 2 6
Sidoarjo 09.05 09.07 2 6 09.06 09.08 2 6
Gedangan 09.17 09.21 4 10 09.18 09.23 5 10
Waru 09.26 09.28 2 5 09.28 09.32 4 6
Wonokromo 09.35 09.38 3 7 09.39 09.42 3 7
Gubeng 09.48 10 09.52 10
Travel Time 2 jam 38 menit 2 jam 39 menit
Waktu Tunda 3 menit 7 menit
Kecepatan 92,18 km/2,63 jam = 35,05 km/jam 92,18 km/2,65 jam = 34,78 km/jam
Berdasarkan tabel di atas, Kerta Api Penataran 462 pada weekday yang berdasarkan
jadwal berangkat pukul 07.07 WIB memiliki waktu tempuh 2 jam 38 menit dengan jarak
92,18 km. Dengan waktu tempuh tersebut Kereta Api Penataran 462 dijadwalkan tiba di
Stasiun Gubeng pukul 09.45 WIB. Waktu tempuh Kereta Api Penataran 462 telah sesuai
dengan jadwal yang ada, yaitu 2 jam 38 menit.
Kereta Api Penataran 42 pada weekend memiliki waktu tempuh yaitu 2 jam 45
menit dengan jarak 92,18 Km dimana di setiap stasiun berhenti sekitar 3-21 menit.
Keberangkatan Kereta Api Penataran 462 berangkat dari Stasiun Malang pukul 07.13 WIB
dan tiba di Stasiun Gubeng pukul 09.52 WIB. Waktu tempuh Kereta Api Penataran 462
kurang sesuai dengan jadwal dengan ketidaksesuaian 1 menit dari waktu tempuh di jadwal.
B. Rute Surabaya-Malang
Survei waktu tempuh pada Kereta Api Penataran tujuan Stasiun Malang Kota Baru
dilakukan di kereta api dengan nomor kereta 465 pada saat weekday dan weekend. Survei
dilakukan dengan mencatat waktu tempuh kereta dari Stasiun Gubeng hingga Stasiun
Malang Kota Baru. Hasil survei waktu tempuh Kereta Api Penataran rute Surabaya-
Malang dapat dilihat pada Tabel 4.12.
130
Tabel 4. 12
Data perjalanan Kereta Api Penataran rute Surabaya-Malang
No. Kereta 465 (Weekday) 465 (Weekend)
Waktu henti Waktu Tempuh Waktu henti Waktu Tempuh
Stasiun Datang Berangkat Datang Berangkat
(menit) (Menit) (menit) (Menit)
Gubeng 17.50 17.52 2 17.45 17.47 2
Wonokromo 17.56 17.58 2 4 17.57 17.59 2 10
Waru 18.06 18.11 5 8 18.06 18.11 5 7
Gedangan 18.16 18.19 3 5 18.17 18.18 1 6
Sidoarjo 18.27 18.29 2 8 18.27 18.28 1 9
Tanggulangin 18.36 18.53 17 7 18.36 19.04 28 8
Porong 19.00 19.07 7 7 19.12 19.17 5 8
Bangil 19.17 19.22 5 10 19.27 19.32 5 10
Lawang 19.58 20.02 4 36 20.08 20.12 4 36
Singosari 20.13 20.23 10 11 20.20 20.31 11 8
Blimbing 20.30 20.33 3 7 20.39 20.41 2 8
Malang 20.40 7 20.46 5
Travel Time 2 jam 48 menit 2 jam 59 menit
Waktu Tunda 5 menit 11 menit
Kecepatan 92,18 km/2,8 jam = 32,92 km/jam 92,18 km/2,98 jam = 30,93 km/jam
Berdasarkan tabel di atas, Kerta Api Penataran 465 pada weekday yang berdasarkan
jadwal berangkat pukul 17.50 WIB memiliki waktu tempuh 2 jam 45 menit dengan jarak
92,18 km. Dengan waktu tempuh tersebut Kereta Api Penataran 465 dijadwalkan tiba di
Stasiun Malang Kota Baru pukul 20.35 WIB. Waktu tempuh eksisting Kereta Api
Penataran 465 kurang sesuai dengan jadwal yang ada dengan waktu tempuh eksisting 2
jam 48 menit.
Kereta Api Penataran 465 pada weekend memiliki waktu tempuh yaitu 2 jam 59
menit dimana di setiap stasiun berhenti sekitar 2-28 menit. Keberangkatan Kereta Api
Penataran 465 dari Stasiun Gubeng pukul 17.47 WIB dan tiba di Stasiun Malang Kota
Baru pukul 20.46 WIB. Waktu tempuh Kereta Api Penataran 465 pada saat weekend belum
sesuai dengan jadwal yang ada dengan waktu tempuh eksisting 2 jam 59 menit.
4.4.3 Waktu Henti
Waktu henti merupakan selisih dari waktu kedatangan dengan waktu
keberangkatan aktual tiap-tiap stasiun yang dilalui kereta api. Berikut ini merupakan
penjelasan terkait waktu henti Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya dan Surabaya-
Malang.
A. Rute Malang-Surabaya
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.11, kereta api berhenti di tiap-tiap
stasiun pemberhentian sekitar 1-19 menit. Standar waktu henti yang ditetapkan untuk
Kereta Api Penataran adalah 3-4 menit. Sehingga waktu henti Kereta Api Penataran 462
pada weekday di Stasiun Lawang dan Bangil masih belum sesuai dengan standar yang
131
ditetapkan. Waktu henti terutama di Stasiun Bangil yang mengalami waktu henti cukup
lama yaitu 19 menit dikarenakan adanya persilangan jalur dengan kereta lain dan
menunggu penumpang yang sedang naik atau turun dari kereta.
Sedangkan untuk Kereta Api Penataran 462 pada weekend berhenti di tiap-tiap
stasiun pemberhentian sekitar 3-21 menit. Waktu henti Kereta Api Penataran di Stasiun
Malang Kota Baru, Blimbing, Lawang, Bangil dan Gedangan masih belum sesuai dengan
standar yang ditetapkan yaitu 3-4 menit waktu berhenti karena adanya persilangan dan
menunggu penumpang yang naik atau turun dari kereta.
B. Rute Surabaya-Malang
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.12, Kereta Api Penataran 465
pada weekend dan weekday berhenti di tiap-tiap stasiun pemberhentian sekitar 2-17 menit
pada weekday dan 2-28 menit pada weekend. Waktu henti terlama adalah di Stasiun
Tanggulangin karena adanya persilangan dengan kereta api lain. Sedangkan di Stasiun
Porong dan Stasiun Singosari karena menunggu naik-turun penumpang.
4.4.4 Waktu Tunda
Waktu tunda adalah selisih dari waktu kedatangan dan keberangkatan terjadwal
dengan aktual yang terjadi di lapangan atau bisa disebut waktu keterlambatan. Standar
waktu keterlambatan adalah 10% dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan. Atau
sekitar 14-17 menit. Berdasarkan Tabel 4.11 dengan mengamati Kereta Api Penataran 462
pada weekday dan 462 pada weekend mengalami keterlambatan 3 menit dan 7 menit dari
waktu yang dijadwalkan. Waktu kedatangan Kereta Api Penataran 462 pada weekday
berdasarkan jadwal adalah pukul 09.45 WIB, sedangkan eksistingnya kereta tiba pukul
09.48 WIB. Waktu kedatangan Kereta Api Penataran 462 pada weekend di Stasiun Gubeng
berdasarkan jadwal adalah pukul 09.45 WIB, sedangkan eksistingnya kereta tiba di Stasiun
Gubeng pukul 09.52 WIB. Namun keterlambatan ini masih bisa ditoleransi karena tidak
melebihi standar waktu keterlambatan.
Hasil pengamatan pada Kereta Api Penataran 465 seperti yang terdapat pada Tabel
4.12 pada saat weekday mengalami keterlambatan 5 menit dan pada saat weekend
mengalami keterlambatan 11 menit karena persilangan dengan kereta lain di Stasiun
Tanggulangin dan menunggu penumpang naik dan turun di Stasiun Singosari. Keduanya
mengalami keterlambatan namun masih bisa ditoleransi karena masih di bawah 14-17
menit. Namun untuk kepuasan penumpang ketepatan waktu perjalanan harus lebih
ditingkatkan lagi.
132
4.4.5 Kecepatan
Kecepatan operasi adalah rasio antara jarak perjalanan (S) dengan waktu perjalanan
total (T), termasuk waktu berhenti di stasiun dan waktu tunggu lainnya. Hasil survei
kecepatan pada Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya dengan nomor kereta 462
pada weekday dan weekend dan Kereta Api Penataran rute Surabaya-Malang dengan
nomor kereta 465 pada weekday dan weekend dengan membagi jarak tempuh dengan
waktu tempuh seperti yang ada pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 dengan memperhatikan
waktu henti kereta api di stasiun-stasiun pemberhentian. Dari hasil perhitungan tersebut
didapatkan bahwa Kereta Api Penataran 462 pada weekday memiliki kecepatan 35,05
km/jam dan Kereta Api Penataran 462 pada weekend memiliki kecepatan kereta api adalah
34,78 Km/jam. Sedangkan kecepatan untuk Kereta Api Penataran 465 pada saat weekday
32,92 km/jam dan 30,93 km/jam padaa saat weekend. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan
standar yang menyatakan bahwa standar minimum kecepatan kereta api adalah 60 km/jam.
Untuk mengetahui kecepatan sesungguhnya kereta api, dilakukan perhitungan terhadap
jarak dan waktu tempuh yang dibutuhkan kereta api untuk mencapai stasiun tertentu
dengan mengabaikan waktu henti di tiap stasiun. Hasil perhitungan dan analisis kecepatan
Kereta Api Penataran dengan mengabaikan waktu henti adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 13
Kecepatan Kereta Api Penataran rute Malang-Surabaya
No. Kereta 462 (Weekday) 462 (Weekend)
Waktu Standar Waktu Standar
Menuju Jarak Kecepatan Kete- Jarak Kecepatan Kete-
tempuh (km/ tempuh (km/
Stasiun (km) (km/jam) rangan (km) (km/jam) rangan
(menit) jam) (menit) jam)
Tidak Tidak
Blimbing 8 4,25 31,88 60 8 4.25 31.88 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Singosari 8 5,6 42 60 6 5.6 56 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Lawang 10 7,91 47,46 60 11 7.91 43.15 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Bangil 20 32,3 96,9 60 20 32.3 96.9 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Porong 14 10,05 43,07 60 15 10.05 40.2 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Tanggulangin 7 5,2 44,57 60 6 5.2 52 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Sidoarjo 6 4 40 60 6 4 40 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Gedangan 10 8,1 48,6 60 10 8.1 48.6 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Waru 5 4,1 49,2 60 6 4.1 41 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Wonokromo 7 6,2 53,14 60 7 6.2 53.14 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Gubeng 10 4,47 26,82 60 10 4.47 26.82 60
memenuhi memenuhi
Rata-rata = Rata-rata =
Total 105 92,18 105 92.18
52,67 52,67
133
Tabel 4. 14
Kecepatan Kereta Api Penataran Rute Surabaya-Malang
No. Kereta 465 (Weekday) 465 (Weekend)
Waktu Standar Waktu Standar
Menuju Jarak Kecepatan Kete- Jarak Kecepatan Kete-
tempuh (km/ tempuh (km/
Stasiun (km) (km/jam) rangan (km) (km/jam) rangan
(menit) jam) (menit) jam)
Tidak
Wonokromo 4 4.47 67.05 60 memenuhi 10 4.47 26.82 60
memenuhi
Tidak Tidak
Waru 8 6.2 46.5 60 7 6.2 53.14 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Gedangan 5 4.1 49.2 60 6 4.1 41 60
memenuhi memenuhi
Tidak
Sidoarjo 8 8.1 60.75 60 memenuhi 9 8.1 54 60
memenuhi
Tidak Tidak
Tanggulangin 7 4 34.29 60 8 4 30 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Porong 7 5.2 44.57 60 8 5.2 39 60
memenuhi memenuhi
Bangil 10 10.05 60.3 60 memenuhi 10 10.05 60.3 60 memenuhi
Tidak Tidak
Lawang 36 32.3 53.83 60 36 32.3 53.83 60
memenuhi memenuhi
Tidak
Singosari 11 7.91 43.15 60 8 7.91 59.33 60 memenuhi
memenuhi
Tidak Tidak
Blimbing 7 5.6 48 60 8 5.6 42 60
memenuhi memenuhi
Tidak Tidak
Malang 7 4.25 36.43 60 5 4.25 51 60
memenuhi memenuhi
Rata-rata = Rata-rata =
Total 110 92.18 115 92.18
50.28 48.09
Kereta Api Penataran 462 pada weekday memiliki kecepatan rata-rata 52,67 km/jam dan
Kereta Api Penataran 462 pada weekend memiliki kecepatan kereta api adalah 52,67
Km/jam. Sedangkan kecepatan rata-rata untuk Kereta Api Penataran 465 pada saat
weekday 50,28 km/jam dan 48,09 km/jam padaa saat weekend. Jika dilihat kecepatan
kereta api tiap stasiun pemberhentian dari kedua rute hampir semua kecepatan kereta api di
tiap stasiun kurang dari 60 km/jam. Hal ini tidak sesuai dengan standar kecepatan kereta
api yang standar kecepatan minimalnya 60 km/jam dan standar kecepatan maksimumnya
85 km/jam. Untuk itu, dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dalam menggunakan
transportasi kereta api perlu adanya peningkatan kecepatan untuk mengurangi waktu
tempuh total kereta api.
4.4.6 Headway
Analisis headway dalam penelitian ini dianalisis melalui perhitungan dengan
mengamati jumlah kendaraan dan jumlah penumpang tiap jamnya pada kondisi eksisting.
Hasil dari analisis headway digunakan untuk mengetahui kebutuhan jumlah perjalanan
dalam satu hari. Hasil analisis Headway pada Kereta Api Penataran adalah sebagai berikut:
134
Tabel 4. 15
Headway Kereta Api Penataran
Hw Load
Jumlah C P Hw Ideal Kebutuhan
Waktu Eksisting Factor
Kendaraan (Orang) (Orang) (Menit) Perjalanan
(Menit) (%)
07.00-08.00 1 310 593 90 546 59 -
08.00-09.00 - - 593 90 569 56 1
09.00-10.00 - - 593 90 582 55 1
10.00-11.00 - - 593 90 244 131 1
11.00-12.00 - - 593 90 - - -
12.00-13.00 1 285 593 90 494 65 -
13.00-14.00 - - 593 90 561 57 1
14.00-15.00 - - 593 90 561 57 1
15.00-16.00 - - 593 90 290 110 1
16.00-17.00 - - 593 90 - - -
17.00-18.00 1 180 593 90 558 57 -
18.00-19.00 - - 593 90 556 57 1
19.00-20.00 1 - 593 90 540 59 -
Tabel 4. 16
Kinerja pelayanan Kereta Api Penataran
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
Informasi Alat Pemadam Informasi dan fasilitas
dan fasilitas Api Ringan keselamatan adalah
keselamatan informasi ketersediaan
peralatan penyelamatan
darurat dalam bahaya
seperti kebakaran,
kecelakaan atau bencana
alam. Tersedia fasilitas
keamanan berupa tabung
pemadam dengan ukuran 3
kg berjumlah 1 buah di
masing-masing kereta
Kereta Api Penataran yang
selalu di cek secara berkala
dan diperhatikan masa
kadaluarsanya agar dapat
digunakan saat dibutuhkan
Tersedia fasilitas kemanan
berupa rem darurat
berjumlah 1 buah di
masing-masing kereta
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
Tersedia petunjuk jalur
evakuasi di tiap kereta
berjumlah 4 buah yang
mudah terlihat dan jelas
terbaca
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
Lampu Lampu penerangan dalam
Penerangan kereta berfungsi sebagai
sumber cahaya untuk
membaca dan
berkomunikasi. Terdapat 6
buah lampu di masing-
masing kereta yang
berfungsi dengan baik.
Keenam buah lampu akan
dinyalakan pada pukul 5
17.00 WIB hingga pukul
22.00 WIB dan lampu akan
dinyalakan sebagian mulai
pukul 22.00 WIB hingga
04.00 WIB. Selebihnya
lampu akan dipadamkan.
Intensitas cahaya lampu
penerangan di kereta api
sebesar 237 lux.
