Anda di halaman 1dari 17

NAMA : HADI YUDHA PRADANA

KELAS : A-2

NPP : 27.0182

TUGAS ANPOTWILDA :

1. Manfaat SIG dalam pengembangan Potensi Wilayah dan Daerah


2. Undang-Undang yang mengatur mengenai anpotwilda

MANFAAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WILAYAH DAN DAERAH

I. PENDAHULUAN

Desentralisasi merupakan asas yang dianut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana asas
ini merupakan sebuah pemberian wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
dalam mengatur dan mengelola daerahnya sendiri, hal ini dilakukan melihat perbedaan potensi di
setiap daerah berbeda beda, selain itu juga kebijakan yang diberikan pemerintah pusat tidak semua
mampu diimplementasikan di setiap daerah di indonesia, selain perbedaan potensi, permasalah
budaya serta social yang hidup dalam setiap daerah berbeda sehingga tidak semua kebijakan yang
dibuat sesuai antara daerah satu dengan daerah lainnya.

Salah satu akibat dari desentralisasi adalah kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan
daerahnya sendiri, pemerintah daerah diberikan dukungan sebesar sebesarnya dari pemerintah
pusat dalam mengelola dan mengembangkan daerahnya selagi hal tersebut sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku. Banyak cara yang dilakukan pemerintah daerah dalam
mengembangkan daerahnya. Namun sebelum melakukan pengembangan , sebaiknya dilakukan
perencanaan terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui apa yang sebenarnya dibutuhkan
masyarakat,potensi apa yang ada dan dapat dikembangkan, pihak mana saja yang terkait dalam
pengelolaan potens dalam pengembangan wilayah tersebut , serta dana yang dibutuhkan. Selain
musyawarah perencanaan pembangunan yang dilakukan di setiap desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi dan nasional, masih ada beberapa cara untuk menyempurnakan
perencanaan dalam sebuah pengembangan wilayah. Salah satunya adalah pemakaian teknologi,
sebagai Negara berkembang bisa dikatakan teknologi di Negara Indonesia cukup pesat, pemakaian
program-program komputer dalam rangka mengefektif dan mengefisienkan pelaksanaan sebuah
kegiatan contohnya SPSS salam bisa statistika dan sebagainya. Program komputer yang cukup dikenal
dalam hal pengembangan wilayah adalah Geographic Information System atau bisa disebut Sistem
Informasi Geografis.
II. PENGEMBANGAN WILAYAH

Pengembangan wilayah pada dasarnya dimaksud agar suatu wilayah dapat berkembang menuju
tingkat perkembangan yang diinginkan,melalui terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan
berbagai sumber daya, menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan
nasional,meningkatkan keserasian antar kawasan, dan keterpaduan antar sektor pembangunan
dengan prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan. Pengembangan wilayh juga dilaksanakan
melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimilikinya secara harmonis,serasi dan terpadu
dengan pendekatan yang kompherensif mencangkup aspek fisik,ekonomi,sosial,budaya dan
lingkungan.

Pada dasarnya pendekatan pengembangan wilayah ini digunakan untuk lebih mengefisiensikan
pembangunan dan konsepsi ini tersus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi
dan kondisi wilayahnya.

Banyak cara untuk mengembangkan wilayah, di Indonesia konsepsi pengembangan wilayah juga
telah mengalami perkembangan dan koreksi untuk setiap periodenya ( Djakapermana dan
Djumantri,2002 ). mulai dari penggunaan konsep (alat) pembangunan sektoral, ”bassic need
approach”, ”development poles” (poles de croissance) yang digagas oleh F. Perroux (1955), ”growth
center” yang digagas oleh Friedman (1969) sampai kepada pengaturan ruang secara terpadu melalui
proses pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) secara sinergi dengan pengembangan sumberdaya
manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Yang terkahir
inilah yang disebutdengan penataan ruang dan sesuai Undang Undang (UU) No.24/1992 tentang
penataan ruang yang saat ini sudah disempurnakan dan diganti oleh UU Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang ( UU No.26/2007 ).