Ketepatan Ketepatan Terdapat beberapa kereta
waktu jadwal yang waktu
keberangkatan keberangkatannya
dan kedatangan mengalami keterlambatan
yang diakibatkan kereta
masih menunggu
penumpang yang belum
sepenuhnya masuk ke 4
dalam kereta. Namun
keterlambatan waktu
keberangkatan kereta
berkisar pada 3 hingga 5
menit saja sehingga tidak
melebihi 10% dari waktu
tempuh yang dijadwalkan
Tempat Nomor tempat Tempat duduk merupakan
duduk duduk fasilitas untuk pengguna
jasa angkuta KA untuk
duduk di dalam kereta
selama perjalanan. Terdapat
nomor tempat duduk yang
5
lengkap di setiap rangkaian
kereta atau 106 nomor
dalam 1 kereta sehingga
penumpang dapat dengan
mudah menemukan tempat
duduk yang tertera di tiket.
138
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
Toilet Kebersihan dan Toilet berfungsi sebagai
ketersediaan tempat untuk buang air
air dengan ketersediaan air
yang cukup selama dalam
perjalanan. Terdapat toilet
di setiap kereta yang
berfungsi dengan baik dan
air yang lancar. Namun 4
terkadang terdapat 2 buah
toilet dalam 1 rangkaian
kereta yang masih berbau
bahkan setelah kereta
berjalan.
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
Rak bagasi Rak bagasi diperuntukkan
bagi pengguna jasa kereta
api untuk menempatkan
barang bawaannya di dalam
kereta dengan aman dan
tidak mengganggu 5
penumpang lain. Di Kereta
Api Penataran telah tersedia
rak bagasi yang berfungsi
dengan baik di semua
Kereta Api Penataran.
Informasi Informasi ini berupa
Stasiun yang informasi audio yang
akan mempermudah penumpang
dilewati atau yang akan turun di suatu
disinggahi stasiun yang akan dilewati
atau disinggahi. Dalam
perjalanan Kereta Api
Penataran informasi audio
5
hanya akan diinformasikan
jika akan tiba di stasiun
besar saja seperti Stasiun
Gubeng dan Stasiun
Malang Kota Baru.
Intesitas suara telah jelas
terdengar atau lebih besar
dari kebisingan yang ada.
Informasi Informasi ini berisi info
gangguan mengenai gangguan-
perjalanan gangguan atau hambatan
KA selama dalam perjalanan
seperti gangguan
operasional sarana
perkeretaapian, gangguan 5
operasional prasarana
perkeretaapian, gangguan
tidak langsung akibat
ketidak teraturan
operasional dan gangguan
alam secara audio.
Nama dan Telah tersedia nama atau
nomor urut relasi KA dan nomor urut
KA kereta untuk mempermudah
5
mengetahui nama relasi KA
dan nomor urut kereta
namun tidak mudah terbaca
Fasilitas Tempat duduk Fasilitas ini berfungsi untuk
bagi khusus difabel mempermudah para
penumpang penumpang difabel yang
difabel meliputi penyandang
disabilitas, wanita hamil,
orang sakit, dan lansia 5
untuk menggunakan kereta
api. Dalam 1 kereta,
sedikitnya terdapat 4
tempat duduk khusus bagi
difabel yang dapat ditukar.
140
Analisis terhadap kinerja pelayanan Kereta Api Penataran yaitu dilakukan skoring
terhadap masing-masing variabel dan sub variabel dengan indikator yang telah ditentukan.
Skoring terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di kereta api memiliki rentang nilai 1 sampai 5
dimana nila 1 merupakan nilai paling rendah yang berarti paling buruk dan 5 adalah nilai
paling tinggi yang berarti paling baik. Untuk rekomendasi perbaikan fasilitas di kereta api
difokuskan pada fasilitas yang memiliki nilai skor 1,2 dan 3.
1. Fasilitas-fasilitas yang memiliki skor 1 adalah sebagai berikut :
a. Fasilitas pendukung keamanan berupa CCTV
2. Fasilitas-fasiltas yang memiliki skor 2 adalah sebagai berikut :
a. Perlengkapan P3K
3. Fasilitas-fasilitas yang memiliki skor 4 adalah sebagai berikut :
a. Informasi dan fasilitas keselamatan berupa alat pemadam api ringan, rem
darurat, alat pemecah kaca, penunjuk jalur evakuasi
b. Ketepatan waktu
c. Kondisi toilet
d. Pendingin udara (AC)
4. Fasilitas-fasilitas yang memiliki skor 5 adalah sebagai berikut :
a. Petugas keamanan
b. Stiker informasi
c. Lampu penerangan
d. Nomor tempat duduk
e. Restorasi
f. Rak bagasi
g. Informasi stasiun yang akan dilewati
h. Informasi gangguan perjalanan KA
i. Nama dan nomor urut KA
j. Fasilitas bagi penumpang difabel
Tabel 4. 17
Kinerja pelayanan Stasiun Gubeng
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
1 Keselamatan
1.a.1 Informasi Alat Informasi dan fasilitas
dan fasilitas Pemadam keselamatan terkait alat
keselamatan Kebakaran pemadam kebakaran yang harus
ada di stasiun adalah tabung
pemadam kebakaran di tiap
ruangan, 1 hydrant box indoor,
1 hydrant box outdoor dan 1
hydrant pillar. Di Stasiun
2
Gubeng telah terdapat tabung
pemadam kebakaran minimal 2
kg di setiap ruangan khusus
penumpang namun tidak
ditemukan alat pemadam
kebakaran berupa hydrant box
indoor, hydrant box outdoor dan
hydrant pillar.
1.a.2 Petunjuk Informasi dan fasilitas
jalur dan keselamatan berupa petunjuk
prosedur dan prosedur evakuasi berupa
evakuasi penunjuk arah jalur evakuasi
dan prosedur terkait langkah-
langkah yang harus dilakukan
jika terjadi keadaan darurat.
Jalur evakuasi dan prosedur
evakuasi mudah ditemukan dan
jelas terbaca di Stasiun Gubeng.
Jumlahnya pada masing-masing
ruangan adalah sebagai berikut :
a. Ruang tunggu zona 2 5
Stasiun Gubeng Baru : 4
petunjuk jalur evakuasi dan
1 prosedur evakuasi
b. Ruang tunggu zona 3
Stasiun Gubeng Baru :
petunjuk jalur evakuasi dan
1 prosedur evakuasi
c. Peron Stasiun Gubeng Baru
: 11 jalur evakuasi
d. Peron Stasiun Gubeng Lama
: 13 jalur evakuasi dan 5
prosedur evakuasi
142
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
1.a.3 Titik simpul Titik simpul evakuasi sebagai
evakuasi tempat berkumpul penumpang
ketika terjadi keadaan darurat.
Titik simpul evakuasi berupa
tanah lapang dan lapangan
parkir dengan luas minimal 0,6
m2 per orang. Jika di Stasiun
Gubeng setiap harinya terdapat
5000 orang penumpang dan
pada peak hour terdapat sekitar
2000 orang, maka diperlukan
titik simpul evakuasi seluas
5
1.200 m2. Titik simpul evakuasi
berupa lapangan parkir yang
terdapat di Stasiun Gubeng Baru
memiliki luas sekitar 3.000 m2
dengan luas area untuk mobil
parkir adalah 2.250 m2 dan
untuk sirkulasi kendaraan atau
ruang terbuka adalah sekitar 750
m2. Dengan luas ruang terbuka
yang ada, lapangan parkir dapat
menampung penumpang yang
ada jika terjadi keadaan darurat.
1.a.4 Nomor- Nomor-nomor telepon darurat
nomor merupakan papan informasi
telepon mengenai nomor-nomor telepon
darurat yang dapat dihubungi jika
terjadi keadaan darurat.
Jumlah papan nomor-nomor
telepon darurat adalah sebagai
berikut :
a. Ruang tunggu zona 2
Stasiun Gubeng Baru : 1
papan 5
b. Ruang loket Stasiun
Gubeng Lama : 1 papan
c. Ruang tunggu zona 2
Stasiun Gubeng Lama : 1
papan
d. Ruang tunggu Zona 3
Stasiun Gubeng Lama : 1
papan
e. Peron Stasiun Gubeng
Lama : 6 papan
143
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
1.b.1 Informasi Perlengkapa Perlengkapan P3K adalah
dan Fasilitas n P3K fasilitas kesehatan sebagai
Kesehatan pertolongan pertama jiga terjadi
keadaan darurat berupa kotak
berisi obat-obatan. Di Stasiun
Gubeng hanya terdapat 1 buah
kotak P3K di Stasiun Gubeng
Baru, sedangkan di Stasiun
Gubeng lama tidak terdapat
kotak P3K.
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
kursi pasien
f. Terdapat 1 lemari obat
1.c Lampu Lampu penerangan di stasiun
Penerangan berfungsi sebagai sumber
cahaya untuk mencepah potensi
tindak kriminal. Berdasarkan
hasil survei, nilai lux lampu
adalah 200-250 lux.
Jumlah lampu di area
pengunjung stasiun adalah
sebagai berikut :
a. Ruang tunggu zona 2 GL:
10 buah
b. Ruang tunggu zona 3 GL : 5
10 buah
c. Ruang penjualan tiket : 9
buah
d. Ruang check-in counter : 3
buah
e. Peron : 75 buah
f. Ruang tunggu zona 2 GB :
10 buah
g. Ruang tunggu zona 3 10
buah
h. Peron : 75 buah
2 Keamanan
2.a Fasilitas CCTV Peralatan pencegah tindak
Keamanan kriminal di stasiun adalah
berupa CCTV yang terpasang 1
buah di setiap ruangan dan 5
semua berfungsi dengan baik.
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
2.b.2 Ruang Ruang petugas keamanan yang
petugas terdapat di stasiun harus
keamanan memenuhi klasifikasi yaitu :
minimal ruang 15 m2, terdapat
toilet dengan luas 1,5 m x 1,5
m, ruang tahanan 1 m x 1,5 m.
Dari klasifikasi tersebut, ruang
kemanan di Stasiun Gubeng
5
telah memenuhi klasifikasi.
3 Kehandalan/ keteraturan
3.a1 Layanan Waktu Lama pelayanan di loket
Penjualan maksimum 180 detik atau 3
Tiket menit per nama penumpang.
Dari hasil observasi, lama
pelayanan di loket rata-rata
lebih dari 3 menit untuk 1 nama
penumpang. 2
146
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
3.a.2 Luas ruang Luas ruang penjualan tiket
adalah 30 m2 dengan jumlah
kursi yang tersedia adalah 20
buah. Pada jam puncak, tempat
duduk tidak mencukupi untuk
penumpang yang ada sehingga
ada penumpang yang berdiri
dan mengganggu sirkulasi
penumpang yang hendak
membeli tiket.
4 Kenyamanan
4.a Ruang Ruang tunggu di Stasiun
Tunggu Gubeng Lama memiliki luas 72
m2 dengan jumlah tempat duduk
untuk pengunjung stasiun
adalah 32 kursi. Sedangkan
ruang tunggu di Stasiun Gubeng
Baru memiliki luas 106,5 m2
dengan jumlah kursi 92 buah.
Ruang tunggu ini biasanya
dipadati penumpang karena
untuk masuk ke ruangboarding
jika keberang-katan pada tiket
penumpang akan berangkat 30 4
menit kemudian. Jadi untuk
penumpang yang keberang-
katan keretanya lebih dari 30
menit sebelum kereta datang
tidak dapat masuk ke ruang
boarding dan menumpuk di
ruang tunggu jika dalam
keadaan ramai. Walaupun
sering kali banyak pengunjung
stasiun memadati ruang tunggu,
namun ruang tunggu tetap
bersih dan terawat.
4.b Ruang Ruang boarding di Stasiun
Boarding Gubeng merupakan ruangan
untuk penumpang yang telah
memverifikasi tiket dan data
5
dirinya di boarding gate. Luas
ruang boarding di Stasiun
Gubeng Lama adalah 72 m2
dengan jumlah kursi 96 buah.
147
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
Sedangkan di Stasiun Gubeng
Baru luas ruang boarding adalah
sekitar 300 m2 dengan jumlah
kursi 126 buah.
4.c Toilet Terdapat toilet di Stasiun
Gubeng Lama dengan masing-
masing toilet wanita dan pria
berjumlah dua kamar kecil
namun tidak terdapat kamar
kecil untuk difabel sedangkan di
Stasiun Gubeng Baru terdapat
toilet dengan masing-masing 4
toilet untuk wanita dan pria
terdapat 2 kamar kecil dan 1
kamar kecil untuk difabel.
Kamar kecil untuk difabel
disediakan khusus dengan kloset
duduk dan terdapat pegangan
dari besi.
4.d Mushola Mushola sebagai fasilitas untuk
melakukan ibadah yang terpadu
dengan tempat wuduhu.
Kapasitas mushola adalah 30
orang untuk laki-laki dan 30
orang unutk perempuan dan
5
terdapat kursi bagi difabel.
Telah terdapat sajadah dan
mukenah untuk perempuan.
Tetapi untuk tempat wudhu
tidak dipisahkan antara laki-laki
dan perempuan.
4.e Lampu Lampu penerangan di stasiun
Penerangan berfungsi sebagai sumber
cahaya untuk mencepah potensi
tindak kriminal. Berdasarkan
hasil akumulasi nilai lux, luas
ruangan dan nilai lumen, maka
jumlah lampu yang ada di
stasiun telah memenuhi
kebutuhan.
Jumlah lampu di area
pengunjung stasiun adalah 5
sebagai berikut :
a. Ruang tunggu Stasiun
Gubeng Lama : 26 buah
b. Ruang tunggu Stasiun
Gubeng Baru : 30 buah
c. Ruang penjualan tiket : 9
buah
d. Ruang check-in counter : 3
buah
e. Peron : 25 buah
148
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
4.f Fasilitas AC, kipas AC dan kipas angin telah
pengatur angin atau tersedia di ruangan-ruangan
sirkulasi ventilasi tertutup sehingga suhu udara di
udara di dalam ruangan tidak lebih atau
ruang sama dengan 27o C.
tertutup 3
5. Kemudahan
5.a.1 Informasi Visual Informasi yang disampaikan
Pelayanan secara visual melalui LED
display, monitor, neon box dan
papan informasi sekurang-
kurangnya memuat :
a. Denah atau leyout stasiun
b. Nomor KA, nama KA, dan
kelas pelayanan
c. Nama stasiun
5
keberangkatan, stasiun
pemberhentian dan stasiun
tujuan beserta jadwal
kedatangan dan
keberangkatan
d. Tarif KA
e. Peta jaringan KA
f. Informasi ketersediaan
tempat duduk
5.a.2 Audio Informasi-informasi tentang
kedatangan dan keberangkatan
5
kereta api sudak jelas terdengar
oleh pengunjung stasiun.
5.b Informasi Pemberian informasi jika terjadi
gangguan gangguan perjalanan kereta api
perjalanan sangat jarang terdengar karena
KA jarang terjadi adanya gangguan
perjalanan kereta api. Dan jika 5
terjadi gangguan akan segera
diumumkan, namun tidak ada
penjelasan lebih lanjut penyebab
terjadinya gangguan tersebut.
5.c Informasi Tidak terdapat informasi
angkutan angkutan lanjutan yang
lanjutan disampaikan kepada
pengunjung stasiun yang 1
memuat lokasi dan penunjuk
arah angkutan lanjutan, jenis
angkutan, jurusan atau rute.
149
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
5.d Fasilitas Fasilitas layanan penumpang
layanan disediakan untuk memberikan
Penumpang informasi perjalanan KA dan
layanan pengaduan. Stasiun
Gubeng memiliki satu ruangan
yang dikhususkan untuk
4
customer service yang memiliki
2 meja kerja dengan luas
ruangan 15 m2. Selain itu
terdapat 1 orang petugas yang
memiliki kecakapan Bahasa
Inggris.
5.e Fasilitas Fasilitas ini adalah tangga
kemudahan platform yang digunakan untuk
naik turun memudahkan penumpang naik-
penumpang turun kereta. Selisih tinggi
peron dengan lantai kereta di
Stasiun Gubeng Lama lebih dari
20 cm sehingga diperlukan
tangga platform untuk
memudahkan penumpang. Telah
terdapat tangga platform non
permanen yang akan disiapkan
jika penumpang hendak naik
atau turun dari kerta, dan 3
dipindahkan jika kereta telah
berangkat. Namun terkadang
tidak disediakan tangga
platform ketika kereta tiba
sehingga pernah terjadi
penumpang yang jatuh akibat
tingginya peron dan lantai
kereta api. Sedangkan di Stasiun
Gubeng Baru tinggi peron dan
lantai kereta kurang dari 20 cm
sehingga tidak dibutuhkan
tangga platform.
5.f Tempat Terdapat lahan parkir sepeda
parkir motor di Stasiun Gubeng Lama
dengan luas 84 m2 berkapasitas
100 sepeda motor. Sedangkan di
Stasiun Gubeng Baru terdapat 5
lahan parkir untuk mobil dengan
kapasitas 200 mobil dan untuk
motor sekitar 200 motor.
6. Kesetaraan
6.a Fasilitas ramp Fasilitas bagi difabel adalah
bagi difabel berupa ramp dengan kemiringan
maksimal 10o dan akses jalan
penyambung antar peron. Untuk
ramp dengan kemiringan
3
maksimal 10o belum ditemukan
di Stasiun Gubeng Lama,
namun di Stasiun Gubeng Baru
ramp telah tersedia dengan
kemiringan 10o.
150
Variabel –
No. Sub Indikator Analisis Skor Gambar
Variabel
6.b Ruang ibu Ruang yang disediakan khusus
menyusui untuk ibu menyusui di stasiun
minimal untuk 5 orang dengan
fasilitas yang lengkap. Di
Stasiun Gubeng hanya tersedia 2
ruangan dengan kapasitas 4
orang dan fasilitasnya kurang
lengkap.
Tabel 4. 18
Kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
1 Keselamatan
1.a.1 Informasi dan Alat Pemadam Alat pemadam kebakaran
fasilitas Kebakaran sebagai peralatan penyelamatan
keselamatan darurat dalam bahaya yang
tersedia di Stasiun Malang Kota
Baru adalah tabung pemadam
kebakaran. Namun tabung
pemadam hanya ditemukan di
peron jalur 1 dan terdapat 2
tabung pemadam di ruang
kepala stasiun. Penempatan
2
tabung pemadam yang kurang
strategis menyebabkan
penumpang sulit untuk
menemukan tabung pemadam
jika terjadi keadaan darurat.
Selain itu tidak ditemukan
peralatan lain seperti hydrant
box indoor, hydrant box outdoor
dan hydrant pillar sehingga
belum memenuhi SPM.
152
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
1.a.2 Petunjuk jalur Terdapat 25 petunjuk jalur
dan prosedur evakuasi tersebar di Stasiun
evakuasi Malang Kota Baru yang mudah
terlihat oleh pengunjung stasiun
sehingga memudahkan
pengunjung stasiun untuk
5
mengetahui arah jalur evakuasi.
Selain itu untuk prosedur
evakuasi hanya dapat ditemukan
1 poster yang berisi langkah-
langkah yang harus dilakukan
ketika terjadi keadaan darurat.
1.a.3 Titik simpul Titik simpul evakuasi yang
evakuasi digunakan sebagai titik kumpul
pengunjung stasiun jika terjadi
keadaan darurat berupa tanah
lapang atau lapangan parkir
yang dapat menampung semua
pengunjung. Minimal luas ruang
untuk 1 orang adalah 0,6 m2. 5
Diasumsikan jika pada peak
hour jumlah penumpang
terbanyak adalah 1000 orang
pada satu waktu, maka
dibutuhkan 600 m2 agar dapat
menampung seluruh
pengunjung.
1.a.4 Nomor-nomor Terdapat nomor-nomor telepon
telepon darurat darurat yang mudah ditemukan
dan jelas terbaca di Stasiun
Malang Kota Baru. Nomor-
nomor tersebut tersebar di ruang 5
tunggu ekonomi, ruang tunggu
eksekutif dan di sepanjang
peron.
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
orang petugas yang beroperasi
selama 24 jam.
1.c Lampu Lampu penerangan di stasiun
Penerangan berfungsi sebagai sumber
cahaya untuk mencepah potensi
tindak kriminal. Berdasarkan
hasil akumulasi nilai lux, luas
ruangan dan nilai lumen, maka
jumlah lampu yang ada di
stasiun telah memenuhi
kebutuhan.
Jumlah lampu di area
pengunjung stasiun adalah 5
sebagai berikut :
f. Ruang tunggu ekonomi : 4
buah
g. Ruang tunggu eksekutif : 5
buah
h. Ruang penjualan tiket : 5
buah
i. Ruang check-in counter : 4
buah
j. Peron : 10 buah
2 Keamanan
2.a.1 Fasilitas CCTV Sebagai peralatan pencegah
Keamanan kriminal, dibutuhkan adanya
CCTV untuk memantau keadaan
di stasiun. Terdapat 4 buah
CCTV yang terletak di ruang
tunggu ekonomi, ruang tunggu 4
eksekutif, dan 2 buah di peron.
CCTV tersebut dipantau oleh
kepala stasiun yang
pengawasannya terdapat di
ruang kepala stasiun.
2.b.1 Petugas Petugas Petugas keamanan sebagai
keamanan berseragam orang yang bertugas menjaga
ketertiban dan kelancaran
sirkulasi pengguna jasa dan
stasiun mudah ditemukan di
Stasiun Malang Kota Baru dan 5
jumlanya 18 orang sehingga
petugas keamanan mudah
ditemukan jika dibutuhkan.
154
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
2.b.2 Ruang petugas Tersedia ruang petugas
keamanan keamanan dengan luas minimal
15 m2 dan terdapat toilet serta
ruang tahanan seluas 100 x 150
cm2.
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
sirkulasi penumpang yang akan
menuju check in counter atau
akan masuk ke peron karena
letak loket yang berada tepat di
belakang pintu masuk.
3.a.2 Luas ruang Terdapat 5 loket di Stasiun
Malang dimana loket 4 dan
loket 5 berada di satu loket.
Kapasitas 1 loket adalah 10
orang antrian, berarti kapasitas
pengunjung stasiun di loket
adalah 50 orang. Namun
terkadang dalam 1 antrian bisa
lebih dari 10 orang dan
mengular hingga pintu masuk
stasiun dan membuat sirkulasi
keluar masuk penumpang
menjadi terganggu.
3.a.3 Informasi sisa Terdapat informsi tempat duduk
tempat duduk yang ditampilkan di LCD TV
yang mudah terlihat oleh
pengunjung stasiun.
4. Kenyamanan
4.a Ruang Ruang tunggu di Stasiun
Tunggu Malang Kota Baru memiliki
ekonomi luas 4 x 5 meter dengan jumlah
tempat duduk untuk pengunjung
stasiun adalah 32 kursi. Ruang
tunggu ini biasanya digunakan
untuk penumpang yang
menunggu kereta, orang yang
akan membeli tiket dan orang
yang akan menuju customer
service. Karena jumlah bangku
4
yang hanya 32 buah, membuat
ruang tunggu tersebut jika
dalam keadaan ramai banyak
orang harus berdiri atau banyak
juga yang duduk di lantai karena
tidak ada tempat duduk yang
tersisa. Walaupun sering kali
banyak pengunjung stasiun
memadati ruang tunggu, namun
ruang tunggu tetap bersih dan
terawat.
4.b Ruang tunggu Ruang tunggu eksekutif di
eksekutif Stasiun Malang Kota Baru
memiliki luas 4 x 6 meter
dengan jumlah tempat duduk
untuk pengunjung stasiun adalah
54 kursi. Ruang tunggu ini
4
biasanya digunakan untuk
penumpang kereta api eksekutif
misalnya Kereta Api Bima dan
Gajayana. Jika penumpang
ramai, ruang tunggu eksekutif
akan penuh penumpang dan ada
156
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
penumpang yang harus berdiri.
4.c Toilet Terdapat 1 toilet di ruang
tunggu eksekutif yang hanya
dapat menampung 1 orang
penumpang baik laki-laki
maupun perempuan. Sedangkan
di peron terdapat toilet dengan 2
kamar kecil untuk pria serta 1
kamar kecil untu difabel dan 2
kamar kecil untuk wanita serta 1
kamar kecil untuk difabel.
Kamar kecil untuk difabel
disediakan khusus dengan kloset
duduk dan terdapat pegangan
dari besi.
4
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
5. Kemudahan
5.a.1 Informasi Visual Informasi yang disampaikan
Pelayanan secara visual melalui LED
display, monitor, neon box dan
papan informasi sekurang-
kurangnya memuat :
a. Denah atau leyout stasiun
b. Nomor KA, nama KA, dan
kelas pelayanan
c. Nama stasiun
keberangkatan, stasiun 4
pemberhentian dan stasiun
tujuan beserta jadwal
kedatangan dan
keberangkatan
d. Tarif KA
e. Peta jaringan KA
f. Informasi ketersediaan
tempat duduk
Variabel –
No. Indikator Analisis Skor Gambar
Sub Variabel
penumpang turun kereta. Selisih tinggi peron
dengan lantai kereta lebih dari
20 cm sehingga diperlukan
tangga platform untuk
memudahkan penumpang. Telah
terdapat tangga platform non
permanen yang akan disiapkan
jika penumpang hendak naik
atau turun dari kerta, dan
dipindahkan jika kereta telah
berangkat.
5.f Tempat parkir Terdapat lahan parkir sepeda
motor inap maupun sementara,
mobil dan taksi di Stasiun
Malang Kota Baru.
Ketersediaan lahan parkir
sepeda motor adalah 150
kendaraan inap dan 78 2
kendaraan sementara, 13 mobil
dan 8 taksi. Pengunjung stasiun
dengan parkir sepeda motor
sementara biasanya melebihi
kapasitas sehingga mengganggu
kendaraan lain yang lewat.
6. Kesetaraan
6.a Fasilitas bagi ramp Fasilitas bagi difabel adalah
difabel berupa ramp dengan kemiringan
maksimal 10o dan akses jalan
penyambung antar peron. Untuk
ramp dengan kemiringan
maksimal 10o belum ditemukan
di Stasiun Malang Kota Baru. 3
Seperti halnya di terowongan
menuju jalur 2,3,4 dan 5
terdapat jalur untuk difabel yang
curam sehingga menyulitkan
penumpang difabel.
6.b Ruang ibu Ruang yang disediakan khusus
menyusui untuk ibu menyusui di stasiun
minimal untuk 5 orang dengan
fasilitas yang lengkap. Di
Stasiun Malang Kota Baru
hanya tersedia ruangan dengan
kapasitas 2 orang dan 2
fasilitasnya kurang lengkap.
Analisis terhadap kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru yaitu dilakukan
skoring terhadap masing-masing variabel dan sub variabel dengan indikator yang telah
ditentukan. Skoring terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di Stasiun Malang Kota Baru
memiliki rentang nilai 1 sampai 5 dimana nila 1 merupakan nilai paling rendah yang
159
berarti paling buruk dan 5 adalah nilai paling tinggi yang berarti paling baik. Untuk
rekomendasi perbaikan fasilitas di Stasiun Malang Kota Baru difokuskan pada fasilitas
yang memiliki nilai skor 1,2 dan 3.
1. Fasilitas-fasiltas yang memiliki skor 1 adalah sebagai berikut :
a. Informasi angkutan lanjutan
2. Fasilitas-fasiltas yang memiliki skor 2 adalah sebagai berikut :
a. Alat pemadam kebakaran
b. Layanan penjualan tiket termasuk di dalamnya durasi penjualan tiket, ruang
penjualan tiket dan informasi ketersediaan sisa tempat duduk
c. Fasilitas kemudahan naik turun penumpang
d. Tempat parkir
e. Ruang ibu menyusui
3. Fasilitas-fasilitas yang memiliki skor 3 adalah sebagai berikut :
a. Ruang kesehatan
b. Informasi gangguan keamanan
c. Fasilitas bagi difabel
4. Fasilitas-fasilitas yang memiliki skor 4 adalah sebagai berikut :
a. Ruang tunggu
b. Pendingin ruangan
c. CCTV
d. Toilet
e. Mushola
f. Informasi pelayanan visual
g. Fasilitas layanan penumpang
5. Fasilitas-fasilitas yang memiliki skor 5 adalah sebagai berikut :
a. Penunjuk dan prosedur evakuasi
b. Titik simpul evakuasi
c. Nomor-nomor telepon darurat
d. Lampu penerangan
e. Petugas keamanan
f. Ruang keamanan
g. Informasi gangguan keamanan
h. Informasi pelayanan audio
i. Informasi gangguan perjalanan
160
4.6 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun dan Kereta Api
menggunakan Metode Kano
Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Kereta Api diukur menggunakan
kuesioner Model Kano dan Kuesioner I-S Model untuk mengetahui kepentingan dan
kepuasan penumpang terhadap kinerja pelayanan kereta api dan stasiun. Berikut
merupakan persepsi penumpang terhadap kinerja pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun
Gubeng dan Stasiun Malang Kota Baru.
4.6.1 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Persepsi penumpang terhadap kinerja pelayanan Kereta Api Penataran terbagi
menjadi 6 variabel dan 18 atribut. Semua atribut tersebut diukur menggunakan kuesioner
Model Kano untuk mengetahui kebutuhan penumpang terhadap fasilitas-fasilitas yang ada.
Kuesioner Model Kano terbagi menjadi pertanyaan fungsional dan disfungsional yang
kemudian diterjemahkan pada tabel evaluasi kano dan dihitung nilai better dan nilai
worsennya. Sedangkan tabel I-S Model terbagi menjadi dua yaitu kepentingan dan
kepuasan yang diukur menggunakan skor 1 sampai 5. Dari perhitungan skor dan jumlah
responden kemudian muncul nilai X dan nilai Y. Berikut ini merupakan nilai better dan
worse serta nilai X dan Y kinerja pelayanan Kereta Api Penataran :
Tabel 4. 19
Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Kereta Api Penataran
No Atribut Worse Better X Y
1 Ketersediaan Alat Pemadam Api Ringan 1 buah per kereta 0,68 0,44 3,87 3,02
2 Ketersediaan 1 set perlengkapan P3K 0,62 0,41 3,86 2,83
3 Ketersediaan 1 CCTV dalam 1 kereta 0,43 0,24 3,51 2,29
4 Ketersediaan petugas keamanan 2 orang dalam 1 rangkaian 0,53 0,31 3,73 2,93
5 Ketersediaan stiker informasi gangguan keamanan 0,43 0,24 3,62 2,93
6 Intensitas cahaya yang cukup dan tidak redup 0,51 0,45 3,69 3,20
7 Ketepatan jadwal kereta api 0,65 0,28 4,16 2,85
8 Ketersediaan nomor tempat duduk 0,63 0,45 4,06 3,42
9 Ketersediaan toilet dengan area 100% bersih dan tidak berbau 0,76 0,43 4,08 2,68
10 Suhu dalam ruangan maksmal 27o 0,45 0,27 3,55 2,94
11 Ketersediaan restorasi (pemanas listrik) 0,37 0,23 3,30 2,74
12 Ketersediaan fasilitas untuk penumpang berdiri 0,61 0,35 3,72 2,41
13 Ketersediaan rak bagasi di atas setiap tempat duduk 0,69 0,50 4,00 3,27
14 Informasi dalam bentuk visual yang mudah terbaca 0,57 0,38 3,81 2,83
15 Informasi audio yang jelas terdengar 0,61 0,38 3,74 2,88
Pengumuman informasi gangguan yang diumumkan
16 0,52 0,31 3,77 2,82
maksimal 30 menit setelah terjadi gangguan
Tersedia 2 buah nama relasi KA dan nomor urut kereta pada
17 0,62 0,40 3,81 3,07
bagian luar di sisi kiri dan kanan kereta
18 Ketersediaan 4 tempat duduk tiap kereta untuk difabel 0,66 0,37 3,87 2,54
Rata-rata 0,58 0,36 3,78 2,87
161
Setelah didapatkan nilai better dan worse, nilai tersebut ditransformasikan ke dalam
diagram kartesius dengan nilai worse sebagai axis X dan nilai better sebagai axis Y.