Memasuki abad ke-21 ini, konsepsi pengembangan wilayah di Indonesia harus mengikuti kaidah
penataan ruang. UU No. 26/2007 disusun atas dasar keinginan mengoptimalisasikan pemanfaatan
sumber daya alam dan buatan untuk kesejahteraan masyarakat, dengan demikian harus dijaga duk
prinsip keberlanjutan, menjaga keserasian dan mencegah kesenjangann antar daerah, antar pusat
dan daerah, antar kota dan desa dan antar wilayah/kawasan, menciptkan ruang yang
aman,nyaman,produktif dan berkelanjutan,dan berbasis mitigasi bencana untuk meningkatkan
keselamatn, kenyamanan kehidupan dan penghidupan.

Berdasarkan landasan Undang – Undang tersebut, maka dapat disimpulkan konsepsi pengembangan
wilayah di Indonesia haruslah mengikuti kaidah pendekatan yang bersifat gabungan ( mixed –
concept ), yaitu adanya struktur ruang yang terdiri dari pusat – pusat pemukiman sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi dan pelayanan sosial secara hierarki sebagai pusat yang akan member
penjalaran perkembangan dan jaringan infrastruktur wilayah sebagai media untuk menjalarkannya
yaitu jaringan transportasi,listrik,telepon,energy dan jaringan sumber daya air, dan pola ruang yang
terdiri dari pengaturan kawasan yang berfungsi lindung, seperti hutan lindung,hutan taman nasional,
hutan bakaun, taman buru dan lainnya serta kawasan budidaya untuk kegiatan manusia
meningkatkan produktivitasnya bagi tumbuh berkembang ekonomi wilayah dan kegiatan sosial
seperti untuk kegiatan pertambangan,industry,pariwisata, perikanan,dan pemukiman.

Dengan keluarnya undang undang ini maka pengembangan wilayah dilaksanakan melalui alat
penataan ruang. Ruang adalah wadah berbagai kegiatan sesuai dengan kondisi alam setempat dan
teknologi yang diterapkan, dan mencakup ruang daratan, lautan, dan udara beserta sumber daya
alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta mahluk hidup
lainnya. Sedangkan Penataan Ruang (UU No. 24/92, pasal 1) mencakup proses :

1. Penyusunan rencana tata ruang,

2. Pemanfaatan ruang yaitu kegiatan pelaksanaan pembangunan melalui


serangkaian penyusunan program pembangunan, dan

3. Pengendalian pemanfaatan ruang yaitu kegiatan pengawasan dan penertiban


pelaksanaan pembangunan (termasuk didalamnya pemberian ijin lokasi dan investasi) agar
sesuai dengan rencana tata ruang.

Oleh karena penataan ruang sebagai suatu proses, maka harus dilihat sebagi suatu system yang
saling terkait mencangkup proses kegiatan dari beberapa subsistem-subsistem tersebut. System
penataan ruang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan antara subsistem yang satu
dengan lain dan harus sesuai dengan kaidah penataan ruang,sehingga diharapkan : (i) dapat
mewujudkan pemnafaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;( ii ) tidak terjadi ppemborosan pemanfaatan
ruang ; ( iii ) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.

Untuk menunjang terealisasinya harapan yang disebutkan diatas dalam melakukan konsep
pengembangan wilayah melalui penataan ruang maka peran teknologi sangatlah penting. Adapun
teknologi yang dapat menunjang terealisasinya tujuan pengembangan wilayah tersebut adalah
Sistem Informasi Geografi ( SIG ) yang mana SIG tersebut mempunyai banyak manfaat dalam
aplikasinya.

III. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

a . Pengertian Sistem Informasi Geografis

Geographic Information System atau bisa disebut Sistem Informasi Geografis adalah system
informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau
dalam arti lain, merupakan salah satu system komputer yang memiliki kemampuan membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilakn informasi bereferensi geografis, misalnya data yang
diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah bentuk database, bisa juga memasukkan orang yang
membangun dan mengoprasikannya dan data sebagai bagian dari system ini.