Diagram kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Kereta Api adalah sebagai berikut :
Untuk Tabel I-S Model yang terbagi menjadi kepentingan dan kepuasan yang
diukur menggunakan skor 1 sampai 5. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan
mengkalikan nilai skor dan jumlah responden yang memilih skor tersebut. Kemudian nilai
tersebut dicari rata-ratanya sehingga muncul nilai X sebagai rata-rata nilai kepentingan dan
nilai Y sebagai rata-rata nilai kepuasan. Setelah didapatkan nilai X dan Y, nilai tersebut
ditransformasikan ke dalam diagram kartesius dengan nilai X sebagai axis X dan nilai Y
sebagai axis Y. Diagram kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Kereta Api adalah sebagai
berikut :
162
Kuadran To Be Improved (Prioritas) :
2. Perlengkapan P3K (3,86;2,83)
Surplus Excellent 7. Ketepatan jadwal kereta api (4,16;2,85)
9. Toilet yang bersih dan tidak berbau
(4,08;2,68)
14. Informasi dalam bentuk visual
(3,81;2,83)
18. Fasilitas bagi difabel (3,87;2,54)
Kuadran Excellent :
1. Alat Pemadam Api Ringan (3,87;3,02)
8. Nomor tempat duduk (4,06;3,42)
13. Rak bagasi (4,00;3,27)
17. Nama dan nomor urut KA ((3,81;3,07)
Kuadran Surplus :
4. Petugas keamanan (3,73;2,93)
5. Stiker informasi gangguan (3,62;2,93)
6. Lampu penerangan (3,69;3,20)
10. Pendingin ruangan (3,55;2,94)
15. Informasi audio (3,74;2,88)
To be
Care free improved Kuadran Care free :
3. CCTV (3,51;2,29)
11. Restorasi (3,30;2,74)
12. Fasilitas penumpang berdiri (3,72;2,41)
16. Pengumuman gangguan (3,77;2,82)
Gambar 4.20 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Tabel 4. 20
Atribut arahan peningkatan fasilitas Kereta Api Penataran berdasarkan Metode Kano
Model Pengembangan
Nomor
berdasarkan kualitas dengan Atribut
Atribut
kepentingan tinggi
Critical 7 Ketepatan jadwal kereta api
High value-added 2 Ketersediaan 1 set perlengkapan P3K
Ketersediaan toilet dengan area 100% bersih dan
9
tidak berbau
Ketersediaan 4 tempat duduk tiap kereta untuk
18
difabel
Highly attractive 14 Informasi dalam bentuk visual yang mudah terbaca
worsennya. Sedangkan tabel I-S Model terbagi menjadi dua yaitu kepentingan dan
kepuasan yang diukur menggunakan skor 1 sampai 5. Dari perhitungan skor dan jumlah
responden kemudian muncul nilai X dan nilai Y. Berikut ini merupakan nilai better dan
worse serta nilai X dan Y kinerja pelayanan Stasiun Gubeng :
Tabel 4. 21
Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Stasiun Gubeng
No Atribut Worse Better X Y
1 Tabung pemadam kebakaran 1 buah per ruangan 0,72 0,34 3,95 3,10
2 Ketersediaan jalur dan prosedur evakuasi 0,61 0,26 4,00 3,18
Titik simpul evakuasi berupa tanah lapang atau
3 0,53 0,28 3,82 3,03
lapangan parkir
4 nomor-nomor telepon darurat 0,53 0,27 3,90 3,08
5 Perlengkapan P3K 1 buah 0,56 0,31 3,99 2,83
6 Ketersediaan ruang kesehatan 0,56 0,31 3,91 2,85
7 Ketersediaan lampu penerangan 0,45 0,36 3,95 3,05
8 Ketersediaan CCTV 0,54 0,29 3,84 2,94
9 Ketersediaan petugas keamanan 0,71 0,39 4,02 3,12
10 Ketersediaan ruang petugas keamanan 0,65 0,34 3,67 2,77
11 Ketersediaan stiker informasi gangguan kemanan 0,52 0,37 3,64 2,87
12 Lama waktu pelayanan di loket 0,66 0,39 3,83 3,03
Kapasitas ruang penjualan tiket yang mencukupi
13 0,59 0,35 3,91 2,81
untuk penumpang
Kapasitas ruang tunggu/ruang boarding yang
14 0,64 0,49 3,95 2,92
mencukupi untuk penumpang
15 Kebersihan ruang tunggu/ruang boarding 0,62 0,47 4,16 3,26
Jumlah toilet yang mencukupi untuk penumpang di
16 0,61 0,45 3,90 3,13
stasiun
17 Tersedia toilet untuk penumpang difabel 0,63 0,44 3,87 3,05
18 Kebersihan toilet 0,70 0,42 4,11 3,20
Tersedia mushola dengan kapasitas yang mencukupi
19 0,64 0,45 4,08 3,20
untuk penumpang
20 Kebersihan mushola 0,71 0,46 4,10 3,19
21 Suhu udara maksimal 27o 0,51 0,32 3,58 2,70
Informasi pelayanan visual (1 LED display, 1
22 0,47 0,34 3,70 2,82
monitor, 1 neon box dan 1 papan informasi)
23 Intensitas suara informasi pelayanan audio 0,43 0,24 3,71 2,83
24 Pengumuman informasi maksimal 30 menit 0,50 0,32 3,63 2,73
25 Ketersediaan informasi angkutan lanjutan 0,43 0,32 3,72 2,87
26 Ketersediaan tempat layanan pegaduan 0,63 0,31 3,79 2,94
selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih
27 0,48 0,28 3,87 2,77
dari 20 cm
28 Kapasitas tempat parkir yang mencukupi 0,61 0,35 3,77 2,95
29 Ramp penyambung antar peron bagi difabel 0,49 0,22 3,87 3,04
30 Ruang khusus ibu menyusui minimal 5 orang 0,40 0,26 3,86 3,09
Rata-rata 0,57 0,346 3,87 2,98
Setelah didapatkan nilai better dan worse, nilai tersebut ditransformasikan ke dalam
diagram kartesius dengan nilai worse sebagai axis X dan nilai better sebagai axis Y.
Diagram kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng adalah sebagai berikut :
164
Kuadran Must Be (Prioritas 1) :
1. Tabung pemadam kebakaran (0,72;0,34)
2. Informas jalur evakuasi (0,61;0,26)
10. Ruang petugas keamanan (0,65;0,34)
26. Tempat layanan pengaduan (0,63;0,31)
Attractive One
Kuadran One Dimensional (Prioritas 2):
dimensional
9. Petugas kemanan (0,71;0,39)
12. Lama waktu pelayanan di loket (0,66;0,39)
13. Kapasitas ruang penjualan tiket (0,59;0,35)
14. Kapasitas ruang tunggu (0,64;0,49)
15. kebersihan ruang tunggu (0,62;0,47)
16. Jumlah toiletyang mencukupi (0,61;0,45)
17. Toilet untuk difabel (0,63;0,44)
18. Kebersihan toilet (0,70;0,42)
19. Mushola yang mencukupi (0,64;0,45)
20. Kebersihan mushola (0,71;0,46)
28. Kapasitas tempat parkir (0,61;0,35)
Gambar 4.21 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng
Untuk Tabel I-S Model yang terbagi menjadi kepentingan dan kepuasan yang
diukur menggunakan skor 1 sampai 5. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan
mengkalikan nilai skor dan jumlah responden yang memilih skor tersebut. Kemudian nilai
tersebut dicari rata-ratanya sehingga muncul nilai X sebagai rata-rata nilai kepentingan dan
nilai Y sebagai rata-rata nilai kepuasan. Setelah didapatkan nilai X dan Y, nilai tersebut
ditransformasikan ke dalam diagram kartesius dengan nilai X sebagai axis X dan nilai Y
sebagai axis Y. Diagram kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng adalah
sebagai berikut :
165
Kuadran Excellent :
1. Tabung pemadam kebakaran (3,95;3,10)
2. Informasi jalur evakuasi (4,00;3,18)
4. Nomor-nomor telepon darurat (3,90;3,08)
7. Lampu penerangan (3,95;3,05)
9. Petugas keamanan (4,02;3,12)
15. Kebersihan raung tunggu (4,16;3,26)
16. Jumlah toilet yang mencukupi (3,90;3,13)
17. Toilet untuk difabel (3,87;3,05)
18. Kebersihan toilet (4,11;3,20)
19. Kapasitas mushola yang (4,08;3,20)
20. Kebersihan mushola (4,10;3,19)
29. Ramp penyambung antar peron (3,87;3,04)
Kuadran Surplus:
3. Titik simpul evakuasi (3,82;3,03)
12. Lama waktu pelayanan di loket (3,83;3,03)
30. Ruang untuk ibu menyusui (3,86;3,09)
Gambar 4.22 Diagram Kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng
Tabel 4. 22
Atribut arahan peningkatan fasilitas Stasiun Gubeng berdasarkan Metode Kano
Model Pengembangan
Nomor
berdasarkan kualitas dengan Atribut
Atribut
kepentingan tinggi
High value-added Kapasitas ruang penjualan tiket yang mencukupi untuk
13
penumpang
Kapasitas ruang tunggu/ruang boarding yang mencukupi untuk
14
penumpang
Potential 5 Perlengkapan P3K 1 buah
6 Ketersediaan ruang kesehatan
27 selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih dari 20 cm
166
4.6.3 Persepsi Penumpang terhadap Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
Persepsi penumpang terhadap kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru terbagi
menjadi 6 variabel dan 30 atribut. Semua atribut tersebut diukur menggunakan kuesioner
Model Kano untuk mengetahui kebutuhan penumpang terhadap fasilitas-fasilitas yang ada.
Kuesioner Model Kano terbagi menjadi pertanyaan fungsional dan disfungsional yang
kemudian diterjemahkan pada tabel evaluasi kano dan dihitung nilai better dan nilai
worsennya. Sedangkan tabel I-S Model terbagi menjadi dua yaitu kepentingan dan
kepuasan yang diukur menggunakan skor 1 sampai 5. Dari perhitungan skor dan jumlah
responden kemudian muncul nilai X dan nilai Y. Berikut ini merupakan nilai better dan
worse serta nilai X dan Y kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru :
Tabel 4. 23
Hasil analisis Metode Kano kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
No Atribut Worse Better X Y
1 Tabung pemadam kebakaran 1 buah per ruangan 0,56 0,32 3,97 3,11
2 Ketersediaan jalur dan prosedur evakuasi 0,42 0,24 3,87 3,04
3 Titik simpul evakuasi : tanah lapang atau lapangan parkir 0,45 0,25 3,82 3,09
4 nomor-nomor telepon darurat 0,43 0,26 3,96 3,09
5 Perlengkapan P3K 1 buah 0,50 0,28 4,09 3,18
6 Ketersediaan ruang kesehatan 0,54 0,35 4,08 3,43
7 Ketersediaan lampu penerangan 0,39 0,30 4,23 3,37
8 Ketersediaan CCTV 0,38 0,24 4,02 3,22
9 Ketersediaan petugas keamanan 0,64 0,42 4,27 3,41
10 Ketersediaan ruang petugas keamanan 0,47 0,32 3,89 3,09
11 Ketersediaan stiker informasi gangguan kemanan 0,33 0,21 3,76 2,93
12 Lama waktu pelayanan di loket 0,42 0,32 4,08 3,31
Kapasitas ruang penjualan tiket yang mencukupi untuk
13 0,43 0,22 4,08 3,14
penumpang
Kapasitas ruang tunggu/ruang boarding yang mencukupi
14 0,50 0,27 4,14 3,18
untuk penumpang
15 Kebersihan ruang tunggu/ruang boarding 0,55 0,43 4,17 3,34
16 Jumlah toilet yang mencukupi untuk penumpang di stasiun 0,49 0,36 4,10 3,33
17 Tersedia toilet untuk penumpang difabel 0,47 0,30 4,02 3,63
18 Kebersihan toilet 0,53 0,36 4,30 3,79
Tersedia mushola dengan kapasitas yang mencukupi untuk
19 0,56 0,39 4,23 3,69
penumpang
20 Kebersihan mushola 0,59 0,42 4,27 3,63
21 Suhu udara maksimal 27o 0,33 0,26 3,74 2,85
Informasi pelayanan visual (1 LED display,
22 0,45 0,38 3,88 3,08
1 monitor, 1 neon box dan 1 papan informasi)
23 Intensitas suara informasi pelayanan audio 0,33 0,23 3,87 2,98
24 Pengumuman informasi maksimal 30 menit 0,46 0,33 3,91 3,05
25 Ketersediaan informasi angkutan lanjutan 0,46 0,33 3,94 3,14
26 Ketersediaan tempat layanan pegaduan 0,58 0,33 4,06 3,29
selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih dari 20
27 0,39 0,23 4,06 2,97
cm
28 Kapasitas tempat parkir yang mencukupi 0,50 0,34 4,10 3,58
29 Ramp penyambung antar peron bagi difabel 0,39 0,27 4,03 3,42
30 Ruang khusus ibu menyusui minimal 5 orang 0,34 0,27 3,92 3,19
Rata-rata 0,46 0,31 4,03 3,25
167
Setelah didapatkan nilai better dan worse, nilai tersebut ditransformasikan ke dalam
diagram kartesius dengan nilai worse sebagai axis X dan nilai better sebagai axis Y.
Diagram kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.23 Diagram Kartesius Model Kano Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
Untuk Tabel I-S Model yang terbagi menjadi kepentingan dan kepuasan yang
diukur menggunakan skor 1 sampai 5. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan
mengkalikan nilai skor dan jumlah responden yang memilih skor tersebut. Kemudian nilai
tersebut dicari rata-ratanya sehingga muncul nilai X sebagai rata-rata nilai kepentingan dan
nilai Y sebagai rata-rata nilai kepuasan. Setelah didapatkan nilai X dan Y, nilai tersebut
ditransformasikan ke dalam diagram kartesius dengan nilai X sebagai axis X dan nilai Y
sebagai axis Y. Diagram kartesius I-S Model Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
adalah sebagai berikut :
168
Kuadran To be improved (Prioritas):
5. Perlengkapan P3K (4,09;3,18)
13. Kapasitas ruang penjualan tiket (4,08;3,14)
14. Kapasitas ruang tunggu (4,14;3,18)
27. Ketersediaan tangga platform (4,06;2,97)
Surplus Excellent
Kuadran Excellent :
6. Ruang kesehatan (4,08;3,43)
7. Lampu penerangan (4,23;3,37)
9. Petugas keamanan (4,27;3,41)
12. Lama waktu pelayanan di loket (4,08;3,31)
15. Kebersihan raung tunggu (4,17;3,34)
16. Jumlah toilet yang mencukupi (4,10;3,33)
18. Kebersihan toilet (4,30;3,79)
19. Kapasitas mushola (4,23;3,69)
20. Kebersihan mushola (4,27;3,63)
26. Tempat layanan pengaduan (4,06;3,29)
28. Tempat parkir yang mencukupi (4,10;3,58)
29. Ramp penyambung antar peron (4,03;3,42)
Kuadran Surplus:
17. Toilet untuk difabel (4,02;3,63)
Tabel 4. 24
Atribut arahan peningkatan fasilitas Stasiun Malang Kota Baru berdasarkan Metode Kano
Model Pengembangan
Nomor
berdasarkan kualitas dengan Atribut
Atribut
kepentingan tinggi
Critical 5 Perlengkapan P3K 1 buah
Kapasitas ruang tunggu/ruang boarding yang
14
mencukupi untuk penumpang
Potential Kapasitas ruang penjualan tiket yang mencukupi
13
untuk penumpang
selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih
27
dari 20 cm
169
keterlambatan tiba di stasiun tujuan, namun tidak lebih dari standar yang ditentukan
hanya sekitar 3-11 menit.
5. Kecepatan
Hasil survei pada Kereta Api Penataran 462 pada weekday memiliki kecepatan
34,98 km/jam dan Kereta Api Penataran 462 pada weekend memiliki kecepatan
kereta api adalah 33,82 Km/jam. Sedangkan kecepatan untuk Kereta Api Penataran
465 pada saat weekday 32,86 km/jam dan 30,87 km/jam padaa saat weekend. Hal
ini tidak sesuai dengan standar kecepatan kereta api yang kecepatan minimumnya
60 km/jam.
6. Headway
Berdasarkan hasil analisis headway, perlu adanya penambahan trip untuk
menampung banyaknya jumlah penumpang sebanyak 2 trip tambahan.
Dari hasil analisis di atas, variabel yang perlu dirumuskan arahan peningkatan
kinerja operasionalnya adalah variabel-variabel yang belum memenuhi standar seperti load
factor, waktu henti, kecepatan dan headway. Untuk travel time dan waktu tunda, keduanya
tidak melewati batas standar sehingga tidak dirumuskan arahan peningkatannya.
Berikut ini merupakan hasil dari analisis AHP dimana para ahli yang telah dipilih
menyusun prioritas dari kriteria tersebut pada kuesioner. Kemudian pendapat para ahli
tentang arahan peningkatan kinerja operasional Kereta Api Penataran diolah sehingga
menghasilkan tabel seperti berikut.