Teknologi ini dapat digunakan untuk investigasi ilmial, pengelolaan sumber daya, kartografi dan
perencanaan rute. Selain itu Sistem Informasi Geografis ini bisa juga membantu dalam perencanaan
untuk secara cepat menghitung wwaktu tanggap darurat saat terjadi sebuah bencana.
Menurut salah satu ahli yaitu Murai (1999) Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu system
informasi yang digunakan untuk memasukkan , menyimpan , memanggil kembali, mengolah,
menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaandan pengelolaan penggunaan lahan , sumber daya alam,
lingkungan, fasililats kota, dan pelayanan umum lainnya. Pada intinya SIG merupakan pengelolaan
data geografis yang didasarkan pada kerja komputer ( mesin ).

b. Perkembangan Sistem Informasi Geografis di Indonesia

Pada Pada awalnya Sistem Informasi Geografis di Indonesia masih digunakan oleh beberapa
Lembaga tertentu seperti Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (LAPAN) dan Bakosurtanal
( Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional dimana dalam pengerjaanya LAPAN bertugas
sebagai lembaga pemerintah Indonesia non-departemen yang merekam data penginderaan jauh
seperti : citra SPOT, MSS-Landsat dan TM-Landsat , data citra dari lembaga ini dapat dipesan baik
dalam bentuk digital maupun dalam bentuk cetakan. Sedangkan Bakosurtanal berperan
mengkoordinasikan pemetaan dasar dan penyedia data digital berbentuk peta dasar seluruh
Indonesia.

Sistem Informasi Geografis mulai dikenal baik di berbagai lembaga di Indonesia baik yang
departemen maupun non-departemen , namun penggunaan SIG masih bisa dikatakan kurang
optimal dikarenakan banyak lembaga yang menggunakan SIG tidak secara total atau dengan kata lain
masih dalam taraf coba-coba. Hal ini dikarenakan, sumber daya manusia di beberapa instansi
pemakai SIG masih belum mempunyai staf yang mapan sehingga staf yang ada masih merangkap
berbagai pekerjaan. Ini adalah akibat dari kurangnya perhatian terhadap pendidikan dan pelatihan
Sistem Informasi Geografis into sendiri, perguruan tinggi masih sedikit yang mempelajari bidang ini,
seperti UI, IPB, UGM dan ITB dan perkembangannya pun bisa dikatakan cukup lambat.

Seiring berkembangnya Sistem Informasi Geografis tersebut banyak digunakan, ternyata banyak
manfaat yang dihasilkan dari penggunaan SIG itu sendiri, seperti kegiatan yang bersifat pengumpulan
data, atau manajemen atau pemanfaatan data untuk keperluan analisis dan simulasi. SIG juga
membantu dalam perencanaan pembangunan daerah, inventarisasi sumber daya alam, untuk
pengawasan daerah bencana alam, dan lain lain. Selain itu, perkembangan SIG semakin pesat
dikarenakan semakin murahnya biaya pembangunan system ruang data. Penurunan ini dapat
disebabkan beberapa hal, seperti computer makin murah dan perangkat lunak SIG tertentu sudah
bergabung kebentuk yang dipakai secara missal seperti Perangkat Lunak Multimedia Power Point
dalam memasukkan perangkat lunak SIG sederhana seperti MapInfo terintegrasi di dalamnya atau di
dalam perangkat pengolah data seperti Microsoft Excel. Masuknya data spasial di dalam jaringan
komunikasi global seperti Internet juga mendorong untuk memahami data spasial dan penggunaan
SIG.
c. Aplikasi Sistem Informasi Geografis

Seiring berjalannya waktu, penggunaan Sistem Informasi Geografis mengalami perkembangan yang
semakin inovatif sehingga mempermudah pengguna SIG tersebut dalam memperoleh data yang
dibutuhkan. Salah satunya dengan terciptanya aplikasi-aplikasi Sistem Informasi Geografis yang
secara cepat dapat diakses secara missal oleh pengguna era saat ini. Aplikasi-aplikasi SIG adalah
sebagai berikut :