Tabel 4. 25
Eigen vector penentuan priortias kriteria dalam pengembangan kinerja operasional Kereta Api
Penataran
Responden
Kriteria Mean Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K1 0,4857 0,5290 0,1355 0,1947 0,5252 2,1532 0,5115 0,4891 0,2327 0,5841 1
K2 0,2618 0,2432 0,5136 0,5519 0,2115 1,0253 0,2684 0,2783 0,1606 0,3905 2
K3 0,1423 0,1208 0,1873 0,1059 0,1538 0,5813 0,1245 0,1361 0,4931 0,2272 3
K4 0,1102 0,1070 0,1636 0,1475 0,1096 0,3917 0,0956 0,0966 0,1135 0,1484 4
Setelah mendapatkan hasil di atas, maka dibuat bagan hirarki AHP kriteria kinerja
operasional Kereta Api Penataran sebagai berikut :
171
Sedangkan untuk kinerja pelayanan juga dilakukan pengambilan pendapat ahli pada
kriteria yang berbeda. Berikut merupakan hasil dari analisis AHP pada kriteria
rekomendasi arahan peningkatan kinerja pelayanan.
Tabel 4. 26
Eigen vector penentuan priortias kriteria dalam pengembangan kereta api dan stasiun
Responden
Kriteria Mean Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K1 0,1951 0,2776 0,2545 0,3641 0,3248 0,2820 0,2782 0,2539 0,2565 0,2763 1
K2 0,0662 0,1870 0,1791 0,1861 0,1829 0,0628 0,1857 0,1798 0,1875 0,1575 2
K3 0,0814 0,1660 0,3104 0,0682 0,0696 0,0677 0,3042 0,1474 0,1412 0,1507 3
K4 0,1556 0,1137 0,1233 0,1190 0,1146 0,1367 0,1136 0,1072 0,1089 0,1214 4
K5 0,1653 0,0703 0,0823 0,0290 0,0326 0,1699 0,0700 0,0839 0,0834 0,0874 5
K6 0,0201 0,0574 0,1069 0,0883 0,0940 0,0221 0,0579 0,1068 0,1078 0,0735 6
Setelah mendapatkan hasil di atas, maka dibuat bagan hirarki AHP kriteria kinerja
pelayanan sebagai berikut :
172
Tabel 4. 27
Alternatif peningkatan kinerja operasional Kereta Api Penataran
No Alternatif
1 Penambahan 2 kereta pada KA nomor 462 dan 465
2 Perbaikan dan perawatan berkala pada kereta api
3 Penyesuaian kecepatan kereta api menjadi 60 km/jam
4 Penambahan 2 trip pada pukul 09.00-10.00 dan 14.00-15.00
Tabel 4. 28
Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan kinerja operasional Kereta Api
Penataran
Responden
Alternatif Mean Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 0,3067 0,4603 0,3345 0,5297 0,5011 0,2836 0,5297 0,2895 0,5519 0,4208 1
A2 0,5460 0,2887 0,1408 0,2272 0,2354 0,5078 0,2272 0,1598 0,1947 0,2808 2
A3 0,0502 0,0970 0,0743 0,0964 0,0970 0,0663 0,0964 0,0870 0,1059 0,0856 4
A4 0,0971 0,1540 0,4504 0,1467 0,1666 0,1423 0,1467 0,4637 0,1475 0,2128 3
Setelah mendapatkan hasil di atas, maka dibuat bagan prioritas alternatif kinerja
operasional Kereta Api Penataran sebagai berikut :
Gambar 4.27 Hirarki Prioritas Alternatif Peningkatan Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Kereta Api disebutkan bahwa kereta
api antarkota tidak menyediakan layanan penumpang berdiri. Mengurangi
hingga meniadakan tiket berdiri di KA Penataran cukup sulit karena
permintaannya cukup tinggi sehingga perlu adanya perencanaan jangka pendek
dengan sosialisasi kepada penumpang berdiri agar tidak memenuhi bagian
dekat pintu kereta karena dapat mengganggu sirkulasi penumpang yang akan
naik dan turun dari kereta. Penumpang berdiri dapat memenuhi bagian dalam
kereta terlebih dahulu agar sirkulasi di dekat pintu kereta menjadi lebih lancar.
Untuk jangka panjangnya dalam mengatasi hal tersebut, perlu adanya
penambahan jumlah kereta yaitu 2 buah untuk mengatasi banyaknya jumlah
penumpang berdiri. Penambahan kereta tersebut akan ditambahkan pada Kereta
Api Penataran dengan nomor 462 yang beroperasi dari Malang-Surabaya pada
pukul 07.07 WIB serta pada Kerta Api Penataran nomor 465 yang beroperasi
dari Surabaya-Malang pada pukul 17.50 WIB.
2. Perbaikan dan perawatan berkala pada kereta api (EV = 0,2808)
Perbaikan dan perawatan berkala pada kereta api merupakan hal yang harus
dilakukan agar performa Kereta Api Penataran tetap prima dan kualitas Kereta
Api Penataran tetap terjaga. Perbaikan dan perawatan tersebut yaitu pada mesin
serta fasilitas-fasilitas penunjang di dalam kereta api.
3. Penambahan 2 trip perjalanan (EV = 0,2128)
Kereta Api Penataran memiliki 5 trip perjalanan dari Stasiun Malang Kota Baru
dan 5 trip perjalanan dari Stasiun Gubeng. Walaupun Kereta Api Penataran
telah memiliki 10 trip, banyak penumpang memilih berdiri ketika tidak
mendapat tiket duduk karena jarak antar trip yang terlampau jauh yaitu sekitar
3-5 jam. Karena peminat Kereta Api Penataran yang cukup banyak, yaitu 582
penumpang pada pukul 09.00-10.00 serta 561 penumpang pada pukul 14.00-
15.00, perlu adanya penambahan jumlah trip KA Penataran agar lebih banyak
pilihan waktu perjalanan pada pukul 09.00-10.00 dan pukul 14.00-15.00.
4. Penyesuaian kecepatan kereta api menjadi 60 km/jam (EV = 0,0856)
Kecepatan rata-rata Kereta Api Penataran sekitar 33 km/jam. Kecepatan
tersebut tidak sesuai dengan standar kecepatan kereta api yang kecepatan
idealnya 60 km/jam. Sehingga untuk meningkatkan kepuasan penumpang dan
mengurangi waktu tunda, perlu adanya peningkatan kecepatan pada Kereta Api
Penataran.
175
Tabel 4. 29
Skenario penambahan kapasitas KA 462 saat weekday
Jumlah Jumlah Total Jumlah Load factor Jumlah Kapasitas Load factor
Kapasitas
Stasiun Penumpang Penumpang Penumpang eksisting Penumpang skenario skenario
(orang)
naik (orang) turun (orang) (orang) (%) (orang) (orang) (%)
Malang 508 0 508 530 95,85 508 742 68,46
Blimbing 31 1 538 530 101,51 538 742 72,51
Singosari 17 9 546 530 103,02 546 742 73,58
Lawang 34 11 569 530 107,36 569 742 76,68
Bangil 36 34 571 530 107,74 571 742 76,95
Porong 16 7 580 530 109,43 580 742 78,17
Tanggulangin 7 5 582 530 109,81 582 742 78,44
Sidoarjo 14 36 560 530 105,66 560 742 75,47
Gedangan 4 8 556 530 104,91 556 742 74,93
Waru 7 39 524 530 98,87 524 742 70,62
Wonokromo 7 133 398 530 75,09 398 742 53,64
Gubeng 2 156 244 530 46,04 244 742 32,88
Tabel 4. 30
Skenario penambahan kapasitas KA 462 saat weekend
Jumlah Jumlah Total Jumlah Load factor Jumlah Kapasitas Load factor
Kapasitas
Stasiun Penumpang Penumpang Penumpang eksisting Penumpang skenario skenario
(orang)
naik (orang) turun (orang) (orang) (%) (orang) (orang) (%)
Malang 515 0 515 530 97,17 515 742 69,41
Blimbing 28 3 540 530 101,89 540 742 72,78
Singosari 14 0 554 530 104,53 554 742 74,66
Lawang 15 11 558 530 105,28 558 742 75,20
Bangil 43 37 564 530 106,42 564 742 76,01
Porong 43 23 584 530 110,19 584 742 78,71
Tanggulangin 17 22 579 530 109,25 579 742 78,03
Sidoarjo 47 73 553 530 104,34 553 742 74,53
Gedangan 43 56 540 530 101,89 540 742 72,78
Waru 20 62 498 530 93,96 498 742 67,12
Wonokromo 3 63 438 530 82,64 438 742 59,03
Gubeng 0 94 344 530 64,91 344 742 46,36
176
Tabel 4. 30 menunjukkan nilai load factor eksisting KA 462 saat weekend dimana
nilai load factor yang tidak sesuai dengan standar terdapat di Stasiun Malang Kota Baru
hingga Stasiun Waru dan nilai load factor tertinggi terletak di Stasiun Porong dengan nilai
106,42 %. Setelah dilakukan perhitungan dengan penambahan kapasitas menjadi 742
orang, nilai load factor menjadi berkurang dan berada di bawah batas standar load factor
maksimum yaitu 90%. Nilai load factor tertinggi setelah adanya penambahan kereta
menjadi 78,71%.
Tabel 4. 31
Skenario penambahan kapasitas KA 465 saat weekday
Jumlah Jumlah Total Jumlah Load factor Jumlah Kapasitas Load factor
Kapasitas
Stasiun Penumpang Penumpang Penumpang eksisting Penumpang skenario skenario
(orang)
naik (orang) turun (orang) (orang) (%) (orang) (orang) (%)
Gubeng 317 0 317 530 59,81 317 742 42,72
Wonokromo 133 0 450 530 84,91 450 742 60,65
Waru 47 3 494 530 93,21 494 742 66,58
Gedangan 34 12 516 530 97,36 516 742 69,54
Sidoarjo 77 32 561 530 105,85 561 742 75,61
Tanggulangin 10 10 561 530 105,85 561 742 75,61
Porong 5 5 561 530 105,85 561 742 75,61
Bangil 5 36 530 530 98,87 530 742 71,43
Lawang 5 15 520 530 96,23 520 742 70,08
Singosari 1 20 501 530 92,64 501 742 67,52
Blimbing 4 52 453 530 83,58 453 742 61,05
Malang 0 163 290 530 52,83 290 742 39,08
Hasil skenario pada Tabel 4.31 merupakan skenario penambahan kapasitas KA 465
saat weekday dimana load factor eksistingnya dari Stasiun Wonokromo hingga Stasiun
Singosari berada di atas batas maksimum dan nilai tertingginya adalah 105,85 % di Stasiun
Sidoarjo, Stasiun Tanggulangin dan Stasiun Porong. Hasil skenario dengan penambahan 2
buah kereta menunjukkan adanya perubahan pada load factor dengan nilai load factor
tertinggi yaitu 75,61%.
Tabel 4. 32
Skenario penambahan kapasitas KA 465 saat weekend
Jumlah Jumlah Total Jumlah Load factor Jumlah Kapasitas Load factor
Kapasita
Stasiun Penumpang Penumpang Penumpang eksisting Penumpang skenario skenario
s (orang)
naik (orang) turun (orang) (orang) (%) (orang) (orang) (%)
Gubeng 453 0 453 530 85,47 453 742 61,05
Wonokromo 102 0 555 530 104,72 555 742 74,80
Waru 18 0 573 530 108,11 573 742 77,22
Gedangan 23 21 575 530 108,49 575 742 77,49
Sidoarjo 32 31 576 530 108,68 576 742 77,63
Tanggulangin 19 0 595 530 112,26 595 742 80,19
Porong 3 17 585 530 110,38 585 742 78,84
Bangil 13 50 548 530 103,40 548 742 73,85
Lawang 8 25 531 530 100,19 531 742 71,56
Singosari 0 28 503 530 94,91 503 742 67,79
Blimbing 19 85 437 530 82,45 437 742 58,89
Malang 52 270 219 530 41,32 219 742 29,51
177
Tabel 4. 32 menunjukkan nilai load factor eksisting KA 465 saat weekend dimana nilai
load factor yang tidak sesuai dengan standar terdapat di Stasiun Wonokromo hingga
Stasiun Singosari dan nilai load factor tertinggi terletak di Stasiun Tanggulangin dengan
nilai 112,26 %. Setelah dilakukan perhitungan dengan penambahan kapasitas menjadi 742
orang, nilai load factor menjadi berkurang dan berada di bawah batas standar load factor
maksimum yaitu 90%. Nilai load factor tertinggi setelah adanya penambahan kereta
menjadi 80,19%. Hasil skenario di atas menunjukkan bahwa dengan penambahan 2 buah
kereta dapat mengurangi nilai load factor sehingga nilai load factor berada di bawah batas
maksimum standar load factor yaitu 90%.
B. Skenario Penambahan Kecepatan
Skenario kecepatan kereta api yaitu dengan membuat simulasi jika kecepatan
Kereta Api yang belum sesuai dengan standar ditingkatkan menjadi 60 km/jam hingga 85
km/jam. Hasil dari simulasi pada kecepatan dan waktu tempuh Kereta Api Penataran
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 33
Skenario penambahan kecepatan pada KA rute Malang-Surabaya
No. Kereta 462 (Weekday) 462 (Weekend)
Waktu Kecepatan Standar Waktu Waktu Standar Waktu
Menuju Jarak Jarak Kecepatan
Eksisting Eksisting (km/ Ideal eksisting (km/ Ideal
Stasiun (km) (km) (km/jam)
(menit) (km/jam) jam) (menit) (menit) jam) (menit)
Blimbing 8 4,25 31,88 60-85 4 8 4.25 31.88 60-85 4
Singosari 8 5,6 42 60-85 6 6 5.6 56 60-85 6
Lawang 10 7,91 47,46 60-85 8 11 7.91 43.15 60-85 8
Bangil 20 32,3 96,9 60-85 22 20 32.3 96.9 60-85 22
Porong 14 10,05 43,07 60-85 10 15 10.05 40.2 60-85 10
Tanggulangin 7 5,2 44,57 60-85 5 6 5.2 52 60-85 5
Sidoarjo 6 4 40 60-85 4 6 4 40 60-85 4
Gedangan 10 8,1 48,6 60-85 8 10 8.1 48.6 60-85 8
Waru 5 4,1 49,2 60-85 4 6 4.1 41 60-85 4
Wonokromo 7 6,2 53,14 60-85 6 7 6.2 53.14 60-85 6
Gubeng 10 4,47 26,82 60-85 5 10 4.47 26.82 60-85 5
Rata-rata = Rata-rata Rata-rata = Rata-rata
Total 105 92,18 82 105 92.18 82
52,67 = 60-85 52,67 = 60-85
Tabel 4.33 menunjukkan perubahan waktu tempuh jika kecepatan Kereta Api
Penataran disesuaikan dengan standar yaitu minimal 60 km/jam dan maksimal 85 km/jam
adalah 82 menit. Jika estimasi waktu henti kereta api di 10 stasiun pemberhentian adalah 4
menit ditambah estimasi waktu untuk kereta bersilangan adalah 15 menit, maka waktu
henti ideal adalah 55 menit. Waktu tempuh total Kereta Api Penataran menjadi 137 menit
atau 2 jam 17 menit.
Sedangkan untuk Tabel 4.34, menunjukkan perubahan waktu tempuh dari 110-115
menit menjadi 91 menit setelah penyesuaian kecepatan dengan standar minimal kecepatan
178
60 km/jam dan maksimal kecepatan 85 km/jam. Jika estimasi waktu henti kereta api di 10
stasiun pemberhentian adalah 4 menit ditambah estimasi waktu untuk kereta bersilangan
adalah 15 menit, maka waktu henti ideal adalah 55 menit. Waktu tempuh total Kereta Api
Penataran menjadi 146 menit atau 2 jam 26 menit.