1) Google Earth

Google earth merupakan sebuah aplikasi virtual globe yang aslinya disebut dengan Earth Viewer
(pemetaan bumi) dan dibuat oleh KeyHole, Inc aplikasi ini merupakan pengolahan citra digital dari
hasil pemantauan satelit. Pada tahun 2004 Google membeli aplikasi ini dari KeyHole, Inc untuk
diterapkan dalam aplikasi berbasis web. Google memasukan semua data gambar pemetaan bumi
yang diperoleh dari satelit untuk kemudian dapat diakses melalui web secara online.

2) GRASS (Geographic Resources Analysis Support System)

GRASS merupakan aplikasi gratis dengan menggunakan raster atau vektor topografi, maupun
pengolahan citra dan produksi fungsionalitas produksi gambar yang dapat dioperasikan pada
berbagai platform melalui GUI dan shell pada linux. Aplikasi GRASS yang paling terakhir telah
menggunakan mesin pengolah vektor 2D/3D. Atribut-atributnya disimpan dalam basis data seperti
MySQL, PostgreSQL/PostGIS dan SQLite. Sistem ini mampu memvisualisasikan data dalam bentuk
grafik vektor 3 dimensi. GRASS telah medukung berbagai format raster dan vektor.

3) Chameleon

Chameleon dibuat pada MapServer sebagai pusat mesin pengolahan pemetaan dan bekerja dengan
semua MapServer yang mendukung data format tersebut. Chameleon merupakan sebuah aplikasi
pengembangan pemetaan bumi melalui web yang open source dan dapat dikonfigurasi dengan
mudah. Aplikasi ini juga dapat bekerja dengan baik dengan OpenGIS Consortium Standard untuk
Web Mapping Service (WMS).
d. Manfaat Sistem Informasi Geografis dalam Pengembangan Wilayah

Setelah menjelaskan tentang pengembangan wilayah dan pengertian Sistem Informasi Geografis
beserta peruntukannya. Adapun manfaat Sistem Informasi Geografis dalam membantu analisis
pengembangan suatu wilayah adalah sebagai berikut :

1) Manajemen tata guna lahan / ruangan

Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan dengan
penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan zonifikasi lahan yang
sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya, wilayah pemanfaatan lahan di kota biasanya
dibagi menjadi daerah pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum,dan jalur
hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya
dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunanutilitas-utilitas yang diperlukan. Lokasi dari
utilitas-utilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif
dan tidak melanggar kriteria-kriteria tertentuyang bisa menyebabkan ketidakselarasan.

2) Inventarisasi sumber daya alam

Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamialah sebagai berikut:

· Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara,
emas, besi dan barang tambang lainnya.

· Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:

ü Kawasan lahan potensial dan lahan kritis;

ü Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;

ü Kawasan lahan pertanian dan perkebunan;

ü Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan;

ü Rehabilitasi dan konservasi lahan.

3) Untuk pengawasan daerah bencana

Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:

· Memantau luas wilayah bencana alam;

· Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang;

· Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana;

· Penentuan tingkat bahaya erosi;

· Prediksi ketinggian banjir;

· Prediksi tingkat kekeringan.


4) Bagi perencanaan Wilayah dan Kota

· Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata
guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana.

· Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan
kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.

· Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen sistem
informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik.

· Untuk bidang pariwisata, seperti inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata suatu
daerah.

· Untuk bidang transportasi, seperti inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute
alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan kemacetan dan
kecelakaaan.

· Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk
suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola
drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada
suatu kawasan, pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah,
rumah sakit, sarana hiburan dan perkantoran.