Tabel 4. 34
Skenario penambahan kecepatan pada KA rute Surabaya-Malang
No. Kereta 465 (Weekday) 465 (Weekend)
Waktu Kecepatan Standar Waktu Waktu Standar Waktu
Menuju Jarak Jarak Kecepatan
Eksisting Eksisting (km/ Ideal eksisting (km/ Ideal
Stasiun (km) (km) (km/jam)
(menit) (km/jam) jam) (menit) (menit) jam) (menit)
Wonokromo 4 4.47 67.05 60-85 4 10 4.47 26.82 60-85 4
Waru 8 6.2 46.5 60-85 6 7 6.2 53.14 60-85 6
Gedangan 5 4.1 49.2 60-85 4 6 4.1 41 60-85 4
Sidoarjo 8 8.1 60.75 60-85 8 9 8.1 54 60-85 8
Tanggulangin 7 4 34.29 60-85 4 8 4 30 60-85 4
Porong 7 5.2 44.57 60-85 5 8 5.2 39 60-85 5
Bangil 10 10.05 60.3 60-85 10 10 10.05 60.3 60-85 10
Lawang 36 32.3 53.83 60-85 32 36 32.3 53.83 60-85 32
Singosari 11 7.91 43.15 60-85 8 8 7.91 59.33 60-85 8
Blimbing 7 5.6 48 60-85 6 8 5.6 42 60-85 6
Malang 7 4.25 36.43 60-85 4 5 4.25 51 60-85 4
Rata-rata = Rata-rata Rata-rata = Rata-rata
Total 110 92.18 91 115 92.18 91
50.28 = 60-85 48.09 = 60-85
Tabel 4. 35
Skenario penambahan trip kereta api
Berangkat Tiba Berangkat Tiba
No KA Headway No KA Headway
Surabaya Malang Malang Surabaya
461 07.40 10.06 462 07.07 09.24
Tambahan 09.35 12.01 115 menit Tambahan 09.02 11.19 115 menit
463 11.35 14.00 120 menit 464 11.15 13.32 133 menit
Tambahan 14.30 16.56 175 menit Tambahan 14.15 16.32 180 menit
465 16.50 19.16 140 menit 466 17.05 19.22 170 menit
467 20.00 20.26 190 menit 468 20.05 22.22 180 menit
jadwal skenario di atas, kereta api tambahan pada rute Surabaya-Malang dijadwalkan
berangkat pukul 09.35 dan tiba pukul 12.01, serta penambahan pada pukul 14.30-16.56.
Sedangkan untuk rencana penambahan trip pada rute Malang-Surabaya
dijadwalkan berangkat pukul 09.02 dan tiba pukul 11.19 serta berangkat pukul 14.15 dan
tiba pukul 16.32.
4.7.2 Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Kinerja pelayanan pada Kereta Api Penataran mencakup pelayanan pada fasilitas-
fasilitas yang termasuk di dalam variabel keselamatan, keamanan, kehandalan/keteraturan,
kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Fasilitas-fasilitas yang ada di kereta api pada
awalnya di lihat kondisi eksistingnya kemudian dibandingkan dengan Standar Pelayanan
Minimum berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 48 Tahun 2015. Setelah
itu dilakukan juga penelitian persepsi penumpang terhadap fasilitas yang ada di kereta api.
Hasil rekomendasi peningkatan fasilitas di kereta api berdasarkan SPM digabungkan
dengan rekomendasi peningkatan fasilitas di kereta api berdasarkan persepsi penumpang
dengan metode Kano yang kemudian dihasilkan alternatif rekomendasi peningkatan
kinerja pelayanan Kereta Api Penataran. Hasil analisis SPM dan analisis Kano kinerja
pelayanan Kereta Api Penataran yang perlu dirumuskan arahan peningkatannya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4. 29
Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Kereta Api Penataran
Kriteria Hasil Analisis SPM Hasil Analisis Kano Alternatif
Keselamatan Ketersediaan Ketersediaan perlengkapan Penyediaan 1 buah perlengkapan
perlengkapan P3K P3K P3K di setiap kereta
Keamanan Ketersediaan CCTV - Penambahan 1 CCTV di setiap
kereta
Kehandalan - Ketepatan jadwal kereta Peningkatan pelayanan Kereta Api
api Penataran
Kenyamanan Perbaikan AC Kebersihan toilet Perbaikan fasilitas-fasilitas di
Kereta Api seperti AC yang bocor
dan toilet yang berbau
Kemudahan - Ketersediaan informasi Penambahan 1 LED Display di tiap
visual kereta
Kesetaraan - Ketersediaan fasilitas bagi Penambahan ramp di setiap pintu
difabel kereta
Tabel 4. 30
Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Kereta Api Penataran
Responden
Alternatif Mean Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 0,2494 0,3146 0,1990 0,4593 0,4451 0,2257 0,1557 0,3732 0,3647 0,3096 1
A2 0,0460 0,1864 0,0870 0,0441 0,0557 0,0425 0,0719 0,1735 0,1762 0,0982 6
A3 0,3449 0,0729 0,2069 0,1728 0,1717 0,4351 0,2883 0,0605 0,0753 0,2032 2
A4 0,0814 0,1660 0,3104 0,0682 0,0696 0,0677 0,3042 0,1474 0,1412 0,1507 3
A5 0,1556 0,1137 0,1233 0,1190 0,1146 0,1367 0,1136 0,1072 0,1089 0,1214 4
A6 0,1227 0,1464 0,0734 0,1366 0,1432 0,0922 0,0661 0,1382 0,1338 0,1170 5
Setelah mendapatkan hasil seperti pada Tabel 4. 30, maka dibuat bagan prioritas
alternatif kinerja pelayanan Kereta Api Penataran sebagai berikut :
Gambar 4.28 Hirarki Prioritas Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
perlengkapan P3K yang memadai agar jika terjadi keadaan darurat, dapat
segera ditangani.
2. Peningkatan kualitas pelayanan petugas di kereta api dan kualitas fasilitas-
fasilitas di kereta api (EV = 0,2032)
Peningkatan kualitas pelayanan petugas di kereta api yang dimaksud adalah
peningkatan kualitas pelayanan petugas dalam memberikan pelayanan.
Diharapkan petugas berada ditempat yang mudah terlihat oleh penumpang di
setiap kereta agar mudah ditemukan ketika dibutuhkan sehingga menambah
kesigapan dalam memberikan pelayanan kepada penumpang yang
membutuhkan. Sedangkan peningkatan kualitas fasilitas di kereta api adalah
dengan menyesuaikan fasilitas-fasilitas yang ada dengan Standar Pelayanan
Minimum terbaru dan perkembangan yang ada sehingga memenuhi kebutuhan
penumpang di masa sekarang dan masa mendatang. Sebagai contoh adalah
dengan meningkatkan kualitas tempat duduk prioritas dengan tempat duduk
lipat.
3. Perbaikan fasilitas-fasilitas yang rusak di kereta api (EV = 0,1507)
Perbaikan fasilitas-fasilitas yang rusak di kereta api sebagai contoh adalah
perbaikan Air Conditioner (AC) yang bocor. Di beberapa kereta di temukan
adanya AC yang bocor sehingga air menetes dan membasahi tempat duduk
penumpang. Hal ini dapat mengurangi kenyamanan penumpang sehingga perlu
dilakukan perbaikan. Selain itu kondisi toilet juga perlu diperhatikan lagi
kebersihannya agar tidak timbul bau yang tidak sedap yang dapat mengurangi
kenyamanan penumpang.
4. Pengoptimalan penyampaian informasi audio maupun visual dengan 1 buah
LED Display di setiap kereta (EV = 0,1214)
Pengoptimalan penyampaian informasi audio adalah dengan mengumumkan
tiap stasiun yang akan disinggahi sehingga penumpang tidak kesulitan
mengetahui kapan dia harus turun. Audio di beberapa kereta juga perlu
diperbaiki agar informasi yang disampaikan dapat diterima oleh penumpang
dengan jelas.
Sedangkan untuk informasi visual dapat dioptimalkan dengan menyediakan
fasilitas-fasilitas visual yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum di
kereta api, yaitu dengan menambahkan stiker informasi gangguan keamanan
dan informasi stasiun yang disinggahi oleh Kereta Api Penataran. Selain itu
182
itu dilakukan juga penelitian persepsi penumpang terhadap fasilitas yang ada di stasiun.
Hasil rekomendasi peningkatan fasilitas di stasiun berdasarkan SPM digabungkan dengan
rekomendasi peningkatan fasilitas di stasiun berdasarkan persepsi penumpang dengan
metode kano yang kemudian dihasilkan alternatif rekomendasi peningkatan kinerja
pelayanan Stasiun Gubeng. Hasil analisis SPM dan analisis Kano kinerja pelayanan
Stasiun Gubeng yang perlu dirumuskan arahan peningkatannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 31
Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Gubeng
Kriteria Hasil Analisis SPM Hasil Analisis Kano Alternatif
Keselamatan Ketersediaan alat 1. Ketersediaan 1. Penyediaan 1 set alat pemadam
pemadam kebakaran perlengkapan P3K kebakaran
2. Ketersediaan ruang 2. Penyediaan perlengkapan P3K
kesehatan
Keamanan - - Penyediaan kunci pengaman pada
fasilitas free charging
Kehandalan Kapasitas ruang Kapasitas ruang penjualan Penambahan tempat duduk di ruang
penjualan tiket tiket penjualan tiket
Kenyamanan Ketersediaan pendingin - Penambahan pendingin ruangan
ruangan pada Stasiun Gubeng Baru
Kemudahan 1. Ketersediaan informasi Ketersediaan tangga 1. Penyediaan 1 buah informasi
angkutan lanjutan platform angkutan lanjutan
2. Ketersediaan tangga 2. Penyediaan tangga platform
platform permanen
Kesetaraan 1. Kelengkapan fasilitas - 1. Penyediaan perlengkapan untuk
ibu menyusui ibu menyusui
2. Ketersediaan fasilitas 2. Penyediaan tangga platform
bagi difabel khusus difabel
Tabel 4. 32
Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Stasiun Gubeng
Responden
Alternatif Mean Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 0,2881 0,0883 0,0844 0,0399 0,0475 0,3257 0,0875 0,0863 0,0859 0,1260 3
A2 0,1653 0,0703 0,0823 0,0290 0,0326 0,1699 0,0700 0,0839 0,0834 0,0874 5
A3 0,0341 0,0816 0,0505 0,0686 0,0694 0,0337 0,0794 0,0515 0,0487 0,0575 8
A4 0,1355 0,3084 0,3847 0,5250 0,4922 0,1187 0,3147 0,3518 0,3543 0,3317 1
A5 0,0662 0,1870 0,1791 0,1861 0,1829 0,0628 0,1857 0,1798 0,1875 0,1575 2
A6 0,0385 0,0791 0,1076 0,0829 0,1000 0,0344 0,0786 0,1324 0,1261 0,0866 6
A7 0,1944 0,1209 0,0541 0,0235 0,0224 0,1670 0,1200 0,0552 0,0550 0,0903 4
A8 0,0779 0,0643 0,0573 0,0449 0,0530 0,0879 0,0640 0,0590 0,0591 0,0631 7
Setelah mendapatkan hasil di atas, maka dibuat bagan prioritas AHP alternatif
kinerja pelayanan Stasiun Gubeng sebagai berikut :
184
184
Gambar 4.31 Hirarki Priortias Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng
185
Gambar 4.32 Hydrant Box Indoor, Hydrant Box Outdoor dan Hydrant Pillar
186
fasilitas yang lengkap seperti nursing pillow, cooler, apron menyusui, pompa
payudara, microwave untuk sterilisasi pompa payudara, kursi yang nyaman,
meja, jam, cermin, dan wastafel agar ibu menyusui dapat dengan nyaman dan
mudah saat menyusui bayinya.
8. Penambahan kunci pengaman pada 2 meja free charging (EV = 0,0575)
Stasiun Gubeng saat ini telah dilengkapi dengan fasilitas free charging di
beberapa titik di ruang tunggu. Namun fasilitas yang tersedia hanya sebuah
meja dan beberapa stop kontak tanpa dilengkapi kunci pengaman. Hal ini dapat
memicu tindak kriminalitas seperti kehilangan ponsel. Untuk itu perlu adanya
peningkatan fasilitas free charging dengan menyediakan tempat dengan kunci
pengamanan agar pengunjung stasiun lebih aman dalam mencharge ponselnya
di fasilitas free charging.
Tabel 4. 33
Alternatif peningkatan kinerja pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
Kriteria Hasil Analisis SPM Hasil Analisis Kano Alternatif
Keselamatan Ketersediaan alat pemadam Ketersediaan perlengkapan 1. Penyediaan 1 set alat pemadam
kebakaran P3K kebakaran
2. Penyediaan perlengkapan P3K
Keamanan - - Penyediaan kunci pengaman pada
fasilitas free charging
Kehandalan Kapasitas ruang penjualan Kapasitas ruang penjualan Pemisahan ruang penjualan tiket dengan
tiket tiket ruang tunggu
Kenyamanan - Kapasitas ruang tunggu
yang mencukupi
Kemudahan 1. Ketersediaan informasi Ketersediaan tangga 1. Penyediaan 1 buah informasi angkutan
angkutan lanjutan platform lanjutan
2. Ketersediaan tangga 2. Penyediaan tangga platform permanen
platform 3. Perbaikan ruang untuk tempat parkir
3. Ketersediaan tempat
parkir
Kesetaraan 3. Kelengkapan fasilitas ibu - 1. Penyediaan perlengkapan untuk ibu
menyusui menyusui
4. Ketersediaan fasilitas bagi 2. Penyediaan tangga platform khusus
difabel difabel dan ramp dengan kemiringan
10o
Tabel 4. 34
Eigen vector penentuan priortias alternatif dalam pengembangan Stasiun Malang Kota Baru
Responden
Alternatif Mean Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 0,2046 0,1180 0,0559 0,0710 0,0804 0,1758 0,1190 0,0559 0,0561 0,1041 3
A2 0,0882 0,0808 0,0531 0,1307 0,1345 0,0812 0,0815 0,0531 0,0532 0,0840 4
A3 0,0587 0,0305 0,0446 0,0554 0,0525 0,0514 0,0308 0,0460 0,0453 0,0461 9
A4 0,1951 0,2776 0,2545 0,3641 0,3248 0,2820 0,2782 0,2539 0,2565 0,2763 1
A5 0,1849 0,2608 0,2739 0,1248 0,1347 0,1675 0,2553 0,2754 0,2649 0,2158 2
A6 0,0351 0,0701 0,1032 0,0849 0,0901 0,0368 0,0705 0,1011 0,1073 0,0777 5
A7 0,1196 0,0655 0,0482 0,0408 0,0465 0,0983 0,0660 0,0482 0,0468 0,0644 7
A8 0,0937 0,0392 0,0597 0,0400 0,0426 0,0849 0,0409 0,0596 0,0621 0,0581 8
A9 0,0201 0,0574 0,1069 0,0883 0,0940 0,0221 0,0579 0,1068 0,1078 0,0735 6
Setelah mendapatkan hasil di atas, maka dibuat bagan prioritas alternatif kinerja
pelayanan Stasiun Malang Kota Baru sebagai berikut :
189
Gambar 4.34 Hirarki Priortias Alternatif Peningkatan Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
189
190
192
Gambar 4.35 Rencana Perubahan Ruang Stasiun Gubeng
193
193
194
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya mengenai
evaluasi kinerja operasional dan pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan
Stasiun Malang Kota Baru, didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Kinerja operasional kereta api yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah load
factor, travel time, waktu henti, waktu tunda, kecepatan dan headway dari Kereta Api
Penataran. Berdasarkan hasil penelitian, kinerja operasional Kereta Api Penataran yang
telah sesuai dengan standar adalah waktu tempuh dan waktu tunda dengan nilai waktu
tempuh antara 2 jam 20 menit hingga 2 jam 50 menit sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
dan waktu tunda antara 3-11 menit, tidak melebihi batas maksimum keterlambatan yaitu 14
menit. Sedangkan untuk kinerja operasional Kereta Api Penataran yang tidak sesuai
dengan standar adalah load factor, waktu henti, kecepatan dan headway ( 93,96%-
112,26%, 5-28 menit, 30,87-34,98 km/jam, 180-310 menit) dengan nilai secara berurutan.
Berikut merupakan data dan analisis dari keenam kinerja operasional Kereta Api
Penataran.
1. Load Factor
Load factor adalah faktor muatan penumpang atau perbandingan antara
banyaknya penumpang dengan kapasitas tempat duduk angkutan umum yang
tersedia. Load factor digunakan untuk mengetahui apakah kapasitas yang
disediakan telah memenuhi kebutuhan yang ada.
Nilai load factor dari Stasiun Malang Kota Baru hingga Stasiun Waru pada kereta
api nomor 464 berkisar antara 93,96 % hingga 110,19 % yang berarti nilai tersebut
melebihi standar load factor maksimum yaitu 90 %. Sedangkan dari Stasiun Wonokromo
hingga Stasiun Gubeng masih berada di bawah nilai load factor maksimum. Nilai load
factor dari Stasiun Waru hingga Stasiun Singosari pada kereta api nomor 465 berkisar
antara 94,91 % hingga 112,26 % yang berarti nilai tersebut melebihi standar load factor
maksimum. Sedangkan Stasiun Gubeng, Stasiun Blimbing dan Stasiun Malang Kota Baru
masih berada di bawah standar load factor maksimum.
195
196
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penambahan kereta pada jam-
jam sibuk Kereta Api Penataran agar tidak lagi ada penumpang yang tidak
mendapat tempat duduk.