IV. PENUTUP

Dari analisis diatas tentang manfaat Sistem Informasi Geografis dalam pengembangan wilayah /
daerah bisa kita simpulkan bahwa peran Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu factor
yang cukup penting dan mampu memberikan data yang sangat signifikan untuk memecahkan
berbagai persoalan yang dibutuhkan dalam pengelolaan data yang bereferensi geografi sehingga
dapat dilihat wilayah-wilayah yang memiliki potensi-potensi pengembangan wilayah dari wilayah
yang belum di isi atau kosong menjadi wilayah yang dapat dikembangkan tepat untuk meningkatkan
nilai ekonomis suatu wilayah, contohnya penggunaan suatu lahan atau wilayah, yang tepatnya dapat
diolah dan dikembangkan menjadi lahan komoditas tertentu atau kesesuai lahan penentuan lokasi
lapangan golf. Hal ini memberi refensi secara langsung kepada pengguna SIG yaitu pemerintah dalam
hal pengambilan kepputusan untuk dapat mengolah wilayah atau lahan tersebut menjadi wilayah
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Dengan kegunaan fungsi GIS tersebut, maka tidak kalah pentingnya yaitu di perlukan sumber daya
manusia yang tepat untuk dapat mengembangkan wilyah melalui system aplikasi ini. Sehingga
pengembangan wilayah itu dapat tepatguna digunakan. Jangan hanya dalam taraf mencoba-coba
sehingga tidak tepatnya pengambilan keputusan dalam penentuan pengembangan wilayah, yang
akan berdampak pada wilayah tersebut, terutama kepada masyarakat dalam hal kesejahteraannya
yang bergantung pada pengembangan wilayah yang di gunakan. Oleh karena itu, harus lebih cermat
dan teliti pemerintah maupun sumber daya manusianya dalam menganalisis suatu wilyah dalam
pengembangan wilayah tertentu menjadi wilayah tepatguna melalui aplikasi system informasi
geografi tersebut.
PERUNDANGAN DAN KELEMBAGAAN TERKAIT ANPOTWIL DA

Manfaat Perundang-undangan

a. Untuk kepentingan penyusunan dokumen PPD

b. Untuk kepentingan pemekaran wilayah

c. Untuk kepentingan penyusunan dokumen RTRW

d. Untuk kepentingan perencanaan sektoral dan pengembangan khusus (agropolitan, kapet,


pengembangan ekonomi local (pel) dll

1) Peruuan Yang Mengatur Anpotwilda

a) Uu 25 Tahun 2004 Pasal 28 Pasal 31

b) Uu 32 Tahun 2004 Pasal 152 Pasal 29

Pasal 152 :

Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

a) penyelenggaraan pemerintahan daerah;

b) organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah;

c) kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah; d. keuangan daerah;

d) potensi sumber daya daerah;

e) produk hukum daerah;

f) kependudukan;

g) informasi dasar kewilayahan; dan

h) informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(3) Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, untuk tercapainya daya guna dan hasil
guna, pemanfaatan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola dalam sistem
informasi daerah yang terintegrasi secara nasional.
c) Pp 8 Tahun 2008 Pasal 29

Pasal 29 :

Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a) penyelenggaraan pemerintah daerah;

b) organisasi dan tatalaksana pemerintahan daerah;

c) kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah;

d) keuangan daerah;

e) potensi sumber daya daerah;

f) produk hukum daerah;

g) kependudukan;

h) informasi dasar kewilayahan; dan

i) informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Dalam kewilayah, perencanaan pembnagunan harus diperhitungkan denga memperhatikan


aspke kearifan lokal. Harus ada keseimbangan dalam pembangunan, anatara jumlah penduduk,
peruntukan lahan, dan pembangunan. Penataan ruang yang tidak baik, akan menyebabkan bencana.
Ini terjadi karena pemimpin daerah yang ebrgantitidak mau melajutkan pembangunan yang sudah
terencana dalam RPJP.

Pasal 32 :

Data dan informasi, serta rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 diolah melalui
proses:

a) analisis daerah;

b) identifikasi kebijakan nasional yang berdampak pada daerah;

c) perumusan masalah pembangunan daerah;

d) penyusunan program, kegiatan, alokasi dana indikatif, dan sumber pendanaan; dan

e) penyusunan rancangan kebijakan pembangunan daerah.