2. Travel Time
Waktu tempuh memperhitungkan waktu berhenti dan hambatan yang
mengakibatkan perlambatan. Waktu yang ditempuh Kereta Api Penataran
mayoritas telah sesuai dengan jadwal yang ditentukan yaitu 2 jam 20 menit hingga
2 jam 50 menit, namun ada beberapa kereta yang waktu tempuhnya lebih lama 3-11
menit dari yang dijadwalkan.
3. Waktu henti
Waktu henti merupakan selisih dari waktu kedatangan dengan waktu
keberangkatan aktual tiap-tiap stasiun yang dilalui kereta api. Berdasarkan hasil
survey, masih terdapat kereta yang mengalami waktu henti cukup lama di stasiun
pemberhentian tertentu sekitar 5-28 menit. Hal tersebut belum sesuai dengan
standar yang ada yaitu waktu henti 3-4 menit.
4. Waktu tunda
Waktu tunda adalah selisih dari waktu kedatangan dan keberangkatan terjadwal
dengan aktual yang terjadi di lapangan atau bisa disebut waktu keterlambatan.
Standar waktu keterlambatan adalah 10% dari total waktu perjalanan yang
dijadwalkan. Atau sekitar 14-17 menit. Hampir dari semua kereta mengalami
keterlambatan tiba di stasiun tujuan, namun tidak lebih dari standar yang ditentukan
hanya sekitar 3-11 menit.
5. Kecepatan
Kecepatan operasi adalah rasio antara jarak perjalanan (S) dengan waktu perjalanan
total (T), termasuk waktu berhenti di stasiun dan waktu tunggu lainnya. Hasil
survei pada Kereta Api Penataran 462 pada weekday memiliki kecepatan 34,98
km/jam dan Kereta Api Penataran 462 pada weekend memiliki kecepatan kereta api
adalah 33,82 Km/jam. Sedangkan kecepatan untuk Kereta Api Penataran 465 pada
saat weekday 32,86 km/jam dan 30,87 km/jam padaa saat weekend. Hal ini tidak
sesuai dengan standar kecepatan kereta api rel 1 yang kecepatan minimumnya 60
km/jam dan kecepatan maksimum 85 km/jam.
6. Headway
Headway didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jarak atau waktu ketika
bagian depan kendaraan yang berurutan melewati suatu titik pengamatan ruas jalan.
197
Berdasarkan hasil analisis headway, headway eksisting adalah 180-310 menit dan
headway idealnya adalah 55-131 menit. Dari hasil tersebut, perlu adanya
penambahan trip untuk menampung banyaknya jumlah penumpang sebanyak 2 trip.
Dari hasil analisis kinerja operasional, variabel yang perlu dirumuskan arahan
peningkatan kinerja operasionalnya adalah variabel-variabel yang belum memenuhi
standar seperti load factor, waktu henti, kecepatan dan headway. Alternatif-alternatif
arahan peningkatan kinerja operasional Kereta Api Penataran sebagai berikut :
a. Penambahan 2 buah kereta
b. Perbaikan dan perawatan berkala pada kereta api
c. Peningkatan kecepatan kereta api menjadi 60 km/jam
d. Penambahan 2 trip perjalanan
B. Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Kinerja pelayanan pada Kereta Api Penataran mencakup pelayanan pada fasilitas-
fasilitas yang termasuk di dalam variabel keselamatan, keamanan,
kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Berdasarkan
hasil analisis SPM, fasilitas yang belum sesuai dengan standar adalah ketersediaan
perlengkapan P3K, CCTV dan kondisi AC di kereta api. Sedangkan untuk hasil
analisis kano, fasilitas-fasilitas yang perlu dirumuskan arahan pengembangannya
adalah perlengkapan P3K, CCTV, ketepatan jadwal kereta api, toilet, informasi
visual dan fasilitas bagi difabel. Hasil rekomendasi peningkatan fasilitas di kereta
api berdasarkan SPM digabungkan dengan rekomendasi peningkatan fasilitas di
kereta api berdasarkan persepsi penumpang dengan metode Kano yang kemudian
dihasilkan alternatif rekomendasi peningkatan kinerja pelayanan Kereta Api
Penataran sebagai berikut :
1. Penyediaan 1 buah perlengkapan P3K
2. Penyediaan 1 CCTV di setiap kereta
3. Peningkatan kualitas pelayanan petugas di kereta api
4. Perbaikan fasilitas kereta api berupa AC bocor dan kebersihan toilet
5. Pengoptimalan penyampaian informasi dengan 1 buah LED Display di setiap
kereta
6. Penyediaan ramp di tiap pintu kereta
C. Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng
Kinerja pelayanan pada Stasiun Gubeng mencakup pelayanan pada fasilitas-
fasilitas yang termasuk di dalam variabel keselamatan, keamanan,
198
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, terdapat beberapa hal yang
disarankan dalam pengembangan kinerja operasional dan kinerja pelayanan Kereta Api
Penataran, Stasiun Gubeng dan Stasiun Malang Kota Baru sebagai berikut :
1. Untuk instansi terkait :
a. PT. KAI DAOP VIII Surabaya
Hendaknya PT. KAI dapat meningkatkan kinerja operasional Kereta Api
Penataran dan kinerja pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan
Stasiun Malang Kota Baru sehingga peningkatan kinerja operasional dan
pelayanan tersebut dapat menarik minat masyarakat menggunakan jasa angkutan
umum terutama kereta api. Hal-hal yang harus diperbaiki dalam kinerja Kereta
Api Penataran adalah load factor dengan penambahan 2 buah kereta pada KA
462 dan KA 465 serta penambahan 2 trip pada pukul 09.00-10.00 dan pukul
14.00-15.00 pada masing-masing rute untuk mengurangi headway. Alternatif
untuk waktu henti dengan peningkatan kecepatan menjadi 60 km/jam serta
penambahan jumlah trip. Untuk peningkatan kecepatan dibarengi dengan
perbaikan dan perawatan berkala pada kereta api.
202
Ahmad Afif Afiyat, Bietrix Rosalina, M. Zainul Arifin, Achmad Wicaksono. 2015. Kajian
Kinerja Pelayanan dan Tarif Kereta Api Eksekutif Jurusan Malang – Jakarta
(Studi Kasus Kereta Api Eksekutif Bima). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang :
Universitas Brawijaya.
Apriyani, Shintia. 2013. Redesain Stasiun Kereta Api Semarang Poncol (Dengan
Pendekatan Desain Arsitektur Modern). Thesis. Tidak dipublikasikan. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Birka, Ahmam, Ilham Adam Admaja ,Lutfi Djakfar dan Agus Suharyanto. 2014. Evaluasi
Fasilitas Parkir di Stasiun Kota Baru Malang. Jurnal Sipil Vol 1 No. 2. Malang :
Universitas Brawijaya.
Bowoputro, Hendi, Rahayu K dan Ahmad Syahirul Alim. 2016. Evaluasi Kinerja Stasiun
Kereta Api Malang Kota Baru Berdasarkan SPM KA dan IPA. Jurnal Rekayasa
Sipil Vol. 10 No. 1. (hal : 41-48). Malang : Universitas Brawijaya.
Faisal. 2015. Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Sekolah Menengah Kejuruan Teknik
Komputer dan Jaringan yang Terfavorit dengan Menggunakan MCDM. Jurnal
TIIK Vol. 2 No.1 (Hal : 11-19). Jakarta : Universitas Trilogi.
Fajar, Andrianus Dwi. 2011. Desain Prosedur Penilaian Keuasan Pelanggan dalam
Rangka Implementasi ISO 9001:2008 dengan Menggunakan Metode Servqual dan
Metode Kano di Sebuah Perusahaan Jasa Transportasi Alat Berat. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Jakarta : Universitas Indonesia
Handoko, Heryanto, A. Rahim Matondang dan Aulia Ishak. 2013. Analisis Persepsi Jasa
Pelayanan Pendidikan dengan Menggunakan Model Kano dan IPA pada
Perguruan XYZ. E-jurnal Teknik Industri FT USU Vol. 2 No. 1 (hal 9-14). Medan
: USU.
Hartasantoso, Fakhrul dan Rina Puspita Wahyuningaji. 2015. Kajian Tarif Kereta Api
Penataran Jurusan Blitar-Surabaya. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang :
Universitas Brawijaya.
Ibrahim, Basir, Andar Bagus Sriwarno dan Yannes Martinus Pasaribu. 2015. Konsep Tata
Letak Akomodasi Penumpang pada Interior Kereta Api Ekonomi Jarak
Menengah. Jurnal Sosioteknologi Volume (14) Nomor (2) Agustus 2015.Bandung
: Institut Teknologi Bandung.
Kirana, Rimas Kiki, Venishea Dea Odavita, Harnen Sulistio, dan Achmad Wicaksono.
2016. Kajian Kinerja Stasiun Kereta Api Studi Kasus Stasiun Kediri dan Stasiun
Mojokerto. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang : Universitas Brawijaya.
Laksono, Raden Aji. 2013. Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api berdasarkan SPM di
Stasiun (Stasiun Prujakan Cirebon, Jawa Barat). Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Laporan Tahunan PT. KAI DAOP VIII Surabaya Tahun 2016
x
Larasati, Asti dan Petrus. N. Indradjati. 2015. Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun
Bekasi sebagai Kawasan Transit Oriented Development. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota A SAPPK V4 N2 (hal : 299-308). Bogor : SAPPK ITB.
Maesarini, Indah Wahyu dan Rizky Ramdan Fauzi. 2014. Analisis tingkat kepuasan
pelanggan KRL sistem commuter line (PT Kereta Api Commuter Line
Jabodetabek). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jakarta : STIAMI.
Mauliawati, Titis Astri dan Petrus Natalia Indradjati. 2013. Pola Pergerakan Pengguna
Kereta Api sebagai Dasar Pengembangan Stasiun Terpadu di Kawasan Berbasis
Transit (Studi Kasus : Stasiun Depok Baru, Kota Depok). Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota A V2 N2 (hal : 1-10). Bogor : SAPPK ITB.
Nuraini, Karina, Budi Sugiarto Waluyo dan Imma Widyawati Agustin. 2016. Evaluasi
Kinerja Operasional dan Pelayanan Kereta Komuter Rute Depok-Jakarta.
Skripsi. Tidak di Publikasikan. Malang : Universitas Brawijaya.
Pandensolang, Yohanes Christian. 2014. Landasan Konseptual Perencanaan Dan
Perancangan Pengembangan Stasiun Kereta Api Tanjung Karang di Lampung.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jakarta : Binus.
Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia. 2012. Bandung : PT. KAI (Persero)
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 69 Tahun 2014 tentang Pedoman
Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 48 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api
Permana, Redisya Gilang, Chairil Budiarto Amiuza dan Tito Haripradianto. 2015. Evaluasi
Fungsional pada Stasiun Kereta Api Kotalama Malang. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan. Malang : Universitas Brawijaya.
Puji, Hastuti Dwi. 2010. Proses Hirarki Analisis dalam Pengambilan Keputusan
Multikriteria. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta : UNY.
Rofiq, Asadur M dan Nisa Andini. 2015. Analisis Sistem Antrian Customer Service Stasiun
Gubeng Baru Surabaya. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Rosyani, Dewi dan Budi Hartanto Susilo. 2011. Kinerja Operasi Kereta Api Baraya Geulis
Rute Bandung-Cicalengka. Jurnal Transportasi Vol. 11 No.1 Hal : 51-58.
Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
RTRW Kota Malang Tahun 2009-2029
Saloka, Imam Pratama Adi, Triandriani Mustikawati dan Rinawati P Handajani. 2016.
Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa Di Stasiun KA Kota
Baru Malang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang : Universitas Brawijaya.
Somin, 2012. Analisis Kinerja Angkutan Umum Pedesaan-Perkotaan (Studi Kasus: Kec.
Sunggal Kab. Deli Serdang-Kota Medan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
xi
Sumantri, Bayu Rosida dan Wahju Herijanto. 2014. Analisis Kinerja Operasional Kereta
Api Sri Wedari Express Jurusan Solo-Yogya. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Suryandari, Mega, Achmad Wicaksono dan Imma Widyawati Agustin. 2015. Penerapan
Park and Ride di Stasiun Bekasi. Jurnal Tata Loka. Volume 17 Nomor 3 (Hal :
172-185). Semarang : Universitas Diponegoro.
Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif. Jakarta : Prenadamedia Group
Suyatno. 2010. Populasi dan Sampel. Semarang : Universitas Dipenogero
Tamin, O. Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung : Institut
Teknologi Bandung
Tanjung, AA. 2010. Model Pemilihan Moda angkutan Penumpang antara Kapal Feri (PT.
ASDP) & Kapal Cepat rute Sibolga-Gunung Sitoli (Dengan Metode Stated
Preferrence). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian
Yenni, Yusli. 2016. Analisis Kebutuhan Sistem Informasi Pasien Rawat Inap dengan
Menggunakan Metode Kano. Jurnal Edik Informatika Vol. 3.il (Hal 38-48). Batam
: Universtias Putera Batam.
Yusup, Moch dan Miming Miharja. 2013. Kajian Potensi Peningkatan Pelayanan Stasiun
Cicalengka. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B V2 N2 (hal : 301-307).
Bogor : SAPPK ITB.
xii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Jl. Mayjend. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
Telp. : +62-341-573944, Fax : +62-341-573944
http://pwk.ub.ac.id E-mail : pwk@ub.ac.id
Kuesioner ini dimaksudkan untuk membantu tugas akhir dengan judul “ Evaluasi Stasiun
Malang Kota Baru-Stasiun Gubeng dan KA Penataran Beserta Rekomendasinya “
sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana (S1) pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.
Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui karakteristik pelaku perjalanan dengan
kereta api jurusan Malang-Surabaya dan Surabaya Malang serta untuk mengetahui tingkat
kepuasan dan kepentingan pengguna jasa kereta api.
Kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini akan sangat membantu penyelesaian tugas akhir
ini.
Terimakasih ☺
Pertanyaan Jawaban
Nama
Usia
Jenis Kelamin L P
Pekerjaan a. Pelajar/mahasiswa d. Karyawan swasta
b. Ibu rumah tangga e. PNS
c. Wiraswasta f. ……….
Keterangan :
S : Suka menyukainya/saya merasa nyaman/saya merasa aman/saya merasa sudah cukup
H : Seharusnya seperti itu
N :Saya netral terhadap itu
B : Saya menoleransi hal itu/saya terbiasa dengan hal itu
T : Saya tidak menyukainya/saya tidak merasa nyaman/saya tidak merasa aman/saya merasa itu belum cukup
Keterangan :
S : Suka menyukainya/saya merasa nyaman/saya merasa aman/saya merasa sudah cukup
H : Seharusnya seperti itu
N :Saya netral terhadap itu
B : Saya menoleransi hal itu/saya terbiasa dengan hal itu
T : Saya tidak menyukainya/saya tidak merasa nyaman/saya tidak merasa aman/saya merasa itu belum cukup
Kepentingan : Kepuasan :
1 = sangat tidak penting 1 = sangat tidak puas
2 = tidak penting 2 = tidap puas
3 = cukup penting 3 = cukup puas
4 = penting 4 = puas
5 = sangat penting 5 = puas sekali
Stasiun
Kepentingan Kepuasan
Atribut
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Tabung pemadam kebakaran
100m2/buah
2. Jalur dan prosedur evakuasi
Kepentingan Kepuasan
Atribut
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
11. Ketersediaan stiker informasi gangguan
kemanan
12. Lama waktu pelayanan di loket
13. Kapasitas ruang penjualan tiket yang
mencukupi untuk penumpang
14. Kapasitas ruang tunggu/ruang boarding
yang mencukupi untuk penumpang
15. Kebersihan ruang tunggu/ruang
boarding
16. Jumlah toilet yang mencukupi untuk
penumpang di stasiun
17. Tersedia toilet untuk penumpang difabel
Kepentingan : Kepuasan :
1 = sangat tidak penting 1 = sangat tidak puas
2 = tidak penting 2 = tidap puas
4 = cukup penting 3 = cukup puas
4 = penting 4 = puas
5 = sangat penting 5 = puas sekali
Kereta Api
Kepentingan Kepuasan
Atribut
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Ketersediaan Alat Pemadam Api
Ringan 1 buah per kereta
2. Ketersediaan 1 set perlengkapan
P3K
3. Ketersediaan 1 CCTV dalam 1
kereta
4.Ketersediaanpetugas keamanan 2
orang dalam 1 rangkaian
5. Ketersediaan stiker informasi
gangguan keamanan
6. Intensitas cahaya yang cukup (di
malam hari 200-300 lux dan dini
hari 60-100 lux)
L-12
Kepentingan Kepuasan
Atribut
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
7. Ketepatan jadwal kereta api
(minimal keterlambatan 10% dari
waktu yang du jadwalkan)
8. Ketersediaan nomor tempat duduk
9. Ketersediaan toilet dengan area
100% bersih dan tidak berbau
10. Suhu dalam ruangan maksmal 27o
11. Ketersediaan restorasi (pemanas
listrik)
12. Ketersediaan fasilitas untuk
penumpang berdiri
13. Ketersediaan rak bagasi di atas
setiap tempat duduk
14. Informasi dalam bentuk visual yang
mudah terbaca
15. Informasi audio yang jelas
terdengar minimal 20 dB
16. Pengumuman informasi gangguan
yang diumumkan maksimal 30
menit setelah terjadi gangguan
17. Tersedia 2 buah nama relasi KA
dan nomor urut kereta pada bagian
luar di sisi kiri dan kanan kereta
18. Ketersediaan fasilitas bagi
penumpang difabel yaitu 4 tempat
duduk dalam 1 kereta
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Jl. Mayjend. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
Telp. : +62-341-573944, Fax : +62-341-573944
http://pwk.ub.ac.id E-mail : pwk@ub.ac.id
Identitas Responden
Nama responden :
Nama instansi :
Jabatan :
.........................., ...........................2017
(.....................................................)
Nama dan TTD Responden
L-14
1. Load Factor
Load factor adalah faktor muatan penumpang atau perbandingan antara
banyaknya penumpang dengan kapasitas tempat duduk angkutan umum yang tersedia.
Load factor digunakan untuk mengetahui apakah kapasitas yang disediakan telah
memenuhi kebutuhan yang ada.
Nilai load factor dari Stasiun Malang Kota Baru hingga Stasiun Waru pada
kereta api nomor 464 berkisar antara 93,96 % hingga 110,19 % yang berarti nilai
tersebut melebihi standar load factor maksimum yaitu 90 %. Sedangkan dari Stasiun
Wonokromo hingga Stasiun Gubeng masih berada di bawah nilai load factor
maksimum. Nilai load factor dari Stasiun Waru hingga Stasiun Singosari pada
kereta api nomor 465 berkisar antara 94,91 % hingga 112,26 % yang berarti nilai
tersebut melebihi standar load factor maksimum. Sedangkan Stasiun Gubeng, Stasiun
Blimbing dan Stasiun Malang Kota Baru masih berada di bawah standar load factor
maksimum.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penambahan gerbong pada jam-jam
sibuk Kereta Api Penataran agar tidak lagi ada penumpang yang tidak mendapat
tempat duduk.
2. Travel Time
Travel time (waktu tempuh) merupakan waktu yang dibutuhkan kereta untuk
melintasi jalur kereta yang akan dilalui. Waktu tempuh memperhitungkan waktu
berhenti dan hambatan yang mengakibatkan perlambatan. Waktu yang ditempuh
Kereta Api Penataran mayoritas telah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, namun
ada beberapa kereta yang waktu tempuhnya lebih lama beberapa menit dari yang
dijadwalkan.
L-15
3. Waktu henti
Waktu henti merupakan selisih dari waktu kedatangan dengan waktu keberangkatan
aktual tiap-tiap stasiun yang dilalui kereta api. Berdasarkan hasil survey, masih
terdapat kereta yang mengalami waktu henti cukup lama di stasiun pemberhentian
tertentu sekitar 19-28 menit. Hal tersebut belum sesuai dengan standar yang ada yaitu
waktu henti 3-4 menit.
4. Waktu tunda
Waktu tunda adalah selisih dari waktu kedatangan dan keberangkatan terjadwal
dengan aktual yang terjadi di lapangan atau bisa disebut waktu keterlambatan. Standar
waktu keterlambatan adalah 10% dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan. Atau
sekitar 14-17 menit. Hampir dari semua kereta mengalami keterlambatan tiba di
stasiun tujuan, namun tidak lebih dari standar yang ditentukan hanya sekitar 3-11
menit.
5. Kecepatan
Kecepatan operasi adalah rasio antara jarak perjalanan (S) dengan waktu perjalanan
total (T), termasuk waktu berhenti di stasiun dan waktu tunggu lainnya. Hasil survei
pada Kereta Api Penataran 462 memiliki kecepatan 34,98 km/jam dan Kereta Api
Penataran 464 memiliki kecepatan kereta api adalah 33,82 Km/jam. Sedangkan
kecepatan untuk Kereta Api Penataran 465 pada saat weekday 32,86 km/jam dan
30,87 km/jam padaa saat weekend. Hal ini tidak sesuai dengan standar kecepatan
kereta api rel 1 yang kecepatan minimumnya 60 km/jam dan kecepatan maksimum 85
km/jam.
6. Headway
Headway didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jarak atau waktu ketika
bagian depan kendaraan yang berurutan melewati suatu titik pengamatan ruas jalan.
Berdasarkan hasil analisis headway, perlu adanya penambahan trip untuk menampung
banyaknya jumlah penumpang sebanyak 2 trip tambahan.
Setelah diperoleh hasil di atas, kemudian dibuat hierarki alternatif-alternatif
rekomendasi peningkatan kinerja operasional Kereta Api Penataran sebagai berikut :
L-16
Gambar 1. Hierarki Alternatif Rekomendasi Peningkatan Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Gambar 2. Hierarki Alternatif Rekomendasi Peningkatan Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
C. Kinerja Pelayanan Stasiun Gubeng
Kinerja pelayanan pada Stasiun Gubeng mencakup pelayanan pada fasilitas-fasilitas
yang termasuk di dalam variabel keselamatan, keamanan, kehandalan/keteraturan,
kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Fasilitas-fasilitas yang ada di stasiun pada
awalnya di lihat kondisi eksistingnya kemudian dibandingkan dengan Standar Pelayanan
Minimum berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 48 Tahun 2015. Setelah
itu dilakukan juga penelitian persepsi penumpang terhadap fasilitas yang ada di stasiun. Hasil
rekomendasi peningkatan fasilitas di stasiun berdasarkan SPM digabungkan dengan
rekomendasi peningkatan fasilitas di stasiun berdasarkan persepsi penumpang dengan metode
kano yang kemudian dihasilkan hierarki alternatif rekomendasi peningkatan kinerja
pelayanan Stasiun Gubeng seperti pada Gambar 3.
D. Kinerja Pelayanan Stasiun Malang Kota Baru
Kinerja pelayanan pada Stasiun Malang Kota Baru mencakup pelayanan pada
fasilitas-fasilitas yang termasuk di dalam variabel keselamatan, keamanan,
kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Fasilitas-fasilitas yang ada
di stasiun pada awalnya di lihat kondisi eksistingnya kemudian dibandingkan dengan Standar
Pelayanan Minimum berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 48 Tahun
2015. Setelah itu dilakukan juga penelitian persepsi penumpang terhadap fasilitas yang ada di
stasiun. Hasil rekomendasi peningkatan fasilitas di stasiun berdasarkan SPM digabungkan
dengan rekomendasi peningkatan fasilitas di stasiun berdasarkan persepsi penumpang dengan
metode kano yang kemudian dihasilkan hierarki alternatif rekomendasi peningkatan kinerja
pelayanan Stasiun Gubeng seperti pada Gambar 4.
L-18
Petunjuk Pengisian
A X B
A C
B X C
L-21
Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif
Peningkatan fasilitas free
Penyediaan bancik permanen dan
charging dengan kunci
bancik khusus difabel
pengaman
Peningkatan fasilitas free
Penyediaan fasilitas untuk ibu
charging dengan kunci
menyusui
pengaman
Penambahan tempat
Penambahan pendingin ruangan
duduk di ruang tunggu
Penambahan tempat Penyediaan informasi angkutan
duduk di ruang tunggu lanjutan
Penambahan tempat Penyediaan bancik permanen dan
duduk di ruang tunggu bancik khusus difabel
Penambahan tempat Penyediaan fasilitas untuk ibu
duduk di ruang tunggu menyusui
Penambahan pendingin Penyediaan informasi angkutan
ruangan lanjutan
Penambahan pendingin Penyediaan bancik permanen dan
ruangan bancik khusus difabel
Penambahan pendingin Penyediaan fasilitas untuk ibu
ruangan menyusui
Penyediaan informasi Penyediaan bancik permanen dan
angkutan lanjutan bancik khusus difabel
Penyediaan informasi Penyediaan fasilitas untuk ibu
angkutan lanjutan menyusui
Penyediaan bancik
Penyediaan fasilitas untuk ibu
permanen dan bancik
menyusui
khusus difabel
L-25
1. Ahli 1
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 0,333 5 5 3,999 2,38 27,331 13,33 47,04 0,306737 1,224953 3,993494 0,078249 0,9 0,086943
3 1 7 5 8,4 3,9986 44 27,331 83,7296 0,545982 2,302919 4,21794
0,2 0,1428 1 0,333 0,895 0,4188 3,9986 2,38 7,6924 0,05016 0,221815 4,422116
0,2 0,2 3 1 1,6 0,895 8,4 3,999 14,894 0,09712 0,418145 4,305433
153,356 Lamda max= 4,234746
2. Ahli 2
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 3 3 2 3,998 7,665 19 14,5 45,163 0,460291 1,925451 4,183113 0,088799 0,9 0,098665
0,333 1 3 3 3,165 3,997 12,999 8,166 28,327 0,288703 1,194998 4,1392
0,333 0,333 1 0,5 1,026889 1,8315 3,998 2,665 9,521389 0,09704 0,423438 4,363544
0,5 0,333 2 1 1,776889 2,832 6,499 3,999 15,10689 0,153966 0,67433 4,379728
98,11828 Lamda max = 4,266396
3. Ahli 3
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 4 3 0,5 3,999 10,499 20,5 2,932 37,93 0,334478 1,34579 4,023554 0,07135 0,9 0,079278
0,25 1 3 0,333 2,165 3,998 8,415 1,391 15,969 0,140819 0,597252 4,241263
0,333 0,333 1 0,2 1,14925 2,598 3,998 0,677389 8,422639 0,074273 0,322633 4,343865
2 3 5 1 6,415 15,665 25 3,999 51,079 0,45043 1,91321 4,247522
113,4006 4,214051
L-50
4. Ahli 4
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 4 3 3 3,998 10,499 24 15,5 53,997 0,52969 2,16785 4,092676 0,075515 0,9 0,083906
0,25 1 3 2 2,165 3,999 10,75 6,25 23,164 0,22723 0,942209 4,146499
0,333 0,333 1 0,5 0,91575 2,248 3,998 2,665 9,82675 0,096397 0,421793 4,375593
0,333 0,5 2 1 1,457 2,998 6,499 3,999 14,953 0,146683 0,629478 4,291413
101,9408 4,226545
5. Ahli 5
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 4 3 2 3,999 9,999 22 13,5 49,498 0,501092 2,066564 4,124121 0,089225 0,9 0,099139
0,25 1 3 2 2,499 3,999 10,75 6 23,248 0,235351 0,984693 4,183941
0,333 0,333 1 0,5 0,99925 2,248 3,998 2,332 9,57725 0,096955 0,425492 4,388542
0,5 0,5 2 1 1,791 3,666 7 4 16,457 0,166602 0,728734 4,374096
98,78025 4,267675
6. Ahli 6
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 0,333 4 3 3,998 2,465 18,665 8,331 33,459 0,283606 1,144694 4,036208 0,064283 0,9 0,071426
3 1 5 3 8,249 3,998 31 16,665 59,912 0,507828 2,116912 4,168561
0,25 0,2 1 0,333 1,210889 0,594139 3,999 2,016 7,820028 0,066284 0,286131 4,316721
0,333 0,333 3 1 2,415 1,376889 8,997 3,997 16,78589 0,142281 0,604682 4,24991
117,9769 4,19285
L-54
b. Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 0,333 0,2 0,2 0,333 0,5 5,998 4,265 0,783989 1,788278 2,226889 3,0325 18,09466 0,042522 0,288884 6,793716 0,10101 1,24 0,081459
3 1 0,2 0,333 0,333 0,5 10,664 5,997 1,343989 2,543389 3,514 4,765 28,82738 0,067744 0,449126 6,62975
5 5 1 5 3 3 65 41,665 5,998 14,663 25,83 32 185,156 0,435114 2,801614 6,438802
5 3 0,2 1 3 3 35 23,665 3,998 5,997 10,764 16,6 96,024 0,225655 1,415414 6,272465
3 3 0,333 0,333 1 2 22,33 13,663 2,5986 4,596 5,996 8,998 58,1816 0,136726 0,872038 6,377993
2 2 0,333 0,333 0,5 1 14,83 8,83 1,6991 3,5635 4,33 5,998 39,2506 0,092238 0,60117 6,517567
425,5342 6,505049
7. Ahli 7
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 4 3 3 3,998 10,499 24 15,5 53,997 0,52969 2,16785 4,092676 0,075515 0,9 0,083906
0,25 1 3 2 2,165 3,999 10,75 6,25 23,164 0,22723 0,942209 4,146499
0,333 0,333 1 0,5 0,91575 2,248 3,998 2,665 9,82675 0,096397 0,421793 4,375593
0,333 0,5 2 1 1,457 2,998 6,499 3,999 14,953 0,146683 0,629478 4,291413
101,9408 4,226545
b. Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Hasil
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Lamda CI RI CR
kali
1 0,5 0,2 0,333 0,333 2 5,998 2,321778 2,287778 3,5985 4,432 7,265 25,90306 0,071932 0,503674 7,00206 0,117907 1,24 0,095086
2 1 2 3 3 2 33 5,998 7,064 14,832 19,666 29 109,56 0,304246 1,965132 6,459024
5 0,5 1 3 3 3 30,5 6,998 5,997 11,664 16,665 32 103,824 0,288317 1,806615 6,266067
3 0,333 0,333 1 2 3 15,831 4,4985 3,597 5,996 8,497 17,665 56,0845 0,155746 0,99451 6,385479
3 0,333 0,333 0,5 1 2 10,831 3,499 2,7645 4,663 5,997 13,165 40,9195 0,113633 0,736878 6,484741
0,5 0,5 0,333 0,333 0,5 1 6,164 1,693889 2,043389 3,5815 4,3315 5,998 23,81228 0,066126 0,458905 6,939827
360,1033 6,589533
8. Ahli 8
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 3 2 0,5 3,999 8,166 15,5 2,399 30,064 0,289477 1,174667 4,057895 0,068552 0,9 0,076169
0,333 1 3 0,333 2,832 3,997 8,331 1,4325 16,5925 0,159764 0,671625 4,203853
0,5 0,333 1 0,2 1,510889 2,766 3,999 0,760889 9,036778 0,087012 0,377702 4,340782
2 3 5 1 7,499 13,665 23 3,999 48,163 0,463747 1,957054 4,220094
103,8563 4,205656
9. Ahli 9
a. Kinerja Operasional Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 5 3 3 3,998 13 22 17,5 56,498 0,551897 2,285615 4,141377 0,083688 0,9 0,092987
0,2 1 2 2 1,732 4 8,6 5,6 19,932 0,194705 0,81188 4,169807
0,333 0,5 1 0,5 0,9325 2,915 3,999 2,999 10,8455 0,105944 0,460805 4,349531
0,333 0,5 2 1 1,432 3,665 5,999 3,999 15,095 0,147455 0,640476 4,343546
102,3705 4,251065
L-58
b. Kinerja Pelayanan Kereta Api Penataran
Matriks Hasil Kuadrat Jumlah EV Hasil kali Lamda CI RI CR
1 2 3 0,5 2 0,5 5,999 9,25 14,5 3,2315 12,75 12 57,7305 0,176178 1,15142 6,535544 0,122846 1,24 0,099069
0,5 1 2 0,2 2 2 7,066 6 12,1 2,648 8,6 9,85 46,264 0,141185 0,938141 6,644744
0,333 0,5 1 0,333 1 0,5 3,082 4,081 5,998 1,432 4,915 5,1655 24,6735 0,075297 0,501764 6,663796
2 5 3 1 3 3 14,999 18,5 31 5,997 24,5 24,5 119,496 0,36467 2,376853 6,517816
0,5 0,5 1 0,333 1 2 6,249 5,165 9,499 2,015 5,999 6,749 35,676 0,108874 0,731879 6,722276
2 0,5 2 0,333 0,5 1 5,832 7,915 12,499 2,5985 8,999 5,999 43,8425 0,133796 0,883211 6,60119
327,6825 6,614228