Pasal 33 :
a) Analisis daerah mencakup evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah periode
sebelumnya, kondisi dan situasi pembangunan saat ini, serta keadaan luar biasa.

b) Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bappeda provinsi dan
kabupaten/kota bersama pemangku kepentingan.

c) Bappeda provinsi dan kabupaten/kota menyusun kerangka studi dan instrumen analisis serta
melakukan penelitian lapangan sebelum menyusun perencanaan pembangunan daerah.

Artinya dalam setiap pembangunan itu memilki kekurangan, dan kekurangan itu yang harusnya
menjadi bahan evaluasi agar selanjutnya dapat makasimal.

Contoh, robohnya jembatan yang ada di tenggarong karena proses perencanaan yang kurang tepat
akibat dari kejadian alam yan sebelumnya tidak diduga. Factor mark up bahan bangunan yang tidak
sesuai dengan standard. Barang-barang di Indonesia yang bersubsidi mudah sekali di gelapkan, dan
mengakibatkan kerugian terhadap pembangunan di Negara Indonesia.

2) Perundangan Terakait Untuk Penyusunan Dok Rtrw

a) UU 32 Tahun 2004

b) Uu 26 Tahun 2007

c) Permendagri 1 Tahun 2006

d) Permendagri No 27 Tahun 2006

e) Pp 26 Tahun 2008

3) Perudangan Yang Terkait Dengan Kapet

a) Uu 26 Tahun 2007

b) UU 150 Tahun 2000

4) Kelembagaan Terkait Penyusunan Dok Ppd Dan Anpotwilda Di Daerah

a) Pimpinan Daerah (kada, wakada) Sebagai Penanggung Jawab

b) Bappeda Dan Bpm (BP4MD)

Ø Kordinator dan fungsi perencanaan daerah

Ø Penyusunan rancangan awal dok ppd > laksanakan anpotwilda


Ø Menyelenggarakan musrenbang

Ø Perumusan racangan akhir dok ppd

Tugas Bappeda Dalam Tahapan Perencanaan Daerah :

(1) Penyusunan rencana

· Rancangan rencanaan pembangunan daerah

· Musrenbang

· Rancangan akhir rencana pembangunan daerah

(2) Pengendalian pelaksanaan rencana

(3) Evaluasi pelaksanaan rencana

c) SKPD Sebagai Menindaklanjuti Dok Ppd Dalam Rencana Pembangunan Yang Lebih Operasional >
Laksanakan Anpotwilda Sektoral

d) DPRD > Sebagi Lembaga Yang Melakukan Pembahasan Dan Persetujuan Dok Ppd > Termasuk
Hasil Evaluasi Anpotwilda

e) MASYARAKAT Secara Perseorangan Maupaun Terorganisir Dapat Menyampaikan Data, Opini,


Aspirasi, Dalam Proses Analisis Potensi Wilayah Daerah Pada Forum Musrenbang
UNDANG - UNDANG YANG MEMBAHAS ANPOTWILDA

NO UU SUBJEK POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN

1. 25 Tahun Sistem Perencanaan Konsepsi dan  Wilayah


2004 Pembangunan Nasional Batasan Analisis
 Daerah
(SPPN) Potensi Wilayah
dan Daerah

2. 32 Tahun Pemerintahan Daerah Konsepsi dan  Daerah


2004 Batasan Analisis
Potensi Wilayah  Kawasan
dan Daerah

Potensi Umum  Potensi Wilayah


Wilayah dan Daerah
 Potensi Daerah

Mengenal Kawasan Kawasan Budidaya

Analisis untuk  Pemekaran


Pemekaran Daerah Provinsi

 Pemekaran
Kabupaten/ Kota

 Pemekaran
Kecamatan

 Pemekaran Desa

Analisis Wilayah  Analisis Ekonomi


dan Daerah
 Analisis Sosial
Budaya

 Analisis Fisik
3. 17 Tahun Rencana Pembangunan Ruang Lingkup  Wilayah dari
2007 Jangka Panjang (RPJP) Analisis Potensi Aspek Fisik
Wilayah dan Daerah
 Wilayah dari
Aspek Ekonomi

 Wilayah dari
Aspek Sosial
Budaya

 Wilayah dari
Aspek
Kelembagaan

Urgensi dan  Analisis Potensi


Manfaat Analisis Wilayah dan
Potensi Wilayah Daerah dengan
dan Daerah Pembangunan

 Analisis Potensi
Wilayah dan
Daerah dengan
Pertahanan dan
Keamanan

Potensi Umum  Potensi Wilayah


Wilayah dan Daerah
 Potensi Daerah

Mengenal Kawasan  Kawasan Budidaya

 Kaawasan Lindung

Analisis Wilayah  Analisis Ekonomi


dan Daerah
 Analisis Sosial
Budaya

 Analisis Fisik

Analisis Potensi Analisis Potensi Wilayah


Wilayah dan Daerah dan Daerah untuk
untuk Pengembangan
Pengembangan Agropolitan
Wilayah

Analisis Potensi  Analisis Potensi


Wilayah dan Daerah Wilayah dan
untuk Daerah untuk
Pengembangan Pengembangan
Wilayah Industri

 Analisis Potensi
Wilayah dan
Daerah untuk
Pengembangan
Pariwisata

3. 26 Tahun Penataan Ruang Konsepsi dan  Ruang


2007 Batasan Analisis
Potensi Wilayah  Wilayah
dan Daerah  Kawasan

Ruang Lingkup  Wilayah dari


Analisis Potensi Aspek Fisik
Wilayah dan Daerah
 Wilayah dari
Aspek Ekonomi

 Wilayah dari
Aspek Sosial
Budaya

 Wilayah dari
Aspek
Kelembagaan

Urgensi dan  Analisis Potensi


Manfaat Analisis Wilayah dan
Potensi Wilayah Daerah dengan
dan Daerah Pembangunan

 Analisis Potensi
Wilayah dan
Daerah dengan
Pertahanan dan
Keamanan

Potensi Umum  Potensi Wilayah


Wilayah dan Daerah
 Potensi Daerah

Mengenal Kawasan  Kawasan Budidaya

 Kawasan Lindung
Analisis Wilayah  Analisis Ekonomi
dan Daerah
 Analisis Sosial
Budaya

 Analisis Fisik

Analisis Potensi Analisis Potensi Wilayah


Wilayah dan Daerah dan Daerah untuk
untuk Pengembangan
Pengembangan Agropolitan
Wilayah

Analisis Potensi  Analisis Potensi


Wilayah dan Daerah Wilayah dan
untuk Daerah untuk
Pengembangan Pengembangan
Wilayah Industri

 Analisis Potensi
Wilayah dan
Daerah untuk
Pengembangan
Pariwisata

5. 32 Tahun Perlindungan dan Analisis Potensi Analisis Potensi Wilayah


2009 Pengelolaan Lingkungan Wilayah dan Daerah dan Daerah untuk
Hidup untuk Pengembangan
Pengembangan Agropolitan
Wilayah

Analisis Potensi  Analisis Potensi


Wilayah dan Daerah Wilayah dan
untuk Daerah untuk
Pengembangan Pengembangan
Wilayah Industri

 Analisis Potensi
Wilayah dan
Daerah untuk
Pengembangan
Pariwisata

6. 4 Tahun Informasi Geospasial 


2011

7.  SDA Analisis Wilayah  Analisis Ekonomi


dan Daerah
 SDB  Analisis Sosial
 SOSIAL DAN BUDAYA Budaya

 KELEMBAGAAN  Analisis Fisik

Analisis Potensi Analisis Potensi Wilayah


Wilayah dan Daerah dan Daerah untuk
untuk Pengembangan
Pengembangan Agropolitan
Wilayah

Analisis Potensi  Analisis Potensi


Wilayah dan Daerah Wilayah dan
untuk Daerah untuk
Pengembangan Pengembangan
Wilayah Industri

 Analisis Potensi
Wilayah dan
Daerah untuk
Pengembangan
Pariwisata

Anda mungkin juga menyukai